Anda di halaman 1dari 19

RESUME PEMBELAJARAN TERPADU

OLEH
CLAUDIA VINSENSIANA OKI
NIM : 2101140136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIDKAN
UNUVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU DI SD

A. Pengertian Model Pembelajaran Terpadu

Model Pembelajaran Terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan


pembelajaran yang memungkinkan peserta didik, baik secara individual maupun
kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara
holistik dan autentik. Pembelajaran ini merupakan model yang mencoba memadukan
beberapa pokok bahasan dalam suatu tema tertentu. Sehingga diharapkan siswa lebih
memiliki kedalaman wawasan materi dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan
yang beragam dan kompleks (multipleknowledge)serta tidak terpecah-pecah. Secara
umum model pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang
menyertakan beberapa materi pelajaran agar siswa mendapatkan sebuah pengalaman
yang berfaedah. Salah satu tujuan dari pembelajaran terpadu adalah agar materi
pelajaran bisa menjadi terintegrasi dan berlangsung secara harmonis. Pembelajaran
terpadu sendiri pada tahap implementasinya memilih fokus pada pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan perkembangan siswa.

B. Macam-macam Model Pembelajaran Terpadu

1. Model penggalan (fragmeted)

Model Fragmeted ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada
satu mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
materi pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dapat dipadukan dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam
proses pembelajarannya, butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara
terpisah-pisah pada jam yang berbeda-beda.

2. Model Keterhubungan (Connected)

Model Connected dilandasi oleh anggapan bahwa butir-butir pembelajaran


dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran tertentu. Butir- butir
pembelajaran kosakata, struktur, membaca dan mengarang misalnya, dapat
dipayungkan pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Penguasaan
butir-butir pembelajaran tersebut merupakan keutuhan dalam membentuk
kemampuan berbahasa dan bersastra. Hanya saja pembentukan pemahaman,
keterampilan dan pengalaman secara utuh tersebut tidak berlangsung secara
otomatis. Karena itu, guru harus menata butir-butir pembelajaran dan proses
pembelajarannya secara terpadu.

3. Model Sarang (Nested)


Model nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya, pada satuan
jam tertentu seorang guru memfokuskan kegiatan pembelajaran pada
pemahaman tata bentuk kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran
pembuahan keterampilan dalam mengembangkan daya imajinasi, daya
berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan makna penguasaan konsep dan
keterampilan tersebut keseluruhannya tidak harus dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran.

4. Model Urutan/Rangkaian (Sequenced)Model Sequenced merupakan model


pemaduan

Topik-topik antar mata pelajaran yang berbeda secara paralel. Isi cerita
dalam roman sejarah misalnya, topik pembahasannya secara paralel atau
dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan ikhwal sejarah perjuangan
bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada periode tertentu
maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik tersebut
dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.

5. Model sharedMode

Shared merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya


“overlapping” konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir
pembelajaran tentang kewarganegaraan dalam PPKN misalnya, dapat
bertumpang tindih dengan butir pembelajaran dalam Tata Negara, PSPB, dan
sebagainya.

6. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Selanjutnya, model yang paling populer adalah model webbed. Model ini
bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran. Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran
baik dalam mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.

7. Model Galur (Threaded)

Model threaded merupakan model pemaduan bentuk keterampilan misalnya,


melakukan prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap
kejadian-kejadian, antisipasi terhadap cerita dalam novel, dan sebagainya.
Bentuk threaded ini berfokus pada apa yang disebut meta- curriculum.

8. Model Keterpaduan (Integrated)

Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran


yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik
evidensi yang semula terdapat dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa
Indonesia, Pengetahuan Alam, dan Pengetahuan Sosial, agar tidak membuat
muatan kurikulum berlebihan cukup diletakkan dalam mata pelajaran tertentu,
misalnya Pengetahuan Alam. Bahasa Indonesia, dapat dimasukkan butir
pembelajaran yang dapat dihubungkan dengan Matematika, Pengetahuan Alam,
dan sebagainya. Dalam hal ini diperlukan penataan area isi bacaan yang
lengkap sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan berbagai butir
pembelajaran dari berbagai mata pelajaran yang berbeda tersebut. Ditinjau dari
penerapannya, model ini sangat baik dikembangkan di SD.

9. Model Celupan (Immersed)

Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan


memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan
medan pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan
pengalaman sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.

10. Model Jaringan (Networked)

Model networked merupakan model pemaduan pembelajaran yang


mengandaikan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan
masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan
studi lapangan dalam situasi, kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda.
Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus- menerus karena
adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi
siswa.

C. Macam-macam Model Pembelajaran Terpadu di SD

Tentu saja dari model-model pembelajaran terpadu seperti yang telah


dikemukakan oleh Robin Fogarty dan Jacobs di atas tidak semuanya tepat diterapkan
di sekolah dasar di Indonesia. Menurut hasil pengkajian Tim Pengembang PGSD
(1997), terdapat tiga model pembelajaran terpadu yang nampaknya paling cocok atau
tepat diterapkan di sekolah dasar kita yaitu model jaring laba-laba (webbing), model
keterhubungan (connected), dan model keterpaduan (integrated). Di bawah ini
diuraikan ketiga model pembelajaran terpadu tersebut beserta kelebihan dan
kelemahan dalam pelaksanaannya.

