Anda di halaman 1dari 20

MODUL AJAR

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA


SEKOLAH DASAR KELAS IV SEMESTER 1
TAHUN PELAJARAN 2022/ 2023

Fase/Kelas : B/IVKode
Mata Pelajaran : BAHASA INDONESIA
Materi Ajar : Unsur Intrinsik dalam Teks Fiksi
Alokasi Waktu : 16 X 35 Menit (16JP)

Disusun Oleh:
RENI YULI ASTUTI, S.Pd.
NI. PPPK. 19950718 202221 2 009

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN


DINAS PENDIDIKAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA
KECAMATAN ROWOKELE
2022
MODUL AJAR

INFORMASI UMUM
I. IDENTITAS MODUL
Nama Penyusun : Reni Yuli Astuti, S.Pd.
Nama Sekolah : SD Negeri 2 Pringtutul
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Fase : IV/B
Alokasi Waktu : 16 x 35 Menit

II. KOMPETENSI AWAL


Siswa telah mengenal karya sastra dan jenisnya.

III. PROFIL PELAJAR PANCASILA


1. Mandiri
2. Bernalar kritis

IV. SARANA DAN PRASARANA


1. Teks bacaan
2. Buku-buku cerita
3. Video

V. TARGET PESERTA DIDIK


Murid Reguler/tipikal, Murid berpencapaian tinggi, Murid dengan kesulitan belajar. Jumlah
murid 19.

VI. MODEL PEMBELAJARAN


Model pembelajaran tatap muka.

Metode Pembelajaran
1. Cooperative Learning
2. Scientifict Learning
3. Diskusi dan TanyaJawab

KOMPONEN INTI
Capaian Pembelajaran
- Menyimak
Peserta didik mampu menganalisis informasi berupa fakta, prosedur dengan mengidentifikasikan ciri objek dan
urutan proses kejadian dan nilai-nilai dari berbagai jenis teks informasional dan fiksi yang disajikan dalam
bentuk lisan, teks aural(teks yang dibacakan)dan audio.
- Membaca dan Memirsa
Peserta didik mampu membaca dengan lancar dan indah serta memahami informasi dan kosakata baru yang
memiliki makna denotatif, literal, konotatif, dan kiasan untuk mengidentifikasi objek, fenomena, dan karakter.
Peserta didik mampu mengidentifikasi ide pokok dari teks deskripsi, narasi dan eksposisi, serta nilai- nilai yang
terkandung dalam teks sastra (prosa dan pantun, puisi) dari teksdan/atau audiovisual.
- Berbicara dan mempresentasikan
Peserta didik menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara
indah dan menarik dalam bentuk prosa dan puisi dengan penggunaan kosakata secara kreatif. Peserta didik
mempresentasikan gagasan, hasil pengamatan, dan pengalaman dengan logis, sistematis, efektif, kreatif,
dankritis; mempresentasikanimajinasi secara kreatif.
- Menulis
Peserta didik mampu menggunakan kaidah kebahasaan dan kesastraan untuk menulis teks sesuai dengan konteks dan
norma budaya; menggunakan kosakata baru yang memiliki makna denotatif, konotatif, dan kiasan. Peserta didik
menyampaikan perasaan berdasarkan fakta, imajinasi (dari diri sendiri dan orang lain) secara indah dan menarik
dalam bentuk prosa dan puisidengan penggunaan kosakatasecara kreatif.

I. Tujuan Pembelajaran
4.1. Melalui diskusi dan tanya jawab, siswa mampu menelaah unsur pembangun dalam sebuah teks
fiksi.
4.2. Melalui bantuan 2 teks pendek atau lebih, siswa mampu membandingkan unsur pembangun
dari 2teks yang disajikan.
4.3. Siswa mampu menceritakan kembali karya sastra yang mereka baca untuk dipresentasikan
unsurintrinstik di dalamnya.
4.4. Melalui penugasan, siswa mampu menyajikan unsur pembangun dari karya sastra teks fiksi
yangditulisnya sendiri.

II. Pemahaman Bermakna


1. Menelaah unsur pembangun dalam sebuah teksfiksi.
2. Membandingkan unsur pembangun dari 2 teks yang disajikan.
3. Menceritakan kembali karya sastra yang mereka baca untuk dipresentasikan unsur intrinstik di
dalamnya.
4. Menyajikan unsur pembangun dari karya sastra teks fiksi yangditulisnya sendiri.

