Anda di halaman 1dari 8

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590

METODE DAKWAH SYEKH ABDUL MUHYI (WALI SAFAR WADI PAMIJAHAN)


1
Muhammad Wildan Yahya, 2 Syamsuri Shiddiq,
3
Asep Ahmad Shiddiq, 4 Parihat, 5 Tia Inayatillah
1,2,3,4
Dosen Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading
5
Mahasiswa Fakultas Da’wah Universitas Islam Bandung, Jl. Ranggagading
e-mail: wildan_yahya@yahoo.com

Abstrak. Syekh Abdul Muhyi adalah seorang ulama penyebar agama Islam di
kawasan Selatan Jawa Barat, lahir pada tahun 1071 H./1650 M. di Mataram
dan dikenal sebagai seorang wali. Pada masa mudanya pernah berguru kepada
Syekh Abdul Rauf Sinkel Kuala Aceh selama 8 tahun. Dari Kuala Aceh bersama
guru dan teman-teman lainnya bermukim 2 tahun di Baghdad dan berziarah ke
makam Syekh Abdul Qadir Jailani. Kemudian menunaikan ibadah haji di Mekah,
setelah itu kembali ke Jawa Timur Gersik. Dari Gersik Jawa Timur memulai
perjalanannya mengembangkan agama Islam ke beberapa tempat di Jawa Barat,
dan menetap di Pamijahan Tasik Selatan selama 40 tahun sampai dengan
meninggalnya, yaitu pada tahun 1151 H./1730 M. Tulisan ini menggambarkan
Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah: (a)
ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan
langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas
kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan
kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru. Dakwah Bil-hal,
amal perbuatan yang dilakukan SYAM dalam berdakwah: (a) keteladanan
akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan masyarakat maupun
penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang sakit,
membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif;
(c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan
perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik
dengan penguasa setempat. Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah
tarekat Syatariyyah; (b) tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas
ekonomi; (e) mesin politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan kepada para ilmuwan muslim untuk
menggali dan mengapresiasi khazanah karya-karya intellektual masa lalu yang
memiliki kedalaman nilai dan kajian. Kemudian melakukan analisa kritis, tidak
tergesa-gesa menyalahkan suatu ajaran khususnya tasawuf Syekh Abdul Muhyi,
atau sebaliknya tidak pula tergesa-gesa membenarkannya. Sikap ilmiah
sebaiknya dikembangkan untuk mendapatkan reasoning (hujjah) dan
pengetahuan yang objektif, baru setelah itu bersikap secara adil.
Kata Kunci: Metode Dakwah, Syeh Abdul Muhyi

1. Pendahuluan
Syekh Abdul Muhyi yang hidup pada abad ke-17 dan 18, dikaitkan dengan
masa sekarang, tersela oleh rentangan waktu yang tidak sebentar. Bila dalam waktu
yang demikian panjang, tidak terdapat sumber informasi yang memadai tentang
metode dakwah yang dikembangkannya, maka tidak menutup kemungkinan dapat

485
486 | M. Wildan Yahya, et al.

mengakibatkan terjadinya penyimpangan atau kesimpangsiuran. Hal yang sedemikian


ini dapat menimbulkan kontroversi yang tidak diperlukan. 1
Warisan ajaran Syekh Abdul Muhyi ada yang terdokumentasikan dalam tulisan
dan disalin dari satu generasi kepada generasi lainnya, ada juga yang berkembang
melalui lisan ke lisan. Tradisi pengajaran yang bersifat mistik, memang biasanya
hanya melalui lisan, yang disampaikan secara rahasia, karena suasana “hâdhir” yang
dirasakan ketika berlangsungnya pengajaran itu lebih penting bagi seorang “murîd”
ketimbang mengulanginya lewat bacaan.2
Permasalahan yang mendasar, sampai saat ini ajaran Syekh Abdul Muhyi terkesan
masih disakralkan dan dikeramatkan, serta hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu
yang memiliki hubungan darah atau memiliki kewenangan khusus.
Sakralisasi terhadap benda peninggalan dan informasi Syekh Abdul Muhyi dapat
menimbulkan berbagai akibat, di satu pihak dapat melestarikannya, akan tetapi di
lain pihak dapat menutup makna ajaran yang sangat diperlukan bagi ummat Islam.
Apabila tindakan pelestarian ajaran bersifat membekukan, dapat melahirkan ajaran
yang justru tidak sesuai dengan sumbernya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dikemukakan beberapa
pertanyaan yang akan diungkap oleh penelitian ini, yaitu (a) bagaimanakah metode
dakwah billisan yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi ? (b) Bagaimanakah
metode dakwah bil-hal yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi? (c) Media
dakwah yang bagaimanakah yang dikembangkan oleh Syekh Abdul.
Penelitian ini secara khusus dimaksudkan untuk menjawab permasalahan tersebut
di atas. Jawaban terhadap permasalahan tersebut di atas akan dapat memberikan
gambaran secara jelas tentang hakekat metode dakwah yang dikembangkan Syekh
Abdul Muhyi.

