Anda di halaman 1dari 9

UAS

PEMBELAJARAN TERPADU

Nama : Novi Faturahmah

NIM : 60403070120146

Semester/Kelas : 4 Cikaret

Dosen : Dewi Fitriani, S.S,. M.Pd.I

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu


Berdasarkan pernyataan dari Saudara dan Resmini dalam Fransyaigu (2016 : 85)
Pembelajaran terpadu berasal dari kata "integrated teaching and learning" atau
"integrated curriculum approach" yang merupakan proses pengembangan
kemampuan yang dimiliki anak didalam proses pembentukan pengetahuan yang
didasarkan pada interaksinya dengan lingkungan dan pengalaman dalam kurikulum.
Beane dalam Fransyaigu (2016 : 86) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu
merupakan model pembelajaran yang dimana mencoba untuk memadukan beberapa
pokok bahasan.
Nama lain dari pembelajaran terpadu adalah kurikulum terpadu. Kurikulum terpadu
ini diartikan Wolfinger dalam Risti (2017 : 4) sebagai kurikulum yang dimana
menggabungkan sejumlah disiplin ilmu dengan cara memadukan keterampilan dan
sikap.
Jadi, pembelajaran terpadu atau kurikulum terpadu sebuah kurikulum atau model
pembelajaran yang dimana pelaksanaan atau isinya memadukan atau menggabungkan
pokoknya bahasan dalam beberapa disiplin ilmu melalui pemanduan keterampilan dan
sikap.
B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu
Berdasarkan pendapat Risti (2017 : 5) prinsip-prinsip pada pembelajaran terpadu
adalah sebagai berikut :
a) Hidden curriculum, yaitu pembelajaran yang memiliki tujuan tertentu dan
tersembunyi namun juga penuh makna.
b) Subjects in the curriculum, yaitu harus memastikan kemampuan anak, lingkungan
dan media pembelajaran selaras.
c) Learning environment, yaitu kegiatan dalam pembelajaran terpadu dipengaruhi
oleh lingkungan sekitar yang merupakan bagian dari sumber belajar. Anak diberi
kebebasan untuk dapat memahami lingkungan dengan caranya agar dapat
mengembangkan kreativitasnya.
d) View ef the social world, maksudnya tidak hanya guru yang berkesempatan untuk
menjadi sumber belajar namun setiap orang dewasa dapat menjadi sumber belajar
yang sesuai dengan tema yang tengah dibahas.
Value and attitude, maksudnya tanpa anak sadari mereka belajar nilai, norma dan
aturan yang berlaku dalam masyarakat karena prinsipnya yang hidden curriculum.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu
Berikut merupakan ciri-ciri dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh
Frasyaigu (2016 : 87) :
a) Child centred, maksudnya pembelajaran berpusat pada peserta didik dimana
peserta didik harus lebih aktif dan guru hanya berperan sebagai fasilitator saja.
b) Memberikan pengalaman langsung pada anak, karena bahasan disesuaikan dengan
pengalaman yang siswa temui sehingga mempermudah proses pembelajaran nya.
c) Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas, karena penyatuan bahasan
antara beberapa disiplin ilmu hal inilah yang menyebabkan sulitnya untuk
memisahkan antara mata pelajaran.
d) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses
pembelajaran, jadi maksudnya satu bahasan di bahas dari pandangan berbagai
mata pelajaran didalam satu waktu.
e) Bersifat luwes, maksudnya fleksibel karena guru dapat mengaitkan anatara
beberapa mata pelajaran bahkan dengan pengalaman keseharian yang dialami
siswa.
Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pembelejaran Terpadu
Berdasarkan pendapat dari Tirtoni (2017 : 172-173) kelebihan dari pembelajaran
terpadu adalah sebagai berikut :
a) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan tingkat perkembangannya.
b) Kegiatan-kegiatan yang ada didalam pelaksanaan pembelaan terpadu sesuai
dengan minat serta kebutuhan anak.
c) Semua kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan lebih bermakna sehingga
hasil belajar yang ia dapatkan akan diingat lebih lama.
