Anda di halaman 1dari 5

F2 UPAYA PELAYANAN KESLING (22/01/2022)

A) 1 keluarga memiliki air bersih (Tn.H/45Th/D.i Panjaitan Gg.titian sungkai no.72)


 Latar belakang
Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya yang ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Air
merupakan sumber kehidupan/kebutuhan pokok manusia namun dalam hal
penggunaannya berbeda-beda begitu juga kualitas maupun kwantitasnya.Air
merupakan media penularan penyakit yang paling cepat karena sifatnya yang
fleksibel untuk tempat berkembangbiak ataupun penularan berbagai sumber
penyakit, maka dari itu perlu menjaga kualitas dan kuantitas air demi terciptanya
kesehatan. Pengertian air bersih menurut Permenkes RI
No.416/Menkes/PER/IX/1990 adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari
dan dapat diminum setelah dimasak. Pengertian lain mengenai air minum menurut
Kepmenkes RI No.907/MENKES/SK/VII/2002 adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan
(bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik) dan dapat langsung diminum
(Permenkes RI No.416/Menkes/PER/IX/1990)

 Permasalahan
Menurut Dr. Neil Mcintyre dari Imperial College London, bumi terdiri dari 98
persen air asin dan 2 persen air segar yang layak dikonsumsi. Pada angka 2 persen
tersebut, 70 persennya adalah salju dan es, 30 persen air tanah, kurang dari 0,5 persen
air sungai dan danau, dan kurang dari 0,05 persennya lagi berasal dari atmosfer.
Sementara itu, satu-satunya sumber air bersih terjangkau yang bisa digunakan
hanyalah air tanah, sebab air tanah terletak di bawah daratan dangkal.
Berdasarkan data di atas, bisa dibayangkan betapa terbatasnya komoditas air bersih
yang tersedia. Pada saat yang sama, populasi manusia terus meningkat setiap harinya.
Praktis, angka 2 persen tadi akan menjadi rebutan lebih banyak orang. Ironisnya lagi,
pertumbuhan penduduk juga turut meningkatkan masalah pencemaran air. Kawasan
resapan air terus berkurang, dan kasus-kasus yang disebabkan oleh rendahnya
budaya peduli lingkungan terus bertambah. Masalah air bersih pun berkembang
menjadi konflik menakutkan di masa depan.
Salah satu faktor permasalahan di atas adalah pencemaran air. Problem ini
kerap muncul sebagai dampak dari pemukiman dan industri, atau penggunaan
teknologi yang kurang ramah terhadap lingkungan.  Air pun terkontaminasi
mikroorganisme, termasuk senyawa polutan mikro mutagenik dan karsinogenik
(penyebab kanker), sehingga turut memberikan dampak buruk pada makhluk hidup.
Jika air tercemar itu dikonsumsi oleh masyarakat, penyakit-penyakit berbahaya akan
turut mengintai. Efeknya, perkara ekonomi untuk pengobatan menjadi lebih pelik
lagi. Yang lebih miris, hal ini lebih rawan terjadi pada negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.

 Perencanaan dan pemilihan intervensi


Penilaian air bersih di rumah warga dengan kriteria:
1. Air tak boleh berwarna
2. Air tak boleh berasa
3. Air tak boleh berbau
4. Suhu air hendaknya di bawah sela udara (sejuk ± 25º C)
5. Air harus jernih.
 Pelaksanaan
Tn.H/45Th/D.i Panjaitan Gg.titian sungkai no.72
Sumber air bersih: PDAM
Sumber air minum: air PDAM yang dimasak
 Monitoring dan evaluasi
Air dirumah Tn. H sudah memenuhi kriteria air bersih kecuali suhu air yang
kemungkinan disebabkan oleh faktor suhu lingkungan.
B) 1 keluarga mempunyai jamban keluarga (Tn. E/69 Th/D.i Panjaitan)
 Latar belakang
Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan di masyarakat adalah penyediaan sanitasi
dasar, salah satu dari beberapa fasilitas sanitasi dasar yang ada di masyarakat adalah
jamban. Jamban berguna untuk tempat membuang kotoran manusia sehingga bakteri
yang ada dalam kotoran tersebut tidak memenuhi lingkungan, selanjutnya lingkungan
akan terlihat bersih indah sehingga mempunyai nilai estetika yang baik