2. Metodologi Penelitian
Berdasarkan deskripsi perumusan masalah tersebut di atas, mengingat masalah
yang akan diteliti adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan isi naskah, maka
pendekatan yang tepat digunakan adalah kajian pustaka (library research). Adapun
metode penelitiannya adalah historis (sejarah), sebab meneliti dokumen masa lalu.
Selain meninjau dan menganalisa dokumen, metode historis juga dapat menguji
benda-benda bersejarah, dan melakukan wawancara kepada pribadi yang hidup pada
waktu itu. Masa lampau itu tidak hanya mengenai politik atau peperangan akan tetapi
juga mengenai kebudayaan, buah pikiran, lembaga, hukum, doktrin agama, industri,
teknologi, kedokteran, falsafah, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.3
Terdapat langkah-langkah substansial yang ditempuh dalam penelitian historis,
yaitu: menentukan permasalahan atau pertanyaan yang akan diteliti, meletakkan sumber
data yang cocok bagi informasi sejarah, mengevaluasi dan meringkas informasi yang
didapat dari sumber data, mengungkapkan dan menafsirkan informasi yang terkait
dengan problema.4
Penelitian yang berkaitan dengan kiprah dan perjuangan Syekh Abdul Muhyi
dalam berdakwah masih sangat sedikit. Sekalipun demikian, di dalam pustaka Islam

1
Abdullah Yusuf dkk, Naskah-Naskah Syekh Abdul Muhyi, Sundanologi, 1987, h. 296.
2
Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Mizan, Bandung, 1999, h. 111.
3
S. Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jemmars, Bandung, 1987, h. 55.
4
Ibid., h. 434-435.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 487