d) Keterampilan berpikir siswa akan di tumbuh kembangkan dalam pembelajaran
terpadu.
e) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan dengan permasalahan yang sering
siswa hadapi dan temui di lingkungan siswa dalam kehidupan sehari-hari.
f) Membuat keterampilan sosial siswa lebih berkembang seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
Selain memiliki kelebihan pembelajaran terpadu juga memiliki kelemahan
sebagaimana pendapat Tirtoni (2017 : 174-175), yaitu sebagai berikut :
a) Tidak semua kompetensi dsar dapat dipadukan.
b) Pelaksanaan pembelajaran terpadu membutuhkan sarana dan prasarana belajar
yang memadai untuk mengoptimalkan kompetensi dasar yang hendak dicapai.
Jika sarana dan prasarana ini tidak memadai maka akan mengganggu jalannya
pelaksanaan pembelajaran dan akan berpengaruh pada capaian hasil belajar siswa.
Tidak semua Sekolah Dasar (SD) dapat memahami konsep dari pembelajaran terpadu
ini secara utuh, bahkan cenderung menjadi kendala utama dalam pelaksanaannya.
E. Pentingnya Pembelajaran Terpadu di Terapkan di Tingkat Sekolah Dasar
Pembelajaran terpadu penting diterapkan di Sd karena dapat membentuk pengalaman
secara totalitas dalam pribadi anak, karena dengan pembelajaran terpadu ini siswa dan
guru dapat diuntungkan. Keuntungan tersebut diantaranya :
1) Siswa lebih terpusat pada satu tema tertentu.
2) Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan juga pengembangan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran didalam satu tema yang sama.
3) Pemahaman anak terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan juga
berkesan.
4) Kompetensi dasar dapat dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadinya.
5) Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran disajikan secara terpadu,
sehingga materi dapat dipersiapkan sekaligus dan dapat diberikan dalam dua
sampai tiga pertemuan.
6) Siswa lebih termotivasi dalam belajar dengan begitu pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa karena dapat dikaitkan dalam situasi yang nyata.
F. Model-model Pembelajaran Terpadu
Berikut merupakan beberapa model dalam pembelajaran terpadu yang di kemukakan
oleh Tirtoni (2017 : 216-225) :
1) Model Fragmented (penggalan)
Yaitu suatu model yang ditandai dengan pemaduan materi yang terbatas hanya
pada satu mata pelajaran saja. Contohnya seperti di dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia, dilakukan model penggalan dengan memadukan antara
materi menyimak, berbicara, membaca dan menulis ke dalam sebuah
tema/materi/bab keterampilan berbahasa yang kemudian dalam proses
pembelajarannya materi-materi tadi menjadi butir-butir.
2) Model Connected (keterhubungan)
Yaitu sebuah model yang beranggapan bahwa butir-butir pembelajaran dapat
dipayungkan ke dalam suatu induk mata pelajaran tertentu.Contohnya butir-
butir pembelajaran seperti kosa kata, struktur, membaca, dan mengarang
dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
3) Model Nested (sarang)
Yaitu sebuah model pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan ke dalam sebuah kegiatan pembelajaran. Contohnya di dalam
jam-jam tertentu guru memokuskan kegiatan pembelajaran kepada
pemahaman tentang bentuk kata, makna kata dan ungkapan dengan output
keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis,
menentukan ciri dan makna-makna kata dalam sebuah puisi.
4) Model Sequenced (urutan/rangkaian)
Yaitu sebuah model pemaduan antara beberapa topik dalam beberapa mata
pelajaran hyang berbeda secara paralel. Contohnya isi cerita dalam roman
sejarah dapat dipadukan di dalam jam yang sama dengan materi sejarah
perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan social masyarakat pada priode
tertentu dan topik lain yang ada kaitannya dengan topik tersebut.