1. Model Jaring Laba-laba (Webbed)

Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang


menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini dimulai dengan
menentukan tema, yang kemudian dikembangkan menjadi sub tema dengan
memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang terkait.
Dari sub tema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan
sendirinya.
Kekuatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai
berikut:

a) Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema


yang sangat diminati.
b) Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang
belum berpengalaman.
c) Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk
mengembangkan tema ke dalam semua bidang isi pelajaran.

Kelemahan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba sebagai berikut:

a. Langkah yang sulit dalam pembelajaran terpadu model jaring


laba-laba adalah menyeleksi tema.
b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal,
sehingga hal ini hanya berguna secara artifisial di dalam
perencanaan kurikulum.
c. Guru dapat menjaga misi kurikulum. Dalam pembelajaran guru
lebih fokus pada kegiatan daripada pengembangan konsep.

2. Model Keterhubungan (connected)

Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara


sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain,
satu topik dengan topik lain, satu keterampilan dengan keterampilan lain,
tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan tugas-tugas yang
dilakukan dihari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu
semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di
dalam satu mata pelajaran.
Kekuatan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:

a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa


memiliki keuntungan gambaran yang besar seperti halnya suatu
mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus
menerus sehingga terjadi internalisasi.
c. Mengaitkan ide-ide dalam suatu mata pelajaran memungkinkan
siswa mengkaji, mengonseptualisasi, memperbaiki, dan
mengasimilasi ide secara berangsur-angsur dan memudahkan
transfer atau pemindahan ide-ide tersebut dalam memecahkan
masalah.
Adapun kelemahan model pembelajaran keterhubungan adalah:

a. Berbagai mata pelajaran di dalam model ini tetap terpisah dan


nampak tidak terkait, walaupun hubungan dibuat secara
eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
b. Guru tidak didorong untuk bekerja secara bersama-sama
sehingga isi pelajaran Tetap terfokus tanpa merentangkan
konsep-konsep dan ide-ide antara mata pelajaran.
c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintegrasikan ide-
ide dalam suatu mata pelajaran dapat mengabaikan kesempatan
untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan
mata pelajaran lain.

3. Model Keterpaduan (integrated)

Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan


pendekatan antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara
menggabungkan mata pelajaran dengan cara menetapkan prioritas kurikuler
dan menentukan keterampilan, konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih
di dalam beberapa mata pelajaran. Berbeda dengan model jaring laba-laba
yang menuntut pemilihan tema dan pengembangannya sebagai langkah awal,
maka dalam model keterpaduan tema yang terkait dan bertumpang tindih
merupakan hal yang terakhir9yang ingin dicari dan dipilih oleh guru dalam
tahap perencanaan program. Pertama guru menyeleksi konsep-konsep,
keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata
pelajaran, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan sikap yang
memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindik antara berbagai mata
pelajaran.
Kekuatan model keterpaduan antara lain:

a. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan


keterhubungan diantara berbagai mata pelajaran.
b. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan
penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
c. Mampu membangun motivasi.

Kelemahan model keterpaduan antara lain:


a) Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
b) Model ini menghendaki guru yang terampil, percaya diri dan
menguasai konsep, sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
c) Model ini menghendaki tim antar Mata pelajaran yang terkadang sulit
dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
STRATEGI DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI SD

A.Pengertian Strategi dan Pendekatan pembelajaran.


Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach)
2. pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran. Strategi dalam kegiatan pembelajaran dapat diartikan dalam pengertian secara
sempit dan pengertian secara luas. Dalam pengertian sempit bahwa istilah strategi itu sama
dengan pengertian metode yaitu sama-sama merupakan cara dalam rangka pencapaian tujuan.
B.Hubungan antara Strategi Dan Pendekatan Pembelajaran
Apabila antara strategi dan pendekatan pembelajaran sudah terangkai menjadi satu
kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi,
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan
strategi pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah
tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut: Di luar istilah-istilah tersebut, dalam
proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran
lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan
desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika
dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai
kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang,
rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang
berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blueprint) rumah yang
akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah
konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun. Berdasarkan uraian di atas, bahwa
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
C. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik di SD
Keberhasilan Pelaksanaan pembelajaran tematik dipengaruhi oleh kondisi, minat, bakat,
kebutuhan, dan kemampuan siswa. Rusman (2015) mengemukakan langkah dalam
mengembangkan pelaksanaan pembelajaran tematik ada enam, yaitu:
1. Menetapkan materi pembelajaran yang akan dipadukan
2. Menetapkan tema/topic pemersatu
3. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran tematik
4. Mempelajari kompetensi dasar dan indikator dari muatan mata pelajaran yang
akan dipadukan
5. Membuat matriks kompetensi dasar dan tema pemersatu
6. Menyusun silabus materi pembelajaran tematik