Nusantara nama beliau sebagai pengembang tarekat Syatariyah yang paling awal di
tanah Jawa, telah terdokumentasi dengan baik.
Salah satu penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Syekh Abdul Muhyi
adalah penelitian (disertasi) yang dilakukan oleh Tommy Christomy dengan judul:
“Syathariyyah Tradition in West Java: the Case of Pamijahan”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkap tradisi Tarekat Syathariyyah di Jawa Barat khusus dalam kasus
Pamijahan. Fokus penelitian ini diarahkan untuk melihat peranan silsilah Syathariyyah
yang berdampak bagi para pengikutnya dalam membentuk tradisi dan praktek-praktek
sosial di Jawa Barat, khususnya Pamijahan. Hasil penelitian yang cukup penting
diungkap adalah: (1) Karakter desa Pamijahan sebagai perkampungan sufi; (2) Akar
ajaran Tarekat Syathariyyah yang berpengaruh bagi masyarakat Pamijahan khususnya
dan Jawa Barat; (3) Tradisi Tarekat Syathariyyah di dunia Islam; umumnya; (4) Silsilah
Tarekat Syathariyyah di Indonesia; (5) Silsilah Tarekat Syathariyyah di Jawa Barat;
(6) Peranan Syekh Abdul Muhyi di dalam menyebarkan Tarekat Syathariyyah di Jawa,
dan (7) Para Penerus ajaran Syekh Abdul Muhyi.
Abdullah Yusuf dkk. pernah melakukan penelitian yang berkaitan dengan
biografi dan keberadaan naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi; dengan judul: “Naskah-
Naskah Syekh Abdul Muhyi”. Penelitian ini disponsori oleh Departemen Pendidikan
Dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan
Pengkajian Kebudayaan Sunda, Bandung, 1987. Tujuan penelitian yang diharapkan
adalah untuk memperoleh data lapangan tentang naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi,
mengungkapkan identitas naskah dan melakukan kajian sejarah dan silsilah.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah Yusuf dkk. memuat dua hal penting,
yaitu mengungkapkan keberadaan naskah-naskah Syekh Abdul Muhyi dan
melakukan kajian historis tentang garis keturunan Syekh Abdul Muhyi. Hasil kajian
historis adalah pembahasan tentang catatan sejarah Syekh Abdul Muhyi yang
memiliki garis keturunan dengan: Rasulullah SAW, Ratu Galuh, Jaka Tingkir Aria
Mataram, dan hubungan kekerabatan antara Pamijahan-Panyalahan dengan Sukapura.
Kemudian diungkap pula, peran Syekh Abdul Muhyi dalam mengembangkan Islam dan
menjalin kekerabatan dengan Cirebon.
Penelitian lain yang pernah membahas ajaran Syekh Abdul Muhyi adalah
penelitian yang dilakukan oleh Aliefya M. Santrie dengan judul :”Martabat (Alam
Tujuh), Suatu Naskah Mistik Islam Dari Desa Karang Pamijahan”. Pada mulanya
naskah ini diduga merupakan karangan Kyai Haji Muhyiddin, akan tetapi setelah
dilakukan kajian yang lebih mendalam disimpulkan bahwa sebenarnya naskah tersebut
bersumber dari Syekh Abdul Muhyi. Artinya, bukan “karangan” Kyai Haji Muhyiddin,
sekalipun tidak tertutup kemungkinan dia adalah orang pertama yang menyalin dan
menyusun ajaran itu dalam bentuk naskah, yang semula ajaran tersebut diterimanya
dari Syekh Abdul Muhyi sendiri, barangkali dalam bentuk lisan.
Berdasarkan penelitian terdahulu di atas maka dapat simpulkan bahwa kajian
metodologis terhadap cara dakwah Syekh Abdul Muhyi, belum ada yang
membahasnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang
menyeluruh metode dakwah yang digunakan oleh Syekh Abdul Muhyi. Di samping
belum ada yang membahasnya, kajian ini juga merupakan salah satu saran-saran
penelitian sebelumnya yang perlu diteliti agar umat Islam mengetahui dengan tepat
dan benar metode dakwah yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi.

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012


488 | M. Wildan Yahya, et al.

3. Analisis Hasil Penelitian


Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah:
(a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan langsung
sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas kitab Tarekat
Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan kemampuan murid
dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru. Syekh Abdul Muhyi yang lahir sekitar
tahun 1650 M./1071 H. adalah murid Syekh Abdul Rauf al-Sinkili, yang bertanggung
jawab mengembangkan dakwah Islam melalui tarekat Syathariyah di Pulau Jawa. Pada
periode ini menurut Martin Van Bruinessen5 merupakan periode pertama yang
memiliki informasi mendasar dan penting tentang perkembangan Islam di Indonesia,
terdapat corak pemikiran ajaran tasawuf yang sangat besar pengaruhnya. Salah satu teks
tasawuf bercorak India yang sangat dikenal di Indonesia waktu itu adalah “Al-Tuhfah
al-Mursalah `Ilâ Rûh An-Nabî”, pengarangnya adalah Muhamad Fadllullah Burhanpuri.
Ajaran tasawuf yang dominan dikembangkan dalam buku ini adalah martabat tujuh,
dijadikan media dakwah secara intensif oleh Syekh Abdul Muhyi di Pulau Jawa. Ajaran
martabat tujuh ini menjadi media dakwahnya, yang kemudian berpengaruh pula pada
beberapa buku sufistik Islam Jawa, yaitu Sekar Macapat, Serat Centini, dan Wirid
Hidayat Jati.
Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan Syek Abdul Muhyi dalam
berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan dengan
masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti: menyembuhkan orang
sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan bercocok tanam yang produktif;
(c) dakwah melalui kekerabatan dan pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan
melalui pertarungan spiritual; dan (e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa
setempat. Syekh Abdul Muhyi mengajarkan lathâ`if tujuh, yang terdiri dari: lathîfat al-
qalab, lathîfat al-qalbi, lathiîfat al-khauf, lathîfat al-`akhfâ, lathîfat al-khâfi, lathîfat al-
nafs. Apabila dilihat kaitannya dengan lathâ`if Tarekat Naqsyabandiyah, yaitu “`akhfâ,
khâfî, sirr, rûh, qalb,”6
Metode dakwah bilhal yang paling khas dari Syekh Abdul Muhyi adalah
mengembangkan konsep “martabat alam tujuh”, melalui martabat alam tujuh inilah
tatacara berdzikir, jalan spiritual dan konsep akhlak dikembangkan. Terdapat tiga istilah
yang disandarkan kepada dzikir, yaitu: dzikir ruhani yang disebut ta’ayyun, kedua
dzikir amali yang disebut qashd; dan ketiga dzikir jasmani yang disebut ta’arrudh, yang
masing-masingnya berjumlah tujuh. Demikian pula sifat atau hati manusia dibagi
menjadi tujuh, yaitu: (1) hati lawwâmah, (2) hati sawiyyah, (3) hati salbiyyah; (4) hati
muthma`innah, (5) hati tawajjuh, (6) hati mujarrad, dan (7) hati rabbânî.
Adapun yang dimaksud dengan martabat alam tujuh adalah tujuh proses
penampakan Allah pada alam, yaitu: (1) ‘âlam al-`ahadiyyah, belum nyata; yaitu dzat
qadim, azali, abadi masih berdiri sendiri; (2) ‘âlam al-wahdah, mulai ada yang nyata
pada martabat sifat qadim, azali, abadi; (3) ‘âlam al-wâhidiyyah, telah kuasa atas
terjadinya masing-masing yang ada (mumkinat), yang mengadanya pun telah diketahui
oleh Ilmu Allah; (4) ‘âlam al-`arwâh, martabat nyawa sebelum menerima nasib yang
masih merupakan cahaya suci; (5) ‘âlam al-mitsâl, nyawa rahmani telah menerima
bentuk; (6) ‘âlam al-`ajsâm, adalah ketika mengadanya jasad halus yang diistilahkan

