Anda di halaman 1dari 10

PRAKTIKUM HUKUM OHM

Disusun oleh :
1. Andri Hariyanto (05)
2. Bintang Hudasaksana (07)
3. Davina Auralia (09)
4. Gisca Maura Evanda Sari (15)
5. Putera Ahmad Faizin (24)
6. Putri Ayu Mauliddiyah (25)
7. Rintan Natali Cahyaningati (28)

XII MIPA 1
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
2022/2023
A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus yang mengalir dalam sebuah
rangkaian.

B. DASAR TEORI
Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman yang
bernama Georg Simon Ohm. Hukum Ohm berbicara mengenai hubungan antara
tegangan listrik ( V ) dan arus listrik ( I ). Arus listrik sendiri diartikan banyaknya
muatan listrik yang mengalir persatuan waktu, arah arus listrik didefinisikan searah
dengan pergerakanmuatan positf atau proton. Pada logam bahan konduktor, muatan
yang bergerak sebenarnya muatan negatif atau elektron. Sehingga arah penjalaran arus
listrik berlawanan dengan arah pergerakan muatan listrik (Abdullah, 2017).
Pergerakan muatan listrik timbul jika terjadi beda potensial. Elektron akan
bergerak dari potensial rendah ke potensial tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
arus lisrtik berpindah dari potensial tinggi ke potensial rendah. Yang berarti semakin
besar sumber taganga, semakin besar arus listrik yang mengalir. Besar arus listrik yang
mengalir pada sebuah penghantar sebanding dengan beda potensial sumber.
Kemudahan arus listrik yang mengalir pada sebuah penghantar bergantung pada jenis
penghantar. Kemampuan penghantar untuk mengalirkan arus listrik disebut dengan
konduktivas, lawan dari resistivitas atau lebih dikenal dengan istilah hambatan (R).
Semakin besar resistansi sebuah penghantar, akan semakin sulit arus listrik
melewatinya.
Bunyi Hukum Ohm : “Tegangan ( V ) pada hambatan yang memenuhi Hukum
Ohm berbanding lurus terhadap kuat arus ( I ) untuk suhu yang konstan
(Sunaryono,2010). Dalam pembuktian Hukum Ohm, suatu rangkaian yang terdiri dari
voltmeter dirangkai paralel dan amperemeter dirangkai seri, agar didapatkan hasil yang
sesuai dengan pengukuran.
Hubungan antara beda potensial, arus listrik, dan hambatan dapat ditulis
V
I=
R
Dimana :
a. I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam satuan
Ampere.
b. V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung penghantar
dalam satuan volt.
c. R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang terdapat pada suatu
penghantar dalam satuan ohm
C. ALAT DAN BAHAN

NO GAMBAR NAMA ALAT & BAHAN

1 Catu daya

2 Meter dasar 90

3 Kabel penghubung

4 Resistor 5W, 100 Ohm

5 Resistor 5W, 50 Ohm


D. LANGKAH PERCOBAAN

NO GAMBAR LANGKAH PERCOBAAN

Siapkan alat dan bahan, lalu susun


1
rangkaian

Hubungkan catu daya ke sumber


tegangan saat alat masih keadaan off,
2
pada tegangan keluarkan 3 volt dan disini
menggunakan resisor 5W, 50 Ohm

3 Tekan on pada catu daya

4 Amati voltmeter dan ampermeter

Ulangi hal yang sama untuk 6 volt, 9 volt,


5 dan 12 volt, serta pada resistor 5W, 100
Ohm
E. DATA PERCOBAAN

1. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 3V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 2 0,04 50
2 2 0,04 50
3 2 0,04 50
4 2 0,04 50
5 2 0,04 50

2. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 6V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 5 0,08 62,5
2 5 0,08 62,5
3 5 0,08 62,5
4 5 0,08 62,5
5 5 0,08 62,5

3. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 9V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 7 0,14 50
2 7 0,14 50
3 7 0,14 50
4 7 0,14 50
5 7 0,14 50

4. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 12V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 10 0,18 55,55
2 10 0,18 55.55
3 10 0,18 55,55
4 10 0,18 55,55
5 10 0,18 55,55

5. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 3V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 2 1 2
2 2 1 2
3 2 1 2
4 2 1 2
5 2 1 2
6. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 6V
NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 5 2 2,5
2 5 2 2,5
3 5 2 2,5
4 5 2 2,5
5 5 2 2,5

7. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 9V


NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 7 3 2,33
2 7 3 2,33
3 7 3 2,33
4 7 3 2,33
5 7 3 2,33

8. Tabel Hasil Pengukuran pada Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 12V
NO V (Volt) I (Ampere) R (V/I)
1 10 4 2,5
2 10 4 2,5
3 10 4 2,5
4 10 4 2,5
5 10 4 2,5

F. PENGOLAHAN DATA
V
V=I.R R=
I
1. Tabel Data Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 3V & 6V
3V 6V
 Data 1  Data 1
R = V/I = 2/0,04 = 50 R = V/I = 5/0,08 = 62,5
 Data 2  Data 2
R = V/I = 2/0,04 = 50 R = V/I = 5/0.08 = 62,5
 Data 3  Data 3
R = V/I = 2/0,04 = 50 R = V/I = 5/0,08 = 62,5
 Data 4  Data 4
R = V/I = 2/0,04 = 50 R = V/I = 5/0.08 = 62,5
 Data 5  Data 5
R = V/I = 2/0,04 = 50 R = V/I = 5/0.08 = 62,5
2. Tabel Data Resistor 50 Ohm dengan Tegangan 9V & 12V
9V 12V
 Data 1  Data 1
R = V/I = 7/0,14 = 50 R = V/I = 10/0,18 = 55,55
 Data 2  Data 2
R = V/I = 7/0,14 = 50 R = V/I = 10/0,18 = 55,55
 Data 3  Data 3
R = V/I = 7/0,14 = 50 R = V/I = 10/0,18 = 55,55
 Data 4  Data 4
R = V/I = 7/0,14 = 50 R = V/I = 10/0,18 = 55,55
 Data 5  Data 5
R = V/I = 7/0,14 = 50 R = V/I = 10/0,18 = 55,55

3. Tabel Data Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 3V & 6V


3V 6V
 Data 1  Data 1
R = V/I = 2/1 = 2 R = V/I = 5/2 = 2,5
 Data 2  Data 2
R = V/I = 2/1 = 2 R = V/I = 5/2 = 2,5
 Data 3  Data 3
R = V/I = 2/1 = 2 R = V/I = 5/2 = 2,5
 Data 4  Data 4
R = V/I = 2/1 = 2 R = V/I = 5/2 = 2,5
 Data 5  Data 5
R = V/I = 2/1 = 2 R = V/I = 5/2 = 2,5

4. Tabel Data Resistor 100 Ohm dengan Tegangan 9V & 12V


9V 12V
 Data 1  Data 1
R = V/I = 7/3 = 2,33 R = V/I = 10/4 = 2,5
 Data 2  Data 2
R = V/I = 7/3 = 2,33 R = V/I = 10/4 = 2,5
 Data 3  Data 3
R = V/I = 7/3 = 2,33 R = V/I = 10/4 = 2,5
 Data 4  Data 4
R = V/I = 7/3 = 2,33 R = V/I = 10/4 = 2,5
 Data 5  Data 5
R = V/I = 7/3 = 2,33 R = V/I = 10/4 = 2,5
G. PEMBAHASAN
1. Grafik Resistor 50 Ohm & 100 Ohm dengan Tegangan 3V, 6V, 9V, dan
12V
Grafik Resistor 50 Ohm & 100 Ohm
4,5
4 4
3,5
3 3
2,5
2 2
1,5
1 1
0,5
0,04 0,08 0,14 0,18
0
2 Volt 5 Volt 7 Volt 10 Volt

50 Ohm 100 Ohm

Dari grafik diatas dapat disimpulkan semakin tinggi tegangan listrik maka semakin
besar arusnya. Seperti pada grafik, saat resistor 50 Ohm dengan tegangan 3V
menghasilkan tegangan rata-rata 2 volt dan arus yang diterima 0,04 Ampere. Saat
tegangannya semakin tinggi, arus yang diterima pun semakin besar hingga mencapai
0,18 Ampere dengan tegangan rata-rata 10 volt. Begitu juga pada resistor 100 Ohm,
grafiknya terus naik hingga yang terakhir mencapai 4 Ampere dengan tegangan rata-
rata 10 volt.

2. Kecocokan Antara Nilai Hambatan Resistor 50 Ohm & 100 Ohm yang
Sebenarnya dengan Hasil Pengukuran
Dari data yang diperoleh terdapat hambatan yang cocok dengan nilai hambatan yang
sebenarnya. Seperti pada resistor 50 Ohm terdapat 2 data yang cocok yaitu dengan
tegangan 3V dan 9V menghasilkan hambatan 50 Ohm. Sedangkan pada tegangan 6V
dan 12V, masing-masing hambatannya 62,5 dan 55,55 yang cukup mendekati
kecocokan dengan nilai hambatan sebenarnya.
Berbeda dengan resistor 100 Ohm, dari data yang diperoleh sangat jauh kecocokannya
antara hasil pengukuran dengan nilai hambatan yang sebenarnya. Percobaan yang
dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan, namun terdapat kendala dari alat-alat yang
digunakan sehingga muncul hasil pengukuran yang masih belum cocok dengan nilai
hambatan sebenarnya.

3. Kesesuaian Antara Hasil yang Diperoleh dengan Teori Hukum Ohm


Berdasarkan data pertama sampai dengan data keempat sudah sesuai dengan teori
Hukum Ohm. Meskipun hambatan yang diperoleh masih terdapat selisih, namun
selisihnya tidak terlalu jauh dan cukup mendekati kecocokan. Sedangkan pada data
kelima sampai dengan kedelapan didapatkan hasil yang sangat berbeda dengan nilai
hambatan sebenarnya. Pada 1-4 nilai hambatan lebih besar dibanding hambatan
sebenarnya, namun pada data 5-6 nilai hambatan jauh lebih kecil dari hambatan
sebenarnya. Faktor yang dapat menyebabkan nilai hambatan lebih besar dari pada
hambatan sebenarnya yaitu panjang kawat, semakin panjang kawat penghantar maka
semakin besar hambatan yang dihasilkan. Namun panjang kawat yang digunakan pada
praktikum sama, mulai dari praktikum pertama hingga terakhir. Kemungkinan hal ini
dapat terjadi karena ada kesalahan pada pengukuran arus listrik dan ampermeter. Serta
sempat ada kendala pada saat pemakaian, sehingga hasil pengukuran yang didapat jauh
dari hasil sebenarnya.

H. KESIMPULAN
o Hukum Ohm pertama kali diperkenalkan oleh seorang fisikawan Jerman bernama
Georg Simon Ohm yang membahas mengenai hubungan antara tegangan listrik
( V ) dan arus listrik ( I ).
o Dalam pembuktian Hukum Ohm, suatu rangkaian yang terdiri dari voltmeter
dirangkai paralel dan amperemeter dirangkai seri, agar didapatkan hasil yang sesuai
dengan pengukuran
o Rumus Hukum Ohm : V
I=
R
I = Arus listrik (Ampere)
V = Tegangan (volt)
R = Hambatan (Ohm)
o Semakin tinggi tegangan, maka semakin besar arus yang dihasilkan
o Hambatan yang dihasilkan pada praktikum, diantaranya :
Data 1 = 50 Ohm Data 5 = 2 Ohm
Data 2 = 62,5 Ohm Data 6 = 2,5 Ohm
Data 3 = 50 Ohm Data 7 = 2,33 Ohm
Data 4 = 55,55 Ohm Data 8 = 2,5 Ohm
o Dari kedelapan data yang cocok dan hampir mendekati dengan nilai hambatan
sebenarnya yaitu data 1-4.
o Faktor yang dapat menyebabkan nilai hambatan lebih besar dari pada hambatan
sebenarnya yaitu panjang kawat, semakin panjang kawat penghantar maka semakin
besar hambatan yang dihasilkan
o Ketidakcocokan antara hasil dengan nilai hambatan yang sebenarnya bisa jadi
karena kesalahan pengukuran arus listrik dan ampermeter
I. DAFTAR PUSTAKA

Asep Saefullah1, M. F. (2018). Retrieved from Rancang Bangun Alat Praktikum Hukum
Ohm Untuk Memfasilitasi Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi :
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity/article/download/4208/2869
Fahlevi, R. (n.d.). Retrieved from IMPLEMENTASI LOGIKA FUZZY UNTUK
MENENTUKAN NILAI INTENSITAS CAHAYA:
https://elib.unikom.ac.id/download.php?id=303551

Anda mungkin juga menyukai