Anda di halaman 1dari 108

SPESIFIKASI UMUM BINA MARGA 2018

PEKERJAAN PENINGKATAN JALAN JASAN-TIMBUL

BAB I
BAHAN BANGUNAN KONSTRUKSI

PASAL 1
LINGKUP KEGIATAN

1. Umum
1.1. Pekerjaan yang dimaksud dalam uraian ini adalah Peningkatan Jalan Jasan-Timbul
1.2. Lokasi Pekerjaan: Kecamatan Tegalalang Kabupaten Gianyar
1.3. Lingkup Pekerjaan Peningkatan Jalan Jasan-Timbul Kecamatan Tegalalang Kabupaten
Gianyar yang meliputi:
 Pekerjaan Umum
 Pekerjaan Drainase
 Pekerjaan Tanah Dan Geosintetik
 Pekerjaan Perkerasan Berbutir
 Pekerjaan Perkerasan Aspal
 Pekerjaan Struktur
 Pekerjaan Harian Dan Pekerjaan Lain-lain
 Pekerjaan Pemeliharaan Kinerja
PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Umum
Pekerjaan persiapan lapangan meliputi:
2.1. Pekerjaan Persiapan dan Akhir
1. Kantor Direksi dengan luas minimal  16 m2 (atau disesuaikan dengan kondisi
yang memungkinkan di lapangan) untuk kegiatan atau ruang kerja Direksi Teknis
atau pengawas, rapat - rapat rutin lapangan dan lain - lain, dengan perlengkapan
sebagai berikut:
 Meja rapat lengkap kursi untuk lebih kurang 5 orang,
 2 stel meja tulis dan tempat duduk,
 Almari atau rak penyimpan alat - alat Kantor atau pengawasan,
 Papan tulis atau white board ukuran 90 x 120 cm,
 Sepatu karet dan helm proyek,
 Kotak P3K beserta isinya.
Kantor Direksi harus terang, aman dan nyaman, serta selalu terjaga
kebersihannya. Penempatan atau lokasi dari kantor Direksi harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Teknis yang dibuat sesuai kontrak (dengan sistim sewa
selama pelaksanaan pekerjaan)
2. Kotak P3K beserta isinya dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis
yang dibuat sesuai kontrak.
3. Pekerjaan Uitzet/persiapan Bouwplank, papan nama proyek dan pekerjaan
Persiapan lainnya yang dibuat sesuai Kontrak atau petunjuk Direksi Pekerjaan.
4. Melakukan pembersihan akhir dan uji coba/commisioning sarana dan prasarana
yang telah dibuat, termasuk pemeliharaan rutin selama kurun waktu yang
ditentukan dalam Kontrak.
5. Papan nama kegiatan dipasang pada patok kayu yang kuat, ditanam dalam tanah
dengan ketinggian 2 meter. Ukuran Papan Nama Proyek adalah 80 x 120 cm,
terbuat dari bahan multiplek tebal 9 mm, dicat dasar warna putih, tulisan warna
biru, besar huruf disesuaikan.
Letak pemasangan Papan Nama pada lokasi proyek dan Redaksi Papan Nama agar
dibuat sebagai berikut :
 Kop Pemda Gianyar pada bagian paling kiri atas,
 Judul Kegiatan,
 Nilai Kegiatan,
 No. Kontrak,
 Masa Kontrak,
 Sumber Biaya,
 Pelaksana,
 Konsultan Perencana
 Konsultan Pengawas.
6. Yang tidak termasuk pekerjaan persiapan akan tetapi Penyedia wajib menyiapkan
dan menyediakan adalah:
a. Kantor Penyedia, gudang bahan dan los kerja luasnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan keamanan kerja para pekerja serta terlindungnya bahan
banguan dari cuaca dan hujan.
b. WC darurat untuk Direksi, Penyedia dan pekerja secukupnya serta tersedia
cukup air dan terjamin kebersihannya.
c. Kantor Penyedia atau Los Kerja serta wc darurat setelah selesainya pekerjan
adalah milik Penyedia dan segera harus dibersihkan dari tempat pekerjaan.
d. Lampu penerangan, jika diperlukan untuk pekerjaan pada malam hari.

