Ba Man A Jemen Kon T Emporer
Ba Man A Jemen Kon T Emporer
net/publication/361480329
MANAJEMEN KONTEMPORER
CITATIONS READS
0 2,482
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Sentot Imam Wahjono on 23 June 2022.
MANAJEMEN KONTEMPORER
Sumber: https://www.google.com/search?q=contemporary+management&tbm
1. Perkembangan Manajemen Masa Kini
2. Manajemen Kontemporer
1. Model Tipe Z
Model Tipe Z, seperti yang dikemukakan oleh Willian Ouchi pada tahun 1981,
adalah suatu usaha untuk mengintegrasi praktek bisnis umum di Amerika Serikat dan
Jepang ke dalam sebuah jaringan middle–ground tunggal. Ouchi menyampaikan
bahwa banyak firma tradisional di Amerika Serikat (yang beliau golongkan sebagai
Tipe A) dan beberapa perusahaan tradisional di Jepang (Tipe J).
Beliau mengemukakan bahwa firma-firma ini berbeda dalam tujuh dimensi yang
penting, yaitu :
1. lama masa kerja,
2. cara pengambilan keputusan,
3. letak tanggung jawab,
4. kecepatan evaluasi dan promosi,
5. mekanisme kontrol,
6. spesialisasi jalur karier, dan
7. perhatian perusahaan terhadap pegawai.
a. Pendekatan Sistem
Pendekatan TQM pada dasarnya tergantung pada pemahaman organisasi
sebagai suatu sistem. Dalam hal ini ada 3 sistem utama yang menjadi tanggung
jawab manajer yaitu pertama, Sistem Sosial/Budaya yang mengacu pada
sekumpulan keyakinan dan perilaku yang dihasilkan melalui kebersamaan dalam
organisasi. Penerapan pendekatan TQM harus mendapat dukungan sepenuhnya
dari budaya organisasi yang berarti harus dijalankan oleh semua anggota
organisasi yang akan tercermin dari perilaku mereka melalui dari pimpinan puncak
sampai pegawai yang terendah. Tanpa dukungan budaya yang demikian, sulit bagi
perusahaan untuk menerapkan TQM dengan berhasil. Kedua, Sistem Teknikal yang
merupakan faktor – faktor seperti teknologi dan infrastruktur fisik serta investasi
modal yang diperlukan organisasi untuk mencapai tujuannya. Sistem yang kedua
ini tidak lain merupakan dukungan fisik yang diperlukan bagi pelaksanaan
pendekatan TQM. Yang terakhir, Sistem Manajemen yaitu proses melalui mana
organisasi mengelola sumber daya manusia dan sumber daya fisik lainnya.
Penerapan TQM secara nyata akan terlihat dari tehnik – tehnik manajemen yang
dipilih oleh manajer untuk diterapkan dalam perusahaan agar pendekatan TQM
dapat benar – benar dapat direalisasikan.
b. Perangkat TQM
Selain menggunakan pengawasan kualitas melalui statistik, Kaoru
Ishikawa memperkenalkan suatu diagram yang dapat memperlihatkan bagaimana
kita dapat menelusuri faktor – faktor yang menentukan baik atau buruknya hasil
yang diperoleh melalui Fishbone Diagram atau Cuase- and- Effect Diagram. Dengan
diagram tersebut para manajer dapat dibantu untuk mencari sebab – sebab yang
memungkinkan dari suatu masalah sehingga manajer dapat mengetahui faktor –
faktor yang menjadi menyebab timbulnya masalah yang sedang dihadapi
perusahaan. Hal ini sangat perlu, karena dalam rangka melakukan perbaikan yang
terus – menerus, perusahaan tidak boleh membiarkan suatu masalah terlalu lama
sebab suatu masalah yang tidak terselesaikan pada akhirnya dapat menurunkan
kualitas pelayanan perusahaan di mata pelanggannya.
