Anda di halaman 1dari 18

1 Tafsir Sains

HOMOSEKSUAL PERSPEKTIF ISLAM DAN SAINS


(Kajian Tentang QS. An-Naml [4]: 54-59)

Annida Salsabila Fitri, Syafa Lu’luul Tsania

Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Salatiga
Email: annidasalsabilaf@gmail.com, syafatsania07@gmail.com

Abtsrak

Artikel ini membahas salah satu topik yang tak usai ramai perdebatkan.
Kehadiran homoseksual di tengah masyarakat memberikan pro kontra tentang
eksistensinya yang dianggap menyimpang dan tidak sesuai norma yang telah ada.
Bagi umat muslim sendiri, secara fitrahnya manusia diciptakan oleh Allah swt
dengan dorongan jasmani dan nalurinya. Salah satu tujuan diciptakan naluri ini
adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan diantara pasangan
suami istri. Bagaimana jadinya jika naluri melestarikan keturunan ini akan terwujud
dengan hubungan sesama jenis? Untuk itu, dengan menggunakan metode
penellitian kepustakaan (library research), artikel ini akan membahas homoseksual
dengan mengkaji Q.S. An-Naml [4]: 54-56 yang ditafsirkan Quraish Shihab,
dimana akan diceritakan penggalan kisah Nabi Luth dan kaumnya, yang akan
menjadi homoseksual pertama dalam sejarah, kemudian homoseksual perspektif
Islam yang telah jelas bahwa Allah menentang perbuatan keji tersebut, serta
perspektif psikologi dengan tiga poin utama yakni penyebab terjadi homoseksual,
perubahan dan kecenderungan orientasi homoseksual dan dampak yang
ditimbulkan.

Kata Kunci: Tafsir Sains, Homoseksual, Islam, psikologi.

1
2 Tafsir Sains

PENDAHULUAN

Pembahasan terkait homoseksual tak henti-hentinya menjadi isu yang


marak dperdebatkan. Dalam al-Qur’an pemasalahan ini telah dijelaskan melalui
kisah Nabi Luth a.s. yang diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada kaum Sodom
(dekat Laut Mati) Nabi Luth melaksanakan perintah Allah untuk berdakwah kepada
kaum Sodom. Dengan penuh kesabaran, dia terus mengingatkan kaumnya agar
meninggalkan perilaku menyimpang, di antaranya perilaku homo dan lesbian.
Selain itu, Luth mengingatkan mereka agar tidak lagi melakukan tindak kejahatan,
seperti merampok dan menganiaya.
Hal tersebut benar terjadi dimasa sekarang ini. Salah satu isu aktual dan
kontroversial pada masa ini adalah munculnya kelompok lesbian, gay, biseksual,
dan transgender (LGBT) di Indonesia dan dunia yang bukan hanya menuntut agar
diakui eksistensinya di masyarakat, tetapi juga menuntut agar pernikahannya
sesama jenis dilegalisasi undangundang. Dengan dalih HAM, kelompok LGBT
menganggap bahwa orientasi seksualitas sesama jenis yang mereka lakukan itu sah,
sebab hal itu juga soal pilihan hidup secara personal.
Para peneliti sebelumnya telah meneliti hal serupa dengan baik. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Tri Ermayani (2017), dengan judul “LGBT Dalam
Perspektif Islam”, yang diterbitkan melalui Jurnal Humanika. Artikel ini dirancang
untuk dapat memahamkan bahaya LGBT bagi orang tua dan guru dalam pendidikan
anak, dan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain. Harapan peneliti, penelitian ini
dapat memperkaya pemahaman tentang LGBT dalam perspektif Islam dan bahaya
yang ditimbulkan sehingga bermanfaat untuk generasi dalam bidang pendidikan
dan kehidupan sosial sehingga dapat ditemukan dan diterapkan beberapa strategi
penanganan LGBT mulai dari mencegah/ menghindari sampai mengobatidari sisi
ilmu jiwa dan pendidikan agama Islam.1
Ayub (2017) dengan judul “Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian
Psikologis dan Teologis)” yang diterbitkan melalui Jurnal Tasfiyah. Tulisan