5) Model Shared (bagian)
Yaitu suatu model pemaduan pembelajaran yang diakibatkan oleh adanya
overlapping konsep atau satu ide pada dua mata pelajaran atau lebih.
Contohnya terjadinya ketumpang tindihan antara materi kewarganegaraan di
dalam mata pelajaran PKn dengan materi kewarganegaraan dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS.
6) Model Webbed (jaring laba-laba)
Yaitu merupakan sebuah model yang bertolak dari pendekatan tematis yang
menjadi pemadu bahan dan kegiatan pembelajaran. Dan model ini merupakan
model yang paling popular. Pemaduan ini berhubungan dengan tema yang
mengikat sebuah kegiatan pembelajaran didalam mata pelajaran tertentu.
7) Model Threaded (galur)
Yaitu sebuah model pemaduan bentuk keterampilan secara bergalur.
Contohnya dalam matematika melakukan prediksi dan estimasi ramalan
terhadap kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita novel dan sebagainya.
8) Model Integrated (keterpaduan)
Yaitu sebuah model pemaduan beberapa topik dalam berbagai mata pelajaran
yang berbeda namun dengan esensi yang sama dalam suatu topik tertentu.
Contohnya, topik evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran
matematika, Bahasa Indonesia, pengetahuan alam dan pengetahuan sosial
cukup diletakan dalam mata pelajaran tertentu, contohnya pengetahuan alam,
agar tidak membuat muatan kurikulum yang berlebihan.
9) Model Immersed (celupan)
Yaitu sebuah model pemaduan yang dibuat untuk membantu siswa dalam
menyaring dan juga memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan yangn
dihubungkan dengan medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman
dan pemanfaatan pengalam sangat berguna dalam kegiatan pembelajaran.
10) Model Networking (jaringan)
Yaitu sebuah model pemaduan yang mengandaikan kemungkinan pengubahan
konsepsi, bentuk pemecahan masalah, ataupun tuntutan dalam bentuk
keterampilan baru seusai siswa mengadakan studi lapangan di dalam situasi,
kondisi maupun konteks yang berbeda-beda.
G. Ketepatan Menjelaskan Tentang Definisi dan Perkembangan Pemerolehan
Bahasa Anak
Proses pembelajaran bahasa selalunya dikaitkan dengan tahap pemerolehan bahasa
seorang anak. Pemerolehan bahasa sendiri dapat dimaknai sebagai periode seseorang
dalam memperoleh bahasa atau kosa kata yang baru dan berlangsung sepanjang hayat.
Iskandar Wassid (dalam Susanti, 2015) mengatakan bahwa pemerolehan bahasa
sangat ditentukan oleh interaksi rumit yang terjadi antara aspek-aspek kematangan
biologis, kognitif dan juga sosial.
Proses pemerolehan bahasa pun bukanlah hal yang sederhana, Berbahasa merupakan
sebuah kognitif yang rumit, dan hal inilah yang selalu dialami oleh setiap manusia
yang normal. Anak melalui beberapa fase, salah satu fase yang penting dalam bahasa
adalah fase imitasi. Pada fase ini, anak akan meniru berbicara orang-orang yang ada
di sekitarnya lalu keterampilan dalam berbicaranyapun akan terasah. Dari pengalaman
anak bercerita dan mendengarkan (menyimak) cerita inilah yang kemudian dapat
memperkaya pembendaharaan kata dan pengetahuan ragam bahasa anak baik yang
berkaitan dengan ragam lisan maupun tulisan.
Perkembangan pemerolehan bahasa pada anak dibagi oleh Scharlaekens ke dalam
empat periode, yaitu :
Periode prelingual (0-1 tahun), pada tahap ini, anak belum dapat mengucapkan bahasa
ucapan seperti yang diucapkan orang dewasa, perkembangan tersebut melalui
beberapa tahap : 1) bunyi resonasi, 2) bunyi berdekut, 3) bunyi berleter, 4) bunyi
berleter ulang, dan 5) bunyi vokal.
Periode Lingual Dini (1-2,5 tahun), anak mulai mengucapkan perkataan yang
pertama, meskipun belum lengkap, seperti atit (sakit). Perkembangan bahasa pada
tahap ini dibagi kedalam 3 periode : 1) periode satu kata (boloprade), 2) periode
kalimat dua kata, dan 3) periode kalimat lebih dari dua kata (more word sentence)