5 Martin Van Bruinessen, op. cit., h. 90.

6 Mir Valiuddin, Contentemplative Disciplines in Sufism, East-West Publications (UK) Ltd., London,
1980, hal. 142.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 489

rûhiyyah; dan (7) ‘âlam al-`insân al-kâmil, yaitu Allah meniupkan nyawa yang
diistilahkan roh idlafi ke dalam jasmani Adam.
Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b)
tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin politik; (f)
lembaga pendidikan dan pengkaderan. Target dari media dakwah yang digunakan
adalah untuk membangun obyek atau murid yang diharapkan, dilewati dan ditekuni
melalui fase-fase tertentu. Hal ini dapat dicermati dari sifat-sifat murid yang memiliki
empat karakter, yaitu: (1) murid mubtadi`, yaitu murid yang berbuat maksiat banyak
akan tetapi hatinya hanya tertuju semata-mata tiada lain kecuali kepada Allah ta’ala; (2)
murid mutawassith, adalah murid yang senantiasa ingat kepada Allah; (3) murid kâmil,
yaitu murid yang sudah bersih hatinya dari seluruh getaran dan suasana rohaninya dari
memperhatikan selain kepada Allah; (4) murid kâmil mukammil, yaitu murid yang
sangat kuat penyaksiannya dan ketertenggelamannya di dalam dzat Allah ta’ala. Oleh
karena itu sifat-sifat orang beriman hendaknya menyatu dengan sifat Allah, yang
memancar dari kalimah thayyibah.

4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat disimpulkan ke dalam beberap
point sebagai berikut:
1) Dakwah bil-lisan, penyampaian materi dakwah yang dilakukan SYAM adalah:
(a) ceramah dan diskusi; (b) talqin, penanaman keimanan melalui bimbingan
langsung sang mursyid; (c) bimbingan dzikrullah; (d) bandongan, mengupas
kitab Tarekat Syatariyyah di bawah bimbingan guru; (e) sorogan, pengecekan
kemampuan murid dalam menguasai ilmu tertentu kepada guru.
2) Dakwah Bil-hal, amal perbuatan yang dilakukan Syek Abdul Muhyi dalam
berdakwah: (a) keteladanan akhlak yang mulia, baik di dalam berhubungan
dengan masyarakat maupun penguasa; (b) dakwah paraktis, seperti:
menyembuhkan orang sakit, membimbing masyarakat agar memancing dan
bercocok tanam yang produktif; (c) dakwah melalui kekerabatan dan
pernikahan; (d) menying-kirkan perdukunan melalui pertarungan spiritual; dan
(e) menjalin komunikasi politik dengan penguasa setempat.
3) Media dakwah yang digunakan SYAM: (a) amaliyyah tarekat Syatariyyah; (b)
tempat-tempat umum; (c) gerakan sosial; (d) aktivitas ekonomi; (e) mesin
politik; (f) lembaga pendidikan dan pengkaderan.