Perangkat lain dari TQM adalah Benchmarking (Patok Duga), yaitu
membandingkan produk ataupun proses organisasi milik perusahaan kita dengan
produk atau proses yang kita anggap terbaik di dunia. Kualitas yang baik tidak
selalu berasal dari penyelesaian suatu masalah, perusahaan yang tidak bermasalah
sekalipun tetap harus melakukan perbaikan yang terus – menerus, yaitu dengan
memanfaatkan peluang untuk menjadi lebih baik. Untuk itu perusahaan terkadang
melakukan suatu perbandingan dengan perusahaan lain yang dianggap paling
baik.
d. Peranan Manajemen
Keinginan untuk melaksanakan TQM haruslah bermula dari manajemen
puncak, karena pendekatan TQM melibatkan komitmen budaya organisasi yang
harus dijabarkan oleh para eksekutif puncak untuk kemudian diturunkan ke para
bawahannya. Dalam pelaksanaannya, TQM tidak hanya menyangkut pengawasan
fisik dan perangkat yang ada tetapi juga harus tercermin dalam perilaku sehari –
hari dari para eksekutif puncak dalam mendukung suksesnya pelaksanaannya
TQM itu sendiri.
e. Partisipasi Pegawai
Dukungan dari perhatian dari manajemen puncak saja belumlah cukup
jika tidak disertai dengan adanya Empowerment yaitu mengijinkan pegawai pada
semua tingkatan organisasi untuk membuat keputusan sendiri tanpa perlu minta
persetujuan dari atasannya. Empowerment merupakan suatu perubahan yang
penting agar perusahaan dapat mengimplementasikan TQM diasumsikan seluruh
anggota organisasi mempunyai komitmen budaya yang sama, yaitu melakukan
perbaikan terus – menerus dalam rangka memuaskan keinginan konsumen Dengan
demikian partisipasi pegawai melalui empowerment menjadi syarat mutlak bagi
keberhasilan TQM.
c. Menginovasi Proses
Setiap orang memiliki gagasan yang sangat baik dan potensi yang sangat
besar. Yang diperlukan hanyalah kepemimpinan yang positif untuk memperkuat
potensi tersebut, memberikan dorongan untuk menyuarakan gagasannya, dan
adanya dukungan yang terus – menerus guna meningkatkan kreativitas mereka
sehingga pada akhirnya perusahaan dapat menerapkan proses baru yang inovatif.
Proses baru yang dimaksud adalah yang dapat mengurangi waktu penyelesaian
proses, menghapuskan pekerjaan yang rendah nilainya, meningkatkan
produktivitas, mencapai hasil yang luar biasa, dan mengoptimalkan nilai bagi para
pemilik atau pemegang saham perusahaan.
d. Mentransformasikan Organisasi
Tahap ini mempunyai sasaran untuk memastikan konsistensi organisasi
dengan proses yang telah direkayasa ulang, menciptakan struktur organisasi baru,
membantu pemberdayaan sumber daya manusia, memastikan kesiapan, dan
kesediaan sumber daya manusia melakukan proses yang direkayasa ulang, serta
mengimplementasikan proses. Pada tahap ini biasanya perusahaan harus
mengubah metode, praktek, dan prosedur yang sekarang digunakannya, merubah
struktur organisasi menjadi lebih ramping, datar dan gesit.
e. Memantau Proses yang direkayasa Ulang
Dengan diimplementasikannya rekaya ulang pada tahap sebelumnya,
bukan berarti kita berhenti sampai disini. Perusahaan masih harus melakukan
evaluasi terhadap proses yang direkaya ulang untuk melakukan penyesuaian yang
mungkin masih diperlukan, mengevaluasi berbagai peluang untuk peningkatan
lebih lanjut.
6. Downsizing
Downsizing adalah sebuah versi bagi restrukturisasi organisasi yang menghasilkan
penurunan pada besaran organisasi dan sering kali menghasilkan struktur organisasi
yang lebih mendatar. Struktur organisasi yang lebih mendatar ini memungkinkan
organisasi untuk menjadi lebih ramping dan lebih fleksibel sehingga dapat
memberikan respons dengan lebih cepat terhadap perubahan - perubahan yang
terjadi di pasar global. Pada dasarnya Downsizing dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan yang sedang menjalankan rekayasa ulang (reengineering), sebagai salah
satu usaha untuk membuat perusahaan menjadi lebih fleksibel dan efektif.
Dalam melakukan Downsizing perusahaan akan mengurangi tingkatan
hierarkinya yang sebelumnya dirasakan terlalu banyak sehingga membuat organisasi
menjadi tidak fleksibel dan birokratis dalam pengambilan keputusannya.