a. Penerapan Keamanan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Keselamatan Konstruksi


1. Keamanan, Keselamatan dan Ketertiban di Lapangan
a. Setelah Penyedia mendapat batas-batas daerah kerja dan pelimpahan lapangan
kerja, Penyedia bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di
lapangan dan sekitarnya;
b. Penyedia bertanggung jawab penuh atas terjadinya gangguan lingkungan yang
diakibatkan oleh keberadaan para pekerjanya di sekitar proyek. Setiap pekerja
yang dipergunakan dalam proyek harus memiliki identitas lengkap, tercatat,
memiliki tanda pengenal serta dilaporkan kepada Direksi Pekerjaan dan
Aparat yang berwenang setempat;
c. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan Penyedia harus
mengkoordinir para pekerjanya untuk tidak berkeliaran di luar proyek,
mengotori, merusak ataupun hal-hal lainnya yang merugikan atau
mengganggu pihak lain;
d. Apabila terjadi kerusakan, kehilangan, dan kerugian pihak lain akibat ulah
para pekerja proyek Penyedia harus mengganti kerusakan, kehilangan, dan
kerugian pihak lain tersebut atas biaya sendiri;
e. Terhadap segala gangguan keamanan proyek, Penyedia harus segera
melaporkan kejadiannya kepada Direksi Pekerjaan dan Aparat Keamanan
setempat;
f. Untuk menjaga keamanan proyek dan lingkungan Penyedia wajib mengadakan
“Satuan Pengamanan” proyek dan lingkungan akomodasi para pekerja;
2. Peralatan Konstruksi dan Peralatan Bangunan
a. Alat dan perkakas yang digunakan harus dipastikan telah diberi sistim
perlindungan atau kelengkapan pengaman untuk mencegah paparan (expose)
bahaya secara langsung terhadap tubuh pekerja;
b. Informasi tentang jenis, cara penggunaan/pemeliharaan/pengamannya alat dan
perkakas dapat diperoleh dari manual produk dari pabrik pembuatnya, ataupun
dari pedoman/peraturan pihak yang kompoten.
3. Proses Kegiatan
a. Setiap proses kegiatan harus dilengkapi dengan prosedur kerja, sistem
perlindungan terhadap pekerja, perlengkapan pengaman, dan rambu-rambu
peringatan dan kewajiban pekerja menggunakan alat pelindung (APD) yang
sesuai dengan potensi bahaya pada proses tersebut;
b. Setiap jenis proses/kegiatan pekerjaan yang berisiko tinggi, atau pekerjaan
yang berisiko tinggi pada keadaan yang berbeda, harus lebih dulu dilakukan
analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis) dan tindakan
pengendaliannya;
c. Setiap proses/kegiatan yang berbahaya harus melalui izin kerja lebih dulu dari
penanggung-jawab proses Ahli K3 Konstruksi;
d. Setiap proses dan kegiatan pekerjaan hanya boleh dilakukan oleh tenaga
dan/atau operator yang telah terlatih dan telah mempunyai kompetensi
melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja yang sesuai pada
jenis pekerjaan/tugasnya tersebut.
4. Metode Konstruksi/Metode Pelaksanaan/Metode Kerja
a. Analisis Keselamatan Pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA) harus dilakukan
terhadap setiap metode konstruksi/metode pelaksanaan pekerjaan, dan
persyaratan teknis untuk mencegah terjadinya kegagalan konstruksi dan
kecelakaan kerja;
b. Metode kerja harus disusun secara logis, realistis dan dapat dilaksanakan
dengan menggunakan peralatan, perkakas, meterial dan konstruksi sementara,
yang sesuai dengan kondisi lokasi/tanah/cuaca, dan dapat dikerjakan oleh
pekerja dan operator terlatih;
c. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi penyedia dalam menyusun dan
menggunakan metode kerja dapat meliputi penggunaan alat utama dan alat
bantu, perkakas, material dan konstruksi sementara dengan urutan kerja yang
sistematis, guna mempermudah pekerja dan operator bekerja dan dapat
melindungi pekerja, alat dan material dari bahaya dan risiko kegagalan
konstruksi dan kecelakaan kerja;
d. Setiap metode kerja/konstruksi yang diusulkan penyedia, harus dianalisis
keselamatan pekerjaan/Job Safety Analisis (JSA), diuji efektifitas
pelaksanaannya dan efisiensi biayanya. Jika semua faktor kondisi
lokasi/tanah/cuaca, alat, perkakas, material, urutan kerja dan kompetensi
pekerja/operator telah ditinjau dan dianalisis, serta dipastikan dapat menjamin
keselamatan, kesehatan dan keamanan konstruksi dan pekerja/operator, maka
metode kerja dapat disetujui, setelah dilengkapi dengan gambar dan prosedur
kerja yang sistimatis dan/ayau mudah dipahami oleh pekerja/operator;
e. Setiap tahapan pelaksanaan konstruksi utama yang mempunyai potensi bahaya
tinggi harus dilengkapi dengan metode kerja yang didalamnya sudah
mencakup analisis keselamatan pekerjaan/Job Safety Analysis (JSA). Misalnya
untuk pekerjaan ketinggian, mutlak harus digunakan perancah, lantai kerja
(platform), papan tepi, tangga kerja, pagar pelindung tepi, serta alat pelindung
diri (APD) yang sesuai antara lain helm, sabuk keselamatan agar pekerja
terlindung dari bahaya jatuh. Untuk pekerjaan saluran galian tanah berpasir
yang mudah longsor dengan kedalaman 1,50 meter atau lebih, mutlak harus
menggunakan turap dan tangga akses bagi pekerja untuk naik/turun;
f. Setiap metode kerja harus melalui analisis dan perhitungan yang diperlukan
berdasarkan datab teknis yang dapat dipertanggung-jawabkan, baik dari
standar yang berlaku, atau melalui penyelidikan teknis dan analisis
laboratorium maupun pendapat ahli terkait independen.
5. Penyediaan Pengadaan Bahan pencegahan Penyakit Corona seperti, Masker,
wastafel, hand Sanitaizer, sabun cuci tangan, tissue kering dan basah sesuai
instruksi Menteri PUPR Nomor 02/IN/M/2020 Tentang Pencegahan Penyebaran
Virus Corona, tanggal 27 Maret 2020
Mekanisme Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) dalam Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

1 2 3 4
2

MEMBENTUK MENYEDIAKAN MENGEDUKSI SEMUA MENGUKUR SUHU


SATGAS FASILITAS ORANG UNTUK SEMUA ORANG
PENCEGAHAN PENCEGAHAN MENJAGA DIRI DARI SETIAP PAGI
COVID 19 COVID 19 COVID 19 SIANG SORE

PENGGUNA JASA PENYEDIA JASA PENYEDIA JASA


DAN PENYEDIA SATUAN PEKERJAAN
PEKERJAAN
JASA TUGAS KONSTRUKSI
KONSTRUKSI

7 6 5

MELAKUKAN TINDAKAN MENGHENTIKAN MEMBUAT


ISOLASI DAN SEMENTARA KERJASAMA
PENYEMPROTAN PENANGANAN
PEKERJAAN JIKA
DISINFEKTAN SARANA SUSPECT COVID
TERINDIKASI ADA
DAN PRASARANA 19 DENGAN RS
TENAGA KERJA
KANTOR DAN DAN PUSKESMAS
YANG TERPAPAR
LAPANGAN SETEMPAT
COVID 19

PENYEDIA JASA PENYEDIA JASA


PENGGUNA DAN
PEKERJAAN PEKERJAAN
ATAU PENYEDIA
KONSTRUKSI KONSTRUKSI
JASA PEKERJAAN
6. Jabatan Kerja Konstruksi
a. Setiap kegiatan/pekerjaan perancangan, perencanaan, perhitungan dan gambar-
gambar konstruksi, penetapan spesifikasi dan prosedur teknis serta metode
pelaksanaan/konstruksi/kerja harus dilakukan oleh tenaga ahli yang
mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan, baik pekerjaan arsitektur,
struktur/sipil, mekanikal, elektrikal, plumbing dan peralatan lingkungan
maupun interior dan jenis pekerjaan lain yang terkait;
b. Setiap tenaga ahli tersbut pada butir a. di atas harus mempunyai kemampuan
untuk melakukan proses manajemen risiko (identifikasi bahaya, penilaian
risiko, dan pengendalian risiko) yang terkait dengan disiplin ilmu dan
pengalaman profesionalnya, dan dapat memastikan bahwa semua potensi
bahaya dan risiko yang terkait pada bentuk rancangan, spesifikasi teknis dan
metode kerja/konstruksi tersebut telah diidentifikasi dan telah dikendalikan
pada tingkat yang dapat diterima sesuai dengan standar teknik dan standar K3
yang berlaku;
c. Setiap kegiatan/pekerjaan pelaksanaan, pemasangan, pembingkaran,
pemindahan, pengangkutan, pengangkatan, penyimpanan, perletakan,
pengambilan, pembuangan, pembongkaran dsb, harus dilakukan oleh tenaga
ahli dan tenaga terampil yang berkompeten berdasarkan gambar-gambar,
spesifikasi teknis, manual, pedoman dan standar serta rujukan yang benar dan
sah atau telah disetujui oleh tenaga ahli terkait;
d. Setiap tenaga ahli dan tenaga terampil dibidang K3 Konstruksi diatas harus
meakukan analisis keselamatan pekerjaan (Job Safety Analysis) setiap sebelum
memulai pekerjaannya, untuk memastikan bahwa potensi bahaya dan risiko
telah diidentifikasi dan diberikan tindakan pencegahan terhadap kecelakaan
kerja/atau penyakit di tempat kerja.
7. Penyelenggaraan Keamanan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Keselamatan
Konstruksi mencakup:
a. Penyiapan RK3K;
b. Sosialisasi dan Promosi K3;
c. Sosiallisasi, promosi dan edukasi Metode Pencegahan penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (covid 19)