1
Tri Ermayani, LGBT Dalam Perspektif Islam, Jurnal Humanika, Th. 17, No. 2. September ,
2017.

2
3 Tafsir Sains

tersebut berusaha menyingkap fakta-fakta itu; bagaimana sesungguhnya di balik


dari gerakan LGBT ini, dengan menyingkap latar belakang dan sejarah bagaimana
sebetulnya legalitas gerakan ini berproses serta berevolusi. Tidak lupa pula
penjelasan bagaimana sebetulnya agama—dalam hal ini Islam—menyikapi
orientasi seksual yang satu ini.2
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (librabry research) penelitian
yang dilaksanakan dengan mencari literatur (kepustakaan) maka sumber-sumber
yang penulis gunakan adalah buku-buku yang memuat tentang homoseksual, kajian
dalam al-Qur’an serta bahasan-bahasan dalam perspektif Islamda dan psikologi,
berupa catatan maupun laporan penelitian terdahulu. Dengan menggunakan metode
deskripsi, yakni metode dalam bentuk deskripsi agar penulis mampu memahami
dan memberikan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang terkait dengan
penelitian ini.
Dengan metode penelitian kepustaakan tersebut penulis akan mencoba
untuk menelaah beberapa masalah pokok dalam materi homoseksual ini.
Setelahnya, didapat ada 4 fokus pembahasan dalam kajian ini, yaitu Penafsiran
Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah terhadap Q.S. An-Naml [27]: 54-56,
kemudian pengenalan homoseksual dalam orientasi seksual, homoseksual dalam
perspektif islam, serta homosksual dalam perspektif ilmu pengetahuan dan
psikologi.
Untuk itu, tulisan ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah
tafsir sains. Selain itu tulisan ini juga sebagai bahan pembelajaran terkait salah satu
penyimpangan seksual yakni homoseksual dari berbagai perspektif. Penulis juga
berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

2
Ayub, Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis), TASFIYAH: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2017.

3
4 Tafsir Sains

PEMBAHASAN

Penafsiran Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah terhadap Q.S. An-Naml


[27]: 54-56.

1) QS. An-Naml [27]: 54


َ ْ ُ ْ ُ ْ ُ َْ َ َ َ َ ْ َ ُْ ََْ ْ َ َ َ ْ ً ْ ُ َ
٤٥ ‫صرون‬ ِ ‫احشة وانتم تب‬ ِ ‫ولوطا ِاذ قال ِلقو ِم ٖٓه اتأتون الف‬

Artinya: Dan Luth ketika dia berkata kepada kaumnya: “Apakah kamu
mengerjakan perbuatan fahisyah sedang kamu menyaksikan?”

Dalam Tafsir al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan, ayat di atas turun


untuk memerintahkan Nabi Muhammad saw agar mengingat kisah Nabi Luth dan
ingatkan pula kepada kaumnya yaitu ketika beliau sebagai kecaman dan teguran
masyarakat tempatnya bermukim: “Sungguh buruk perilaku kamu. Apakah kamu
tidak berakal atau tidak malu mengerjakan perbuatan fahisyah yakni perbuatan
yang sangat buruk dalam pandangan akal dan adat kebiasaan manusia terhormat
sedang kamu menyaksikan dengan mata kepala dari kedurhakaan yang kamu
lakukan?”

َ ُ ُ َْ
Kata (‫ )انت ْم ت ْب ِص ُر ْون‬antum tubshirun / sedang kamu menyaksikan, di samping

makna yang sudah dikemukakan oleh Quraish Shihab sebelum ini, juga bisa
diartikan: “Kamu menyaksikan manusia bahkan hewan sekalipun melampiaskan
nafus seksualnya pada lawan seksnya, yang lelaki dengan perempuan dan yang
jantan dengan betina. Atau dengan arti lain: sedang kamu meyaksikan keburukan
perbuatan tersebut dengan mata hati kamu – jika kamu mau menggunakannya – dan
menyaksikan pula (dewasa ini dengan mata kepala) dampak dan akibatnya antara
lain denan tersebuar luasnya penyakit yang belum ditemukan obatnya.3

2) QS. An-Naml [27]: 55

3
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an), Jilid I (Ciputat:
Lentera Hati, 2007), hlm. 241-242.

4
5 Tafsir Sains

َ ْ ُ َ ْ َ ٌ ْ َ ْ ُ َْ ْ َ َ ْ ُ ْ ًَ ْ َ َ َ َ ُْ ْ ََ ْ ُ َ َ
٤٤ ‫النسا ِۤءۗبل انتم قوم تجهلون‬ ِ ‫الرجال شهوة ِمن دو ِن‬
ِ ‫ا ِىنكم لتأتون‬

Artinya: “Apakah sesungguhnya kamu mendatangi laki-laki untuk syahwat


yang bukan wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang dungu.”

Kemudian secara tegas Nabi Luth as. menyebutkan fahisyah/perbuatan


buruk yang beliau maksud, yakni dengan mengajukan pertanyaan sambil
mengukuhkannya dengan tujuan mengisyaratkan betapa sulit diterima akal yang
sehat dan nurani yang suci fahisyah yang mereka lakukan itu. Nabi Luth as. berkata:
“Apakah benar-benar telah terjadi bahwa kamu mendatangi laki-laki untuk
memenuhi syahwat seksual kamu, bukan mendatangi wanita sebagaimana layaknya
manusia bahkan binatang? Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan.
Sebenarnya dengan perbuatan itu terbukti bahwa kamu adalah kaum yang dungu.
tidak mengetahui dampak keburukan terhadap kesehatan dan keturunan, tidak juga
siksa Allah di dunia dan di akhirat.”