Pengurangan hierarki tersebut biasanya dilakukan dengan mengurangi beberapa
lapisan manajer tingkat menengah , misalnya memberhentikan si manajer yang
bersangkutan. Jika demikian halnya, dilihat dari sudut perusahaan, Downsizing dapat
meningkatkan efisiensi, dimana biaya upah untuk para manajer menjadi berkurang
dan proses pengambilan keputusan pun menjadi lebih cepat daripada sebelumnya.
Tetapi jika ditinjau dari sudut pekerja (manajer tingkat menengah), Downsizing dapat
menyebabkan hilangnya pekerjaan tetap atau penghasilan seseorang.
Pemberhentian yang dilakukan tanpa memikirkan dampaknya bagi di pekerja
akan dapat merusak moral pekerja yang masih tinggal di perusahaan. Mereka akan
dilanda ketakutan, jangan – jangan dirinya ikut diberhentikan juga. Oleh karena itu,
untuk menghindari hal – hal demikian hendaknya perusahaan memilih cara lain yang
lebih inovatif dan tidak merugikan pekerja seperti menyediakan insentif yang menarik
bagi mereka yang mengundurkan diri secara suka rela, menyalurkan pekerja ke
perusahaan lain atau ke perusahaan affiliasinya.
8. Kaizen
Kaizen ini sangat populer dalam manajemen Jepang. Kaizen diartikan sebagai
upaya yang dilakukan untuk memperbaiki secara terus – menerus di semua bidang
dalam perusahaan. Menurut Kazuo Inamori (WED, Oct 1995) Kaizen adalah : To day
better than yesterday, then make tomorrow better than yesterday (Hari ini lebih baik dari
kemarin dan buat besok lebih baik dari hari ini). Pendapat ini persis seperti apa yang
dikemukakan dalam hadits yang menyatakan: “Jika hari ini sama dengan kemarin
berarti kamu rugi kata Rasulullah dan jika lebih jelek maka kamu celaka”. Konsep
Kaizen ini berkaitan dengan konsep TQM.
9. Just In Time
Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan menekan pemborosan dan
ketidakefisienan lainnya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar yang
baru – baru ini diperkenalkan adalah JIT Model. Model ini menunjukkan bahwa
konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah.
Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir – akhir ini sehingga
dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah
tanggap terhadap pengertian JIT ini.
Perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model/filosofi yang
mempunyai sifat – sifat sebagai berikut:
1. Penekanan pada prinsip “Visibility” sehingga dengan demikian setiap
masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai
kesempatan/atau peluang.
2. Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi
harus disesuaikan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3. JIT menghendaki kesederhanaan/kemudahan bukan kerumitan.
4. Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistik” atau global. Konsep harus
diterima secara umum. Dan melibatkan semua pihak serta sumber
perusahaan yang dimiliki.
5. JIT menganut konsep perbaikan terus – menerus (Johanson, 1990) JIT
merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya
menghilangkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources
seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal
dan yang digunakan hanya yang benar – benar diperlukan untuk menambah
nilai produk.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah :
1. Sikap Awareness/Education, setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan
walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan
proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus daripada
tidak dicoba sama sekali.
2. House – Keeping, setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan
dan harta perusahaan baik yang di bawah pengawasannya maupun yang di
luarnya.
3. Quality Improvement, kualitas harus terus ditingkatkan untuk menuju zero defects
(tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera
menghentikan operasi dan langsung melakukan koreksi.
4. Uniform Plant Load (UPL), artinya jika kita menjual harian maka produksi harus
harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.
5. Redesign Process Flow, untuk memenuhi konsep UPL di atas maka kegiatan
produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan
digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per
departemen.
6. Set up Reduction, dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan
yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar – benar sesuai kebutuhan.
7. Supplier Net Work, jaringan permasalahan harus dapat diatur sedemikian rupa
sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya
diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit,
jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti
tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, Work in Process (WIP) berada dalam
jumlah minimum dan alat – alat tidak pernah berhenti percuma. Di Indonesia konsep
– konsep ini belum begitu dikenal. Namun sistem globalisasi ekonomi suatu saat akan
mengharuskan penggunaan sistem ini.