5. Saran-Saran
1) Metode dakwah Syekh Abdul Muhyi hanya akan dapat dipahami oleh ulama
yang memiliki pengetahuan memadai tentang tasawuf. Oleh karena itu
disarankan agar tidak mengajarkannya kepada orang-orang awam. Dianjurkan
tidak mempelajarinya kecuali telah memiliki pengetahuan yang mendasar
tentang syari’at, aqidah dan akhlak; supaya memahaminya dengan adil.
2) Disarankan kepada manusia yang mencintai kebenaran, sebaiknya tidak tergesa-
gesa menyalahkan metode khususnya metode dakwah Syekh Abdul Muhyi,
sebaliknya hendaknya tidak tergesa-gesa membenarkannya. Sikap ilmiah
sebaiknya dikembangkan, melakukan analisa yang mendalam untuk
mendapatkan reasoning (hujjah) baru setelah itu bersikap.
3) Disarankan kepada Pemerintah c.q. Departeman Agama agar memberikan
bimbingan kepada pengajian-pengajian tasawuf yang disertai dengan rujukan

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012


490 | M. Wildan Yahya, et al.

Al-Qur’an dan Haditsnya, supaya tidak terjadi hal-hal yang dapat menimbulkan
keresahan di kalangan masyarakat.
4) Disarankan kepada para ilmuwan, hendaknya menumbuhkan kesadaran
menghargai khazanah peradaban masa lalu. Dengan cara mengapresiasi karya-
karya intelektual masa lalu dan mendalami jasa mereka, untuk membuka
peluang timbulnya terobosan-terobosan yang konstruktif dalam menyiapkan
metode dakwah Islam yang lebih komprehensif di masa depan.
5) Timbulnya pendapat yang pro dan kontra terhadap pemikiran tasawuf Syekh
Abdul Muhyi adalah suatu hal yang wajar dan perbedaan ini perlu di-manage
secara positif dalam rangka mencari masukan berkenaan dengan sosialisasi
ajaran tasawuf tokoh tersebut.
6) Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan pengembangan lanjutan
tentang: hadits-hadits yang digunakan Syekh Abdul Muhyi, paham kalam atau
fiqih yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Muhyi, dan beberapa tarekat lain
yang terungkap dalam naskah Pamijahan, yaitu tarekat: Anfasiyah,
Muhamadiyah, dan Akmaliyah.

6. Dafatar Pustaka

Al-Qur`ân al-Karîm
Abdullah, Hawash, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara,
Surabaya, Al-Ikhlash, tt.
Afîfî, A.E., The Mystical Philosophy of Muhyi al-Din Ibn al-‘Arabi, Lahore, 1964.
Ambary, Hasan Muarrif, Menemukan Peradaban Jejak Arkeologis dan Historis Islam
Indonesia, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1998.
‘Arabi, Muhyiddin Ibn al-, Futûhât al-Makkiyah, Beirut, Libanon, Al-Maktabah Dar
al-Sadr, TT.
Armstrong, Amatullah, Sufi Terminology (Al-Qamus Al-Sufi): The Mystical Language
of Islam, A.S. Noordeen, Malaysia,1995.
Bisri, Affandi, Pengenalan Thariqat Syathariyyah, Makalah, Yayasan Tazkiya Sejati,
Jakarta, 1998.
Boland, B.J. & Farjon, I., Islam in Indonesia, Holland, Foris Publication, 1983.
Dhofier, Zamakhsyari, Tradisi Pesantren (Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai),
LP3ES, Jakarta, 1982.
Drewes, New Light on the Coming of Islam to Indonesia, Oosters Genootschap, Leiden,
1968.
Ekadjati, Edi S., Naskah Sunda, Inventarisasi dan Pencatatan, Universitas Padjadjaran,
Bandung, 1983.
Fathurrahman, Oman, Menyoal Wahdatul-Wujud, Mizan, Bandung, 1999.
-------------------, Teori Filologi dan Penelitian Teks-Teks Keagamaan, Makalah
Workshop Pengembangan Agenda Riset, yang disampaikan oleh Local Project
Implementing Unit (LPIU) UIN Syahid, Wisma YPI, 2000.
Fraenkel, Jack R., Norman E. Wallen, How to Design and Evaluate Research in
Education, McGraw-Hill Inc., New York, 1993.
Geertz, Clifford, The Relegion of Java, Glencoe, III, The Free Press, 1962.
Ghazali, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-, `Ihyâ` ‘Ulûm al-Dîn, Jilid IV,
Kairo, 1939.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
Metode Dakwah Syekh Abdul Muhyi (Wali Safar Wadi Pamijahan) | 491