Periode Diferensiasi (2,5-5 tahun), anak mulai memiliki keterampilan alam, anak
dalam mengadakan diferensiasi dalam menggunakan kata-kata dan kalimat-kalimat.
Periode menjelang sekolah (sesudah 5 tahun), ada beberapa tahap dalam periode ini,
diantaranya : 1) fonetik atau fonologi, 2) morfemik atau morfologi, 3) sintaks, 4)
semantic, dan 5) pragmatik.
H. Ketepatan Menjelaskan Tentang Konsep Pendidikan Terpadu
Pendidikan terpadu merupakan sebuah konsep pendidikan yang memadukan beberapa
aspek nilai baik itu dari segi nilai maupun kelembagaan yang mencakup : 1)
terpadunya kepentingan dunia dan akhirat, 2) terpadunya pengetahuan (knowledge)
dengan nilai (value), 3) terpadunya ilmu umum dengan ilmu agama, 4) terpadunya
kelembagaan mulai dari TK, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi, dan 5)
terpadunya kepentingan pendidikan dengan “tempat penitipan anak”.
M. Zainuddin mengatakan bahwa pendidikan terpadu adalah proses pendidikan yang
tidak searah tapi proses pendidikan multidimensi untuk kehidupa dunia dan akhirat
yang meliputi proses pengembangan jasmani, rohani, intelektual, akhlak dan sosial.
Semiawan (dalam Akhwan, 2002) mengatakan bahwa pendidikan terpadu ada dua
macam : 1) pendidikan yang diselenggarakan untuk anak biasa yang bersekolah di SD
umum dan untuk anak yang berkebutuhan khusus (anak luar biasa) yang bersekolah di
SD umum yang membutuhkan guru professional, dan 2) pendidikan yang lebih
kepada keterpaduan kurikulum, yaitu penyatuan total pokok substansi kurikulum.
I. Ringkasan Tentang Konsep Membaca dan Menulis Permulaan
Membaca merupakan sebuah kegiatan untuk mendapatkan informasi dari sebuah
tulisan yang melibatkan symbol-simbol yang tersusun menjadi sebuah bahasa.
sedangkan menulis adalah sebuah kegiatan berbahasa tetapi tidak semua orang yang
pandai berbahasa dapat menulis dengan baik. Sedangkan menulis permulaan
merupakan sebuah kemampuan dasar menulis yang diajarkan oleh guru kelas awal SD
agar siswa dapat menulis dengan menggunakan ejaan yang benar dan mampu
menyatakan ide, gagasan secara tertulis.
Beberapa metode dalam membaca permulaan diantaranya, : 1) metode bunyi,
pembelajaarn berfokus pada fonik atau suara untuk menerjemahkan symbol tertulis
menjadi suara, 2) metode abjad, digunakan untuk dapat mengenal abjad a-z saerta
cara pengucapannya, dan 3) metode suku kata, yaitu pembelajaran dimulai dengan
mengenalkan beberapa suku kata.
Metode dalam menulis permulaan meliputi : 1) metode SAS (structural analitik
sintetik) yaitu diawali dengan cerita yang disertai dengan gambar kemudian guru
menguraikan kalimat yang diambil manjdi kata, suku kata dan huruf lalu kemudian
menjadi kalimat kembali, 2) metode abjad, siswa belajar abjad dengan membaca
beberapa huruf secara terpisah lalu mulai menulis huruf yang paling mudah, setelah
itu anak diajarkan merangkai huruf menjadi suku kata lalu menjadi kata.
J. Observasi ke Sekolah Tentang Implementasi Membaca dan Menulis Permulaan
(Literasi Dini)
Kemampuan membaca dan menulis pada anak merupakan kemampuan yang
dikembangkan dalam berbahasa. Membaca dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas
melafalkan atau mengeja sebuah tulisan. Dalam KBBI sendiri membaca adalah
melihat dan memahami isi dari apa yang tertulis , baik dilisankan atau didalm hati,
baik dengan cara dieja maupun di lafalkan dan mengucapkan sesuatu yang tertulis.
Sedangkan yang dimaksud dengan membaca permulaan adalah proses membaca yang
dilakukan pada masa anak-anak khususnya padaa tahun awal sekolah dasar.
Sedangkan menulis adalah sebuah kegiatan berbahasa tetapi tidak semua orang yang
pandai berbahasa dapat menulis dengan baik. Sedangkan menulis permulaan
merupakan sebuah kemampuan dasar menulis yang diajarkan oleh guru kelas awal SD