Satu hal yang membuat tugas manajer begitu menarik, yaitu sejumlah tantang
baru. Ini meliputi tahapan pengidentifikasian dan pembahasan secara singkat mengenai
sejumlah tantangan kontemporer yang menghadang semua manajer pada saat ini.
1. Globalisasi Bisnis
Bisnis internasional telah menjadi hal yang begitu penting. Tidak lama lagi
dapatkan sejumlah perusahaan––dengan menghiraukan ukuran, vitalitas, ataupun
industrinya––menghindari globalisasi bisnis? Ford bersaing dengan Nissan dan
Volkswagen, Timex bersaing dengan Seiko, dan Exxon bersaing dengan British
Petroleum. Retailer-retailer kecil menjual dagangannya ke seluruh dunia. Dan dalam
bisnis ini, hanya ada beberapa negara saja yang dapat meminjam dana dari penyokong
dana di New York atau London.
3. Kepemilikan
Kepemilikan bisnis juga menjadi subyek yang controversial bagi para manajer di
tahun-tahun ini. Saat ini, besarnya investor institusional (misalnya dana pensiun dan
dana mutual) mengontrol sejumlah saham mayor di beberapa perusahaan. Inilah yang
memicu sejumlah manajer merasakan tekanan yang berat untuk memproduksi hasil
dalam jangka pendek dan akibatnya tidak selalu pengambilan keputusanlah yang hanya
bisa memberikan payoff jangka panjang. Semakin banyak firma asing yang juga
mengambil alih kepemilikan saham di industri Amerika Serikat, semakin banyak pula
tren yang menjadi sorotan banyak peneliti.
6. Perubahan
Manajer juga menghadapi lebih banyak perubahan pada saat ini dari pada dulu.
Keperluan, permintaan, dan pengharapan yang dibebankan pada manajer dan
perusahaannya menjadi lebih besar dari sebelumnya, seperti hal kompleks menyangkut
lingkungan dimana mereka harus bersaing. Sedangkan pada masa silam manajer
mungkin memandang perubahan sebagai sesuatu yang harus diupayakan secara
periodik, namun sekarang hal ini menjadi fakta hidup sehari-hari bagi semua orang di
dunia bisnis.
7. Kewenangan
Akhirnya saat ini manajer juga menghadapi persoalan yang berhubungan dengan
kewenangan, usaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak atas sumber
daya manusia yang dimiliki perusahaan dengan memberikan pada setiap orang tentang
informasi dan mengontrol bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Bermacam-
macam tehnik dan metode perihal kewenangan mengarah pada partisipasi dalam
pengambilan keputusan hingga penggunaan tim kerja yang terintegrasi.
8. Pentingnya Kualitas
Guna membantu menekankan pentingnya kualitas, pemerintah Amerika Serikat
menciptakan Malcolm Baldrige Award, diambil dari nama sekretaris perdagangan
sebelumnya yang telah memperjuangkan kualitas dalam industri di Amerika Serikat.
Penghargaan ini, dari agensi Departemen Pedagangan, diberikan setiap tahun kepada
firma-firma yang mencapai peningkatan mayor dalam kualitas produk atau jasanya. Jadi,
penghargaan ini didasarkan pada perubahan dalam kualitas, bertentangan dengan
kualitas yang absolut.
Baru-baru ini, para peraih penghargaan Baldrige ini adalah Motorola, the Cadillac
Division of General Motors, dan divisi Texas Instrument, AT&T, Xerox, dan
Westinghouse. Selain itu, sejumlah penghargaan lain dalam hal kualitas juga telah
diciptakan. Contohnya, The Rochester Institute of Technology dan USA Today
memberikan penghargaan Quality Cup tidak untuk seluruh perusahaan tetapi bagi tim
kerja individu di dalam perusahaan. Sayangnya, seperti yang telah dijelaskan lebih jauh
dalam kotak Managing in Changing World, juga terdapat sisi gelap dalam gerakan kualitas.
Kualitas juga merupakan hal penting bagi manajer perorangan dan perusahaan karena
tiga hal yang sangat beralasan: persaingan, produktivitas, dan biaya.