d. Alat pelindung kerja;
e. Alat pelindung diri;
f. Asuransi dan perijinan;
g. Personil K3;
h. Fasilitas Prasarana kesehatan;
i. Rambu-rambu yang diperlukan;
j. Dan Lain-lain terkait pengendalian resiko K3 dan Keselamatan Konstruksi.
8. Jam Kerja Proyek
a. Untuk menjaga ketertiban/keamanan proyek, Jam Kerja Normal ditetapkan
sbb:
b. Jam: 08.00 s.d. 17.00 WITA untuk setiap hari kerja.
c. Jika Penyedia menghendaki Jam Kerja lain, harus terlebih dahulu
memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
persetujuannya.
b. Pengadaan Air Kerja dan Sumber Daya Listrik
1. Pengadaan air kerja yang memenuhi syarat-syarat konstruksi sesuai standar
merupakan tanggung jawab Penyedia. Sebagai sumber air kerja dapat
memanfaatkan Air PDAM Existing atau petunjuk Direksi Pekerjaan. Demikian
pula sumber daya listrik dapat memanfaatkan jaringan listrik terdekat/ eksisting.
2. Semua biaya yang diperlukan untuk Air Kerja dan Daya Listrik ditanggung oleh
Penyedia.
c. Jaminan Mutu
1. Sewaktu Pengadaan
Dalam pengadaan seluruh jenis bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini,
Penyedia harus bertanggung jawab untuk memeriksa dengan detail ketentuan-
ketentuan yang terdapat dalam peraturan dan standar yang disebutkan, dan
memeriksa bahwa bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini telah
memenuhi atau melebihi ketentuan yang disyaratkan
2. Sewaktu Pelaksanaan
Direksi Pekerjaan berhak untuk menolak hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
ketentuan minimum yang disyaratkan. Direksi Pekerjaan juga berhak, dan tanpa
merugikan pihak lain, untuk menerima hasil pekerjaan yang tidak memenuhi
ketentuan dengan cara mengadakan penyesuaian terhadap Harga Satuan atau nilai
pekerjaan tersebut.
3. Tanggung Jawab Penyedia, bilamana disyaratkan dalam Dokumen Kontrak atau
diminta secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia tetap harus
bertanggungjawab untuk menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan seluruh bukti
yang menyatakan bahwa bahan atau pengerjaan, atau keduanya, memenuhi atau
melebihi ketentuan yang terdapat dalam peraturan dan standar yang disebutkan.
4. Standar, Penggunaan standar yang tercantum dalam spesifikasi ini mencakup,
tetapi tidak terbatas pada, standar yang dirumuskan oleh badan-badan dan
organisasi-organisasi berikut:
SII = Standar Industri Indonesia
SNI = Standar Nasional Indonesia
5. Tanggal Penerbitan, Tanggal pada saat penerbitan Dokumen Kontrak harus diambil
sebagai tanggal penerbitan, kecuali bilamana disebutkan tanggal penerbitan
tertentu maka tanggal penerbitan tersebut harus diambil sesuai dengan standar yang
berkaitan.