Sedangkan untuk pelaksanaan pembelajaran tematik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Tahap perencanaan, kegiatan pemetaan kompetensi dasar, penentuan tema, membuat
jaring-jaring tema
2. Tahap pelaksanaan, pembelajaran berbagai model dan teknik pembelajaran, dan
penggunaan media
3. Masalah dalam pelaksanaan pembelajaran tematik
4. Tahap penilaian, dilakukan dengan mengkaji hasil kompetensi dasar dan indikator
tiap mata pelajaran, jadi tidak lagi terpadu melalui tema, melainkan dipisah-pisah
sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator mata pelajaran.
D. Pendekatan Pembelajaran Tematik
Proses pembelajaran merupakan fenomena yang kompleks, guru lebih banyak berhubungan
dengan pola pikir siswa, dimana setiap siswa, siapapun, dimanapun memiliki setumpuk kata,
pikiran, tindakan yang dapat mengubah lingkungan, baik di keluarga disekolah maupun di
masyarakat. Pola pembelajaran yang saat ini sudah disosialisasikan khususnya bagi siswa
kelas awal (kelas 1, 2 dan kelas 3) adalah dengan menggunakan pendekatan tematik. Begitu
nuansa tematik ini digulirkan di dunia guru, dan sekolah, maka sepertinya terjadi suatu
“keributan”. Guru mulai berpikir dan bertanya-tanya, apakah selama ini cara pembelajaran
yang rasanya sudah menghasilkan lulusan siswa-siswa berprestasi, yang sudah mencetak dan
menghasilkan dokter, insinyur, birokrat dianggap kurang berhasil?. Sehingga ada ungkapan
bahwa “saya sudah mengajar puluhan tahun, dan saya sudah mempunyai alumni yang
berhasil menjadi pejabat, menjadi dokter, menjadi insinyur dan sebagainya dianggap tidak
berhasil? Pemikiran-pemikiran semacam ini akan menjadi penghambat bagi bergulirnya
sebuah inovasi dalam bidang pendidikan. Pembelajaran dengan menggunakan berbagai
pendekatan, strategi dan metode diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa mendapat
pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi,
tahap perkembangan, dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan keterpaduan
pengembangan pribadi siswa yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan, dan
moral. Siswa perlu dipersiapkan baik secara internal maupun eksternal, baik ketika didalam
kelas maupun di luar kelas. Terlebih bagi siswa yang masih berada di tataran kelas awal,
yaitu kelas 1, 2 dan 3 tentu saja tidak dapat disamakan pelayannya dengan siswa yang ada di
kelas tinggi, yaitu di kelas 4, 5 dan 6. Siswa di kelas 1, 2 dan 3 perlu diperlakukan khusus,
antara lain salah satunya dengan cara membelajarkan dengan menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan tematik yang akhir-akhir ini digulirkan dan telah disosialisasikan
dilapangan memerlukan penjelasan yang cukup rinci. Apa, bagaimana membelajarkan model
secara tematik akan dikupas di dalam naskah ini tetapi tentunya masih diperlukan adaptasi
antara guru dan siswa setempat. Karena suatu model pembelajaran sangat cocok dengan
siswa di kelas I di suatu tempat belum tentu sama perlakuannya apabila disajikan untuk siswa
di kelas yang lain.
E. Strategi Pembelajaran Tematik
Strategi pembelajaran tematik adalah perpaduan dari urutan kegiatan, cara
pengorganisasian materi pelajaran dan siswa-siswi, peralatan dan bahan, serta waktu yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran secara kongkrit
yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber
belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, dan kegiatan ini tertuang dalam
kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Wina Senjaya mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran
merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan
siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN TERPADUDI SD

