Izin menanggapi,
1. Isu multikultural yang terjadi di sekitar saya baik dalam lingkup kota, kecamatan, gugus,
maupun sekolah dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Lingkup Kota Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya termasuk kota yang multikultural dilihat dari komposisi suku
bangsa, agama, ras, dan golongan. Sebagai kota yang prural, maka berimplikasi terhadap
kehidupan sehari-hari termasuk dalam dunia pendidikan. Banyaknya satuan pendidikan
mulai dari jenjang Paud, SD, SMP, SMA, SMK sederajat menjadi sebuah dinamika.
Sekolah negeri dan sekolah swasta memegang peranan penting dalam menyuksesan tujuan
pendidikan yang dicanangkan oleh Kemdikbud.
Pada pelaksanaannya, semua sekolah negeri dan swasta dapat menerima dan
melayani murid dari berbagai multi SARA. Namun, ada kekhususan untuk sekolah dengan
basis agama tertentu, yang hanya menerima murid sesuai agamanya. Kenyataan tersebut
terjadi pada sekolah swasta. Hal demikian dapat dimaklumi, karena memang isian
mayoritas kurikulum dan budaya sekolahmya identik dengan agama.
Namun, pada umumnya, setiap sekolah dapat melaksanakan pembelajaran secara
multicultural. Sehingga, semua sekolah dapat kondusif, aman, nyaman, ramah anak, dan
tentunya melayani kebutuhan belajar murid. Kota Tasikmalaya yang dikenal sebagai kota
santri tetap terbuka bagi semua warga untuk dapat bersekolah secara adil.
Kebijakan pendidikan di kota Tasikmalaya disesuaikan dan disandingkan dengan
keadaan lingkungan. Sebagai contoh, untuk sekolah negeri, mayorita sekolah 6 hari kerja
mulai pukul 07.00 – 12.30. Hal demikian memeprtimbangkan dengan jadwal sekolah
diniyah yang dimulai pukul 13.00. Namun, ada beberapa sekolah yang menerapkan sistem
terpadu, yang menyediakan sekolah diniyah bekerja sama dengan guru sekolah diniyah dan
DKM setempat.
b. Lingkup Kecamatan Tamansari
Pelaksanaan pendidikan di lingkungan kecamatan Tamansari tempat saya
tinggal, berjalan aman dan lancar. Kondusifitas dapat terlihat dengan suasana pembelajaran
sehari-hari. Jika dilihat dari input murid sesuai agama, maka hanya seper sekian persen
murid yang berasal dari agama luar Islam, mayoritas beragama Islam. Untuk suku bangsa
juga sama, hanya sedikit murid yang berbeda suku bangsa. Pembelajaran yang dilakukan
menerapkan prinsip kesetaraan, persatuan, dan keberagaman. Sekolah negeri dan swasta
bersaing secara sehat dengan program-program unggulan. Ada 21 sekolah negeri dan
swasta yang ada di sekolah saya. Semua sekolah swasta yang ada berbasis agama Islam.
Semua berjalan sesuai program sekolah yang tekah dibuat. Namun, nilai-nilai dan prinsip
pendidikan multicultural selalu dijalankan.
c. Lingkup Gugus
Gugus merupakan kumpulan beberapa sekolah terdekat yang dibentuk untuk
kerja sama dalam peningkatan profesioanlisme guru. Gugus di sekitar saya adalah “Gugus
Jalari” yang diambil dari nama tokoh yang berjasa kepada lingkungan. Gugus Jalari terdiri
dari 5 sekolah yaitu; SDN Mugarsari sebagai sekolah saya dan juga sebagai sekolah inti,
SDN 4 Sumelap, SDN Tamansari, SDN Ciangir, dan SD Tahfidz Mathlaul Ihsan. Proses
pembelajaran yang dilaksanakan sama sesuai kurikulum yang berlaku yaitu kurikulum
2013 dan kurikulum merdeka. Selain 5 sekolah tersebut, sekolah saya dikelilingi oleh
sekolah lain dari Kemenag yaitu Madrasah Intidaiyah (MI).
Pendidikan dan pembelajara yang dilaksanakan menerapkan multikultutal. Basis
agama Islam terlihat kental karena 100 % Bergama Islam. Untuk suku bangsa mayoritas
sunda. Namun untuk latar belakang ekonomi dan kekuarga bervariasi.
d. Lingkup sekolah
Sekolah saya adalah SDN Mugarsari. Sekolah saya hasil regrouping dari 2
sekolah yaitu SDN 1 Sumelap dan SDN 2 Sumelap pada tahun 2015. Jumlah murid
sekarang ada 325 orang. Latar belakang keluarga dan ekonomi berbeda-beda. Untuk agama
100% Islam. Namun, mayoritas orang tua sebagai buruh pada perusahan konveksi
rumahan. Hal tersebut menjadi dinamika tersendiri. Banyak tantangan yang dihadapi
misalnya; progress belajar anak yang kurang menggmbirakan, banyak berharap kepada
bantuan PIP, administrasi kependudukan seringkali diabaikan.
Keadaan pembelajaran di sekolah sebenarnya berjalan baik dan lancar. Gesekan
antar murid karena perbedaan SARA jarang terjadi karena tidak kompleks seperti di
perkotaan. Namun, permasalah kecil ada saja terjadi.
Beberapa hal yang dilakukan sekolah untuk mendukung pembelajaran
multicultural terus dilakukan. Sekolah ramah anak, stop bullying, dan sekolah inklusif
menjadi hal utama.
Jika dikaitkan dengan materi modul 5302, maka jelas sekali bahwa fenomena
masyarakat sangat beragam. Meskipun demikian, masyarakat berhak mendapatkan
pendidikan yang layak dan berkualitas. Pendidikan pada masyarakat yang pruralis harus
mengedepankan nilai-nilai atau sikap pruralis, toleran, dan cinta damai. Pendidikan
multicultural dapat diartikan sebagai sebuah rangkaian kepercayaan, pengakuan terhadap
perbedaan SARA, budaya, adat kebiasaan, gaya hidup, pengalaman sosial, serta identitas
pribadi. Aspek-aspek pendidikan multicultural harus digaungkan seperti; memuat aspek ide
dan kesadaran pentingnya keberagaman dan kesetaraan (SARA, gender), gerakan
pembaharuan, dalam struktur lembaga pendidikan, serta pengembangan pendidikan
multikultural sebagai fondasi pengembangan kompetensi, sikap, dan keterampilan hidup.
Kesimpulannya, pendidikan dan kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat
dikuatkan dan diamalkan dari falsafah Pancasila dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian tanggapan saya, terima kasih.
Daftar Referensi
Herman, Tatang, dkk. 2022. BMP MPDR 5302: Studi Komparatif Pendidikan Dasar di
Berbagai Negara. Jakarta: Universitas Terbuka