OLEH
CLAUDIA VINSENSIANA OKI
NIM : 2101140136
Model Fragmeted ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada
satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam
proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara
terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.
Topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita
dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau
dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan
bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu
maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut
dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
5. Model sharedMode
Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran
baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.
Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran tematik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Tahap perencanaan, kegiatan pemetaan kompetensi dasar, penentuan tema, membuat
jaring-jaring tema
2. Tahap pelaksanaan, pembelajaran berbagai model dan teknik pembelajaran, dan
penggunaan media
3. Masalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
4. Tahap penilaian, dilakukan dengan mengkaji hasil kompetensi dasar dan indikator
tiap mata pelajaran, jadi tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan dipisah-pisah
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran.
D. Pendekatan Pembelajaran Tematik
Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks, guru lebih banyak berhubungan
dengan pola pikir siswa, dimana setiap siswa, siapapun, dimanapun memiliki setumpuk kata,
pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di keluarga disekolah maupun di
masyarakat. Pola pembelajaran yang saat ini sudah disosialisasikan khususnya bagi siswa
kelas awal (kelas 1, 2 dan kelas 3) adalah dengan menggunakan pendekatan tematik. Begitu
nuansa tematik ini digulirkan di dunia guru, dan sekolah, maka sepertinya terjadi suatu
“keributan”. Guru mulai berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran
yang rasanya sudah menghasilkan lulusan siswa-siswa berprestasi, yang sudah mencetak dan
menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan
bahwa “saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang
berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya dianggap tidak
berhasil? Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat bagi bergulirnya
sebuah inovasi dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dengan menggunakan berbagai
pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan
moral. Siswa perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika didalam
kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi siswa yang masih berada di tataran kelas awal,
yaitu kelas 1, 2 dan 3 tentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan siswa yang ada di
kelas tinggi, yaitu di kelas 4, 5 dan 6. Siswa di kelas 1, 2 dan 3 perlu diperlakukan khusus,
antara lain salah satunya dengan cara membelajarkan dengan menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan tematik yang akhir-akhir ini digulirkan dan telah disosialisasikan
dilapangan memerlukan penjelasan yang cukup rinci. Apa, bagaimana membelajarkan model
secara tematik akan dikupas di dalam naskah ini tetapi tentunya masih diperlukan adaptasi
antara guru dan siswa setempat. Karena suatu model pembelajaran sangat cocok dengan
siswa di kelas I di suatu tempat belum tentu sama perlakuannya apabila disajikan untuk siswa
di kelas yang lain.
E. Strategi Pembelajaran Tematik
Strategi pembelajaran tematik adalah perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan siswa-siswi, peralatan dan bahan, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara kongkrit
yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, dan kegiatan ini tertuang dalam
kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Wina Senjaya mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan
siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.