Anda di halaman 1dari 14

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

7. Kepemimpinan
a. Teori kepemimpinan
Adam Kuper dan Jessica Kuper (2000) kepemimpinan berasal
dari kata dasar “pimpin” yang berarti tuntun. Kepemimpinan berarti
kemampuan dan kepribadian seseorang dalam mempengaruhi serta
membujuk pihak lain agar melakukan tindakan untuk mencapai tujuan
bersama.
Pengertian kepemimpinan secara umum adalah seni
kemampuan dalam mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memilki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang
yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
Kepemimpinan merupakan sebuah proses pengaruh satu arah
maupun timbal balik untuk mencapai ketaatan. Kepemimpinan bisa
saja terfokus pada satu individu, tetapi tidak harus selalu demikian.
Kadang kadang kepemimpinan diperlukan seolah olah sebagai
terminal akhir bersama manajemen, tetapi kemudian kajian
kepemimpinan cenderung makin menekankan pada berbagai aspek
perubahan, sedangkan manajemen lebih menekankan status quo.
Minat akademis pada kepemimpinan mengalami pasang surut, tetapi
sejak 1980-an terjadi lonjakan dalam bidang ini, terutama pada
kepemimpinan yang berada dalam konteks organisasional.
Menurut Vincent Gaspersz, 2002 mengemukakan bahwa
Kepemimpinan. adalah proses dimana seseorang atau sekelompok
orang (tim) memainkan pengaruh atas orang (tim) lain,

6
7

menginspirasikan, memotivasi, dan mengarahkan aktivitas mereka


untuk mencapai sasaran atau tujuan yang terdiri dari :
1) Kepemimpinan merupakan kemampuan positif
mempengaruhi orang dan system untuk meberikan dampak
yang berguna dan mencapai hasil –hasil yang diinginkan.
2) Kepemimpinan yang evektif akan meningkatkan
kemampuan dan keunggulan organisasi untuk memberikan
inovasi nilai secara terus menerus kepada pasar dan atau
pelanggan.
3) Kepemimpinan terdiri dari kepemimpinan diri,
kepemimpinan tim, dan kepemimpinan organisasi.
Menurut George R. Terry, 2006 kepemimpinan adalah
hubungan dimana seseorang yakni pemimpin mempengaruhi pihak
lain untuk bekerja sama secara suka rela dalam mengusahakan tugas-
tugas yang berhubungan, untuk mencapai hal yang diinginkan
pemimpin tersebut. Dalam hal ini George R. Terry ingin menekankan
pada kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain agar
melakukan suatu pekerjaan atau kegiatan. Kegiatan mempengaruhi
harus menghasilkan kerja sama secara suka rela diantara para
anggota organisasi dan bukan kegiatan individual. Kegiatan kerjasama
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi, yang dimaksud dengan
keinginan pemimpin adalah dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Kepemimpinan adalah kunci untuk menciptakan kerja sama yang
efektif dalam organisasi. Dengan demikian seorang pemimpin harus
mampu menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinan, naskah
departemen, hanjar tentang kepemimpinan, akmil, 2010.

Sedangkan menurut Freddy Numberi (2010) menyatakan


bahwa terdapat empat unsur yang dapat membentuk karakter
pemimpin yang baik, yaitu:
8

1) Kekuatan Fisik (PQ)