َ ُ َْ
Kata (‫)تج َهل ْون‬ tajhalun/dungu/bodoh dan picik. Ada juga yang

memahaminya dalam arti tidak mengetahui sekaligus picik. Ada kesan yang
berbeda antara tajhalun / dungu / picik dengan tidak mengetahui. Yang tidak
mengetahui boleh jadi tidak mempunyai ide sama sekali tentang persoalan yang
dimaksud, sedangkan dungu mengandung makna adanya ide dalam benak yang
bersangkutan tetapi ide tersebut salah. Seseorang tidak akan mengalami banyak
kesulitan utnuk menjelaskan sesuatu yang tidak diketahui seseorang, tetepi bila ia
dungu, maka perlu menghapus terlebih dahulu kesalahan yang ada dalam benaknya,
baru kemudian menjelaskan kepadanya dan mengisi benaknya dengan ide yang
benar.

Pandangan masyarakat Nabi Nuh as. tentang pelampiasan syahwat melalui


lawan jenis ini, telah sangat membudaya, sehingga sangat tidak mudah untuk

5
6 Tafsir Sains

menguranginya, bahkan mereka menganggap salah dan keliru siapa saja yang
enggan melakukan atau melarangnya.4

3) QS. An-Naml [27]: 56

َُ ْ ُ َ ْ ُ َ ْ َ ْ ُ َٰ ْ ُ ْ َ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
‫اب ق ْو ِم ٖٓه ِال ٖٓا ان قالوٖٓا اخ ِرجوٖٓا ال لو ٍط ِمن قري ِتكمْۙ ِانهم اناس‬
ٌ ْ ‫۞ فما كان جو‬

َ َ ََ َ
٤٥ ‫يتطه ُر ْون‬

Artinya: Maka tidak ada jawaban kaumnya kecuali hanya mengatakan:


“usirlah keluarga Luth dari negri kamu, sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang sangat menyucikan diri.”

Teguran yang demikian jelas bahkan yang menimbulkan rasa malu bagi
setiap orang normal yang terekam oleh ayat sebelumnya, tidak digubris sedikit pun
oleh kaum Nabi Luth as, bahkan mereka menganggapnya sebagai teguran yang
tidak wajar ditanggapi, maka karena itu tidak ada jawaban kaumnya, kecuali hanya
mengatakan kepada sesama yang durhaka: “Usirlah Luth dan keluarganya yakni
pengikut-pengikutnya dari negeri tempat tinggal kamu, sesungguhnya mereka
adalah orang-orang lemah yang terus menerus sangat menyucikan diri.”

َ َ َ َ َ َ َ َ
Firman-Nya: (‫اب ق ْو ِم ٖٓه‬‫ )فما كان جو‬fa ma kana jawaba qaumihi / tidak ada

jawaban kaumnya, dapat juga dipaham dengan arti tidak ada jawaban yang mereka
ucapkan kecuali jawaban yang bukan pada tempatnya, seperti jawaban yang mereka
sampaikan disini.

ُ َ
Ucapan mereka (ْۙ‫ ِ)م ْن ق ْر َي ِتك ْم‬min qiryatikum / dari negri kamu memberi

isyarat bahwa Nabi Luth as. bukanlah penduduk asli negri itu, sekaligus
mengisyaratkan bahwa masyarakatnya menilai beliau enggan melakukan apa yang

4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an), Jilid I (Ciputat:
Lentera Hati, 2007), hlm. 242-243

6
7 Tafsir Sains

mereka anggap baik atau nprmal sehingga beliau tidak wajar bermukim bersama
mereka. Memang Nabi Luth as. sebagaimana Nabi Ibrahim as. bukanlah penduduk
asli kaumnya, seperti yang telah disebutkan sebelum ini.

َ َ َََ
Kata (‫ )يتطه ُر ْون‬yatathahhharun / menyucikan diri terambil dari kata ( ‫)طهارة‬

thaharah yang berarti kebersihan lahir atau kasucian batin. Pola kata yang
digunakan pada ayat ini mengandung makna upaya sungguh-sungguh.
َ َ ََ َ
Kesungguhan tersebut dipaham dan penambahan huruf ta’ pada kata (‫)يتطه ُر ْون‬

yatathahharun.

Boleh jadi yang mereka maksud dengan kesungguhan adalah berpura-pura


secara sungguh-sungguh bersifat suci, seperti ucapan sementara orang yang bejat
terhadap yang enggan melakukan keburukan yang mereka lakukan dengan berkata:
“Jangan sok (berpura-pura) suci!” Boleh jadi juga mereka menilai Nabi Luth as.
dan keluarganya telah melampaui batas dalam kesucian. Memang seorang yang
telah terbiasa dengan keburukan dan menganggapnya normal, sering kali menilai
kebaikan sebagai sesuatu yang buruk, bukan saja karena jiwa mereka telah terbiasa
dengan keburukan sehingga mereka mendekati kebaikan dan menilainya buruk,
tetapi juga karena sesuatu yang telah terbiasa dilakukan pada akkhirnya dianggap
normal bahkan baik.5

Selanjutnya kisah kaum Nabi Luth ini pada ayat 27-29. Dimana akhirnya,
para pendurhaka menurut ayat 58, dihujani batu oleh Allah swt hingga
membinasakan seluruh kaum Sodom, yang berdomisili di negeri Sodom (tempat
tinggalnya Nabi Luth) dan karena itu di kalangan bangsa Barat yang beragama
Kristen perbuatan demikian disebut sodomi, dan juga istrinya yang durhaka.