III. Pertanyaan Pemantik


1. Siapa yang tahu apa itu tokoh?
2. Mengapa ada tokoh yang disukai dan yang tidak disukai oleh penonton?
IV. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Pertama
a. Pendahuluan (25 Menit)
1) Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
2) Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
3) Mengadakan apersepsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
b. Inti (100 Menit)
1) Siswa menonton video yang ditayangkan oleh guru.
2) Siswa memperhatikan pemaparan guru secara singkat pengertian unsur intrinsik
dan penjelasan terkait di dalamnya melalui video pembelajaran.
3) Siswa membaca teks cerita fiksi. Teks cerita diusahakan adalah cerita yang bersifat
local dan dapat dikembangkan ke teks yang bersifat nasional dan mancanegara.
4) Siswa berdiskusi terkait dengan isi cerita dengan menyebutkan tema cerita, nama
tokoh dalam cerita, sifat-sifat tokoh, tempat yang diceritakan dalam cerita dan
pesan apa yang terdapat dalam cerita.
5) Masing-masing siswa memaparkan hasil diskusinya dan ditanggapi oleh siswa
lain.
6) siswa secara individual untuk menjelaskan pengertian dari tema cerita, nama tokoh
dalam cerita, sifat- sifat tokoh, tempat yang diceritakan dalam cerita dan pesan apa
yang terdapat dalam cerita dengan kalimat mereka secara sederhana dengan
kalimat sendiri.
7) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran dipertemuan 1 yang
telah dilakukan.

c. Penutup (15 Menit)


1) Menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
berlangsung
3) Menutup pembelajaran dengan membaca do’a.

2. Pertemuan kedua
a. Pendahuluan (25 Menit)
1) Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
2) Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
3) Mengadakan apersepsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.

b. Inti (100 Menit)


1) Siswa diberikan beberapa teks fiksi sekaligus untuk ditelaah dan dibandingkan.
2) Teks cerita diusahakan adalah cerita yang bersifat loKal dan dapat dikembangkan
ke teks yang bersifat nasional dan mancanegara.
3) Dengan bimbingan guru, siswa berdiskusi terkait dengan bahasan yang sedang
dibahas, mereka diminta untuk menelaah secara rinci mengenai unsur-unsur
instrintik yang terdapat dalam beberapa karya sastra yang dibaca.
4) Siswa diminta menyiapkan jawaban tertulis dari tiap karya sastra yang ditelaah
dengan membandingkan unsur instrinstik yang terdapat dari tiap karya sastra yang
ditelaah.
5) Telaah yang dilakukan siswa terkait dengan unsur intrinsic engkap dan siswa
harus memberikan alasan dari perbandingan yang dilakukan.
6) Siswa membuat rangkuman dari hasil telaah perbandingan unsur instrinstik karya
sastra.
7) Bersama siswa lainnya, mereka mendiskusikan tiap perbandingan dari karya sastra
yang ditelaah. Guru bertugas sebagai fasilitator dan memberikan penguatan atas
diskusi yang telah berjalan.
c. Penutup (15 Menit)
1) Menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
berlangsung
3) Menutup pembelajaran dengan membaca do’a.
3. Pertemuan 3
a. Pendahuluan (25 Menit)
1) Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
2) Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
3) Mengadakan apersepsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
b. Inti (100 Menit)
1) Siswa memperhatikan penjelasan guru kembali secara singkat mengenai unsur-
unsur intrinsik dari karya sastra untuk membuka kembali pemahaman siswa.
2) Siswa diminta untuk menyebutkan karya sastra jenis apakah yang mereka sukai
dan sering dibaca.
3) Siswa mendapat banyak literatur dan informasi mengenai buku-buku yang bisa
dibaca dan sesuai untuk anak SD.
4) Siswa diminta untuk membaca dan menemukan karya sastra mana yang paling
mereka sukai.
5) Siswa diminta untuk membaca dan menemukan karya sastra mana yang paling
mereka sukai.
6) Karya sastra yang mereka pilih, ditelaah untuk dicari unsur instrinstik di
dalamnya.
7) Dalam kegiatan ini siswa diminta untuk bekerja mandiri tanpa dibantu siapapun.
8) Siswa menelaah bacaan yang dipilih dan hasil telaahan dimasukan ke dalam
lembar kerja yang telah disediakan guru.
9) Berdasarkan bacaan dan lembar kerja yang telah diisi, siswa diminta
mempresentasikan hasil kerja lewat video apabila daring dan presentasi ke depan
kelas apabila tatap muka.
10) Siswa lain diminta untuk menanggapi penampilan temannya

c. Penutup (15 Menit)


1) Menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
berlangsung
3) Menutup pembelajaran dengan membaca do’a.
4. Pertemuan 4
a. Pendahuluan (25 Menit)
1) Mengkondisikan kelas untuk memulai pembelajaran.
2) Melakukan pembiasaan berdoa dan memberikan motivasi untuk memulai
pembelajaran.
3) Mengadakan apersepsi dan mengaitkan pembelajarana sebelumnya dan
pembelajaran yang akan dilakukan hari ini.
b. Inti (100 Menit)
1) Siswa melihat vidio yang ditayangkan guru.
2) Siswa mendiskusikan unsur intrinsic yang terdapat dalam bacaan.
3) Siswa untuk memikirkan satu ide mengenai cerita karya sastra untuk mereka
tuliskan. Ide cerita bebas sesuai dengan kesukaan siswa.
4) Siswa mulai menulis teks fiksi berdasarkan penjelasan dari guru. Teks fiksi dibuat
sendiri dan dilarang untuk memplagiasi cerita dari sumber lain.
5) Siswa berdiskusi mengenai karya yang ditulis siswa.
6) siswa mendengarkan review terkait tulisan yang mereka buat khususnya unsur
intrinsik.
7) Setelah tulisan siswa selesai, siswa diminta untuk mencari unsur instrinstik dari
tulisan yang mereka buat.
8) Hasil telaahan siswa dituliskan di lembar kerja yang telah disiapkan guru.
9) Setelah selesai menelaah, siswa diminta mempresentasikan hasil telaahan
mengenai unsur instrinstik yang mereka temukan dari karya sastra yang mereka
tulis sendiri.
10) Teman lain memberikan tanggapan.
c. Penutup (15 Menit)
1) Menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
2) Melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengevaluasi kegiatan yang telah
berlangsung
3) Menutup pembelajaran dengan membaca do’a.

V. Asesmen
1. Asesmen Pertemuan 1
2. Asesmen Pertemuan 2

3. Asesmen Pertemuan 3
4. Asesmen Pertemuan 4
VI. Pengayaan dan Remidial
1. Pengayaan
a. Pertemuan 1
(Diberikan pada siswa dengan pencapaian hasil belajar tinggi)
Bentuk pengayaan untuk siswa Dengan kecepatan belajar dan kemampuan belajar
yang baik bisa diberikan 2 atau 3 teks cerita fiksi sekaligus untuk ditelaah.
b. Pertemuan 2
(Diberikan pada siswa dengan pencapaian hasil belajar tinggi)
Bentuk pengayaan untuk siswa Dengan kecepatan belajar dan kemampuan belajar
yang sangat cepat bisa diberikan teks cerita fiksi lebih dari 2 untuk ditelaah dan
dibandingkan. Teks fiksi yang diberikan adalah teks fiksi dengan alur dan isi cerita
yang beragam dan menantang.
c. Pertemuan 3
(Diberikan pada siswa dengan pencapaian hasil belajar tinggi)
Bentuk pengayaan untuk siswa Dengan kecepatan belajar dan kemampuan belajar yang
tinggi bisa diminta untuk membaca dan menganalisis beberapa cerita sekaligus.
d. Pertemuan 4
(Diberikan pada siswa dengan pencapaian hasil belajar tinggi)
Bentuk pengayaan untuk siswa Dengan kecepatan belajar dan kemampuan belajar
yang tinggi bisa diminta untuk menulis dan menganalisis beberapa cerita sekaligus.
2. Remedial
a. Pertemuan 1
(Diberikan pada siswa kemampuan Belajar yang membutuhkan Pendampingan)
Hanya diberikan teks fiksi yang lebih sederhana untuk dianalisis, dengan alur cerita
yangmudah dan tidak rumit danjumlahparagraph sedikit.
b. Pertemuan 2
(Diberikan pada siswa kemampuan Belajar yang membutuhkan Pendampingan)
Untuk siswa dengan kemampuan belajar yang membutuhkan pendampingan hanya
diberikan 2 teks fiksi yang lebih sederhana untuk dianalisis dan dibandingkan.
c. Pertemuan 3
(Diberikan pada siswa kemampuan Belajar yang membutuhkan Pendampingan)
Hanya diminta menceritakan telaahan dari cerita yang lebih sederhana untuk
dianalisis, dengan alur cerita yang mudah dan tidak rumit dan jumlah paragraph sedikit
d. Pertemuan 4
(Diberikan pada siswa kemampuan Belajar yang membutuhkan Pendampingan)
Hanya diminta menulis cerita yang lebih sederhana untuk dianalisis, dengan alur
cerita yang mudah dan tidak rumit dan jumlah paragraph sedikit.
VII. Refleksi Peserta Didik dan Guru
1. Refleksi Peserta Didik
Mengadakan refleksi dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait materi yang
telah dipelajari, misalnya ;
a. Bagaimana perasaanmusetelah mengikuti pelajaran hari ini?
b. Apakah kamu telah
c. mengerti semua?
d. Bagian mana yang paling kamu sukai?
e. Apa yang tidak kamu sukai di materi ini?
f. Apakah kalian bersediamengikuti materi berikutnya?
2. Refleksi Guru
a. Apakah semua peserta didik memahami informasi tentang Nilai-nilai Pancasila?
b. Adakah peserta didik yang kurang aktif dalam berdiskusi?
c. Hal apa yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran selanjutnya?
d. Hal apa yang menjadi catatan keberhasilan pembelajaran hari ini?