A.Konsep Pembelajaran Tematik Terpadu


Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan menerjemahkan kurikulum sekolah ke
dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Perencanaan program pembelajaran dapat berupa
perencanaan untuk kegiatan sehari- hari, kegiatan mingguan, bahkan rancangan untuk
kegiatan tahunan sesuai dengan tujuan kurikulum yang hendak dicapai. Dengan demikian
isinya bisa terdiri dari tujuan khusus yang spesifik, prosedur kegiatan belajar mengajar,
materi pelajaran, waktu yang diperlukan, sampai pada evaluasi yang akan digunakan.
Perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat kegiatan dapat berjalan
dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif guna memperkecil
kesenjangan yang terjadi, sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pembelajaran adalah kegiatan mengajar yang bukan sekedar menyampaikan
materi pelajaran, melainkan juga sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar.
Dengan kata lain, dalam proses belajar mengajar siswa dijadikan sebagai pusat dari kegiatan.
Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak,peradaban,dan meningkatkan mutu kehidupan
siswa. Perencanaan pembelajaran adalah suatu cara yang memuaskan disertai dengan
langkah-langkah antisipatif untuk membuat pembelajaran dapat berjalan dengan baik,
sehingga dapat membentuk watak,peradaban,dan meningkatkan mutu kehidupan siswa.
Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi
perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Perencanaan bermanfaat untuk acuan atau gambaran
atau cetak biru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran tematik kepada siswa. Semua yang
akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sudah harus tergambar dalam rencana tersebut,
sehingga memberikan detail apa saja yang akan dilakukan, apa saja yang akan dibawa, apa
saja yang akan diberikan guru untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mampu membuat
siswa belajar. Maka bisa pula dikatakan, adanya perencanaan pembelajaran yang memuaskan
sama artinya 50% proses pembelajaran telah berhasil dilaksanakan dengan baik.
B. Komponen-Komponen dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Berdasarkan Permendikbud No.22 tahun 2016 tentang standar Proses Pendidikan dasar
dan menengah, perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran
meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber
belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Kedua elemen dalam
perencanaan pembelajaran tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam Permendikbud No.22 tahun
2016Tentang Standar Proses sebagai berikut: Silabus dikembangkan berdasarkan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai
dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. RPP adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPPdikembangkan dari silabus
untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD). RPP disusun berdasarkan KD atau sub tema yang dilaksanakan kali pertemuan
atau lebih.
C. Alur/Langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Langkah-langkah perencanaan pembelajaran tematik menurut Trianto meliputi:
1. Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
2. Memiliki kajian materi, standar kompetensi-kompetensi dasar,dan indikator
3. Menentukan sub-keterampilan yang dipadukan.
4. Merumuskan indikator hasil belajar.
5. Menentukan langkah-langkah pembelajaran.
Secara lebih jelas langkah-langkah pembelajaran meliputi:
1. Penetapan mata pelajaran yang akan dipadukan;
2. Pelajari KD pada kelas dan semester;
3. Pelajari hasil belajar dan indikator hasil belajar dalam setiap mata pelajaran;
4. Pilih dan tetapkan tema pemersatu;
5. Buatlah peta keterhubungan KD setiap mata pelajaran dengan tema pemersatu;
6. Susun silabus pembelajaran dengan mengaitkan topic dan kompetensi dasar setiap mata
pelajaran;
7. Susun satuan pembelajaran (RPP) tematik.
D. Prosedur Evaluasi dalam Desain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Terpadu
Penilaian dalam pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan berbagai
informasi secara berkala,berkesinambungan,dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari
pertumbuhan dan perkembangan yang telah dicapai oleh siswa melalui program kegiatan
belajar mengajar.
Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam menyusun komponen penilaian, yaitu:
1. Menempatkan komponen penilaian setelah komponen langkah-langka pembelajaran dalam
RPP.
2. Menyusun sub komponen penilaian yang meliputi 3 hal yaitu teknik penilaian, bentuk
penilaian, dan instrumen penilaian. Untuk mengevaluasi sudah benar atau belum teknik
penilaian yang kitagunakan,maka kita dapat menggunakan panduan sebagai
berikut,pertama,perhatikan indikator yang akan diukur tingkat pencapaiannya dan tentukan
jenis kompetensi yang akan dinilai,kedua,menentukan teknik penilaian yang sesuai atau tepat
untuk masing-masing jenis kompetensi yang akan dinilai.
3. Jika instrumen penilaian terlalu panjang, maka instrumen penilaian dapat dilampirkan.
Instrumen penilaian cukup menjadi bagian dari lampiran RPP Tematik Terpadu sebagaimana
dalam penempatan materi ataupun media pembelajaran.