Binasanya kaum Sodom menjadikan akhir dari kisah homoseksual pertama


yang pernah ditemukan sejarah. Ini juga dapat dijadikan dasar guna melarang

5
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah (Pesan, kesan dan keserasian al-Qur’an), Jilid I (Ciputat:
Lentera Hati, 2007), hlm. 243-244.

7
8 Tafsir Sains

perbuatan homoseksualitas, karena perbuatan ini merupakan praktik seksual


abnormal dan merupakan penyimpangan seksual yang sangat menjijikkan, sehingga
sangat dikutuk oleh agama Islam, termasuk salah satu dosa besar yang hukumnya
haram, karena itu termasuk perbuatan keji dan melewati batas. Nabi Muhammad
saw bersabda, “Semoga Allah mengutuk orang-orang yang melakukan perbuatan
kaum Luth.” Beliau mengulang-ulanginya sampai tiga kali pernyataan tersebut.

Homoseksual Dalam Orientasi Seksual

Homoseksual sendiri merupakan salah satu dari 12 macam penyimpangan


seksual yaitu Sodomi, Frotteurisme, Zoophilia, Necophilia, Bestially, Pedofilia,
Voyeuridmr, Masokisme, Fethisisme, Homoseksual, Sadomasokisme.6 Sehingga
penyimpangan seks adalah hubungan seks yang tidak semestinya, melanggar
larangan Allah swt dan dilakukan karena hanya menuruti hawa hafsu dan syahwat
tanpa menggunakan etika dalam kehidupan sosial dan bertentangan dengan nilai-
nilai ajaran Islam.

Sedangkan orientasi seksual mencakup tiga domain, yaitu heteroseksual,


homosksual, dan biseksual. Dua diantaranya terdapat orientasi seksual yang tidak
sehat yaitu homoseksual dan biseksual, karena kesehatan yang dimaksud di sini
adalah merujuk pada bagaimana seorang individu membangun hubungan kedekatan
dengan orang lain dan bagaimana individu tersebut mengeskpresikan dan
menikmati hasrat cinta mereka dengan cara-cara yang sewajarnya. Sedangkan
heteroseksual adalah penyaluram hasrat cinta dan seksual yang wajar, oleh karena
itu disebut dengan hubungan seksual yang sehat.
Dalam hal ini LGBT merupakan perilaku penyimpangan seksual yang
dilakukan oleh seseorang karena hubungan seks yang tidak sesuai dengan lazimnya.
Istilah LBGT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender.
Istilah ini digunakan sejak tahun 1990-an menggantikan frasa “komunitas gay”
karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan, yang

6
Sarlito Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002).

8
9 Tafsir Sains

digunakan untuk menunjukkan pembagian peran yang sama dalam karakter


maskulin dan feminin pada saat yang bersamaan. Seorang andro dalam arti identitas
gender, adalah orang yang tidak dapat sepenuhnya cocok dengan peranan gender
maskulin dan feminism.
Sedangkan dari masing-masing istilah, dapat diartikan bahwa 1) Lesbian
berarti seorang perempuan yang mencintai atau menyukai perempuan, baik dari
segi fisik atau pun dari segi seksual dan juga spiritualnya, jadi memang hal ini
sangatlah menyimpang. 2) Gay adalah seorang laki-laki yang menyukai dan juga
mencintai laki-laki, dan kata-kata gay ini sering disebutkan untuk memperjelas atau
tetap merujuk pada perilaku homoseksual. 3) Bisexual yang sedikit berbeda dengan
kedua pengertian di atas karena orang bisexual itu adalah orang yang bisa memiliki
hubungan emosional dan juga seksual dari dua jenis kelamin tersebut jadi orang ini
bisa menjalin hubungan asmara dengan laki-laki ataupun perempuan, 4)
Transgender yakni ketidaksamaan dari identitas gender yang diberikan kepada
orang tersebut dengan jenis kelaminnya, dan seorang transgender bisa termasuk
dalam orang yang homoseksual, biseksual, atau juga heteroseksual.7
Dari masing-masing pengertian tersebut dapat kita simpulkan
penyimpangan seksual ini memiliki sebuah kesamaan yaitu mencari kesenangan
baik dari segi prikis ataupun psikologis dan mereka bisa melakukan hubungan
dengan sesama jenis, bukan melakukannya dengan lawan jenis seperti orang
normal.

Homoseksual Perspektif Islam

Dalam pandangan Islam, pada dasarnya Allah hanya menciptakan manusia


dalam dua jenis kelamin saja, yakni laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang
disebutkan dalam firman Allah swt:

7
Meity Marhaba, Cornelius Paat, dan John Zakarias, “Jarak Sosial Masyarakat Dengan
Kelompok Lesbian Gay Biseksual Dan Trangender (LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu
Kabupaten Boalemo Provinsi Gotontalo”, Jurnal Ilmiah Society, Vol. 1 No. 1 Tahun 2021, hlm. 3.