Mengetahui Pringtutul, ........................... 20...


Kepala Sekolah Guru Kelas IV B

MUTOHAR, S.Pd.SD RENI YULI ASTUTI, S,Pd.


NIP. 19641112 198608 1 002 NI. PPPK. 19950718 202221 2 009
DAFTAR PUSTAKA

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Yulaelawati, Ella. 2009. Kurikulum dan Pengambangan. Jakarta: Pakar Raya.

Keledai dan Penjual garam. 7+ Contoh Cerita Fantasi Anak Singkat yang Paling Populer
(Terbaru) (thegorbalsla.com). Diunduh tanggal 5 November 2020

Legenda Batu Menangis. Sumber : Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis


(dongengceritarakyat.com). Diunduh tanggal 5 November 2020

Legenda Situ Bagendit. Sumber : Legenda – Situ Bagendit | PENDONGENG


(wordpress.com).

PERSAHABATAN KERBAU DAN GAJAH.


https://www.facebook.com/dongengceritarakyat/

Penyumpit dan putri malam. Cerita Rakyat Kisah Penyumpit dan Putri Malam – Histori.
Diunduh tanggal 5 November 2020
KELEDAI DAN PENJUAL GARAM

Di suatu desa di tepi pantai yang cukup jauh dengan perkotaan, hiduplah seorang pedagang garam
sebatang kara yang sangat dermawan. Setiap hari, ia membagikan hasil menjual garam kepada
tetangganya dan sangat mengasihi fakir miskin meskipun sebenarnya hidupnya tidaklah
bergelimang harta. Setiap kali berhasil menjual garam, ia belikan pakaian dan makanan untuk di
sedekahkan.
Pedagang garam tersebut memiliki seekor keledai yang digunakan untuk mengangkut garam ke kota
terdekat. Ia sangat menyayangi keledai tersebut sampai makanan dan tempat tinggal keledai selalu
disediakan. Keledai tersebut sudah dianggap keluarga dan menjadi teman hidup satu-satunya
pedagang garam tersebut. Akan tetapi keledai tersebut tampaknya tidak puas dengan perlakuan
pedagang garam.
Setiap kali hendak pergi menjual garam ke kota, keledai selalu menggerutu karena harus terbebani
dengan karung garam serta berjalan cukup jauh. “Mengapa kau tidak membeli gerobak saja wahai
tuanku? Bukankah hasil menjual garam sudah cukup untuk membeli gerobak, tapi uangmu kau
selalu berikan kepada orang lain” kata keledai pada suatu hari kepada tuannya ketika hendak
berangkat. Pedagang garam tersebut hanya terdiam dan melanjutkan menaikan beberapa karung
garam di kantong kain pada tubuh keledai.
Pedagang garam kemudian menuntun keledai sembari membawa satu karung garam di pundaknya.
Mereka terus berjalan hingga akhirnya melewati sebuah jembatan yang dialiri air sungai yang cukup
deras dan jernih. Pedagang garam kemudian berhenti dan beristirahat.
Di tengah peristirahatan tersebut, ternyata si keledai memiliki ide yang cukup konyol. Bila esok
pedagang membawanya kembali melalui jalan ini, maka ia akan berpura-pura terjatuh ke dalam
sungai dan garam yang akan di bawa akan semakin ringan karena larut di dalam air. Benar saja,
keesokan harinya ketika mereka berangkat melewati jalan yang sama, keledai berpura-pura
kelelahan dan terjatuh ke sungai. Karung garam yang dibawa keledai terendam cukup lama karena
pedagang garam meminta tolong kepada orang sekitar untuk membantu mengangkat keledai.
“Maafkan aku tuan, aku tidak sengaja terjatuh ke dalam sungai karena sepertinya beban garamnya
tidak seimbang”, ungkap keledai dengan alasannya. “ Baiklah kalau begitu aku akan membawa lebih
banyak garam agar kau seimbang”.
Akhirnya pedagang membawa dua karung garam agar keledainya bisa meneruskan perjalanan meski
garam yang dibawa keledai sangat ringan karena sebagian garam sudah larut di dalam air sungai.
Esoknya lagi, keledai melakukan hal yang sama dengan alasan kakinya tersandung batu, dan alasan
lain diberikan setiap harinya kepada pedagang. Hal ini membuat tuannya curiga dan ingin memberi
balasan. Suatu hari, dinaikkan lah kapas pada punggung keledai. Petani tidak memberitahukan
bahwa yang dibawa bukanlah garam melainkan kapas. Hal ini untuk memberikan pelajaran kepada
keledai yang suka mengeluh padahal sudah sangat dikasihi. Setiba di jembatan, keledai tersebut
tanpa menunda waktu langsung menjatuhkan diri ke dalam sungai dan kapas kemudian menyerap air
sungai.
Bukannya semakin ringan, akan tetapi karung yang dibawa keledai semakin berat hingga keledai
kesulitan berjalan. Keledai tersebut terus melangkahkan kakinya sembari bertanya kepada tuannya.
“Tuanku, mengapa garamnya semakin berat ketika terkena air, padahal biasanya akan semakin
ringan. Aku sungguh tidak bisa berjalan jika harus membawa beban seberat ini ke kota”.
Petani kemudian menjawab dengan bijaksana “Keledai ku, sungguh yang kau bawa bukanlah garam
melainkan kapas yang menyerap air. Aku tahu kau hanya berpura-pura terjatuh agar bebanmu tidak
berat akan tetapi perbuatanmu sungguh merugikan”. Keledai tersebut kemudian sangat malu karena
selama ini ia seperti tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih kepada si pedagang garam.
Sumber : 7+ Contoh Cerita Fantasi Anak Singkat yang Paling Populer (Terbaru) (thegorbalsla.com)
LEGENDA BATU MENANGIS
(Cerita legenda dari Kalimantan Selatan)

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin bersama anak
perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia selalu membanggakan
kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat yang ia miliki. Ia sangat
pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.
Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti. Tanpa berpikir
keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun sering sakit-sakitan.
Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.
Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka sangat
jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya kelelahan. Namun,
anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat bagus. Semua orang yang
melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya, sedangkan ibunya berjalan di
belakang membawa keranjang belanjaan, berpakaian sangat dekil layaknya pembantu.
Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada satu orang
pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju kepada kecantikan
Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan memandang wajahnya.
Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan tua di belakangnya tersebut.
‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia ibumu?’’
Tanya seorang Pemuda.
‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.
Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal yang sama.
Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri di perlakukan sebagai
seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri
kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat menyakkitkan
hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil meneteskan air mata.
‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.
Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan ibunya, sang
anak merasa kebingungan.
‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.
Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya sendiri.
‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik putrid
hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.’’ Doa sang Ibu.
Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun turun.
Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah menjadi batu dan sudah
mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia merasa
ketakutan.
‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi anak
yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.
Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman itu
tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis durhaka itu hanya
menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya menjadi batu, sang ibu masih
melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang berada di sana menyaksikkan peristiwa
tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu.
Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata seperti
sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu Menangis. Batu
Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.
Sumber : Cerita Rakyat Legenda Batu Menangis (dongengceritarakyat.com)
LEGENDA SITU BAGENDIT
(Legenda dari Jawa Barat)

