Implementasi Metode Pengajaran ESA dalam Pembelajaran Bahasa Inggris
oleh Mayor Sus Sugiya
Di dalam kegiatan pembelajaran, dosen harus dapat menciptakan
pengalaman belajar yang bermanfaat dan konstruktif bagi siswa dengan kesiapan dan perencanaan yang matang. Dengan berkembangnya dunia pendidikan dan pergeseran paradigma pembelajaran, berkembang pula metode-metode pengajaran, salah satunya adalah metode pengajaran ESA yang pertama kali digagas oleh Jeremy Harmer dalam bukunya "How to teach English." Metode dengan tiga elemen Engage-Study-Activate ini merupakan metode pengajaran yang sangat efektif. Dosen yang menggunakan metode ini dapat mengatur kegiatan belajar mengajar secara produktif. Melalui ESA, siswa dapat lebih fokus dan termotivasi untuk belajar. Tahapan/fase ESA adalah fleksibel dan dapat digunakan untuk membuat siswa tetap terlibat dan berperan aktif selama proses pembelajaran. Fase-fase metode pengajaran ESA meliputi: Fase Keterlibatan (Engage) – Pemanasan. Fase ini sangat penting untuk memulai proses pembelajaran. Di sinilah siswa memulai dan berpikir dalam bahasa Inggris serta mempersiapkan diri untuk belajar. Sebelum mempelajari pokok bahasan baru, dosen dapat memberikan permainan, menampilkan gambar, memutar video clip, brainstorming kosakata, atau bercerita karena beberapa kegiatan ini sangat cocok untuk menstimuli otak dan melibatkan siswa di kelas, sekaligus untuk mengukur pengetahuan awal mereka. Selama fase keterlibatan, dosen harus fokus pada peran aktif, partisipasi, dan interaksi siswa serta memastikan bahwa setiap siswa telah berbicara setidaknya sekali sebelum melanjutkan. Setelah fase keterlibatan selesai, siswa harus benar-benar termotivasi dan bersemangat untuk memulai bagian pembelajaran berikutnya. Fase Belajar (Study) – Mempelajari Hal Baru. Pada fase ini siswa akan belajar atau meninjau topik yang diajarkan. Dosen dapat menggunakan buku teks, bahan ajar, video, atau sumber pembelajaran lain untuk membantu siswa belajar dan menggunakan bahasa Inggris secara akurat, dilanjutkan kegiatan lain seperti pemberian kuis, melengkapi kalimat, latihan mencocokkan, dan pengaturan urutan kata. Setelah siswa mempelajari topik pelajaran, dosen kemudian memeriksa pemahaman mereka. Sebagai seorang dosen, hindari pertanyaan “Do you understand?” karena secara alami siswa akan cenderung untuk menjawab “ya” meskipun tidak sepenuhnya memahami. Alihkan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik yang telah diajarkan dan lihat bagaimana mereka merespons. Jika siswa menjawab pertanyaan dengan benar, maka mereka sudah mengerti. Apabila siswa belum mengerti, guru dapat menjelaskan kembali dan mengajukan lebih banyak pertanyaan. Fase Aktifkan (Activate) – Menggunakan Secara Praktis. Pada fase ini siswa menggunakan apa yang telah mereka pelajari dengan diberikan kegiatan seperti permainan peran, dialog, debat, dan survei, yang bertujuan untuk menerapkan topik yang dipelajari dalam fase belajar dalam situasi yang realistis. Seperti pada fase keterlibatan, pada fase ini setiap siswa diharapkan dapat berperan aktif, berpartisipasi, serta berbicara lebih natural dan tertata. Selama kegiatan ini, dosen membantu siswa dengan pengucapan, ritme, dan kefasihan mereka melalui elisitasi dan demonstrasi. Dosen harus melakukan fase aktifkan di akhir pelajaran karena aktivitas siswa pada fase ini akan menjadi indikator seberapa jauh mereka mengerti selama fase belajar. Jika ada kesenjangan dalam belajar siswa pada fase ini, dosen perlu lebih fokus pada perbaikan tahap belajar. Metode pengajaran ESA ini bisa divariasikan sesuai dengan dinamika pembelajaran di kelas; dengan jenis panah lurus (straight-arrow) E-S-A, boomerang (boomerang) E-A-S-A, atau bahkan tambal sulam (patchwork) E-A-S-A-E-S-A. Metode pengajaran ESA adalah cara yang sangat terorganisir dan efisien waktu serta memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang menarik, produktif, dan menyenangkan. Fase keterlibatan memicu minat awal siswa pada topik pembelajaran, fase belajar adalah penyerapan pengetahuan baru, dan fase aktifkan menempatkan keduanya ke dalam praktik. Metode pengajaran ini dapat membantu dosen untuk menyusun pelajaran agar sesuai dengan gaya belajar dan kebutuhan pendidikan siswa, dan sejauh ini merupakan metode yang paling cocok untuk mengajar bahasa Inggris, dan dapat diaplikasikan dalam pengajaran matakuliah lain. Semoga tulisan ini dapat membawa manfaat. Aamiin.