EVALUASI PEMBELAJARAN TERPADU DI SD

A. Konsep evaluasi pembelajaran terpadu di SD


Evaluasi pembelajaran terpadu dapat diartikan sebagai evaluasi yang berupaya mencari
informasi tentang pencapaian pengetahuan dan pemahaman peserta didik, pengembangan
skill, dan pengembangan sosial dan afektif peserta didik dengan memanfaatkan asesmen
alternatif dan cara formal.
Untuk menemukan asesmen alternatif didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Evaluasi hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian produk,
penilaian terhadap proses, perlu mendapat perhatian yang besar.
2. Pada setiap langkah evaluasi hendaknya peserta didik dilibatkan.
3. Evaluasi hendaknya memberikan perhatian pula pada refleksi diri peserta didik (self
reflection).
4. Karena penilaian perlu mendapatkan perhatian yang besar portofolio asessment hendaknya
dimanfaatkan.
5. Dalam pelaksanaan penilaian umpan balik hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya
untuk pengembangan peserta didik yang bersifat invidual dan sosial.
6. Evaluasi pembelajaran terpadu hendaknya mengutamakan Penilaian Acuan Patokan (PAP)
daripada penilaian acuan norma (PAN).
7. Lebih memberikan perhatian yang lebih besar pada nurturant effect( kemampuan kerja
sama, tenggang rasa, saling tergantung dan lain-lain).
8. Perlu memandang peserta didik itu adalah suatu keutuhan yang tak terpisahkan (holistik).
9. Evaluasi dilihat sebagai proses yang terus menerus dan multi dimensional.
10. Evaluasi harus bersifat komprehensif (menggambarkan keseluruhan aktivitas belajar) dan
sistematis (merupakan kesatuan informasi bukan penggalan informasi). Ditinjau dari segi
penatapan kegiatan evaluasi dapat dilakukan baik pada tahap perencanaan maupun pada
tahap pelaksanaan kegiatan pembelajaran terpadu. Sedangkan dari segi sasaran evaluasi
difokuskan baik kepada proses maupun produk/hasil pembelajaran.
B. TAHAP-TAHAP EVALUASI PEMBELAJARAN TERPADU
1. Pada tahap pertama perencanaan.
Tahap ini kegiatan- kegiatan mencakup;
(1) merumuskan tujuan evaluasi apa yang ingin dicapai melalui kegiatan evaluasi ini, baik
tujuan ingin dicapai oleh peserta didik maupun guru.
(2) menentukan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai, baik oleh guru maupun peserta
didik.
(3) menentukan teknik dan alat ukur atau instrumen yang akan digunakan dalam proses
evaluasi.
2. Tahap kedua, pelaksanaan.
Dalam tahap proses pelaksanaan ini harus disadari bahwa;
(1) evaluasi berlangsung sejak awal sampai dengan akhir proses pembelajaran,
(2) evaluasi harus dilihat sebagai proses yang berkelanjutan, lebih dari sekedar salah satu
aspek belajar yang harus dicapai sebagai bagian suatu program,
(3) evaluasi dapat diarahkan pada proses maupun produk serta program.
3. Tahap ketiga, Penyusunan dan Penyajian Laporan.
Laporan hasil penilaian disusun dengan jalan memperhitungkan dan mempertimbangkan
seluruh informasi yang terkumpul dan pengolahannya. Penyusunan laporan ini dilakukan
secara logis, sistematis, dan komprehensif dan diakhiri dengan sejumlah rekomendasi dan
saran-saran.
4. Tahap terakhir, Tindak-lanjut. Hasil pengolahan informasi dan saran-saran ditindak-lanjuti
secara operasional. Perlu dikemukakan bahwa tidak seluruh kegiatan akhir berupa tindak
lanjut dilakukan pada akhir kegiatan karena evaluasi yang diselenggarakan secara terus
menerus, umpan balik di manfaatkan untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran.
C. PRINSIP-PRINSIP EVALUASI PEMBELAJARAN
Tujuan dilakukannya evaluasi pembelajaran yaitu untuk menciptakan kegiatan belajar
mengajar yang lebih baik ke depannya. Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang akurat dan
baik, maka evaluasi harus berhubungan dengan beberapa prinsip. Menurut Khusnuridlo
berikut adalah beberapa prinsip umum evaluasi pembelajaran, yaitu:
1. Kontinuitas
Prinsip evaluasi pembelajaran yang pertama yaitu harus dilakukan secara kontinu atau
berkelanjutan sehingga terlihat keberhasilan antara kegiatan sebelumnya dan setelah
melakukan evaluasi. Dengan melakukan evaluasi secara kontinu, guru juga dapat melihat
perkembangan peserta didik dengan melihat kemajuan hasil belajarnya. Umumnya, proses
evaluasi terus dilakukan selama kegiatan pembelajaran itu juga dilakukan, agar guru dan
sekolah bisa memberikan hasil yang terbaik setiap masanya.
2. Komprehensif
Komprehensif artinya evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh untuk menilai beberapa
aspek di dalamnya seperti aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik peserta didik. Pasalnya,
tidak jarang beberapa guru yang hanya memperhatikan aspek kognitif atau pengetahuan
siswa, padahal seluruh aspek penilaian berperan besar dalam evaluasi pembelajaran. Sebagai
guru, Anda bukan hanya dituntut untuk membuat siswa paham materi pelajaran, tetapi
membentuk karakter siswa lebih baik agar menjadi manusia yang positif dan berguna bagi
kehidupannya. Oleh sebab itu, evaluasi yang baik harus dilakukan secara menyeluruh setelah
proses belajar dan penilaian belajar siswa.
3. Kooperatif
Umumnya, proses evaluasi pembelajaran harus dilakukan dengan berkoordinasi dengan
berbagai elemen untuk mengembangkan siswa, mulai dari guru mata pelajaran, guru wali
kelas, kepala sekolah, orang tua, hingga petugas administrasi. Bahkan, evaluasi juga harus
melibatkan siswa itu sendiri. Hal ini bertujuan agar seluruh elemen yang terlibat dalam
evaluasi pembelajaran merasa dihargai karena sudah berkontribusi langsung atau mengikuti
kerja sama yang dilakukan.
4. Objektif
Untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik, maka proses evaluasi tersebut harus dilakukan
secara objektif. Artinya, faktor-faktor subjektif seperti hubungan guru dengan siswa,
kedekatan guru dengan siswa, faktor perasaan tidak tega dan lainnya tidak boleh dimasukkan
dalam proses evaluasi. Apabila siswa tersebut belum mendapatkan nilai yang baik, artinya
guru harus memberikan catatan untuk memotivasi siswa dan memberi penilaian secara
objektif untuk mengukur pengetahuan siswa.
5. Praktis
Prinsip evaluasi pembelajaran selanjutnya harus dilakukan secara praktis, artinya tidak
memakan biaya, waktu, dan tenaga yang banyak. Hal ini bertujuan untuk memberikan
kemudahan pada guru dalam menyusun instrumen. Prinsip evaluasi yang satu ini juga bukan
hanya memberikan kemudahan pada satu guru tetapi oleh seluruh guru, bahkan dirasakan
oleh sekolah. Seiring dengan kemudahan atau kepraktisan evaluasi pembelajaran jangan
sampai menghilangkan esensi evaluasi pembelajaran itu sendiri, yaitu untuk mencapai tujuan
belajar dan menciptakan pembelajaran yang lebih optimal.