agar siswa dapat menulis dengan menggunakan ejaan yang benar dan mampu
menyatakan ide, gagasan secara tertulis.
Kebutuhan anak untuk berkomunikasi dan berinteraksi dapat dilaakukan melalui
kegiatan membaca dan menulis, maka implementasi membaca dan menulis permulaan
adalah kegiatan belajar membaca dan menulis.
K. Pembelajaran Literasi Dini dalam Kurikulum 2013
Mustafa (2008) menyatakan bahwa literasi dini adalah sebuah proses membaca dan
menulis yng bercirikan demontrasi baca-tulis, kerjasama yang interaktif antara guru
dan anak, berbasis kepada kebutuhan sehari-hari dan dengan pembelajaran yang
minim tapi langsung. Ciri khas dari literasi dini ini adalah pembelajaran secara
informal, maksudnya jangan sampai anak-anak merasa sedang belajar dan hal yang
diajarkannya pun adalah hal-hal yang ada di sekitar anak.
Dalam kurikulum 2013 pembelajaran cenderung memanfaatkan media elektronik
seperti video, rekaman, proyektor dan lain-lain. Yang berhubungan dengan membaca
dan menulis, seperti memperlihatkan kepada anak video acar mengeja dan lain
sebagainya.
L. Pembelajaran Sastra di Kelas Rendah
Jamaluddin (dalam Susanti, 2015) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa dan sastra
Indonesia sudah muali dikembangkan sedari tingkat SD kelas rendahatau bahakn dari
mulai TK, karena sejak usia 5 tahun anak sudah mulai menguasai pola bahasa,
sedangkan sastra merupakan bentuk dari pengungkapan bahasa dan bahasa akan lebih
hidup berkat sentuhan estetis unsur-unsur sastra.
Susanti (2015) mengatakan bahwasanya pembelajaran sastra itu sangat penting dalam
pekembangan manusia, karena dapat memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu
selain itu, sastra juga memiliki nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan secara
perskriptif, melainkan anak diberikan kebebasan mengambil manfaat dari sudut
pandang pribadinya. Siswa dapat ditempatkan sebagai pusat dalam latar pendidikan
bahasa, eksplorasi sastra, dan perkembangan pengalaman personal. Keakraban
seseorang dengan sastra dapat memperkaya pembendaharaan kata dan penguasaan
ragam-ragam bahasa yang kemudian dapat mendukung kemampuan untuk memaknai
sesuatu secara kritis dan kemampuan untuk memproduksi narasi.
Rahmanto (dalam Susanti 2015) mengatakan bahwa manfaat dari Pendidikan sastra
yang dilakukan melalui proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat membantu
pendidikan siswa secara utuh, diantaranya :
a) Membantu keterampilan berbahasa,
b) Meningkatkan pengetahuan budaya,
c) Mengembangkan cipta dan rasa, dan
d) Menunjang pembentukan watak.
Dalam pembentukan watak pembelajaran sastra di sekolah menuntut : 1) pengajaran
sastra hendaknya mampu untuk membimbing siswa menjadi lebih tajam, karena sastra
merupakan pengantar untuk mengenal kemampuan hidup manusia dalam berbagai
bentuk perasaan manusia. 2) pengajaran sastra dapat membantu siswa dalam upaya
untuk mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa, seperti ketekunan,
kepandaian, pengimajinasian dan penciptaan.

Referensi :

Akhwan, Muzhoffar,. (2002). Konsep Pendidikan Terpadu dan Strategi Pembelajaran, JPI
Jurusan Tarbiyah. 7 (5) : 71-76

Fransyaigu, Ronald,. & Mulyahati, Bunga,. (2016). Konsep Pembelajaran Terpadu dalam
Kurikulum 2013 di Sekolah Daar. Jurnal Seuneubok Lada 3 (2) 84-93.

Oktaviani, Bella,. Dkk,.(2019). Analisis Perkembangan Bahasa Anak Usia Dasar (tercapai) di
MI Ma’arif Sambego. Jurnal Pendidikan Islam, 2 (2)

Risti, Avanti Vera,. (2017). Buku Ajar Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta : Suryacahya.

Susanti, Rini Dwi,. (2015). Pembelajaran Apresiasi Satra di Sekolah Dasar. Elementary, 3 (1)
: 136-155

Tirtanto, Feri,. (2017). Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jawa Timur : UMSIDA
Press

Anda mungkin juga menyukai