9. Persaingan
Pada saat ini, kualitas telah menjadi salah satu point yang paling kompetitif dalam
bisnis. Ford, Chrysler, dan General Motors masing-masih berpendapat, contohnya,
bahwa mobil-mobilnya jauh lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan mobil-mobil
dari perusahaan lain. IBM, Apple Computer, dan Digital Equipment Corp. menekankan
kualitas produknya baik. Dan American, United, dan Delta airlines masing-masing
mengemukakan bahwa mereka memberikan jasa yang terbaik dan terpercaya. Tetapi, ini
sebetulnya menunjukkan bahwa setiap bisnis di Amerika Serikat telah mengadopsi
kualitas sebagai point utama persaingan. Jadi, bisnis yang gagal mempertahankan
langkahnya kemungkinan akan mendapati dirinya tertinggal di belakang tidak hanya
dari pesaing asing namun juga firma-firma lain di Amerika Serikat.
10. Produktivitas
Manajer juga telah mulai mengenal bahwa kualitas dan produktivitas itu
berhubungan. Dahulu kala, banyak manajer berpikir bahwa mereka dapat meningkatkan
output (produktivitas) hanya dengan menurunkan kualitas. Tetapi, saat ini, manajer
telah mempelajari jalan yang sulit dimana asumsi seperti itu hampir selalu salah. Jika
sebuah firma menempatkan program peningkatan kualitas yang berarti, tiga hal berikut
ini bisa menjadi dasar. Pertama, banyaknya kekurangan yang seharusnya dibenahi,
sehingga memperkecil pengembalian produk dari konsumen. Kedua, karena
kekurangan dibenahi, maka sumber daya (bahan dan pekerja) yang ditujukan untuk
pengerjaan ulang output yang kurang, bisa diturunkan. Ketiga, karena membebani
pekerja dengan tanggung jawab kualitas menurunkan kebutuhan bagi pengawas
kualitas, maka perusahaan bisa memproduksi lebih banyak unit dengan sumber daya
yang lebih sedikit.
11. Biaya
Semakin baik kualitas juga semakin kecil biaya. Kualitas yang kurang bagus
menyebabkan pengembalian yang lebih tinggi dari konsumen, biaya jaminan yang
tinggi, dan penuntutan konsumen yang terluka akibat produk yang cacat. Penjualan
mendatang bisa hilang karena ketidakpuasan konsumen. Sebuah organisasi dengan
permasalahan kualitas seringkali harus menaikkan biaya inspeksi hanya untuk menarik
produk-produk yang rusak. Kami menjelaskannya di bab awal, contohnya, bagaimana
Whistler Corp. memakai 100 dari 250 pekerjanya hanya untuk memperbaiki detektor
radar yang dipasang dengan kurang baik.
12. Komitmen Strategi
Point awal bagi TQM adalah komitmen strategi oleh top manajemen. Komitmen
ini merupakan hal yang penting karena beberapa alasan. Pertama, kultur perusahaan
harus berubah untuk mengenali bahwa kualitas tidak hanya suatu hal yang ideal tapi
juga merupakan tujuan obyektif yang harus dikejar. Robert Eaton meluangkan dua hari
dari jadualnya untuk menguji Chrylser Cirrus yang telah membantu mengubah kultur
perusahaannya berkenaan dengan kualitas. Kedua, keputusan untuk mengejar tujuan
kualitas disertai dengan keluarnya sejumlah biaya––pengeluaran atas peralatan dan
fasilitas baru. Sekali lagi, keputusan Eaton untuk menunda Cirrus merugikan keuangan
perusahaan, paling tidak dalam kurun waktu yang singkat. Dengan demikian, tanpa
komitmen dari top manajemen, perbaikkan kualitas hanya akan menjadi slogan atau tipu
muslihat saja, dengan sedikit perubahan atau tidak ada sama sekali.
14. Bahan
Bagian penting lainnya dari TQM adalah perbaikan kualitas bahan yang dipakai
perusahaan. Seandainya, sebuah perusahaan yang merakit stereo membeli chip dan
sirkuit dari perusahaan lain. Apabila chip tersebut memiliki tingkat kerusakan yang
tinggi, konsumen akan mengembalikan stereo yang rusak tersebut ke perusahaan yang
memberikan nama pada alat stereo tersebut, bukan ke perusahaan yang membuat chip.
