Anda di halaman 1dari 3

DASAR TEORI

Spektroskopi fotoakustik merupakan jenis spektroskopi yang memanfaatkan


gejala fotoakustik sebagai dasar kerja untuk membangkitkan gelombang bunyi sesuai
dengan panas yang timbul akibat pancaran radiasi pada bahan penyerap energi radiasi
(Sigrit, 1986). Gejala fotoakustik mula-mula ditemukan oleh Alexander Graham Bell
(1881), ketika ia mengamati terbentuknya gelombang bunyi dari suatu bahan padat
yang disinari oleh cahaya matahari. Intensitas cahaya matahari diarahkan pada bejana
kaca tertutup berisi cuplikan padat yang menyerap radiasi infra merah. Dengan
stetoskop (semacam mikrofon) ia dapat mendengar bunyi yang sangat lemah akibat
serapan radiasi oleh padatan.
Buah menghasilkan gas etilen untuk pematangan. Selama ini pengukuran gas
etilen (C2H4) yang dihasilkan oleh suatu sample biologis dilakukan dengan metode
kromatografi gas (CG : Gas Chromatography) yang dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala (FID : Flame Ionization Detector). Akan tetapi metode ini masih
memiliki kelemahan. Kromatografi gas masih bekerja pada orde ppm (part per
million  1:106), sehingga proses akumulasi berjalan lama. Adapun efek dari
akumulasi yang lama antara lain karakter satu/sedikit sampel (buah) tidak terdeteksi,
sehingga mempengaruhi rata-rata produksi C2H4, hasilnya tidak representatif.
Sementara pada spektroskopi fotoakustik sudah bekerja pada orde ppb (part per
billion). Selain itu serapannya kuat dan tajam, range energi yang lebar dan terhubung
pada sistem yang mengalir, sehingga titik data tiap waktu dapat terdeteksi.
Konfigurasi ekstrakavitas disusun dengan menempatkan sel fotoakustik di luar
laser CO2 sebagaimana dalam gambar 1. Konfigurasi ini dipilih untukmemudahkan
dalam penyetingan rangkaian. Jika dibandingkan dengan konfigurasi intrakavitas,
maka daya laser yang dihasilkan oleh konfigurasi ekstrakavitas lebih kecil. Cuplikan
yang aka diselidiki ditempatkan dalam sel fotoakustik dan dikenai radiasi laser yang
dimodulasi oleh chopper. Chopper ditempatkan didekat grating untuk mengurangi
derau dari chopper sekaligus menghindarkan masuknya sinar laser dari pantulan
chopper ke sel fotoakustik.
Gambar 1. Konfigurasi Ekstrakavitas

Sinyal yang muncul akibat pemanasan cuplikan yang dimodulasi dideteksi


dengan mikrofon. Karena sinyal yang muncul sangat kecil maka dikuatkan dengan
menggunakan lock-in (lock-in-amplifier). Alat ini hanya menguatkan sinyal yang
berfrekuensi sama dengan frekuensi referensi yaitu frekuensi choppernya. Karena
daya keluaran laser tidak sama, maka sinyal dinormalisasi terhadap daya. Dengan cra
mencatat keluaran sinyal akustik lock-in bersamaan daya lasernya yang dioptimasi
menggunakan komputer sistem spektroskopi. Konfigurasi eksperimen yang
digunakan dalam pendeteksian etilen dalam buah seperti pada Gambar 2.
Bahan yang diuji diletakkan dalam toples. Toples yang digunakan sebelumnya
diuji tingkat kevakumannya. Untuk mengamati sebaran gas etilen pada buah, maka
dapat dialokasikan pada bagian-bagian tertentu, pada pangkal buah, bdana buah dan
ujung buah. Gas etilen ini kemudian dialirkan menuju pengukur aliran gas agar laju
alirannya stabil, lalu dilanjutkan dengan mengalirkan menuju sel SFA.
Gambar 2. Konfigurasi eksperimen pendeteksian konsentasi etilen dalam buah

Referensi:
Kuncorowati, Nanda Tri, dkk. Analisis Sel Fotoakustik Pada Resonator Silinder.
Jurnal Jur. Fisika ITS, Surabaya
Mitrayana, dkk. Optimasi Spektrometer Fotoakustik Laser CO2 dan Aplikasinya
dalam Pendeteksian Konsentrasi Etilen di Dalam Tanah. Prosiding Pertemua Ilmiah
XXV HFI Jateng & DIY, hal 141-145.

Anda mungkin juga menyukai