Pada jaman dahulu kala disebelah utara kota garut ada sebuah desa yang penduduknya kebanyakan
adalah petani. Karena tanah di desa itu sangat subur dan tidak pernah kekurangan air, maka sawah-
sawah mereka selalu menghasilkan padi yang berlimpah ruah. Namun meski begitu, para penduduk
di desa itu tetap miskin kekurangan.
Hari masih sedikit gelap dan embun masih bergayut di dedaunan, namun para penduduk sudah
bergegas menuju sawah mereka. Hari ini adalah hari panen. Mereka akan menuai padi yang sudah
menguning dan menjualnya kepada seorang tengkulak bernama Nyai Endit. Nyai Endit adalah orang
terkaya di desa itu. Rumahnya mewah, lumbung padinya sangat luas karena harus cukup
menampung padi yang dibelinya dari seluruh petani di desa itu. Ya! Seluruh petani. Dan bukan
dengan sukarela para petani itu menjual hasil panennya kepada
Nyai Endit.Mereka terpaksa menjual semua hasil panennya dengan harga murah kalau tidak ingin
cari perkara dengan centeng-centeng suruhan nyai Endit. Lalu jika pasokan padi mereka habis,
mereka harus membeli dari nyai Endit dengan harga yang melambung tinggi.
“Wah kapan ya nasib kita berubah?” ujar seorang petani kepada temannya. “Tidak tahan saya hidup
seperti ini. Kenapa yah, Tuhan tidak menghukum si lintah darat itu?” “Sssst, jangan kenceng-
kenceng atuh, nanti ada yang denger!” sahut temannya. “Kita mah harus sabar! Nanti juga akan
datang pembalasan yang setimpal bagi orang yang suka berbuat aniaya pada orang lain. Kan Tuhan
mah tidak pernah tidur!”
Sementara itu Nyai Endit sedang memeriksa lumbung padinya. “Barja!” kata nyai Endit.
“Bagaimana? Apakah semua padi sudah dibeli?” kata nyai Endit. “Beres Nyi!” jawab centeng
bernama Barja. “Boleh diperiksa lumbungnya Nyi! Lumbungnya sudah penuh diisi padi, bahkan
beberapa masih kita simpan di luar karena sudah tak muat lagi.” “Ha ha ha ha…! Sebentar lagi
mereka akan kehabisan beras dan akan membeli padiku. Aku akan semakin kaya!!! Bagus! Awasi
terus para petani itu, jangan sampai mereka menjual hasil panennya ke tempat lain. Beri pelajaran
bagi siapa saja yang membangkang!” kata Nyai Endit.
Benar saja, beberapa minggu kemudian para penduduk desa mulai kehabisan bahan makanan
bahkan banyak yang sudah mulai menderita kelaparan. Sementara Nyai Endit selalu berpesta pora
dengan makanan-makanan mewah di rumahnya. “Aduh pak, persediaan beras kita sudah menipis.
Sebentar lagi kita terpaksa harus membeli beras ke Nyai Endit. Kata tetangga sebelah harganya
sekarang lima kali lipat disbanding saat kita jual dulu. Bagaimana nih pak? Padahal kita juga perlu
membeli keperluan yang lain. Ya Tuhan, berilah kami keringanan atas beban yang kami pikul.”
Begitulah gerutuan para penduduk desa atas kesewenang-wenangan Nyai Endit. Suatu siang yang
panas, dari ujung desa nampak seorang nenek yang berjalan terbungkukbungkuk. Dia melewati
pemukiman penduduk dengan tatapan penuh iba. “Hmm, kasihan para penduduk ini. Mereka
menderita hanya karena kelakuan seorang saja. Sepertinya hal ini harus segera diakhiri,” pikir si
nenek. Dia berjalan mendekati seorang penduduk yang sedang menumbuk padi. “Nyi! Saya
numpang tanya,” kata si nenek. “Ya nek ada apa ya?” jawab Nyi Asih yang sedang menumbuk padi
tersebut “Dimanakah saya bisa menemukan orang yang paling kaya di desa ini?” tanya si nenek
“Oh, maksud nenek rumah Nyi Endit?” kata Nyi Asih. “Sudah dekat nek. Nenek tinggal lurus saja
sampai ketemu pertigaan. Lalu nenek belok kiri. Nanti nenek akan lihat rumah yang sangat besar.
Itulah rumahnya. Memang nenek ada perlu apa sama Nyi Endit?” “Saya mau minta sedekah,” kata si
nenek.
“Ah percuma saja nenek minta sama dia, ga bakalan dikasih. Kalau nenek lapar, nenek bisa makan
di rumah saya, tapi seadanya,” kata Nyi Asih. “Tidak perlu,” jawab si nenek. “Aku Cuma mau tahu
reaksinya kalau ada pengemis yang minta sedekah. O ya, tolong kamu beritahu penduduk yang lain
untuk siap-siap mengungsi. Karena sebentar lagi akan ada banjir besar.” “Nenek bercanda ya?” kata
Nyi Asih kaget. “Mana mungkin ada banjir di musim kemarau.” “Aku tidak bercanda,” kata si
nenek.”Aku adalah orang yang akan memberi pelajaran pada Nyi Endit. Maka dari itu segera
mengungsilah, bawalah barang berharga milik kalian,” kata si nenek. Setelah itu si nenek pergi
meniggalkan Nyi Asih yang masih bengong.
Sementara itu Nyai Endit sedang menikmati hidangan yang berlimpah, demikian pula para
centengnya. Si pengemis tiba di depan rumah Nyai Endit dan langsung dihadang oleh para centeng.
“Hei pengemis tua! Cepat pergi dari sini! Jangan sampai teras rumah ini kotor terinjak kakimu!”
bentak centeng. “Saya mau minta sedekah. Mungkin ada sisa makanan yang bisa saya makan. Sudah
tiga hari saya tidak makan,” kata si nenek. “Apa peduliku,” bentak centeng. “Emangnya aku
bapakmu? Kalau mau makan ya beli jangan minta! Sana, cepat pergi sebelum saya seret!” Tapi si
nenek tidak bergeming di tempatnya. “Nyai Endit keluarlah! Aku mau minta sedekah. Nyai
Endiiiit…!” teriak si nenek.
Centeng- centeng itu berusaha menyeret si nenek yang terus berteriak-teriak, tapi tidak berhasil.
“Siapa sih yang berteriak-teriak di luar,” ujar Nyai Endit. “Ganggu orang makan saja!”
“Hei…! Siapa kamu nenek tua? Kenapa berteriak-teriak di depan rumah orang?” bentak Nyai Endit.
“Saya Cuma mau minta sedikit makanan karena sudah tiga hari saya tidak makan,” kata nenek.
“Lah..ga makan kok minta sama aku? Tidak ada! Cepat pergi dari sini! Nanti banyak lalat nyium
baumu,” kata Nyai Endit. Si nenek bukannya pergi tapi malah menancapkan tongkatnya ke tanah
lalu memandang Nyai Endit dengan penuh kemarahan.
“Hei Endit..! Selama ini Tuhan memberimu rijki berlimpah tapi kau tidak bersyukur. Kau kikir!
Sementara penduduk desa kelaparan kau malah menghambur-hamburkan makanan” teriak si nenek
berapi-api. “Aku datang kesini sebagai jawaban atas doa para penduduk yang sengsara karena
ulahmu! Kini bersiaplah menerima hukumanmu.” “Ha ha ha … Kau mau menghukumku? Tidak
salah nih? Kamu tidak lihat centengcentengku banyak! Sekali pukul saja, kau pasti mati,” kata Nyai
Endit.
“Tidak perlu repot-repot mengusirku,” kata nenek. “Aku akan pergi dari sini jika kau bisa mencabut
tongkatku dari tanah.” “Dasar nenek gila. Apa susahnya nyabut tongkat. Tanpa tenaga pun aku
bisa!” kata Nyai Endit sombong.
Lalu hup! Nyai Endit mencoba mencabut tongkat itu dengan satu tangan. Ternyata tongkat itu tidak
bergeming. Dia coba dengan dua tangan. Hup hup! Masih tidak bergeming juga. “Sialan!” kata Nyai
Endit. “Centeng! Cabut tongkat itu! Awas kalau sampai tidak tercabut. Gaji kalian aku potong!”
Centeng-centeng itu mencoba mencabut tongkat si nenek, namun meski sudah ditarik oleh tiga
orang, tongkat itu tetap tak bergeming.
“Ha ha ha… kalian tidak berhasil?” kata si nenek. “Ternyata tenaga kalian tidak seberapa. Lihat aku
akan mencabut tongkat ini.”
Bras! Dengan sekali hentakan, tongkat itu sudah terangkat dari tanah. Byuuuuurrr!!!! Tibatiba dari
bekas tancapan tongkat si nenek menyembur air yang sangat deras. “Endit! Inilah hukuman buatmu!
Air ini adalah air mata para penduduk yang sengsara karenamu. Kau dan seluruh hartamu akan
tenggelam oleh air ini!” Setelah berkata demikian si nenek tiba-tiba menghilang entah kemana.
Tinggal Nyai Endit yang panik melihat air yang meluap dengan deras. Dia berusaha berlari
menyelamatkan hartanya, namun air bah lebih cepat menenggelamkannya beserta hartanya.
Di desa itu kini terbentuk sebuah danau kecil yang indah. Orang menamakannya ‘Situ Bagendit’.
Situ artinya danau dan Bagendit berasal dari kata Endit. Beberapa orang percaya bahwa kadang-
kadang kita bisa melihat lintah sebesar kasur di dasar danau. Katanya itu adalah penjelmaan Nyai
Endit yang tidak berhasil kabur dari jebakan air bah.
Sumber : Legenda – Situ Bagendit | PENDONGENG (wordpress.com)
PERSAHABATAN KERBAU DAN GAJAH