D. KARAKTERISTIK DAN KELEBIHAN SERTA KEKURANGAN PEMBELAJARAN


TERPADU
1. Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Berpusat pada anak (child centered)
b. Memberikan pengalaman langsung pada anak,
c. Pemisahan antar bidang studi tidak begitu jelas,
d. Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran,
e. Bersifat luwes, dan
f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik.

2. Kelebihan-kelebihan pada pembelajaran terpadu dibandingkan dengan pembelajaran


konvensional, di antaranya:
a. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak,
b. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan mengacu pada minat dan kebutuhan anak,
c. Kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat
bertahan lebih lama,
d. Pembelajaran terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak,
e. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering
ditemui dalam lingkungan anak, dan
f. Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi,
komunikasi, dan respek atau menghargai terhadap gagasan orang lain.
3. Kekurangan pembelajaran terpadu dalam pelaksanaannya.
Dalam pendekatan pembelajaran terpadu mengandung keterbatasan terutama dalam
pelaksanaannya. Keterbatasan itu terutama terletak dalam aspek evaluasi yang lebih banyak
menuntut guru untuk melakukan evaluasi tidak hanya terhadap hasil tetapi juga terhadap
proses. Tidak hanya evaluasi dampak instruksional (instructional effect), tetapi juga dan
mungkin lebih banyak dampak pengiring (nurturant effect). Pembelajaran terpadu memang
menghendaki teknik evaluasi yang lebih beragam dibanding dengan pembelajaran biasa.
Bertolak dari hal-hal tersebut, maka sebelum mendesain pembelajaran terpadu hendaknya
para guru mengumpulkan, menyusun, dan memahami standar kompetensi maupun
kompetensi dasar dari seluruh bidang studi dalam satu semester, kemudian dilanjutkan
dengan proses pendesainan/ perancangan pembelajaran terpadu.
PELAPOR HASIL PENILAIAN PEMBELAJARAN TERPADU DI SD
A. KONSEP PENILAIAN
Sampai saat ini sistem penilaian disekolah umumnya menggunakan teknik tes. Penilaian
dengan menggunakan teknik ini disebut penilaian konvensional. Teknik tes ini tidak
selengkapnya dapat menggambarkan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh, sebab
laporan itu berupa angka-angka atau huruf-huruf dan gambaran maknanya sangat abstrak.
Untuk melengkapi gambaran kemajuan belajar siswa, guru dapat menggunakan teknik lain
yang sudah kita kenal sebagai teknik nontes. Penilaian dengan teknik nontes ini kita sebut
penilaian alternatif. Penilaian alternatif di pakai sebagai penunjang dalam memberikan
gambaran dan kemajuan belajar siswa secara menyeluruh. Penilaian dalam pembelajaran
terpadu merupakan program penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan untuk
keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Secara umum, tujuan penilaian adalah (1)
untuk menilai pembelajaran di kelas; (2) untuk meningkatkan pembelajaran dan kualitas
belajar siswa dan bukan sekedar menentukan skor, oleh karena itu, penilaian merupakan
suatu strategi pengumpulan dan penganalisisan informasi yang digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan berkaitan dengan semua aspek pembelajaran (Morrow, 1990).
B. PRINSIP-PRINSIP
Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran terpadu, guru perlu memperhatikan prinsip-
prinsip penilaian. Penilaian harus dilakukan dengan sistematis baik melalui pengamatan,
perekaman, maupun analisis. Untuk memperoleh hasil penilaian yang akurat, kegiatan
penilaian hendaknya didasarkan pada prinsip integral atau komprehensif, prinsip
kesinambungan, dan prinsip objektif.
1. Prinsip integral atau komprehensif yakni penilaian pengajaran yang dilakukan secara
menyeluruh utuh, yang dialamnya menyangkut masalah perilaku, sikap dan kreativitas.
Dengan demikian, penilaian pun dilakukan dalam lingkup aspek kognitif, psikomotor dan
aspek emosi.
2. Prinsip berkesinambungan yakni penilaian yang dilakukan secara berencana, terus
menerus dan bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkah laku
siswa sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian
harus sudah direncanakan bersamaan dengan kegiatan penyusunan program semester dan
dilaksanakan sesuai dengan program yang telah disusun.
3. Prinsip objektif yakni penilaian pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan alat
ukur yang Handal dan dilaksanakan secara objektif sehingga dapat menggambarkan dengan
tepat kemampuan yang diukur. Untuk memenuhi prinsip ini, kegiatan penilaian harus
dilaksanakan secara objektif dengan menggunakan alat ukur yang tepat.
Penilaian pembelajaran terpadu sebagaimana dikemukakan diatas mencakup penilaian
terhadap proses dan produk dengan sasaran peserta didik dan guru berkaitan dengan program
pengajarannya. Penilaian ini harus dilakukan secara informal, rasional, dan tidak rancu
sebagaimana dikemukakan Mathews (1989) berikut ini:
1. Penilaian Proses Sasaran yang dinilai dalam penilaian proses adalah tingkat efektivitas
kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses
merupakan upaya mengumpulkan informasi tantang kemajuan belajar siswa yang selanjutnya
digunakan untuk keperluan perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Penilaian
proses dari:
a. Penilaian terhadap siswa
Penilaian terhadap siswa sebagai pelajar mencakup penilaian yang berkaitan dengan:
1.) Perkembangan konseptual anak;
2.) Tingkat kemampuan menghadapi tantangan;
3.) Interaksi siswa dengan siswa lainnya;
4.) Kemampuan anak berkomunikasi;
5.) Kerasionalan argumen/alasan;
6.) Kerja sama dan kekompakan serta produktivitas kegiatan kelompok;
7.) Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
8.) Penggunaan bahasa dengan baik;
b. Penilaian terhadap guru
Penilaian terhadap guru mencakup hal-hal yang berkaitan dengan:
1.) Proses pembelajaran:
2.) Pendekatan dan metode yang digunakan:
3.) Materi pembelajaran yang mencakup: pemilihan tema, topik dan unit:
4.) Kelengkapan pembelajaran yang disesuaikan guru.
2. Penilaian Terhadap Produk Kegiatan Sasaran yang dinilai dalam penilaian hasil belajar
adalah tingkat penguasaan peserta didik tentang apa yang telah dipelajarinya. Penilaian hasil
belajar merupakan upaya mengumpulkan informasi untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan dan kemampuan yang telah dikuasai siswa pada setiap akhir pembelajaran.

