Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN

GEOLOGI STRUKTUR
REKONSTRUKSI LIPATAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : SINGGIH PERMADI


NIM : 2009056050
PRODI : TEKNIK PERTAMBANGAN
ASISTEN : YOGA NUR PRADANA
NIM : 1609085022

LABORATORIUM GEOLOGI DAN SURVEY


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
(arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi batuan adalah
perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya yang bekerja di
dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah ilmu yang mempelajari
tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak bumi serta menjelaskan
proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat bahwa geologi struktur lebih
ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur geologi, seperti perlipatan (fold),
rekahan (fracture), patahan (fault), dan sebagainya yang merupakan bagian dari satuan
tektonik (tectonic unit), sedangkan tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu
studi dengan skala yang lebih besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti
cekungan sedimentasi, rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya.

Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan
sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang
didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah
struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang
penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi ; terutama, gambaran geometrinya
berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi).

Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk
bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tak seragam
(inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau
bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu
keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain. Suatu masa batuan yang tidak
mempunyai unsur struktur garis atau bidang, tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu
juga dipertimbangkan bahwa, suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan
dapat berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai
struktur bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi.

Oleh karena itu, dilakukannya praktikum Rekonstruksi Lipatan ini untuk dapat
mengetahui tipe dan klasifikasi lipatan, serta dapat membuat rekontruksi lipatan.

1.2. Tujuan

Pada praktikum kali ini di dapatkan tujuan sebagai berikut :


a Mengetahui definisi atau pengertian dari Lipatan
b Mengetahui proses terbentuknya lipatan
c Mengetahui nilai puncak lipatan dari lipatan yang telah mengalami erosi dengan
rekonstruksi lipatan
BAB II
DASAR TEORI

Geologi struktur adalah bagian dari geologi yang mempelajari bangun/rupa (arsitektur)
batuan dari kerak bumi, yang meliputi : - geometri : bentuk, ukuran, kedudukan, sifat
simetri, dan - komponen atau unsur yang membentuknya pada berbagai ukuran (skala)
dari skala batuan, singkapan hingga regional, yang merupakan hasil dari proses
pembentukannya (kejadian) atau karena perubahan akibat deformasi. Didalam geologi
struktur terutama mempelajari bentuk batuan akibat deformasi serta proses yang
menyebabkannya. (Khairil Rusman, 2016)

Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi Geologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang Bumi, meliputi proses-proses
yang berlangsung atau dinamika, dan pengaruhnya terhadap Bumi itu sendiri.

Secara lebih terperinci, geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari material
penyusun kerak bumi, proses-proses yang berlangsung selama dan atau setelah
pembentukannya, serta makhluk hidup yang pernah ada atau hidup di bumi.

2.1 Perlipatan (Folding)

Secara umum, lipatan ( fold ) adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari
gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula membentuk
lengkungan. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang
ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau
bidang didalam bahan tersebut. (Asikin, 1978)

Pada umumnya unsur yang terlibat didalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya
bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang
mencerminkan sifat darideformasi terutama, gambaran geometrinya berhubungan
dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk
bilamana unsur yang telah ada sebelumnya berubah menjadi bentuk bidang lengkung
atau garis lengkung. (Asikin, 1978)

Perlipatan adalah deformasi yang tidak seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada
suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang. Walaupun demikian, suatu
deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu keadaan,tidak selalu demikian pada
kondisi yang lain.Suatu masa batuan yang tidak mempunyai unsur struktur garis
atau bidang tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa
suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan dapat berubah
menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai struktur bidangatau
garis lurus setelah terjadi deformasi. (Asikin, 1978)

Struktur lipatan disamping mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang terkecil
(mikro fold) hingga berukuran regional (Mega fold), juga memiliki bentuk yang
bermacam-macam. Adanya variasi ukuran dan bentuk tersebut tergantung pada sifat
fisik batuan yang terlipat, sistem tegasan (dinamika) dan mekanisme pembentukannya
serta waktu dan besarnya gaya yang bekerja. (Khairil Rusman, 2016)

2.2 Definisi

Beberapa definisi ‘struktur Lipatan’, menurut beberapa pendapat para ahli geologi
struktur, antara lain : (Khairil Rusman, 2016)

2.2.1 Hill (1953)

Struktur lipatan merupakan pencerminan dari suatu bentuk lengkungan yang


mekanismenya disebabkan oleh 2 (dua) proses, yaitu Bending (Melengkung) dan
Buckling (Melipat). Pada gejala Buckling , gaya yang bekerja sejajar dengan bidang
perlapisan. Sedangkan pada gejala Bending, gaya yang bekerja tegak lurus terhadap
permukaan bidang lapisan.
2.2.2 Billing (1960)

Lipatan merupakan bentuk undulasi atau bentuk gelombang pada batuan di kulit bumi.

2.2.3 Hobs (1971)

Struktur lipatan akibat Bending, terjadi apabila gaya penyebabnya tegak lurus terhadap
bidang lapisan, sedangkan pada proses Buckling, terjadi apabila gaya penyebabnya
sejajar dengan bidang lapisan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa pada proses
Buckling terjadi perubahan pola keterikan batuan, dimana pada bagian puncak lipatan
antiklin, berkembang suatu rekahan yang disebabkan akibat adanya tegasan tensional
(tarikan) sedangkan di bagian bawah bidang lapisan terjadi tegasan kompresi yang
menghasilkan shear joint. Kondisi ini akan terbalik pada lipatan sinklin.

2.2.4 Park (1980)

Lipatan adalah suatu bentuk lengkungan (Curve) dari suatu bidang.


(Khairil Rusman, 2016)

Berdasarkan genetiknya, struktur lipatan dapat terbentuk akibat tektonik dan non
tektonik. Perbedaan diantara keduanya, antara lain adalah lipatan yang dibentuk akibat
aktifitas tektonik seringkali pola lipatannya teratur, pada permukaan bidang lapisan
batuan sering dijumpai sejumlah slicken side dan peristiwa pembentukannya setelah
batuan tersebut terbentuk. Lipatan yang terbentuk akibat non tektonik, umumnya pola
lipatan tidak beraturan, tidak dijumpai slicken side pada permukaan bidang lapisan
batuan dan pembentukannya dapat terjadi pada saat pengendapan (slump structure) atau
dapat juga terjadi setelah batuannya terbentuk. Untuk kasus yang terakhir ini,
pembentukan struktur lipatan terjadi akibat gejala geologi berupa proses Diapirik dan
gravity slidding. (Khairil Rusman, 2016)

Struktur lipatan sendiri adalah merupakan salah satu struktur geologi yang paling umum
dijumpai pada batuan sedimen klastik, dan sering pula ditemukan pada batuan vulkanik
dan metamorf atau bentuk yang terjadi pada lipatan bidang- bidang datar dimana
kekakuan dan kekuatannya terletak pada keseluruhan bentuki tu sendiri. Bentuk lipatan
ini mempunyai kekakuan yang lebih dibandingkandengan bentuk-bentuk yang datar
dengan luas yang sama dan dari bahan yang sama pula (Ahmad, 2011)

Terbentuknya struktur lipatan akibat tegasan ekstensional sebenarnya bukan merupakan


akibat langsung dari aktifitas tektoniknya, namum merupakan akibat sekunder karena
adanya gaya berat dari tubuh batuan itu sendiri (gaya gravitasi). Struktur lipatan ini
selalu terjadi pada zona sesar normal dan selalu terbentuk di bagian hanging wall.
(Khairil Rusman, 2016)

Gambar 2.1 Unsur Struktur Lipatan

2.3 Istilah-Istilah Dalam Struktur Lipatan

Istilah dalam lipatan, yaitu : (a) Anticline (antiforms), merupakan unsur struktur lipatan,
dengan bentuk yang konvex ke atas, sedangkan syncline (sinforms) adalah lipatan yang
konkav ke atas. (b) Limb (sayap), adalah bagian dari lipatan yang terletak downdip,
dimulai dari lengkungan maksimum suatu anticline atau updip bila dari lengkung sayap
yang curam pada bentuk lipatan yang tidak simetri. Back Limb adalah sayap lipatan
yang landai, Fore Limb adalah sayap lipatan yang curam, (c) Axial Line (garis poros),
merupakan garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan maksimum
pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lipatan. Kedudukan dari pada axial line
dinyatakan dengan cara menyebutkan arahnya, atau bearing dan besarnya plunge. (d)
Axial Surface, permukaan khayal dimana terdapat semua axial line dari suatu lipatan.
Pada beberapa lipatan, permukaan ini dapat merupakan suatu bidang planar, dan
dinamakan axial plane. (e) Crestal Line (garis puncak), suatu garis khayal yang
menghubungkan titik-titik tertinggi pada setiap permukaan lapisan dari suatu antiklin.
(f) Hinge adalah pelengkungan maksimum dari lipatan, (g) Crest adalah puncak
tertinggi dari lipatan, (h) Trough adalah titik dasar terendah dari lipatan. (i) Trough line
adalah garis khayal yang menghubungkan titik terendah pada suatu sinklin. (j) Plunge
adalah sudut penunjaman dari axial line terhadap bidang horisontal dan diukur pada
bidang vertikal. (k) Rake adalah sudut antara axial line/hinge dengan bidang/garis
horizontal yang diukur pada axial plane/surface. (l) Bearing adalah sudut horizontal
dihitung terhadap arah tertentu dan merupakan arah penunjaman axial line.
(Khairil Rusman, 2016)