Selanjutnya, perusahaan stereo ini kehilangan dua jalan: perusahaan tersebut harus
mengembalikan uang ke konsumen dan mendapatkan reputasi yang buruk. Akibatnya,
banyak perusahaan menaikkan keperluan kualitas yang mereka paksakan ke supplier
sebagai jalan perbaikkan kualitas atas produk mereka. Kembali mengingat bukti yang
ada sebelumnya bahwa Chrylser telah menaikkan harapannya atas kualitas suku cadang
dan bahan yang akan dibeli dari perusahaan lain.
15. Teknologi
Bentuk baru teknologi juga merupakan hal yang berguna dalam program TQM.
Contohnya, otomotif dan robot seringkali dapat membuat produk dengan presisi yang
lebih tinggi dan konsistensi yang lebih baik daripada apa yang dapat dilakukan manusia.
Penginvestasian atas mesin-mesin yang bermutu tinggi, yang dapat melakukan tugas
dengan lebih tepat dan terpercaya, sering dilakukan untuk memperbaiki kualitas.
Sebagai contoh, AT&T telah mencapai perbaikan yang notaben atas kualitas produknya
dengan mengganti beberapa mesinnya dengan peralatan baru. Hal yang sama juga
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan auto dan elektronik di Amerika Serikat
dengan melakukan investasi yang signifikan dalam teknologi untuk membantu
perbaikan kualitas.
16. Metode
Metode yang diperbaiki dapat meningkatkan kualitas produk dan jasa. Metode
merupakan system pengoperasian yang digunakan oleh perusahaan selama proses
transformasi aktual. Contohnya, American Express Company telah menemukan cara
untuk mempersingkat masa persetujuan bagi kartu kredit baru dari 22 hari menjadi
hanya 11 hari. Ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas jasa.
17. Outsourcing
Inovasi lain untuk perbaikan kualitas adalah outsoucing. Outsourcing adalah
proses jasa dan operasi yang dikontrakkan kepada firma-firma lain yang bisa
melakukannya dengan lebih murah atau lebih baik (atau kedua-duanya). Bila sebuah
bisnis melaksanakan masing-masing dan setiap jasa dan operasi administrasi dan
bisnisnya, maka hampir bisa dipastikan bahwa paling sedikitnya beberapa dari mereka
melakukan dengan cara kualitas yang rendah dan/atau tidak efisien. Jika area-area ini
dapat teridentifikasi dan ter-outsource, maka firma tersebut akan menghemat uang dan
merealisasikan jasa atau operasi dengan kualitas yang lebih baik.
Contohnya, hingga saat ini Eastman kodak Company masih menangani semua
operasi penghitungan miliknya. Tetapi, akhir-akhir ini operasi tersebut dikontrakkan ke
IBM, yang sekarang menangani semua penghitungan Kodak. Hasilnya adalah sistem dan
operasi penghitungan dengan kualitas yang lebih baik di Kodak karena lebih menghemat
uang daripada sebelumnya.
18. Kecepatan
Tehnik ketiga dari TQM yang populer adalah kecepatan. Kecepatan adalah waktu
yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mendapatkan sesuatu yang disempurnakan
dan ini dapat ditekankan di berbagai area, meliputi pengembangan, pembuatan, dan
pendistribusian produk atau jasa. Salah satu riset yang baru dilakukan
mengidentifikasikan bahwa kecepatan sebagai persoalan stategi nomor satu yang
dihadapi manajer pada tahun 1990-an. Penggambaran yang baik atas kuatnya kecepatan
berasal dari General Electric. Pada satu titik, firma tersebut memerlukan enam pabrik
dan tiga minggu untuk memproduksi dan mengirimkan kotak-kotak custommade
industrial circuit–breaker. Dengan menganggap kecepatan sebagai prioritas, saat ini
produk yang sama dapat dikirimkan dalam tiga hari dan hanya sebuah pabrik tunggal
yang terlibat. Tabel 21.2 mengidentifikasikan sejumlah usulan dasar yang membantu
perusahaan untuk menaikkan kecepatan operasi mereka.