2) Kecerdasan Otak (IQ)
3) Stabilitas Emosi (EQ)
4) Kecerdasan Spiritual (SQ)
Menurut Budiman (2012) mendefinisikan Kepemimpinan militer
sebagai seni dan kecakapan dalam mempengaruhi dan membimbing
orang yang dipimpin/bawahan sehingga yang dipimpin tumbuh
kemauan, kepercayaan, ketaatan, rasa hormat dan kerjasama secara
ikhlas yang diperlukan dalam mengemban tugas dengan alat atau
waktu secara efektif dan efisien, namun terdapat keserasian antara
kelompok/satuan dengan tujuan perorangan.
Menurut Jurnal Manajemen Teori dan Terapan Tahun 5. No. 3
Desember 2012. Kepemimpinan militer memiliki kekhususan dan
berbeda dengan kepemimpinan perusahaan atau organisasi massa,
organisasi politik atau organisasi lainnya. Perbedaannya terletak pada
organisasi, kehidupan kemiliteran para prajurit dan tugas-tugasnya
yang sangat spesifik. Dalam organisasi militer, para prajurit bawahan
bukanlah orang yang direkrut dan digaji oleh atasannya melainkan
oleh negara. Siapapun yang menjabat sebagai atasan, umumnya tidak
bisa memilih siapa-siapa yang akan dijadikan bawahannya, dia harus
menerima siapapun yang ditetapkan oleh organisasi tentara sebagai
bawahannya, sehingga ia tidak memiliki pilihan, kecuali harus mampu
memimpin dan membina para prajurit bawahannya dalam kondisi dan
situasi apapun.
Pada organisasi TNI, dikenal kepemimpinan langsung dan tidak
langsung. Kepemimpinan langsung atau kepemimpinan tatap muka
(face to face leadership), adalah kepemimpinan yang dilaksanakan
mulai dari tingkat regu, peleton dan kompi sampai dengan batalyon.
Jika diambil analoginya hal ini sama dengan kepemimpinan mulai dari
9

tingkat divisi, departemen sampai dengan KRI. Kepemimpinan


langsung inilah yang disebut sebagai kepemimpinan lapangan.
Kepemimpinan lapangan dapat digambarkan sebagai
kepemimpinan yang mengetahui dengan tepat apa tugasnya, sehingga
sadar sepenuhnya apa yang akan dihadapi dan dilaksanakan serta
mengetahui dengan tepat bagaimana melaksanakannya. Oleh karena
itu biasanya kepemimpinan lapangan hanya diterapkan pada kesatuan
kecil, dimana permasalahan tugasnya relatif sederhana, sehingga
dapat dikuasai dengan tepat tanpa tergantung kepada staf.

b. Tipe – tipe kepemimpinan


Terdapat beberapa tipe – tipe kepemimpinan menurut
Kartono, 2006 adalah sebagai berikut:
1) Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar
biasa, sehingga mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya
besar. Kesetiaan dan kepatuhan pengikutnya  timbul dari
kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin dianggap
mempunyai kemampuan yang diperoleh dari kekuatan Yang
Maha Kuasa.
2) Tipe Paternalistik
Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;
(a) Menganggap bawahannya belum dewasa
(b) Berrsikap terlalu melindungi
(c) Jarang memberi kesempatan bawahan untuk
mengambil keputusan.
(d) Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
3) Tipe Otoriter
Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:
(a) Pemimipin organisasi sebagai miliknnya
10

(b) Pemimpin bertindak sebagai dictator


(c) Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan
dan ancaman.
4) Tipe Militeristik
Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:
(a) Menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku
(b) Lebih banyak menggunakan system perintah
(c) Menghendaki keputusan mutlak dari bawahan
(d) Formalitas yang berlebih-lebihan
(e) Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan
(f) Sifat komunikasi hanya sepihak
5) Tipe Demokrasi
Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama
sehingga terdapat koordinasi pekerjaan dari semua bawahan.
Kepemimpinan demokrasi menghadapi potensi sikap individu,
mau mendengarkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.
Jadi pemimpin menitik beratkan pada aktifitas setiap anggota
kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam
akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan, pembuatan rencana
keputusan, disiplin.

c. Sebab – sebab munculnya pemimpin.


Tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan
pemimpin menurut Deddy Mulyana, 2005 adalah:
1) Teori genetis menyatakan sebagai berikut:
(a) pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi
pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak
lahirnya.
(b) Dia ditaktirkan lahir menjadi pemimpin dalam
situasi kondisi yang bahaimanapun juga khusus.
11

(c) secara filsafat, teori tersebut menganut


pandangan deterministis.
2) Teori social (lawan teori genetis) menyatakan sebagai
berikut:
(a) pemimpin itu tidak harus disiapkan, dididik dan
dibentuk tidak terlahirkan begitu saja.
(b) setiap orang bias menjadi pemimpin, melalui usaha
penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan
sendiri.
3) Teori ekologis atau sintetis (muncul sebagai reaksi dari
kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai
berikut:
Seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila
sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat
kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat
dikembangkan melalui pengalaman dan usaha
pendidikan, juga sesuai dengan tuntutan lingkungan /
ekologinya.

d. 11 asas kepemimpinan
1) Taqwa
Beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-
Nya.
2) Ing Ngarsa Sung Tulada
Memberi suri tauladan di hadapan anak buah.
3) Ing Madya Mangun Karsa
Ikut bergiat serta menggugah semangat di tengah-tengah
anak buah.
4) Tut Wuri Handayani
12

Mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang


kepada anak buah.
5) Waspada Purba Wisesa
Selalu waspada mengawasi, serta sanggup dan memberi
koreksi kepada anak buah.
6) Ambeg Parama Arta
Dapat memilih dengan tepat mana yang harus
didahulukan.
7) Prasaja
Tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan.
8) Satya
Sikap loyal yang timbal balik, dari atasan terhadap
bawahan dan dari bawahan terhadap atasan dan ke samping.
9) Gemi Nastiti
Kesadaran dan kemampuan untuk membatasi
penggunaan dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang
benar-benar diperlukan.
10) Belaka
Kemauan, kerelaan dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11) Legawa
Kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi
berikutnya.

8. Pembinaan Mental
a. Teori pembinaan mental
Menurut Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat, 2012.
Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe- dan
akhiran – an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar
13

Bahasa Indonesia, Pembinaan berarti membina, memperbaharui,


atau proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasi guna untuk
memperoleh hasil yang baik.
Mental diartikan sebagai kepribadian yang merupakan
kebulatan yang dinamik yang dimiliki seseorang yang tercemin dalam
sikap dan perbuatan atau terlihat dari psikomotornya. Dalam ilmu
psikiatri dan psikoterapi, kata mental sering digunakan sebagai ganti
danri kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah
semua unsur –unsur jiwa trmasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan
perasaan yang dalam keseluruhan dan kebulatannya akan
menentukan corak laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan
perasaan, mengecewakan atau menggembirakan, menyenangkan dan
sebagainya.
Pembinaan mental adalah segala usaha tindakan dan kegiatan
untuk membentuk, memelihara, serta memantapkan mental anggota
berdasarkan pancasila, sapta marga, sumpah prajurit melaluli
pembinaan ideologi sehingga mampu dan mantap dalam
melaksanakan tugasnya.
Dalam Buku Bintal Fungsi Komando,Pembinaan Mental adalah
segala usaha, tindakan dan kegiatan untuk menumbuhkan,
memelihara, meningkatkan, dan memantapkan kondisi jiwa anggota
TNI AD berdasarkan Agama, Pancasila, Sapta Marga, Sumpah
Prajurit, Doktrin Kartika Eka Paksi, melalui pembinaan mental rohani,
ideologi, dan mental kejuangan, sehingga mampu serta mantap
didalam pelaksanaan tugasnya. (Dinas Pembinaan Mental Angkatan
Darat, 2012)
Menurut Laksda TNI Agung Pramono, Peranan Pembinaan
Mental (Bintal) dalam membentuk karakter dan jiwa serta mental
kejuangan prajurit sangatlah dominan, karena merupakan bagian dari
14

sistem pembinaan personel, dimana dalam penyelenggaraannya


selalu diarahkan kepada terwujudnya personel yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan, nasionalis, tidak mengenal menyerah dan
sehat secara psikis, serta memiliki kemampuan intelektual dan
keterampilan yang memadai.
Bintal merupakan jawaban dalam menyikapi persoalan yang
menyangkut kedisiplinan prajurit Koarmatim guna menangkal lunturnya
moralitas prajurit berkaitan dengan semakin meningkatnya
perkembangan teknologi.

b. Komponen Bintal
Komponen Pembinaan Mental TNI AD terdiri dari tiga
komponen,yaitu:
1) Mental Rohani (berdasarkan ajaran agama) yang
melahirkan sikap dan perilaku iman dan taqwa (Imtaq).
2) Mental Ideologi (berdasarkan nilai-nilai Pancasila) yang
melahirkan sikap dan perilaku nasionalisme.
3) Mental kejuangan (berdasarkan tradisi kepahlawanan)
yang melahirkan sikap dan perilaku militan (jiwa pantang
menyerah dan rela berkorban). (Dinas Pembinaan Mental
Angkatan Darat. 2012).
Komponen Pembinaan Mental seperti yang dimaksud diatas
mengandung arti bahwa Pembinaan Mental TNI AD bersumber dari
nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia yang religius, bermoral, dan memiliki
rasa sosial tinggi yang merupakan jati diri bangsa untuk membentuk
prajurit TNI yang memiliki Mental Kejuangan.
Pembinaan Rohani yang bersumber dari ajaran Agama yang
diwarnai oleh mental ideologi dan kejuangan mengandung nilai-nilai
antara lain :
15

1) Nilai keimanan sebagai dasar beragama dan sumber


motivasi dalam kehidupan.
2) Nilai ibadah (Pengabdian/Persembahyangan/Kebaktian),
baik yang bersifat vertikal maupun horizontal.
3) Nilai akhlak atau moral dalam kehidupan sehari-hari
(dalam berhubungan dengan Tuhan, dengan sesama, dengan
dirinya maupun lingkungan alam).
4) Nilai kerukunan umat beragama (intern umat beragama,
antar umat beragama, dan antar umat dengan pemerintah).
Pembinaan mental ideologi yang didasari dan dijiwai oleh nilai-
nilai rohani dan dari falsafah Pancasila melahirkan nilai-nilai antara
lain:
1) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam
sikap hidup yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.
2) Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
3) Nilai persatuan Indonesia yang berBhineka Tunggal Ika.
4) Nilai kerakyatan atau demokrasi yang menjunjung tinggi
hukum/konstitusi.
5) Nilai keadilan sosial dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur.
Pembinaan Mental Kejuangan yang didasari dan dijiwai oleh
nilai-nilai rohani dan ideologi Pancasila serta bersumber dari sikap,
perilaku dan tradisi kejuangan yang bernilai positif dan konstruktif
melahirkan nilai-nilai antara lain :
1) Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai dasar dari
kejuangan.
2) Nilai propatria yang mengandung tiga prinsip, yaitu cinta
damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, rela berkorban jiwa dan
16

raga, mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara dari


pada kepentingan pribadi atau golongan.
3) Nilai pantang menyerah, ulet/gigih dan gagah berani
dalam membela kebenaran dan keadilan.
(a) Nilai ksatria yang sederhana, jujur dan berani
bertanggung jawab.
(b) Nilai kemanuggaalan antara TNI dengan rakyat.
4) Nilai disiplin dan loyalitas serta jiwa korsa dalam
hubungan dengan atasan sesama pangkat maupun bawahan.
(Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat. 2012)

C. Hakikat Pembinaan Mental Fungsi Komando.

Hakikat Bintal Fungsi Komando adalah peran serta seluruh


unsur pimpinan,baik sebagai komandan maupun Perwira staf
terhadap pembinaan mental anggotanya,karena buruknya mentalitas
anggota satuan adalah menjadi tanggung jawab pimpinan
sepenuhnya,sementara itu mental dapat dilihat atau diamati dua
aspek,yaitu aspek penghayatan nilai-nilai agama yang mewujud dalam
moralitas serta tingkat pelanggaran yang terjadi.

