PICOVIA Jurnal Public Health
PICOVIA Jurnal Public Health
Journal Reading 1
Helminth Transmission in Simple Pit Latrines
Journal Reading 1
Helminth Transmission in Simple Pit Latrines
Oleh :
Elsa Futri Anggraini, S.Ked
G1A220028
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
PHSS yang berjudul “Helminth Transmission In Simple Pit Latrines” sebagai
kelengkapan persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Keluarga.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Ima Maria, M.K.M, yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing pembuatan
PHSS ini.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan PHSS ini, sehingga nantinya dapat bermanfaat
bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
HELMINTH TRANSMISSION IN SIMPLE PIT LATRINES
ABSTRACT
Jamban lubang sederhana sering kali digunakan oleh masyarakat miskin.
Namun, jamban lubang sederhana tidak memiliki pelat beton dan oleh karena itu
diklasifikasikan sebagai bentuk sanitasi yang tidak baik. Penelitian ini
mengumpulkan sampel tanah dari jamban lubang sederhana dan menganalisisnya
untuk melihat keberadaan telur cacing; 71% dari semua sampel yang dikumpulkan
memperoleh hasil positif telur cacing. Tidak adanya atap dari jamban adalah satu-
satunya faktor yang terkait dengan konsentrasi telur yang lebih rendah. Temuan
ini mendukung klasifikasi jamban lubang sederhana sebagai bentuk sanitasi yang
tidak baik.
PENDAHULUAN
Diperkirakan 2,6 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses
terhadap sanitasi dasar, menempatkan mereka pada risiko penyakit diare dan
infeksi cacing. Karena akses ke sanitasi dasar secara signifikan dapat mengurangi
morbiditas dari infeksi cacing. Namun, masih tidak jelas standar sanitasi mana
paling minimum yang diperlukan untuk melindungi dari berbagai penyakit. 1
Jamban lubang sederhana adalah salah satu bentuk sanitasi yang paling murah,
Jamban tersebut terdiri dari lubang galian yang ditutupi dengan kayu dan tanah,
lalu terdapat lubang jongkok yang digunakan untuk pembuangan kotoran. Saat
menggunakan jamban lubang sederhana, pengguna harus berdiri di atas tanah
terbuka di sekitar lubang pembuangan. Manajemen yang buruk, dan kurangnya
pelat penutup yang dapat dibersihkan, dapat mengubah jamban ini menjadi
sumber infeksi, terutama penularan cacing tambang. Meskipun jamban lubang
sederhana sudah diklasifikasikan sebagai bentuk sanitasi yang tidak mencukupi
syarat oleh Program Pemantauan Bersama Penyediaan Air dan Sanitasi oleh
WHO/UNICEF (JMP), masih sangat sedikit bukti yang dipublikasikan untuk
mendukung klasifikasi ini.
METODE
Pada periode Juni hingga Juli 2010, tanah dari 72 jamban sederhana di
desa Sululu, Tanzania, dikumpulkan dan dianalisis untuk melihat keberedaan telur
cacing. Desa ini terletak di wilayah Morogoro di Tanzania, di mana diperkirakan
95% orang di wilayah tersebut bergantung pada jamban sederhana. Jamban yang
dipilih untuk pengambilan sampel secara purposive, faktor-faktor yang
mempengaruhi meliputi : jumlah pengguna, fasilitas bersama vs fasilitas rumah
tangga, ada atau tidaknya atap. Tiga sampel tanah masing-masing sekitar 10 g
dikumpulkan di setiap jamban, dan digabungkan menjadi satu sampel komposit.
Sampel dikumpulkan dari sekitar drop hole, terutama di mana kaki ditempatkan
saat buang air besar. Telur dan larva cacing diambil dari sampel tanah dengan
kombinasi sentrifugasi dan flotasi.2 Penilaian lingkungan digunakan untuk menilai
kemungkinan faktor risiko, seperti ada tidaknya atap di atas jamban, jumlah
pengguna, suhu tanah, pH dan kadar air. Penyebaran kuesioner di rumah tangga
dilakukan untuk menilai faktor risiko rumah tangga, seperti bahan yang digunakan
untuk membersihkan dubur dan jumlah orang yang menggunakan jamban.
HASIL
Sebuah jamban rata-rata digunakan oleh 5,1 orang, dan setengah dari 72
jamban (51%) memiliki atap. Suhu tanah di jamban berkisar antara 22,5 C sampai
40,8 C, dengan rata-rata 29,4 C. Semua rumah tangga menggunakan air untuk
membersihkan dubur, dan di 51 jamban (71%) tersedia air untuk membersihkan
dubur. Dari 72 sampel jamban, 51 (71%) ditemukan positif untuk setidaknya satu
spesies cacing. Cacing tambang ditemukan sebagai cacing yang paling umum,
ditemukan dalam 43 sampel (60%), diikuti oleh Ascaris spp. di tujuh sampel
(10%) dan Taenia spp. dalam lima sampel (7%). Jumlah rata-rata telur dan larva
yang ditemukan per gram tanah adalah 1,5 (95% CI=0,3-2,8). Konsentrasi cacing
adalah sebagai berikut: cacing tambang 0–38 ovum+larva/gr, Ascaris spp. 0-0.2
telur/gr dan Taenia spp. 0-0,3 telur/gr. Sampel tanah dari jamban tanpa atap
ditemukan memiliki konsentrasi telur yang jauh lebih rendah dibandingkan
dengan jamban dengan atap (0,47 telur/g vs 2,52 telur/g, p=0,045). Tak satu pun
dari variabel lingkungan atau penggunaan lainnya menunjukkan hubungan yang
signifikan.
