Anda di halaman 1dari 4

1.

Pendahuluan

- Tujuan :
a. Mahasiswa mampu membaca gambar system hidrolik sederhana
b. Mahasiswa mampu merangkai system tersebut
c. Memahami karakteristik Flow Control Valve.

- Dasar Teori

Sistem hidrolik merupakan suatu bentuk perubahan atau pemindahan daya dengan
menggunakan media penghantar berupa fluida cair untuk memperoleh daya yang lebih besar dari
daya awal yang dikeluarkan. Dimana fluida penghantar ini dinaikan tekanannya oleh pompa
pembangkit tekanan yang kemudian diteruskan ke Hydromotor melalui pipa-pipa saluran dan katup-
katup. Motor hidrolik adalah sebuah aktuator mekanik yang mengkonversi aliran dan tekanan
hidrolik menjadi torsi atau tenaga putaran. Alat ini menjadi satu bagian dari sebuah sistem hidrolik
selain silinder hidrolik.

Pada praktikum 6 ini, kita akan mempelajari karakteristik system hidrolik terutama fungsi
Flow Control Valve. Flow Control Valve (FCV) adalah katup yang berfungsi mengatur jumlah aliran
oli yang akan masuk ke actuator.

Cara Pemasangan (Instalasi)

Dalam pengaplikasian Flow Control Valve pada system hidrolik sederhana dibutuhkan alat
dan bahan sebagai berikut :

a. Alat dan bahan :


 Fluida berupa minyak
 Selang penghubung
 Motor listrik
 Pompa fluida
 Katup 4/3
 Hydromotor (actuator)
 Manometer
 Tanki fluida
 Flow Control Valve

b. Pemasangan dan pengoprasian :


 Siapkan seluruh alat dan bahan pada bidang kerja
 Kemudian pasang seluruh alat yang diperlukan pada bidang kerja.
 Pasang selang pada alat sesuai dengan gambar system hidrolik latihan VI.
 Hubungkan motor listrik dengan sumber listrik dan kemudian hidupkan motor listrik
tersebut.
 Atur katup Flow Control Valve sesuai yang diinginkan lembar kerja
 Oprasikan tuas pada katup 4/3 sesuai dengan lembar kerja
 Catat hasil data di manometer pada lembar kerja.
2. Analisa data

Pada System Hidrolik kedua ini katup yang gunakan yaitu katup 4/3 yang berfungsi untuk
mengatur arah aliran fluida, aliran fluida dapat diubah dengan cara mendorong ataupun menarik
tuas pada katup. Kami juga tetap menggunakan actuator bertipe hydromotor dimana gerakan yang
terjadi pada actuator yaitu gerakan putaran gear searah arah jarum jam (clockwise) dan berlawanan
arah jarum jam (anticlockwise).

Pada FCV tersebut terdapat katup pemutar yang berguna membuka ataupun menutup laju
aliran yang melewati valve tersebut. Dari hasil percobaan kami, dimana kami mengambil tiga data
yaitu yang pertama katup relief valve terbuka 100%, yang kedua terbuka 50%, dan yg terakhir
tertutup atau terbuka 0%.

1. Tabel 1 (Katup relief valve terbuka 0%)

TEKANAN (BAR) G1 G2 G System


clockwise Sesaat 8 32 10

clockwise Maksimum 0 38 40

anticlockwise Sesaat 38 0 38

anticlockwise Maksimum 40 0 40

2. Tabel 2 (Katup relief valve terbuka 50%)

TEKANAN (BAR) G1 G2 G System


clockwise Sesaat 0 30 38

clockwise Maksimum 0 38 40

anticlockwise Sesaat 36 0 36

anticlockwise Maksimum 40 0 40

3. Tabel 3 (Katup relief valve terbuka 100%)

TEKANAN (BAR) G1 G2 G System


clockwise Sesaat 0 36 38

clockwise Maksimum 0 38 40

anticlockwise Sesaat 38 0 38

anticlockwise Maksimum 40 0 40
Kesimpulan

Dari hasil praktek system hidrolik latihan 6 diatas didapatkan kesimpulan bahwa Flow
control valve bekerja untuk mengatur aliran yang melewati pipa atau selang tersebut. Disini kami
menggunakan FCV yang bertipe one way jadi valve ini hanya bekerja untuk satu arah dan tidak
sebaliknya.

Berdasarkan hasil data dan pengamatan di lapangan, kami menarik kesimpulan bahwa
dengan memasang FCV one way pada system, terjadi perubahan pada gerak actuator maupun pada
tekanan di system. Pada gerak actuator sendiri, terjadi pelambatan saat actuator bergerak clockwise.
Semakin tinggi persentase terbukanya katup FCV maka semakin cepat pula pergerakan katup saat
bergerak clockwise.

Selain kecepatan saat bergerak mundur pada actuator berubah, tekanan yang terjadi saat
actuator bergerak searah jarum jam-pun juga ikut berubah mengikuti persentase terbukanya katup
FCV. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa semakin besar persentase terbukanya katup maka
tekanan yang terjadi semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara
tekanan dan luas penampang yang berbanding terbalik. Jadi semakin besar luas penampangnya
(bukaan pada FCV) maka semakin kecil tekanan yang terjadi begitu juga sebaliknya.

Anda mungkin juga menyukai