Table 2.1 klasifikasi lipatan berdasarkan rapat sudut dihedralnya (after fleuty, 1964)
Dalam dunia pertambangan, lipatan sangat dicari dan menguntungkan karena pada
lipatan terdapat bahan tambang yang berharga. Lipatan yang dicari biasanya yang
berbentuk antiklin dan sinklin karena berhubungan dengan endapan gas dan minyak
bumi. (Asikin, 1978)

2.4 Lipatan Berdasarkan Mekanisme Gaya Yang Terjadi

2.4.1 Lipatan Tegak

Lipatan tegak adalah lipatan yang garis sumbunya membagi secarasimetris atau sama
besar antara antiklin dan sinklin.

2.4.2 Lipatan Miring

Lipatan miring adalah lipatan yang garis sumbunya tidak simetris,membentuk sudut.

2.4.3 Lipatan Menggantung

Lipatan menggantung adalah lipatan mirip lipatan miring, tetapi bagian puncaknya
terdorong sangat tinggi sehingga bentuknya seperti menggantung.

2.4.4 Lipatan Isoklinol

Lipatan isoklinol adalah lipatan dengan sayap sejajar yangdisebabkan oleh tekanan yang
terus menerus.

2.4.5 Lipatan Rebah

Lipatan rebah adalah lipatan yang mendapat tekanan terus menerus,dan menyebabkan
puncaknya melandai seperti rebahan.
2.4.6 Lipatan Kelopak

Lipatan kelopak adalah lipatan yang bagian dalamnya bekerja dayatekanan dan sayap
tengah tidak menjadi tipis.
(Asikin, 1978)

Gambar 2.2 jenis-jenis lipatan.

2.5 Jenis-Jenis Lipatan

Jenis-jenis lipatan yang lainnya, antara lain: (1) Lipatan disharmonik, yaitu lipatan yang
tidak teratur karena lapisannyatersusun dari bahan-bahan yang berlainan. (2) Lipatan
ptigmatik, yaitu lipatan yang terbalik terhadap sumbunya. (3) Lipatan chevron yaitu
lipatan bersudut dengan bidang planar. (4) Lipatan klin bands yaitu lipatan bersudut
tajam yang dibatasi oleh permukaan planar. (5) Lipatan Seretan (drag fold) yaitu lipatan
yang terbentuk sebagai akibatseretan suatu sesar. (Asikin, 1978)

2.6 Lipatan Berdasarkan Bentuk Lengkungannya

Berdasarkan bentuk lengkungannya, lipatan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
antiklin dan sinklin. (1) Antiklin merupakan punggung lipatan yang kemiringan
keduasayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh (bentuk concav dengan
cembung ke atas). Bagian tengah dari antiklin disebut inti antiklin. (2) Sinklin
merupakan lembah lipatan yang kemiringan keduasayapnya menuju ke suatu arah dan
saling mendekat (bentuk concav dengan cekungnya mengarah ke atas. Bagian tengah
dari sinklin disebut inti sinklin. (Khairil Rusman, 2016)
Gambar 2.3 Sinklin

Gambar 2.4 Antiklin

2.7 Bentukan – bentukan khas yang terjadi pada lipatan

2.7.1 Bentukan berupa pola aliran trellis

Pada bagian terdahulu telah dikemukan mengenai pola pengaliran trellis itu terdiri atas
lembah-lembah besar yang sejajar satu sama lain (lembah subsekwen), dan anak-anak
sungainya yang bermuara tegak lurus pada sungai yang sejajar tersebut. Anak
anak sungaitersebut merupakan lembah obsekuen, resekwen atau konsekwen.

2.7.2 Bentukan berupa punggungan antiklinal (anticlinal ridge)

Merupakan punggungan atau pegunungan yang bertepatan dengan sinklinal. Padaumum


nya deretan pegunungan itu sejalan dengan sumbu atau strike dari antiklinal itu. Bentuk
punggungannya membulat dan relief halus, dengan lereng
2.7.3 Bentukan berupa lembah antiklinal (anticlinal valley)

merupakan lembah-lembah yang berkembang sepanjang sumbu antiklinal. Bentukan ini


benar- benar menunjukkan pembalikan relief.

2.7.4 Bentukan punggungan sinklinal (synclinal ridge)

Merupakan punggungan yang berkembang sepanjang sumbu sinklin. Ini pun


menunjukkan adanya pembalikan relief yang sempurna. Punggungnya biasanya lebar
dengan lereng yang curam.
(Thya, 2013)

2.8 Rekonstruksi Lipatan

2.8.1 Metode tangan bebas (free hand method)

Dipakai untuk lipatan pada batuan yang incompetent, dimana terjadi penipisan dan
penebalan yang tidak teratur. Rekonstruksinya dengan mengikuti orientasi kemiringan.

2.8.2 Metode busur lingkaran (arc method)

Digunakan pada batuan yang competent, misalnya pada lipatan yang parallel.
Rekonstruksinya dapat dilakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara
langsung bila data yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.
(Sapiie, 2009)

Gambar 2,5 Rekonstruksi lipatan


BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Analisis Rekonstruksi
perlipatan adalah sebagai berikut:

3.1.1. Alat

a Alat tulis
b Penggaris
c Jangka
d Busur 360
e Penghapus

3.1.2. Bahan

a Milimeter Blok

3.2 . Prosedur Percobaan

a Dibuat garis yang menghubungkan antara titik A dengan titik B dengan jarak
yang ditentukan antar titik tersebut
b Dibuka sudut A yang sudah ditentukan berlawanan jarum jam.
c Dibuka sudut B yang sudah ditentukan searah jarum. Panjang garis tersebut
harus saling berpotongan antara garis A dan garis B dibagian atas.
d Dibuat garis tegak lurus garis A sepanjang 12 cm dan membentuk notasi OA
e Dibuat juga garis tegak lurus garis B sepanjang 12 cm dan membentuk notasi D.
garis yang berpotongan antara OA dan D di beri notasi C
f Dihubungkan dengan garis pada titik OA dan D dan ditentukan nilai titik
tengahnya lalu ditarik garis tegak lurus melalui titik tengah sampai mengenai
garis D dan diberi notasi OB
g Dibuat garis putus putus dari OA sampai OB lalu dipanjangkan sampai
mengenai garis A
h Dibuat garis lengkung dengan titik sumbu OA dengan jari jari sepanjang titik A
sampai melewati garis B
i Dibuat garis lengkung dengan titik sumbu OB dengan jari jari sepanjang titik B
sampai melewati garis A. perpotongan kedua garis lengkung merupakan puncak
dari lipatan
j Diukur besaran sudut perpotongan garis A dan B.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan

Gambar 4.1 Analisis Rekonstruksi Perlipatan

Dari analisis tersebut dengan titik A dengan dip 65°, titik B dengan dip 70°, dan jarak
antara kedua titik adalah 12 cm, maka nilai puncak lipatan tersebut adalah 47°
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini disimpulkan bahwa,

 Secara umum, lipatan ( fold ) adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat
dari gaya tegasan sehingga batuan pindah dari kedudukannya semula membentuk
lengkungan. Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan
yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur
garis atau bidang didalam bahan tersebut.

 Lipatan dapat terjadi karena adanya pengaruh dari beberapa faktor. Faktor faktor itu
sendiri ialah adanya suatu intrusi batuan yang beku, tenaga endogen dan eksogen
dan adanya suatu lengseran atau suatu perubahan gaya berat. Proses pertama lipatan
dari adanya tekanan atau dorongan. Lalu tekanan itu membentuk menjadi lapisan
tanah yang awalnya hanya datar menjadi melengkung. Tenaga tektonik terus
mendorong sehingga tanah yang melengkus berubah bentuk menjadi melipat atau
blucking. Awal bentuk lipatan ialah lipatan tegak lalu lipatan tersebut mendapat
dorongan sehingga menjadi lipatan miring dan seterusnya hingga dapat membentuk
lipatan rebah dan sesar sungkup dan saat dorongan sudah melebihi batas kelenturan
tanah , lipatan tersebut akan berubah menjadi patahan.

 Dari hasil analisis didapat nilai puncak lipatan tersebut adalah 47° dengan titik A
dengan dip 65°, titik B dengan dip 70°, dan jarak antara kedua titik adalah 12 cm.
5.2. Saran

Perbanyak data dip dan juga ditambahkan data strike sehingga membentuk rekonstruksi
perlipatan yang variatif atau membentuk pola antiklin dan sinklin. Perbanyak juga titik
yang mana tiap titik tersebut mempunyai jarak yang berbeda beda
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2011.Kaidah Ilmu Struktur Geologi. Bandung: AMPI.


Asikin, Sukendar. 1978. Dasar-Dasar Geologi Struktur. Bandung : Departemen Teknik
Geologi ITB
Rusman, Muh. Khairil. 2016. Geologi Dasar (Basic Of Geology). Tidak di terbitkan.
Kendari.
Sapiie, Benyamin, dkk. 2009. Geologi Dasar. Bandung: ITB.
Thya. 2013. Metode Statistik. Jakarta: Aneka Pustaka

Anda mungkin juga menyukai