C. BENTUK ALAT PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN TERPADU


1. Bentuk Penilaian Alternatif
Seperti halnya penyelenggaraan penilaian yang lazim dilaksanakan maka perlu dirancang
instrumen penilaian yang mencakup 2 tipe utama yaitu tes dan non tes. Teknik bentuk
alternatif penilaian dengan tes ada dua jenis yaitu tes essay dan tes objektif yaitu sebagai
berikut:
a. Tes essay
Pada bentuk tes essay menghendaki jawaban secara terurai tentang suatu masalah. Jawaban
menitikberatkan pada ingatan, daya pengenalan kembali dan kelogisan tes. Dalam hal ini tes
dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam memilih kata-kata yang tepat untuk
dituangkannya ke dalam uraian. Tes yang tingkat penguasaan bahasan dan materi ilmunya
rendah, akan memberikan jawaban yang kurang memuaskan, dalam arti jawabannya singkat
dan jalan pikirannya sukar dipahami. Sebaliknya bagi tes yang terampil dan pandai memilih
kata-kata akan memberikan yang jauh lebih baik dan relatif memuaskan, apalagi didasari
oleh penguasaan materi ilmu yang baik. Walaupun tes itu lebih baik dari pada temannya
karena kepandaiannya memilih kata. Pada dasarnya ada 2 macam bentuk pertanyaan essay
yaitu essay bebas dan essay terbatas.
C. Tes Objektif
Tes objektif terdiri dari benar salah, pilihan gada dan menjodohkan. Adapun bentuk
alternatif dengan teknik nontes yang akan dibahas pada bagian ini meliputi:
1.) Catatan sekolah
Catatan sekolah merupakan laporan tentang kemajuan belajar siswa berupa deskripsi tentang
aspek-aspek yang dialami siswa berkaitan dengan mata pelajaran disekolah.
2.) Cuplikan kerja
Penilaian yang dilakukan dengan melihat siswa melakukan tugas/proses atau produk yang
dibuat siswa untuk selanjutnya melihat dan menilai proses dan produk tersebut untuk
menentukan tingkat pengetahuan atau skill mereka merupakan penilaian performance
(penilaian kinerja).
3.) Portofolio
Portofolio menilai kemajuan siswa pada suatu periode yang didasarkan pada berbagai tugas
(jurnal, kaset, karya seni, dan produk atau kreasi lain) yang memungkinkan mengarahkan
siswa pada penunjukan pemahaman tentang suatu konsep. Portofolio merupakan berkas bukti
yang disusun untuk mendapatkan akreditasi perolehan belajar melalui pengalaman. Dalam
format penilaian portofolio dideskripsikan tentang metode, pemenuhan kriteria, dan
keputusan (diterima, ditolak, bersyarat dengan tambahan).
4.) Wawancara
Wawancara adalah teknik penilaian lisan yang digunakan untuk memperoleh jawaban dari
siswa tentang Sesuatu yang telah dipelajari. Penilaian dengan wawancara ini dapat dipakai
sebagai penunjang atau pelengkap jika dengan penilaian yang lain belum didapatkan
gambaran yang jelas tentang siswa.
5.) Observasi
Observasi adalah teknik penilaian alternatif yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan secara teliti serta mencatat secara sistematis tentang sesuatu yang terjadi dikelas
berkaitan dengan materi yang ditargetkan guru. Observasi ini harus selalu diusahakan dalam
situasi yang alami agar mendapatkan data yang sebenarnya.
6.) Jurnal
Jurnal merupakan catatan harian siswa yang menggambarkan kegiatan siswa setiap hari.
Jurnal ini dapat berisikan hal-hal yang dilakukan siswa didalam kelas maupun di luar jam
sekolah. Selain itu dapat juga dipakai oleh guru untuk memberi pertimbangan, motivasi, dan
penguatan kepada siswa.
7.) Rubrik Hal ini dilakukan misalnya dengan jalan guru bersama siswa menyusun kriteria
penilaian tentang laporan pekerjaan anak. Dengan melibatkan anak dalam kegiatan
pembelajaran dan penilaian diharapkan anak mengetahui perkembangannya dan hal itu
dimanfaatkan untuk meningkatkan proses belajar-mengajar.
8.) Catatan Anekdotal (file Card) Catatan anekdotal merupakan catatan pengamatan
informasi yang menggambarkan perkembangan bahasa maupun perkembangan sosial,
kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kemajuan, gaya belajar, keterampilan, dan strategi yang