9
10 Tafsir Sains

َ َ
ُْْٰ َ َ َ َ َ ٗ ََ
٥٤ ْۙ‫َوانه خلق الز ْوج ْي ِن الذك َر َوالانثى‬

Artinya: “Dan Dia (Allah) menciptakan dua pasang dari dua jenis laki-laki
dan perempuan” (Q.S. An-Najm []: 45)
ٰ ْ ُ َ َ َ ْ ْ ُ ٰ ْ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ٰٓ
٣١ .... ‫يايها الناس ِانا خلقنكم ِمن ذك ٍر وانثى‬

Artinya: “Wahai manusia kami menciptakan kamu yang terdiri dari laki-
laki dan perempuan …” (Q.S. Al-Hujurat[49]: 13)

Kedua ayat di atas telah menunjukkan bahwa manusia di dunia ini hanya
terdiri dari dua jenis saja, laki-laki dan perempuan, dan tidak ada jenis lainnya.
Tetapi dalam kenyataannya dapat ditemui adanya seseorang yang tidak mempunyai
status yang jelas, bukan laki-laki dan bukan perempuan.

Islam sangat memperhatikan kesucian dan kehalalan. Agar manusia sehat


dan cerdas secara emosional, intelektual dan spiritual maka semua yang dikonsumsi
haruslah memenuhi kriteria suci dan halal. Maka ketika seseorang telah
menyimpang dan melanggar larangan yang telah Allah tetapkan, orang tersebut
dikatakan sakit secara spiritual.

Homoseksual (gay) di dalam agama Islam disebut dengan istilah “al-liwath”


( ‫ ) اللواط‬yang berarti orang yang melakukan perbuatan seperti perbuatan kaum Nabi

Luth, yang pelakunya disebut “al-luthiyyu” ( ‫) اللوطي‬, yang berarti laki-laki yang
melakukan hubungan seksual dengan laki-laki.8

Lalu, dalam kamus al-munir Istilah lesbian di dalam agama Islam disebut
dengan “al-sihaq” ( ‫ ) السحاق‬yang berarti perempuan yang melakukan hubungan
seksual dengan sesama perempuan. Dari pengertian tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa homoseksual ialah hubungan seksual antara laki-laki dengan

8
Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah, al-Mu’jam al-Wasith, cet. II, Jilid II, (Mishr: Dar al-Ma’arif,
1393 H- 1973 M), hlm. 846.

10
11 Tafsir Sains

laki-laki, sedangkan untuk berhubungan seks antara wanita, disebut lesbian (female
homosex).

Dalam hukum Islam, homoseksual sesama pria disebut liwath yang akar
katanya sama dengan akar kata Luth. Perbuatan homoseks sesama pria itu disebut
liwath, karena perbuatan tersebut pernah dilakukan oleh kaum yang durhaka kepada
seruan Nabi Luth as. Dalam berbagai referensi semua mengatakan, bahwa
homoseksual adalah kebiasaan seorang lakilaki melampiaskan nafsu seksualnya
pada sesamanya. Sedangkan lesbian adalah kebiasaan seorang perempuan
melampiaskan nafsu seksualnya pada sesamanya.

Sedangkan dalam LGBT terdapat istilah lainnya yaitu waria. Waria atau
dalam bahasa Arabnya disebut al-Mukhannats adalah laki-laki yang menyerupai
perempuan dalam kelembutan, cara bicara, melihat, dan gerakannya. Al-Khuntsa,
dari kata khanitsa yang secara bahasa berarti lemah lembut. Al-Khuntsa secara
istilah bermakna seseorang yang mempunyai dua kelamin, yaitu kelamin laki-laki
dan kelamin perempuan, atau orang yang tidak mempunyai salah satu dari dua alat
vital tersebut, tetapi ada lubang untuk keluar air kencing.

Transgender tidak lepas dari upaya operasi ganti kelamin, karena mereka
yang transgender ada orientasi untuk merubah atau mengganti jenis organ kelamin.
Oleh karena itu, harus dipahami tentang proses operasi ganti kelamin yang sering
dilakukan oleh dunia kedokteran. Pertama, masalah seseorang yang lahir dalam
kondisi normal dan sempurna organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi lakilaki
dan vagina (farj) bagi perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak
dibolehkan dan diharamkan oleh syariat Islam untuk melakukan operasi kelamin.
Kedua, operasi kelamin yang bersifat tashhîh atau takmîl (perbaikan atau
penyempurnaan) dan bukan penggantian jenis kelamin menurut para ulama
diperbolehkan secara hukum syariat. Ketiga, apabila seseorang mempunyai alat
kelamin ganda, yaitu mempunyai penis dan juga vagina, maka untuk memperjelas
dan memfungsikan secara optimal dan definitif salah satu alat kelaminnya, ia boleh
melakukan operasi untuk ‘mematikan’ dan menghilangkan salah satu alat
kelaminnya.