Namun sampai saat ini Bintal Fungsi Komando belum dapat


dilaksanakan secara optimal oleh para Komandan /Pimpinan di
satuan,dikarenakan terjadi persepsi mengingat fungsi Komando
merupakan fungsi organikmiliter, yang dilaksanakan oleh staf sesuai
fungsi jabatannya dalam mendukung kegiatan Bintal disatuan.

Walaupun tanggung jawab penyelenggaraan Bintal disatuan


sepenuhnya berada ditangan Komandan / pemimpin, namun
pelaksaannya kurang mendapat skala prioritas dan cenderung di
limpahkan kepada staf pejabat Bintal satuan /staf.
17

Kondisi yang berlaku saat ini adalah aspek penyelenggaraan


Bintal yang merupakan aspek penting dalam mendukung
keberhasilan atau bahkan kegagalan dalam proses Bintal, secara
umum pelaku bintal masih memiliki berbagai kelemahan dan perlu
menjadi perhatian guna langkah perbaikan mutu seorang insan bintal,
(Jakarta: Disbintalad, 2012) adapun kelemahan Bintal tersebut
meliputi:

1) Kurangnya penguasaan materi Bintal cenderung teks


book,tidak mendasari kondisi aktual.

2) Lebih suka ceramah yang bukan bersifat identifikasi dan


pemecahan masalah.

3) Minim dalam berbagi tips,solusi dan bimbingan praktis

4) Minim kemampuan sebagai motivator

5) Ada atau tidak ada,tidak membawa pengaruh.

Akibat situasi tersebut maka kegiatan Bintal menjadi tidak


efektif atau yidak berdampak apapun terhadap objek Bintal ,sementara
tuntutan peran Bintal adalah mengubah perilaku prajurit agar sesuai
dengan norma yang berlaku. Jika pelaku Bintal masih memiliki kualitas
seperti situasi di atas maka jelas peranan Bintal menjadi tidak menari
dan kurang bermanfaat.

Pada dasarnya pembinaan mental di arahkan untuk


mendukung terwujudnya profesionaitas keprajuritan yang meliputi
kemampuan di bidang pengetahuan, keterampilan teknis dan
ketangguhan sikap mental berdasarkan etika keprajuritan baik secara
perorangan maupun satuan. Berdasarkan (Bujuk Bintal TNI 2016: 9)
18

Dalam rangka mewujudkan profesionalitas keprajuritan tersebut


lingkup Pembinaan Mental adalah membentuk,memelihara dan
meningkatkan mental prajurit melalui:

1) Pembinaan Mental Rohani

a) Tujuan. Mewujudkan mental yang memiliki


keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, taat menjalankanibadah sesuai ajaran agama
yang dianutnya serta berbudi pekerti yang luhur.

b) Sasaran personil TNI dan keluarganya selaku


insan hamba Tuhan.

c) Pola Pembinaan

(1) Melalui jalur Pendidikan

(2) Melalui jalur satuan

(3) Melalui jalur keluarga

2) Pembinaan Mental ideologi

a) Tujuan. Mewujudkan mental yang setia kepada


negara (nasionalisme), disiplin dan solidaritas untuk
mendukung semua tugas yang diberikan oleh negara
sebagai komponen utama pertahanan negara.

b) Sasaran. Personil TNI dan keluarganya selaku


warga negara.

c) Pola Pembinaan

(1) Melalui jalur Pendidikan

(2) Melalui jalur satuan


19

(3) Melalui jalur keluarga

(4) Melalui jalur organisasi

2) Pembinaan Mental Tradisi Kejuangan

a) Tujuan. Mewujudkan mental yang memiliki jiwa


pantang menyerah, rela berkorban dan memiliki sikap
Keperwiraan/Keteladanan sehingga dapat melaksanakan
tugas pokok dan tugas -tugas lainnya dengan baik.

b) Sasaran. Personil TNI dan keluarganya selaku


warga negara.

c) Pola Pembinaan

(1) Melalui jalur Pendidikan

(2) Melalui jalur satuan

(3) Melalui jalur teritorial

(4) Melalui jalur pemerintah

Anda mungkin juga menyukai