Contohnya, GE menyadari bahwa lebih baik memulai dari penggarukkan atas
pabrik yang dimodel ulang daripada berusaha memakai fasilitas yang ada. GE juga
menghapus keperluan persetujuan dengan mengeliminasi posisi yang paling manajerial
dan membentuk tim-tim sebagai dasar kerja perusahaan. Menekankan pada pentingnya
jadual yang membantu Motorola membangun sebuah pabrik baru dan memulai
produksi produk-produk baru hanya dalam waktu 18 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Wahjono, Sentot Imam. 2022. Manajemen dan Peran Manajer, Bahan Ajar Manajemen. Penerbit:
ResearchGate.
https://www.researchgate.net/publication/359826922_MANAJEMEN_DAN_PERAN_
MANAJER_BAHAN_AJAR_MANAJEMEN
Wahjono, Sentot Imam. Marina, Anna. Wardhana, Andi. Darmawan, Akhmad. 2019. Pengantar
Manajemen. Penerbit RajaGrafindo, Jakarta, Indonesia.
Wahjono, Sentot Imam. Harnida Hanim binti Abdul Hamid, Adillah Mohd. Din, Hasan Saleh,
2014. Management Practices is Not Important for Women Entrepreneurs in Family Business while
Enhance Their Business Performance: Evidence from Melaka, Malaysia. Paper presented at
International Conference on Business and Economics 2014 (ICBE2014), Universitas
Andalas, Padang, Indonesia, 22-23 October 2014.
Wahjono, Sentot Imam. Milal, Dzo’ul. Marina, Anna. Harryono, Sumadji. 2013. Transformational
Leadership at Muhammadiyah Primary Schools on Emotional Intelligence: Forward Bass
& Avolio Theory. IOSR Journal of Business and Management (IOSR-JBM), e-ISSN: 2278-487X,
p-ISSN: 2319-7668. Volume 12, Issue 2 (Jul.-Aug. 2013) pp 33-41. DOI: 10.9790/487X-
1223341. Link: http://www.iosrjournals.org/iosr-jbm/papers/Vol12-
issue2/F01223341
Wahjono, Sentot Imam (2011) Pola suksesi internal pada perusahaan keluarga (studi pada tiga
perusahaan keluarga etnis Jawa, Cina, dan Pendalungan di Jawa Timur) / Sentot Imam
Wahjono. Doctoral thesis, Universitas Negeri Malang.
http://repository.um.ac.id/64748/
Wahjono, Sentot Imam. 2008. Manajemen, Tata Kelola Organisasi Bisnis. Indeks Publisher, Jakarta.
Wahjono, Sentot Imam. 2008. Peran Kepemimpinan pada keberhasilan perusahaan keluarga.
Jurnal Balance. Vol. 5, No. 01. Pp 1-25. ISSN: 1693-9352. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/balance/ article/view/ 705/523
Wahjono, Sentot Imam. 2007. Pengaruh Perilaku Pemimpin Transformasional Otentik terhadap
Kecerdasan Emosional dengan Variabel Intervening: Kesamaan Nilai, Kepercayaan, dan
Rasa Kagum Guru dan Karyawan di Sekolah-sekolah Muhammadiyah. Utilitas, Fakultas
Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, ISSN: 0854-47610, Vol. XV No. 2 Juli
2007. Accredited by Directorate General of Higher Education, Ministry of National
Education, Indonesia (Dikti) No.: 23a/DIKTI/Kep/2004. pp: 177-196.
https://www.researchgate.net/ publication/292138559
Wahjono, Sentot Imam. 2007. Pengaruh Perilaku Pemimpin Transformasional Otentik terhadap
Kepuasan Kerja dengan Variabel Intervening: Kesamaan Nilai, Kepercayaan, dan Rasa
Kagum Guru dan Karyawan di Sekolah-sekolah Muhammadiyah. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Airlangga, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, p-ISSN: 2338-2686. E-
ISSN: 2597-4564. Vol 17, No. 1, April 2007. DOI: 10.20473/jeba.V17I12007.4212.
Accredited by Directorate General of Higher Education, Ministry of National Education,
Indonesia (Dikti) No: 55/DIKTI/Kep/2005. pp: 16-35. Link:
https://ejournal.unair.ac.id/JEBA/ article/view/4212/2852