---------, Al-Munqidz min al-Dhalâl, Al-Maktabah al-Sya’biyyah, Beirut, Libanon, tt.


Hadi, Abdul W.M.: Hamzah Fansuri: Risalah Tasawuf dan Puisi-Puisinya, Mizan,
Bandung, 1995.
Hadiwijoyo, Harun, Kebathinan Islam Abad XVI, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1985.
Hamid, Abu, Syekh Yususf Seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta, 1994.
Hilal, Ibrahim, Al-Tashawwuf al-Islâmi bain al-Dîn wa al-Falsafah, Kairo, Kairo, Dar
al-Nahdlah al-‘Arabiyah, 1979.
Hodgson, Marshall G.S., The Venture of Islam Conscience and History in a World
Civilization, Volume 3, University of Chicago Press, Chicago, 1974.
Hurgronje, C. Snouck, Mekka in the Latter Part of the 19 th Century, J.H. Monahan,
London, 1931
Ikrami, Achdiati, Filologi Nusantara, Pustakan Jaya, Cetakan Pertama, Jakarta, 1997.
---------, Kegiatan Filologi di Indonesia: Suatu Tinjauan Sejarah, dalam Bulletin
Bahasa dan Sastra, tahun VI, 1980.
Jailâni, Abdul Qâdir, Al-Fath al-Rabbâni, Beirut, Almaktabah As-Sa’biyyah, TT.
---------, Al-Ghunyah, Al-Maktabah As-Sa’biyyah, Beirut, Libanon, TT.
---------, Sirr al-`Asrâr, Beirut, Libanon, Al-Maktabah As-Sa’biyyah, TT.
Jili, Abdul Karim al-, Al-`Insân al-Kâmil, Beirut-Libanon, Darul Fikri, TT.
Johns, A.H., The Gift Addressed to The Spirit of The Prophet, The Australian National
University, Canberra, 1965.
------, Javanese Tuhfah (Matjapat), The Australian National University, Canberra, 1965.
Jones, Review article: Problems of Editing Malay Texts, Discussed with Reference to
the H.M.H, Archipel 20, Paris, 1980.
Kamada, Shigeu, Telaah Atas Istilah “Sirr” dalam Teori-Teori Lathaif Shufi, Al-
Hikmah Jurnal Studi-Studi Islam, No. 14, Vol. VI, 1995.
Khaerussalam, AA., Sejarah Perjuangan Syekh Abdul Muhyi, Karangnunggal - Tasik,
Kekeramatan Pamijahan, 1993.
Lubis, Nina H., Sejarah Kota-Kota Lama di Jawa Barat, Bandung, Alqaprint
Jatinangor, 2000.
Miftah, Abdullah Apap ibn R. Haji Abdullah, Sejarah Pamijahan: Kisah Perjuangan
Syekh Haji Abdul Muhyi Mengembangkan Agama Islam di Sekitar Jabar,
Pamijahan, tt.
Muhammad, Hs., Legenda Masyarakat Pamijahan, Kekeramatan Pamijahan, tt.
Muhyi, Abdul, Kitâb Dadalan Syaththâriyyah, Moh. Afna, Pamijahan, Karangnunggal,
Tasik, tt.
---------, Kitab Istiqâl Thariqat Qâdiriyyah Naqsyabandiyyah, Zaenal Abidin,
Panyalahan, Pamijahan, 1973.
---------, Martabat Kang Pipitu, Muhyiddin, Pamijahan, tt.
Mulkhan, Abdul Munir, Syekh Siti Jenar, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya, 2000.
Munawwar, Affandi, Risalah Singkat Tentang Ilmu Syathariyah, Yayasan Tazkia Sejati,
Jakarta, 1998.
Nasution, Harun, (Edit.) Thoriqot Qodiriyyah Naqsabandiyyah (Sejarah, Asal-Usul,
dan Perkembangannya), Tasikmalaya, Institut Agama Islam Latifah
Mubarokiyah (IAILM), 1990.
-----------, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1976
Nasution, S., Metode Research Penelitian Ilmiah, Jemmars, Bandung, 1987.

ISSN 2089-3590 | Vol 3, No.1, Th, 2012


492 | M. Wildan Yahya, et al.

Nasution, S. dan M. Thomas, Buku Penuntun Membuat Tesis, Skripsi, Disertasi,


Makalah, Bumi Aksara, Jakarta, Cet. VIII, 2002.
Nicholson, Reynold A., The Mystics of Islam, London, Rootledge & Kegan Paul, 1975.

-------------, Studies in Islamic Mysticisme, Cambridge, Cambridge University Press,


1921.
-------------, The Sufi Doctrine of the Perfect Man, The Near Eastern Press, Edmonds,
1984.
Noer, Kautsar Azhari, Ibn al-‘Arabî: Wahdat al-Wujûd dalam Perdebatan, Paramadina,
Jakarta, 1995.
Palimbani, Abdus Shamad al-, Sâir al-Sâlikîn `Ilâ ‘Ibâdat Rabb al-‘Alâmîn, Maktabah
al-Bâbî al-Halabî, Kairo, 1953.
-----------, Hidâyat al-Sâlikîn fi Maslak al-Muttaqîn, tanpa ket. Penerbit, Surabaya,
1993.
Qastalânî, `Irsyâd al-Sârî li Syarh Shahîh al-Bukhârî, Dâr al-Qalam, Beirut, 1305 H.
Qusyairî, Abu Qâsim ‘Abd al-Karîm ibn Hawazin al-, Al-Risâlah al-Qusyairiyyah fî
‘Ilm al-Tashawwuf, Dâr al-Jîlî, Beirut, 1990.
Ranggawarsita, Serat Wirid, Administrasi Jawi Kandha, Surakarta, 1980.
Rasyidi, HM., Islam dan Kebathinan, Jakarta, Yayasan Islam Studi Club Indonesia,
1967.
Santrie, Aliefya M., Martabat Alam Tujuh karya Syekh Abdul Muhyi, dalam Ahmad
Rifa’i Hasan, Warisan Intelektual Islam Indonesia, Bandung, Mizan, 1992.
Schimmel, Annemarie, Mistical Dimension of Islam, The University of North Carolina,
Chapel Hill, 1975.
Shâbûnî, Muhammad ‘Alî al-, Shafwat al-Tafâsir, Beirut-Libanon, Darul Fikri, TT.
Simuh, Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga Warsita, Jakarta, UI-Press, 1988.
---------, Tasawuf dan Perkembangannya dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1996.
Soebadio, Haryati, Penelitian Naskah Lama Indonesia, dalam Bulletin Yaperna, Th.
VII, Juni, 1975.
Sulastin, Sutrisno, Relevansi Studi Fi.lologi, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Universitas Gajah Mada (UGM),
Yogyakarta, 19 Maret 1981.
-----------, Islam di Indosia, Bulan Bintang, Jakarta, 1974.
Tanaya, Wirid Hidayat Jati, Surabaya, 1954.
Thûsi, Abu Nashr al- Sirâj al-, Al-luma’, al-Maktabah al-Hadîtsah, Mesir, TT.
Valiudin, Mir, The Qur`anic Sufism, Motial Banarsidass, New Delhi, 1981.
----------,.Comtemplative Disciplines in Sufism, East-West Publication (UK) Ltd.,
London, 1980.
Woodward, Mark R., Islam in Java: Normative Piety and Mysticism in The Sultanate of
Yogyakarta, The Asia Foundation, Singapura, 1989.
---------------, Islam Jawa (Kesalehan Normatif Versus Kebathinan), LkiS, Yogyakarta,
1999.
West, Textual Criticism and Editorial Technique, Stuttgart, 1973.
Yusuf, Abdullah dkk., Naskah-Naskah Syekh Haji Abdul Muhyi, Bandung, Depdikbud
(Sundanologi), 1987.

Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora

Anda mungkin juga menyukai