Di zamah dahulu di satu hutan yang lebat, seekor kerbau bersahabat baik dengan Gajah mulai dari
mencari makan sampai bermain di padang rumput, mereka selalu bersamasama. Suatu hari, ketika
mereka sedang bermain di padang rumput, tiba-tiba Raja Raksasa datang.
Rupanya ia ingin menangkap Kerbau dan Gajah. Namun, karena Kerbau sudah berlari
menyelamatkan diri, hanya Gajah yang tertangkap. Tertangkapnya Gajah membuat Kerbau merasa
sedih. Ia takut jika ia akan kehilangan sahabatnya untuk selama-lamanya. “Bagaimana ini? Aku
harus menyelamatkan Gajah,” gumam Kerbau, khawatir. Kerbau terus berpikir, bagaimana cara
menyelamatkan Gajah. Tapi, tak mungkin ia melawan Raja Raksasa. Tubuh Raja Raksasa sangat
besar, bahkan melebihi tubuh Gajah. “Ah, aku akan mencoba menemui Raja Raksasa. Siapa tahu,
aku bisa meminta dengan baik-baik dan Raja Raksasa akan mendengarkanku,” pikir Kerbau. Demi
menyelamatkan sahabatnya, Kerbau memberanikan diri menemui Raja Raksasa di istana guanya.
Sesampainya di gua istana Raja Raksasa, Kerbau bersembunyi di luar gua. Ia mengintip apa yang
terjadi di dalam gua. Raja Raksasa terlihat sangat senang, sementara Gajah tampak ketakutan dari
dalam kandangnya yang sangat besar. “Mimpiku selalu benar. Semalam, aku bermimpi akan
memakan daging gajah. Sekarang mimpi itu akan menjadi kenyataan. Hmm, malam ini pasti aku
akan sangat kenyang,” ucap Raja Raksasa sambil mengelus perutnya yang buncit.
Mendengar ucapan Raja Raksasa, Kerbau mendapat ide. Ia pun segera menemui Raja Raksasa. “Aku
bermimpi menikahi Permaisuri raja raksasa. Mungkin itu juga akan menjadi kenyataan.” teriak
Kerbau. Raja Raksasa yang tak menyadari kedatangan Kerbau pun kaget. Ia hendak marah, namun
tiba-tiba ia terdiam. Ia memikirkan mimpi Kerbau. Selama ini, ia sangat percaya dengan mimpi.
“Kau tak boleh menikahi istriku!” Teriak Raja Raksasa. “Jika aku tak boleh menikahi Permaisuri,
maka kau juga tak boleh memakan Gajah,” balas Kerbau. Raja Raksasa menjadi bingung. Ia ingin
sekali makan daging Gajah. Tapi, ia juga sangat mencintai istrinya. Akhirnya, Raja Raksasa
mengalah. Ia melepaskan Gajah agar Kerbau tak menikahi permaisuri. Gajah pun bebas dan bisa
kembali ke hutan bersama Kerbau. “Ternyata kau sangat cerdik, Kerbau. Terima kasih telah
menolongku,” ucap Gajah ketika mereka kembali ke hutan. “Sama-sama, Gajah. Itulah gunanya
sahabat,” jawab Kerbau. Ia senang karena bisa menolong Gajah, sahabatnya. Sementara itu, Raja
Raksasa baru sadar. Tak seharusnya ia percaya terhadap mimpi, karena mimpi hanya bunga tidur. Ia
pun menyesal. Karena percaya mimpi, ia tak jadi menyantap Gajah. facebook
https://www.facebook.com/dongengceritarakyat/

Anda mungkin juga menyukai