11
12 Tafsir Sains

Alasan apapun yang dilakukan oleh seseorang untuk tujuan menggubah


ciptaan Allah maka hal itu dilarang, sebagaimana yang disebutkan Allah dalam
firmannya:

ٰ َ ُ ََ
َ ْ َ َ ُ َ ُ َ َ ْ ُ َ َ ُ ٰ ََ ََْ ْ َ َٰ َ ُ َ َُ َ ْ ُ َ َ ُ ٰ ََ ْ ُ َ َ َ ُ ََ ْ ُ َ
ِۗ ّٰ‫ام ولامرنهم فليغ ِيُرن خلق ا‬ ِ ‫ولا ِضلنهم ولام ِنينهم ولامرنهم فليب ِتكن اذان الانع‬

ً ْ ُ ً َ ْ ُ َ َ ْ ََ ٰ ُ ً ٰ َ َ َ
٣ ١ ‫ۗو َم ْن يت ِخ ِذ الش ْيط َن َولِ يا ِم ْن د ْو ِن اّٰ ِ فقد خ ِسر خسرانا م ِبينا‬
َۗ

Artinya: “Dan Aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan


membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka
(memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar
memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka mengubahnya, barang siapa yang menjadikan syaitan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian
yang nyata.”

Istilah waria, transgender, homoseksual (liwath), menyerupai lawan jenis,


lesbian, dan sebagainya telah digolongkan oleh Allah Swt sebagai kaum yang
melampaui batas sebagaimana dalam Q.S. Al-A’raf [7]: 80-81, termasuk perbuatan-
perbuatan keji sesuai dalam Q.S. Hud [11]: 78, apa alasan mendatangi jenis lelaki,
dan dikatakan Allah sebagai kaum yang tidak mengetahui akibat perbuatan itu,
selanjutnya Allah tidak segan-segan memberi azab sebagaimana yang ditimpakan
kepada kaum Luth. 9

Homoseksual Perspektif Ilmu Pengetahuan dan Psikolagi


Dalam memahami LGBT atau homoseksual, telah banyak dilakukan
penelitian dalam memandang dan mengkritisi orientasi tersebut. Salah satu buku
panduan yang terkenal dalam mengkaji homoseksual terdapat pada tahun 1952.

9
Tri Ermayani, LGBT Dalam Perspektif Islam, Jurnal Humanika, Th. 17, No. 2. September ,
2017

12
13 Tafsir Sains

“The American Psychiatric Association” (APA) menerbitkan DSM untuk pertama


kalinya. DSM adalah “The Diagnostic and Statistical Manual, Mental Disorders,”
panduan resmi yang dikeluarkan lembaga tersebut untuk menentukan penyakit
mental.10
Pada seri pertama tersebut homoseksulitisa dianggap penyimpangan seksual
yang bisa digolongkan sebagai “sociopathic personality disorders.” Di sini
homoseksualitas masih dipandang sebagai sebuah penyakit seksual yang tidak bisa
diterima oleh masyarakat. Pada seri kedua yang terbit tahun 1968, homoseksualitas
masih tetap dimasukan kategori penyimpangan seksual tapi lebih ringan. Baru pada
seri DSM-III yang terbit pada tahun 1973, terjadi perubahan yang cukup signifikan.
Di dalam seri ini homoseksualitas tidak lagi dianggap penyimpangan.
Homoseksualitas hanya boleh dianggap gangguan mental bila yang bersangkutan
mengalami ketidakpuasan terhadap keadaannya tersebut. 11 Perubahan ini sangat
penting karena masalahnya bukan lagi orientasi homoseksualitas, melainkan
depresi yang dirasakan masyarakat karena tekanan yang diberikan kepada mereka.
Namun diduga adanya tekanan politik yang dihadapi oleh APA dalam
proses deklasifikasi homoseksualitas membuat mereka bersikap ambigu. Sebagai
kompensasi terhadap tekanan kolega psikolog yang tetap pada keputusan bahwa
homoseksualitas adalah tidak normal, mereka memberikan catata bahwa keputusan
APA mendeklasifikasi homoseksualitas tidak boleh dijadikan dalih oleh aktivis pro-
gay.
APA mendeklasifikasikan homoseksualitas dari DSM akan membuat
masyarakat percaya bahwa menjadi homoseksual sesugguhnya normal. Dilema di
atas membuat posisi APA terhadap orientasi seksual yang normal menjadi sangat
relativ, mengikut nilai humanisme sekuler. Hal ini dipertegas keterangan APA di
dalam DSM IV bahwa kriteria normal memang beragam berdasarkan kultur,

10
American Psychiatr. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders DSMIV-TR
Fourth Edition, (Washington: American Psychiatric Association, 1996), xvii.
11
Ayub, Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis), TASFIYAH: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2017, hlm. 194-195.

