Untuk segi kelemahannya, metode studi kasus memiliki beberapa jenis kelemahan
sebagai berikut:
1. Karena anggota sampel terlalu kecil, sulit dibuat inferensi pada populasi
2. Studi kasus sangat dipengaruhi oleh pandangan subjektif dalam pemilihan kasus
karena adanya sifat khas yang dapat saja terlalu dibesar-besarkan.
3. Kurangnya objektivitas hasil temuan penelitian
Karena sifatnya, studi kasus digunakan untuk menggambarkan hal-hal umum dan untuk
memperoleh kesimpulan yang dapat dirampatkan untuk mencakup keadaan yang jauh
lebih banyak. Akan tetapi, dari segi statistik, cara ini tidak absah untuk sampel yang
dipilih secara tepat dan oleh karena itu seberapa jauh derajat studi kasus itu sendiri
bersifat khas dan juga pada pola ketelitian pengambila kesimpulan. Oleh karena itu,
sangat penting, peneliti perhatian khusus pada kedua hal ini, apabila mengamati h
berdasarkan studi kasus.
Studi kasus sering digunakan untuk memperjelas proses yang rumit, hasilnya, dan apa
yang terjadi sebelumnya. Cara ini dapat merupakan proses yang banyak menyita
waktu, terutama kali mengamati perubahan organisasi, penlitian bisa berlangsung
berbulan- bulan atau bertahun-tahun. Kelemahan ini ialah bahwa bagian lain dari dunia
tidak menunggu hasil penelitian dan ketika terbitan itu muncul, sering sudah
ditinggalkan oleh keadaan.
Berdasarkan kekuatan dan kelemahan dari studi kasus, perlu diketahui ciri-ciri studi
kasus yang baik berdasarkan kriteria yang diberikan Yin (1987) bahwa studi kasus yang
baik adalah studi yang patut untuk dicontoh dan hendaknya bersifat signifikan, lengkap,
menunjukkan bukti-bukti yang memadai, mempertimbangkan perspektif alternatif, dan
disusun dalam gaya yang menarik.
Penilaian tentang studi kasus yang baik, selanjutnya dijabarkan Yin dalam lima kriteria.
Pertama, studi kasus dikatakan signifikan apabila kasus itu sendiri menyangkut sesuatu
yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan
kepentingan nasional. Kedua, studi kasus dikatakan lengkap apabila batas-batasnya
dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan
keluasan data yang digali peneliti dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya
dengan baik dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan. Ketiga, studi
kasus yang baik haruslah mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dari sudut
pandang yang berbeda-beda. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti- bukti
yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak
mendasarkan prinsip selektivitas. Terakhir, studi kasus yang baik hendaknya ditulis
dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.