 Permasalahan
Dengan masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang BAB sembarangan, maka
wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular yang berbasis lingkungan
diantaranya: penyakit cacingan, kolera (muntaber), diare, tipus, disentri, paratypus,
polio, hepatitis B dan masih banyak penyakit lainnya. Selain itu dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar
persentase yang BAB sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin tinggi
intensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena bom waktu, yang bisa
terjadi ledakan penyakit pada suatu waktu cepat atau lambat. Sebaiknya semua orang
BAB di jamban yang memenuhi syarat, dengan demikian wilayahnya terbebas dari
ancaman penyakit-penyakit tersebut. Dengan BAB di jamban banyak penyakit
berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban yang memenuhi syarat
kesehatan
 Perencanaan dan pemilihan intervensi
Menurut Depkes RI, 2004 jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
1) Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15
meter dari sumber air bersih
2) Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijangkau serangga maupun tikus
3) Mudah dibersihkan dan aman penggunanya
4) Cukup penerangan
5) Lantai kedap air
6) Ventilasi cukup baik
7) Tersedia air dan tersedia alat pembersih
8) Dilengkapi dinding dan atap penutup
Sehingga dalam kunjungan ini perlu dilakukan penilaian terhadap jamban warga
apakah sudah memenuhi syarat tersebut atau belum.
 Pelaksanaan
Tn. E/69 Th/D.i Panjaitan
Jamban yang dimiliki oleh keluarga Tn. E adalah Jamban dengan “angsa trine”,
jamban dimana leher lubang closet berbentuk lengkungan; dengan demikian akan
selalu terisi air yang penting untuk mencegah bau serta masuknya binatang-binatang
kecil. Jamban model ini biasanya dilengkapi dengan lubang atau sumur penampung
dan lubang atau sumur rembesan yang disebut septic tank. Jamban model ini adalah
yang terbaik, yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan. Selain itu keluarga ini
juga menggunakan wc jongkok.
 Monitoring dan evaluasi
Keluarga Tn. E sudah memiliki jamban sehat yang direkomendasikan kemenkes.

C) 1 keluarga tidak merokok( Tn.R/ 50 Th/ jl.KH.A.salim Gg.Pemuda kel.Langgini )


 Latar belakang
Tembakau berada pada peringkat utama penyebab kematian yang dapat dicegah di
dunia. Merokok juga merupakan penyebab kematian satu dari 10 kematian orang
dewasa di seluruh dunia, serta mengakibatkan 5,4 juta kematian pada tahun 2006, ini
berarti rata-rata satu kematian setiap 6,5 detik (Jia-Xiang, 2014). Lebih lanjut Dr.
Agus mengungkapkan bahwa pasien penderita kanker paru, penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK), stroke, dan jantung koroner, kebanyakan adalah perokok. Menurut
keadaan terkini, hampir 70% perokok di Indonesia memulai merokok sebelum umur
19 tahun, bahkan data Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2003 meyebutkan
usia 8 tahun sudah mulai merokok.
 Permasalahan
Rokok dibuat dengan bahan utama adalah daun tembakau yang dikeringkan yang
dapat mengandung 1% – 3% senyawa nikotin. Bila rokok dinyalakan dan asapnya
dihisap maka nikotin dalam darah meningkat sekitar 40 – 50 mg/ml darah.
Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto
mengatakan, rokok mengandung lebih dari 4000 zat kimia, sebanyak 60 di antaranya
bersifat karsinogenik atau penyebab kanker. Lebih lanjut menurut Aditama (1992)
ada sekitar 4000 bahan kimia yang dihasilkan dari pembakaran rokok, dan yang
bersifat karsinogenik atau menyebabkan kanker diantaranya adalah nikotin, gas
karbon monooksida, nitrogen oksida, hidrogen sianida, ammoniak, asetilen,
benzaldehid, uretan, benzen, metanol, koumarin, 4-etilkatekol, ortokresol, perilen
dan lainnya, yang berada dalam bentuk komponen gas dan padat atau partikel.
Komponen padat atau partikel dibagi lagi menjadi nikotin dan tar. Dikatakan pula
bahwa tar merupakan kumpulan ribuan bahan kimia bersifat karsinogenik yang
terdapat dalam asap rokok. Sementara nikotin, selain dapat menjadi senyawa
nitrosamin yang bersifat karsinogenik juga merupakan senyawa adiktif, yang
menyebabkan seseorang ketagihan dan menimbulkan rasa ketergantungan.
 Perencanaan dan pemilihan intervensi
Melakukan anamnesis untuk mengetahui apakah ada anggota keluarga yang merokok
 Pelaksanaan
Tn.R/ 50 Th/ jl.KH.A.salim Gg.Pemuda kel.Langgini
Saat dilakukan anamnesis diketahui bahwa Tn. R sekeluarga mengaku tidak ada yang
merokok
 Monitoring dan evaluasi
Edukasi mengenai keluarga sehat serta menyarankan keluarga Tn. R agar
menerapkan 12 poin keluarga sehat dimana salah satunya telah terwujud yakni
anggota keluarga tidak ada yang merokok.

Anda mungkin juga menyukai