13
14 Tafsir Sains

“It is important to note that notions of deviance, standards of sexual


performance, and concepts of appropriate gender role can vary from culture
to culture.”12
Dengan demikian, APA tetap kembali menyerahkan kepada budaya
masingmasing masyarakat untuk menetukan perilaku seks menyimpang. Olehnya,
menjadikan psikologi sebagai satu-satunya basis bagi penerimaan homoseksaulitas
tidaklah tepat. Sebagai muslim, keputusan harus dikembalikan kepada wahyu
sebagaiaman akan didiskusikan pada bagian selanjutnya.
Dalam pembahasan homoseksual ini Terdapat tiga poin penting yakni;

1) Sebab (etiologi) homoseksualitas.

Aktivis pro-homoseksual berdasarkan penelitian ilmiah terutama oleh


LeVay (2010) berpendapat bahwa homoseksualitas adalah pengaruh hormon.
Kemudian Neil N Whitehead yakni seorang ahli biokimia yang telah meneliti “gay
gen” selama empat puluh tahun. Berdasarkan hasil penelitiannya, ia mengkritisi
pendapat orang-orang yang menerapkan definisi biologis terhadap orientasi seksual
seseorang. Hasil penelitiannya pertama kali diterbitkan pada tahun 1999 berjudul
“My Genes Made Me Do It!,” lalu direvisi dengan penambahan bukti kemudian
terbit lagi pada tahun 2013 dengan judul “My Genes Made Me Do It! Homosexuality
and the Scientific Evidence.” Yang menjadi bukti terkuat menurut Whitehead
adalah penelitian “Twin studies.” Secara sederhana “twin studies” adalah studi yang
dilakukan terhadap orang-orang homoseksual yang memiliki saudara kembar.
Apabila homoseksual adalah pengaruh gen, maka dua orang kembar seharusnya
sama-sama berorientasi homoseksual sebab secara gen mereka identik. Namun,
penelitian ekstensif terhadap kembar identik telah menunjukkan bahwa dari
sembilan pasang kembar yang salah satunya adalah homoseksual, hanya satu dari
sembilan yang juga homoseksual. Menurut Whitehead, hasil penelitian ini tidak
hanya menyanggah aspek genetik, tetapi juga semua aspek biologis lainnya.13

12
American Psychiatr. Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders DSMIV-TR
Fourth Edition, (Washington: American Psychiatric Association, 1996), xvii, hlm. 493.
13
Neil L Whitehead dan Briar Whitehead, My Genes Made Me Do It! Homosexuality and the
Scientific Evidence, (Whitehead Associates, 2013), hlm. 177

14
15 Tafsir Sains

2) Persoalan perubahan orientasi seksual seseorang dengan kecendrungan


homoseksual
Dalam hal ini, “The American Psychiatric Association” APA telah
mengklaim bahwa tidak ada satupun bukti keberhasilan terapi semacam itu.
Namun para ahli mengungkapkan pendapat berbeda tentang tekanan tersebut.
Salah satunya adalah Robert L. Spitzer, yang pada tahun 2003 mempublikasikan
hasil penelitiannya dengan menunjukkan keberhasilannya mengubah orientasi
seksual dari 200 orang yang mendapat terapi.14 . Meski sejak itu ia mendapat
tekanan dari komunitas gay, dan berpengaruh besar hingga menyebabkanya
mencabut hasil penelitiannya di dalam sebuah tulisan singkat.
Pada perubahan orientasi seksual, ada beragam faktor yang perlu
diperhatikan. Salah satu faktor yang paling besar dalam perubahan orientasi
seksual adalah motivasi orang-orang homoseksual tersebut. Motivasi tersebut akan
sangat kuat bila berasal dari dorongan keimanan. Dadang Hawari, psikiater
kenamaan dari Universitas Indonesia menegaskan bahwa seorang homoseks bisa
berubah asalkan ia memiliki kemauan yang kuat. 15 Selain itu juga perlu
diperhatikan dukungan keluarga, lingkungan, kuat lemahnya kadar homoseksual,
dan libido serta faktor iman, yang ternyata menempati posisi yang juga penting.
Temuan Spitzer tentang 200 orang homoseksual yang berhasil melewati terapi
adalah kebanyakan berasal dari kalangan religius, “the vast majority (93%) of the
participants reported that religion was “extremely” or “very” important in their
lives.“16 Hasil temuan ini sejalan dengan upaya psikiater berlatar belakang agama
yang baik seperti Dadang Hawari untuk melakukan terapi spritual, selain biologis,
sosial, dan psikologis.17

14
Robert L. Spitzer “Can Some Gay Men And Lesbians Change Their Sexual Orientation? 200
Participants Reporting A Change From Homosexual To Heterosexual Orientation,” dalam ‘
Archives of sexual behavior,’ 32.5 (2003), hlm. 403-417.
15
Ayub, Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis), TASFIYAH: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2017, hlm. 198.
16
Robert L. Spitzer “Can Some Gay Men And Lesbians Change Their Sexual Orientation? 200
Participants Reporting A Change From Homosexual To Heterosexual Orientation,” dalam ‘
Archives of sexual behavior,’ 32.5 (2003), hlm. 406.
17
Ayub, Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis), TASFIYAH: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2017, hlm. 199-200.

15
16 Tafsir Sains

3) Dampak dari perilaku homoseksual

Sampai saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa homoseksual yang melakukan
hubungan sex sesama jenis merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
penularan HIV/AIDS. Bahkan ketika penurunan penyebaran virus ini terjadi, pada
mereka yang melakukan hubungan seks sejenis justru menunjukan peningkatan.
Dalam laporannya, Chris Beyre, seorang profesor kesehatan dari John Hopkins
School of Public Health menyimpulkan;

“Our findings show that the high probability of transmission per act
through receptive anal intercourse has a central role in explaining the
disproportionate disease burden in MSM (Man Sex With Man). HIV can
be transmitted through large MSM networks at great speed.... This risk has
been present since the syndrome now known as AIDS was first described
in previously healthy homosexual men in Los Angeles (CA, USA) in 1981.
Despite decades of research and community, medical, and public health
efforts, high HIV prevalence and incidence burdens have been reported in
MSM throughout the world.”18
Selain virus HIV yang menyebabkan seseorang menderita AIDS, di antara
komunitas homoseksual, penyakit-penyakit menular seksual pun sangat rentan
tersebar. Pengidap Gonorhea di antara kaum homoskesual meningkat sejak 1990,
menyusul pula Sipilis, hepatitis C yang didapatkan dari hubungan seksual serta
“lymphogranuloma venereum” yang biasanya menjadi penyakit ikutan bagi pria
yang positif HIV.19

18
Chris Beyrer, et al, “Global Epidemiology of HIV Infection in Men Who Have Sex With Men,”
dalam ‘The Lancet,’ 380.9839 (2012), hlm. 367-368.
19
Ayub, Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis), TASFIYAH: Jurnal
Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2, Agustus 2017, hlm. 201

16
17 Tafsir Sains

KESIMPULAN

Nabi Luth a.s. diutus oleh Allah yang maha bijaksana pegi ke negeri sadum
yang penduduknya sangat durhaka kepada Allah. Kemaksiaatan dan kemungkaran
merajalela dalam peragulan hidup mereka. pencurian dan perampasan harta milik
merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat menjadi kuasa sedang yang lemah
menjadi korban penidasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling
menonjol adalah perbuatan homoseksual di kalangan lelakinya dan lesbian di
kalangan wanitanya. Kedua-dua jenis kemungkaran ini begitu merajalela di dalam
masyarakat sehingga merupakan suatu kebudayaan kaum sodom.

Dimasa sekarang perbuatan keji tersebut merupakan LGBT yang


merupakan sebuah penyakit yang terjadi di masa masa sekarang dan sedang
menjangkit di kaum kaum muda namun LGBT sesungguhnya bisa disembuhkan
dengan dukungan penuh. LGBT merupakan penyimpangan orientasi seksual yang
dilarang oleh semua agama terlebih lagi Islam. Selain karena perbuatan keji ini akan
merusak kelestarian manusia, yang lebih penting Allah SWT dan Rasulullah
melaknat perbuatan ini. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam
untuk melawan segala jenis opini yang seolah atas nama HAM membela kaum
LGBT akan tetapi sesungguhnya mereka membawa manusia menuju kerusakan
yang lebih parah.

Pandangan Islam terhadap LGBT adalah haram, karena Islam telah


mengharamkan zina, gay, lesbian dan penyimpangan seks lainnya serta Islam
mengharuskan dijatuhkannya sanksi bagi pelakunya.

17
18 Tafsir Sains

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatr. (1996). Diagnostic And Statistical Manual Of Mental


Disorders DSMIV-TR Fourth Edition, (Washington: American Psychiatric
Association,), xvii.

Ayub. (2017), Penyimpangan Orientasi Seksual (Kajian Psikologis dan Teologis),


TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 1, No. 2.

Chris Beyrer, et al. (2012) “Global Epidemiology of HIV Infection in Men Who
Have Sex With Men,” dalam ‘The Lancet,’ 380.9839.

Ermayani, Tri. (2017). LGBT Dalam Perspektif Islam. Jurnal Humanika. Th. 17,
No. 2.

Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah. (1973). al-Mu’jam al-Wasith, cet. II, Jilid II,
(Mishr: Dar al-Ma’arif).

Marhaba, Meity, Cornelius Paat, dan John Zakarias. (2021). “Jarak Sosial
Masyarakat Dengan Kelompok Lesbian Gay Biseksual Dan Trangender
(LGBT) Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi
Gotontalo”. Jurnal Ilmiah Society. Vol. 1 No. 1.

Neil L Whitehead dan Briar Whitehead. 2013. My Genes Made Me Do It!


Homosexuality and the Scientific Evidence. (Whitehead Associates)

Robert L. Spitzer. (2003). “Can Some Gay Men And Lesbians Change Their Sexual
Orientation? 200 Participants Reporting A Change From Homosexual To
Heterosexual Orientation,” dalam ‘ Archives of sexual behavior,’ 32.5.

Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada).

Shihab, M. Quraish. (2007) Tafsir al-Mishbah (Pesan, kesan dan keserasian al-
Qur’an). Jilid I (Ciputat: Lentera Hati).

18

Anda mungkin juga menyukai