digunakan peserta didik atau yang berkaitan dengan hal apa saja yang tampak bermakna
ketika dilakukan pengamatan.
D. PROSEDUR PENILAIAN PEMBELAJARAN TERPADU
Penilaian yang berkualitas akan menghasilkan informasi yang reliabel dan Valid, Untuk
menghasilkan informasi yang reliabel dan valid, perlu ada bukti pendukung yang meyakinkan
bahwa penilaian yang menghasilkan informasi tersebut memang berkualitas tinggi. Berikut
tahapan-tahapan penilaian:
1. Perencanaan Langkah-langkah pada tahapan ini sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan penilaian yang ingin dicapai baik tujuan yang ingin dicapai oleh guru
maupun oleh siswa.
B. Menentukan kriteria keberhasilan yang ingin dicapai, baik oleh siswa maupun oleh guru.
C. Menentukan teknik dan instrumen yang akan digunakan dalam proses penilaian.
2. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan penilaian, haruslah disadari bahwa
a. Penilaian berlangsung sejak awal sampai akhir proses pembelajaran
b. Penilaian harus dilihat sebagai proses yang berkelanjutan
c. Penilaian dapat diarahkan pada proses maupun produk serta program
3. Penyusunan dan penyajian laporan
Laporan hasil penilaian disusun dengan jalan memperhitungkan seluruh informasi yang
terkumpul dan pengolahannya. Penyusunan laporan harus dilakukan secara logis, sistematis,
dan secara komprehensif yang diakhiri dengan sejumlah rekomendasi dan saran-saran.
4. Tahap tindak lanjut Hasil pengolahan informasi dan saran-saran ditindaklanjuti secara
operasional.
E. FORMAT PENILAIAN PEMBELAJARAN TERPADU
Beberapa bentuk model alat penilaian yang dapat digunakan dalam pelaksanaan penilaian
pembelajaran terpadu yang dapat diaplikasi oleh guru dengan menggunakan format penilaian
yang mendukung diperolehnya informasi dari siswa. Contoh format tersebut antara lain:
1. Format Observasi
Format observasi yang digunakan dalam kegiatan penilaian pelaksanaan pembelajaran
terpadu dilakukan baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pembelajaran terpadu
dengan indikator kemampuan dan penguasaan yang telah ditetapkan. Sedangkan sasarannya
difokuskan pada proses maupun produk pembelajaran.
2. Format Penilaian Diri Siswa Bentuk penilaian diri siswa juga digunakan dalam penilaian
pembelajaran terpadu. Dalam hal ini siswa dapat menyusun sendiri pertanyaan dan
selanjutnya mengisi langsung jawaban dari pertanyaan tersebut dengan mengorganisasikan
gagasannya sendiri. Guru juga dapat melakukan penilaian diri berkaitan dengan proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Format penilaian diri dalam bentuk jurnal tulisan siswa
dapat juga digunakan sebagai masukan bagi guru untuk memberikan pertimbangan, motivasi,
dan penguatan kepada siswa.
3. Format Portofolio
Hasil penilaian proses, produk dan penilaian program didokumentasikan dalam satu bentuk
portofolio. Portofolio ini dapat dijadikan sebagai salah satu masukan bagi guru untuk
memutuskan nilai setiap siswa serta penyusunan perencanaan pembelajaran selanjutnya.
4. Rubrik
Hasil simpulan portofolio dan format penilaiannya, guru dapat menyusun kriteria penilaian
secara kolaboratif dengan melibatkan siswa sehingga anak dapat mengetahui kriteria tersebut
dan dapat mengukur kemampuannya.
5. Cuplikan Kerja
Dalam menilai performansi belajar siswa, guru dapat melakukan pemberian tugas yang
menuntut mereka untuk memperlihatkan hasil unjuk kerja mereka.
6. Masukan Orang Tua
Dalam penilaian pembelajaran terpadu masukan informasi orang tua akan dapat membantu
memberikan gambaran yang menghapus penafsiran yang keliru dari pihak guru dan siswa.
7. Penilaian Berkala
Penilaian berkala pada dasarnya terdiri atas beberapa butir aspek sifat yang dinilai.
Penilaiannya diubah dari kategori (data nominal) menjadi data interval dalam rentang 1-5.
Penetapan nilai itu dibuat berdasarkan pertimbangan yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai