Anda di halaman 1dari 3

B.

Kurikulum terpadu

Menurut Frazee dan Rudnitski (1995) kurikulum terpadu (integrated curriculum) pada
dasarnya mengintegrasikan sejumlah mata pelajaran melalui keterkaitan di antara
tujuan, isi, keterampilan, dam sikap. Menurut mereka, berbeda dari kurikulum yang
berpusat pada didiplin ilmu (subjec-cetered curriculum), tujuan utama kurikilum
terpadu adalah memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran di antara
berbagai mata pelajaran.

Sementara itu, Oxford (2001) menyatakan bahwa pendekatan terpadu dalam


pembelajaran bahasa memutuskan pada keterpaduan keterampilan berbahasa
termasuk unsur-unsur bahasa, seperti pelafalan, kosakata, dan struktur yang
menjunjung keterampilan berbahasa

Berdasarkan pendapat di atas, kurikulum terpadu dapat di definisikan sebagai


kurikulum yang semua elemennya terpadu baik melalui keterkaitan isi di antara mata
pelajaran oleh pemilihan tema atau keterkaitan antar keterampilan ( keterampilan
berbahasa) oleh pemilihan tema atau topik.

Landasan hukum terpadu

Dalam pengajaran bahasa, terdapat bebagai alasan yang mendasari kurikulum


terpadu. Pertama, teori pisikologi Gestalt menegaskan bahwa anak-anak cenderung
mengorganisasikan persepsi dan pengalamannya secara terintegrasi (Woolfolk, 1995:
275). Kedua, bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan nyata anak-anak tak
pernah terpilih-pilih. Dalam komunikasi lisan pengguna bahasa sekurang-kurangnnya
dua keterampilan erbahasa, menyimak dengan berbicara (lihat Richards dan Rogers,
2001). Ketiga, memedukan dua atau lebih keterampilan berbahasa atau mata
pelajaran melalui tema, bila di lakukan secara cermat, menempatkan penekanan pada
pengembangan keterampilan atau kemampuan melakukan sesuatu dari pada
penguasaan isi cakupan mata pelajaran (Frazee dan Rudnitski, 1995: 135). Keempat
fokus kurikulum terpadu pada hubungan antar disiplin, keterampilan, gagasan, sukap,
serta keyakinan memudahkan peserta didik melihat pola-pola keterhubungan. Pola
keterhubungan antar informasi ini memebentuk skemata (Rumelhart dalam Frazee
dan Rudnitski, 1995) skemata merupakan organisai pengetahuan dan pengalaman
yang di organisasikan oleh peserta didik menjadi “file” pengetahuan peserta didik.
Kurikulum terpadu membantu peserta didik membentuk “file” ini dan mendorong
keterkaitan dan pemahaman lebih dalam terhadap konsep atau makna serta
keterampilan yang telah dipelajari oleh peserta didik, dan transfer pengalaman terjadi
dari satu konteks ke konteks lainnya. Sejalan dengan pandangan ini Ausabel (dalam
Brown, 1994: 79) melalui teori pembelajaran bermakna (Meaningful learning theory)
menegaskan bahwa “learning tekses place in the human organism throuhh a
meaningful process of relating new events or items toalready existing cognitive
concepts of propositions. Teori ini menunjukan bahwa pembelajaran bagi peserta
didik akan bermakna bila apa yang dipelajarai oleh mereka berhubungan dengan apa
yang diketahui dan dialaminya. Berdasarkan kedua teori tersebut dapat disimpulkan
bahwa keterpaduan antar apa yang diketahui dan di alami oleh................... hal 9

Dari berbagia kajian teoretis dan empiris, Fredericks ddk. (1995) menyimpulkan
bahwa model pengajaran berbasis tema mempunyai beberapa kelebihan, antara lain
sebagai berikut:

a. Kontak: memberikan keluasaan baik pada guru maupun peserta didik untuk
mengembangkan keluasan dan kedalaman dalam kurikulum serta
memeberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih terlibat dalam
pembelajaran .
b. Koherensi: memberikan peluang terwujudnya pengalaman belajar yang
melibatkan baik aspek-aspek kognitif, pisikomotor, maupun afektif atau
dalam konsep (1980) melibatkan intelegensi jamak (multiple intelligences)
c. Koneksi: membangun kemungkinan berbagai hubungan antar penegtahuan
atau disiplin (interdisipliner) atau didalam pengetahuan itu sendiri. Dalam
pembelajaran bahasa, ini memungkinan terbentuknya keterkaitan antara
keterampilan berbahasa dengan unsur-unsur bahasa (interdisipliner).
d. Konteks: memberi peluang terwujudnya pembelajaran yang kontekstual,
adanya keterkaitan antara apa yang dipelajari peserta didik dengan apa yang
dialami dan diketahui oleh mereka dalam kehidupannya. Ini sejalan dengan
apa yang disarankan dalam implementasi kurikulum terkait satuan pendidikan
yang mengajurkan unsur-unsur keterampilan hidup (life skills) didalamnya.
e. Kerja sama: membangun proses pembelajaran berdasarkan kerja sama antara
guru dan peserta didik ,serta peserta didik dengan peserta didik hingga
terbangun “komunitas warga belajar” (community of lerners) mewarnai model
tematik. Pembelajaran dengan model ini sebagaimana dikemukakan oleh
johnson dan jhonson (1976) mampu membentuk keterampilan sosial (social
skills) yang dalam konteks pendidikan karakter dapat menjadi salah satu
pilihan patut di pertimbangkan. ................... hall 11

Anda mungkin juga menyukai