PENDANAAN
Penelitian ini mendapat dukungan keuangan dari konsorsium Sanitation
and Hygiene Applied Research for Equity (SHARE) yang didanai oleh
Departemen Pembangunan Internasional Inggris (hibah no. P04990) dan dari Bill
and Melinda Gates Foundation. SMB menerima hibah perjalanan dari London
School of Hygiene dan Tropical Medicine Trust Fund. Penyandang dana tidak
memiliki peran dalam desain penelitian, pengumpulan data, analisis data,
keputusan untuk menerbitkan, ataupun persiapan naskah.
PERSETUJUAN ETIKA
Penelitian ini telah disetujui oleh London School of Hygiene and Tropical
Medicine (no. 009/361 dan no. 5659), dan Institut Kesehatan Ifakara (14-2010).
Pertemuan diadakan dengan kepala desa Sululu untuk perkenalan dan meminta
persetujuan untuk penelitian. Informed consent tertulis diperoleh dari kepala
rumah tangga.
Telaah Jurnal Metode PICO-VIA
Patient/Population of Problem
Problem Jamban lubang sederhana diklasifikasikan sebagai bentuk
sanitasi yang tidak mencukupi syarat oleh Program Pemantauan Bersama
Penyediaan Air dan Sanitasi oleh WHO/UNICEF (JMP), karena dapat
menjadi sumber infeksi, terutama penularan cacing tambang. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendukung klasifikasi jamban lubang
sederhana sebagai bentuk sanitasi yang tidak baik.
Population Pada periode Juni hingga Juli 2010, tanah dari 72 jamban
sederhana di desa Sululu, Tanzania, dikumpulkan dan dianalisis untuk
melihat keberedaan telur cacing.
Intervention
Pada penelitian ini tidak ada intervensi yang dilakukan terhadap variabel
Comparassion
Tidak ada perbandingan pada tujuan utama penelitian ini
Namun pada penilaian lingkungan dilakukan analisis dan didapatkan
perbandingan perbedaan kosentrasi telur cacing pada jamban yang tertutup
atap dan tidak tertutup atap, walaupun tidak menunjukan hubungan
signifikan. Yaitu sampel tanah dari jamban tanpa atap ditemukan memiliki
konsentrasi telur yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan jamban
dengan atap (0,47 telur/g vs 2,52 telur/g, p=0,045).
Outcome
Temuan penelitian ini mendukung klasifikasi JMP bahwa jamban
lubang sederhana adalah bentuk sanitasi dasar yang tidak baik, karena
tampaknya tidak dapat secara efektif memisahkan bahan feses dari
kontak manusia.
Dari 72 sampel jamban, 51 (71%) ditemukan positif untuk setidaknya
satu spesies cacing. Cacing tambang ditemukan sebagai cacing yang
paling umum, ditemukan dalam 43 sampel (60%), diikuti oleh Ascaris
spp. di tujuh sampel (10%) dan Taenia spp. dalam lima sampel (7%).
Jumlah rata-rata telur dan larva yang ditemukan per gram tanah adalah
1,5 (95% CI=0,3-2,8).
Konsentrasi cacing adalah sebagai berikut: cacing tambang 0–38
ovum+larva/gr, Ascaris spp. 0-0.2 telur/gr dan Taenia spp. 0-0,3
telur/gr
Sebuah jamban rata-rata digunakan oleh 5,1 orang
Setengah dari 72 jamban (51%) memiliki atap
Suhu tanah di jamban berkisar antara 22,5 C sd 40,8 C, dengan rata-
rata 29,4 C
Validity
Desain penelitian, cara pengolahan data, serta uji validitas yang
digunakan tidak sebutkan oleh penulis.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling.
Subjek dan fokus penelitian ini sudah sesuai yaitu jamban yang dipilih
untuk penelitian berada di desa Sululu, Tanzania. Desa ini terletak di
wilayah Morogoro di Tanzania, di mana diperkirakan 95% orang di
wilayah tersebut bergantung pada jamban lubang sederhana.
Data yang dikumpulkan sudah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
tiga sampel tanah masing-masing sekitar 10 g dikumpulkan di setiap
jamban, dan digabungkan menjadi satu sampel komposit. Sampel
dikumpulkan dari sekitar drop hole, terutama di mana kaki
ditempatkan saat buang air besar. Telur dan larva cacing diambil dari
sampel tanah dengan kombinasi sentrifugasi dan flotasi untuk
kemudian dilihat keberadaan telur cacing.
Penilaian lingkungan digunakan untuk menilai kemungkinan faktor
risiko, seperti ada tidaknya atap di atas jamban, jumlah pengguna,
suhu tanah, pH dan kadar air.
Penyebaran kuesioner di rumah tangga dilakukan untuk menilai faktor
risiko rumah tangga, seperti bahan yang digunakan untuk
membersihkan dubur dan jumlah orang yang menggunakan jamban.
Penelitian ini valid
Importance
Penelitian ini penting untuk mengingatkan penduduk yang masih
belum menggunakan jamban sehat serta pemerintah bahwa jamban
sederhana seperti ini dapat menjadi sumber infeksi.
Di Indonesia sendiri angka kepemilikan jamban sehat masih belum
100%, terutama di daerah terpencil.
Angka kesakitan akibat infeksi cacing di Indonesia juga masih
tinggi.
Applicable
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai referensi tentang
konsentrasi angka telur cacing pada jamban lubang sederhana.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh pemerintah
Indonesia untuk membuat program dengan fokus meningkatkan
kepemilikan jamban sehat yang mencakup seluruh penduduk
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA