INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA MASA ADAPTASI BARU DI SD
MUHAMMADIYAH 1 KETELAN SURAKARTA
Dasar Negara Republik Indonesia adalah Pancasila, yang secara resmi
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila juga diundangkan di dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Nilai-nilai Pancasila harus tertanam dalam setiap pribadi manusia Indonesia agar senantiasa bersikap, berpikir dan bertingkah laku selayaknya apa yang diharapkan dari penghayatan setiap bunyi butir-butir Pancasila. Internalisasi nilai- nilai Pancasila pada peserta didik di Sekolah Dasar sangat erat kaitannya dengan implementasi pendidikan karakter. Pendidikan karakter di sekolah dasar sangat mudah ditanamkan kepada peserta didik melalui perilaku orang-orang dewasa di sekitarnya. Ketika peserta didik berada di lingkungan sekolah, maka para guru dan seluruh tenaga kependidikan menjadi contoh yang sangat potensial bagi seluruh peserta didik. Sebaliknya ketika peserta didik berada di rumah, maka peran orang tua sangat menentukan dalam pembentukan karakter anak. Meskipun perilaku anak tidak sepenuhnya menirukan tingkah laku orang tua di rumah, namun perilaku sehari-hari orang dewasa di sekitar anak, akan terekam oleh anak. Sehingga anak akan mudah menirukan hal-hal yang sering mereka dapati setiap hari di lingkungan tempat tinggalnya.
Penguatan pendidikan karakter di sekolah merupakan nawacita Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kala dalam Sistem Pendidikan Nasional. Nilai-nilai utama pendidikan karakter adalah religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas. Semua nilai-nilai karakter tersebut harus terinternalisasi kepada peserta didik dengan harapan seluruh peserta didik senantiasa bersikap, berpikir dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Bagaimana cara menginternalisasi nilai-nilai Pancasila pada peserta didik di masa Pandemi Covid 19, khususnya ketika peserta didik tidak belajar di sekolah? Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara pihak sekolah (para guru) dengan orang tua peserta didik. Pihak sekolah melalui para guru berkewajiban menyiapkan bahan/materi pembelajaran, dan orang tua peserta didik melakukan pengawasan dan pendampingan kepada putra-putrinya. Selanjutnya, hasil pembelajaran peserta didik dievaluasi sesuai ketentuan/aturan yang berlaku. Dalam hal demikian, diperlukan komunikasi yang baik antara guru dan orang tua peserta didik, dengan satu tujuan : untuk kebaikan dan keberhasilan anak.
Penanaman karakter kepada peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan
Surakarta terkait dengan merebaknya wabah Covid 19, yang mana mereka tidak belajar di sekolah atau belajar jarak jauh, diantaranya dilakukan dengan menyelenggarakan lomba antar peserta didik dalam membuat poster, puisi dan surat cinta untuk tenaga medis. Dengan penyelenggaraan lomba membuat poster, puisi dan surat cinta untuk tenaga medis tersebut, diharapkan akan tumbuh empati dan kepedulian dalam diri peserta didik terhadap perjuangan serta pengorbanan para tenaga medis dalam menyelamatkan dan memberikan pelayanan kepada para pasien yang terkena virus Covid 19. Selain membuat poster, puisi dan surat cinta untuk tenaga medis, bekerjasama dengan LAZIZMU peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta juga diajak untuk berpartisipasi dalam penggalangan dana guna membantu masyarakat yang terdampak Covid 19. Dengan penggalangan dana bersama dengan LAZIZMU untuk kepentingan amal sebagaimana tersebut, diharapkan akan menambah rasa syukur peserta didik atas nikmat dan augerah Allah Yang Maha Kuasa, terutama nikmat sehat. Selama masa pandemi Covid 19, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta dan sekolah-sekolah lainnya menyelenggarakan Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau dikenal pula dengan istilah Belajar Dari Rumah (BDR). Dalam hal demikian, peran orang tua sebagai guru dan pendamping belajar anak selama masa BDR menjadi lebih sentral. Hal ini tentu membuat peran orang tua sangat penting dalam penanaman pendidikan karakter anak. SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta senantiasa berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang tua peserta didik, tentang penanaman karakter, implementasi dan penerapan nilai-nilai Pancasila kepada seluruh peserta didik. Komunikasi dan kerjasama antara guru dan orang tua, dilakukan dengan menggunakan jaringan telepon dan internet. Para Guru SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta senantiasa siap, kapanpun orang tua peserta didik bermaksud melakukan konsultasi atau menyampaikan informasi perkembangan putra-putrinya.
Internalisasi nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik di SD Muhammadiyah 1
Ketelan Surakarta dilakukan secara terstruktur, terarah dan terintegrasi. Penerapannya dilakukan melalui kerjasama sekolah (guru) dengan orang tua peserta didik. Berdasarkan masing-masing sila pada Pancasila, internalisasi nilai Pancasila kepada peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta diterapkan sebagai berikut :
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Kepada seluruh peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, sekolah memberikan buku amal yaumiyah yang harus diisi dibawah pengawasan dan pantauan langsung orang tua. Buku amal yaumiyah tersebut diantaranya berisi kegiatan sehari hari dan kegiatan ibadah harian anak, sejak bangun hingga menjelang tidur. Disinilah peran orang tua dalam menanamkan sikap religius dan intregritas kepada anak diperlukan. Orang tua merupakan guru terdekat putra-putrinya. Orang tua merupakan figure dan contoh keseharian putra-putrinya. Do’a ketika bangun tidur, adab setelah bangun tidur, sholat Subuh, sholat Dhuha hingga do’a menjelang tidur setiap peserta didik harus dilakukan dan selanjutnya ditulis secara rinci pada buku amal yaumiyah. Dalam hal demikian, kejujuran harus benar-benar diutamakan, dan oleh karenanya, peran orang tua sebagai guru, pendamping dan pengawas dalam kegiatan harian anak sangat diperlukan. Dalam kegiatan pengamalan sila pertama, khususnya sholah wajib berjama’ah, SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta senantiasa mematuhi Peraturan Pemerintah, utamanya peraturan dalam Bidang Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, SD Muhammadiyah 1 menghimbau kepada seluruh peserta didik agar selama masa pandemi Covid 19 tidak melakukan sholat berjamaah di masjid/musholla, dan sehubungan dengan hal tersebut sekolah menghimbau agar orang tua mengajak putra- putrinya melaksanakan sholat berjamaah di rumah. Setelah sholat berjamaah, orang tua bisa mengajak putra-putrinya mengadakan pengajian keluarga dan tadarus bersama. Selain menambah wawasan keagamaan, kegiatan ini juga bisa mempererat hubungan antar orang tua dan putra-putrinya. 2. Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab Buku amal yaumiyah dari sekolah yang harus diisi dan dilaporkan oleh seluruh peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, mencakup pula kegiatan peserta didik diluar bidang keagamaan. Dalam buku amal yaumiyah, peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta diminta untuk melaporkan kegiatan yang bermanfaat, saling membantu dan tolong menolong dalam menyelesaikan pekerjaan rumah. Misalnya, anak diajak untuk bekerja bakti bersama keluarga membersihkan rumah, berkebun, merawat hewan piaraan, dan mencuci kendaraan, termasuk perilaku hidup bersih dan sehat atau PHBS. Di rumah, anakpun bisa bermain bersama kakak atau adiknya serta anak-anak tetangga terdekat tanpa pilih-pilih. Mereka bisa bermain sepeda bersama, olah raga bersama dan mengerjakan tugas sekolah bersama-sama pula. Selain kegiatan yang disebutkan di atas, orang tua bisa mengajak anaknya untuk membantu tetangga atau orang lain yang terdampak Covid 19 dengan memberikan bantuan atau santunan. Bantuan atau santunan tersebut bisa berwujud uang maupun bahan pangan. Dengan adanya kegiatan tersebut, anak-anak akan terlatih hidup gotong royong sesama anggota keluarga dan orang lain. Jika nilai-nilai gotong royong ini telah tertanam dalam jiwa anak, maka perilaku yang diharapkan akan benar-benar bisa terwujud sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia Orang tua bisa menanamkan nilai-nilai nasionalis dengan mengajak anak- anaknya cinta terhadap tanah air dan bangsa Indonesia dengan cara hidup rukun dengan tetangga. Contohnya, anak diajak kerja bakti dan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar, menggunakan dan membeli barang-barang produksi dalam negeri, atau perilaku dan kebiasanaan lain yang mampu menumbuhkan rasa nasionalisme. Pengaruh tatanan kehidupan normal baru bagi masyarakat sangat beragam. Ada yang terkena PHK, pedagang di pasar atau pemilik toko omset hariannya turun, bahkan ada pula yang tidak mendapatkan pemasukan sedikitpun. Hal ini mendorong masyarakat untuk beralih profesi menjadi pedagang online dan pedagang dadakan. Mereka memproduksi barang dagangan, kemudian dijual untuk mendapatkan income. Nah, disinilah orang tua menyarankan anak-anaknya untuk membeli produk hasil tetangga atau dagangan tetangga terlebih dahulu, sebelum membeli ke orang lain. Orang tua harus menjelaskan kenapa memilih membeli kepada tetangga sendiri dari pada membeli kepada orang lain? Hal ini akan menambah rasa persaudaraan dan rasa persatuan terhadap tetangga dan lingkungan kita. 4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Penanaman nilai-nilai Pancasila sila keempat dalam keluarga dapat dilakukan dengan hal-hal yang sederhana. Musyawarah dalam penentuan posisi pot bunga di ruang tamu, saling bertukar pendapat dalam memilih dan menentukan makanan pesan antar melalui jasa online, atau musyawarah mengenai kegiatan bersama apa yang akan dilakukan esok hari merupakan contoh yang bisa diterapkan dalam mengamalkan sila keempat. Dengan mendiskusikan suatu hal atau kegiatan dalam keluarga, maka akan menjadi kebiasaan peserta didik untuk menghormati setiap keputusan yang telah disepakati bersama. Terapan menghormati kesepakatan sebagaimana tersebut adalah : peserta didik diharapkan akan melaksanakan keputusan dengan iklash dan tanpa tekanan. 5. Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Peran orang tua dalam memberikan contoh pananaman dan pengamalan Pancasila sila kelima sangat diperlukan, agar tercipta rasa keadilan bagi semua putra putrinya. Pembagian tugas sesuai kemampuan dan porsi masing-masing anggota keluarga harus diterapkan dengan baik. Dalam buku amal yaumiyah bagi peserta didik SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, orang tua diminta memberikan tugas harian membantu orang tua secara rutin. Tentu, tugas harian tersebut disesuaikan dengan kemampuan putra-putrinya. Dengan demikian, seorang kakak akan memiliki tugas harian yang lebih dominan dari adiknya. Orang tua diminta untuk memberikan penjelasan mengenai hal tersebut, sehingga akan dipahami rasa keadilan diantara putra- putrinya.
Penerapan nilai Keagamaan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan dan
Keadilan tidak dapat dilakukan secara instant. Internalisasi nilai Pancasila sebagaimana tersebut juga harus ditanamkan dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun, termasuk saat pandemi Covid 19 ini. Bahkan, bagi para orang tua hendaknya disadari bahwa : di saat pandemi ini, justru waktu yang tepat menjadi guru dan pendamping yang baik bagi putra-putrinya. Berdasarkan contoh penerapan nilai-nilai Pancasila kepada peserta didik sebagaimana dijelaskan di atas, peran orang tua dan guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila pada peserta didik sangat diperlukan. Guru menyiapkan bahan ajar/materi dan melakukan evaluasi, orang tua melakukan pendampingan dan pengawasan kepada putra putrinya. Komunikasi dua arah antara guru dan orang tua dalam kerangka saling memerlukan harus senantiasa dilakukan. Nilai-nilai Pancasila dapat luntur mengikuti perkembangan zaman. Rasa kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan rasa keadilan bisa saja terkikis, seiring berjalannya waktu. Oleh karenanya, internalisasi nilai-nilai Pancasila harus benar-benar dijiwai oleh segenap rakyat Indonesia, termasuk bagi seluruh peserta didik. Sehingga, meskipun dalam kondisi pandemi penanaman nilai-nilai Pancasila harus tetap ditanamkan kepada peserta didik. Dengan demikian internalisasi nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan sejak dini kepada peserta didik.