d. Bahan dan Penyimpanan


1. Umum
a. Bahan yang dipergunakan di dalam Pekerjaan harus :
1) Memenuhi spesifikasi dan standar yang berlaku.
2) Memenuhi ukuran, pembuatan, jenis dan mutu yang disyaratkan dalam
Gambar dan Seksi lain dari Spesifikasi ini, atau sebagaimana secara
khusus disetujui tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
3) Semua produk harus baru.
2. Contoh dan Sumber Bahan
Sebelum mengadakan pemesanan, maka Penyedia harus menyerahkan kepada
Direksi Pekerjaan contoh bahan, bersama dengan detail lokasi sumber bahan atau
broscure/spesifikasi pabrik dan Pasal ketentuan bahan dalam Spesifikasi yang
mungkin dapat dipenuhi oleh contoh bahan, untuk mendapatkan persetujuan.
3. Persetujuan Direksi Pekerjaan
a. Penyedia harus melakukan semua pengaturan untuk memilih lokasi, memilih
bahan, dan mengolah bahan alami sesuai dengan Spesifikasi ini, dan harus
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan semua informasi yang berhubungan
dengan lokasi sumber bahan paling sedikit 14 (empat belas) hari sebelum
pekerjaan pengolahan bahan dimulai, untuk mendapatkan persetujuan.
Persetujuan Direksi Pekerjaan atas sumber bahan tersebut tidak dapat diartikan
bahwa seluruh bahan yang terdapat di lokasi sumber bahan telah disetujui
untuk dipakai.
b. Bilamana bahan semen, baja, dan bahan-bahan fabrikasi lainnya akan
digunakan, maka sertifikat pabrik (mill certificate) bahan tersebut (khusus
ditujukan untuk proyek ini) harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan awal. Direksi Pekerjaan akan memberikan
persetujuan tertulis kepada Penyedia untuk melakukan pemesanan bahan.
Selanjutnya bahan yang sudah sampai di lapangan harus diuji ulang seperti
yang diuraikan dalam Pasal 1.6.2.(3).(b) di bawah pengawasan Direksi
Pekerjaan atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
4. Pengadaan Bahan
1. Sumber Bahan
Lokasi sumber bahan yang mungkin dapat dipergunakan dan pernah
diidentifikasikan serta diberikan dalam Gambar hanya merupakan bahan
informasi bagi Penyedia. Penyedia tetap harus bertanggungjawab untuk
mengidentifikasi dan memeriksa bahan, apakah bahan tersebut cocok untuk
dipergunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Variasi Mutu Bahan
Penyedia harus menentukan sendiri jumlah serta jenis peralatan dan pekerja
yang dibutuhkan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi Spesifikasi.
Penyedia harus menyadari bahwa contoh-contoh bahan tersebut tidak mungkin
dapat menentukan batas-batas mutu bahan dengan tepat pada seluruh deposit,
dan variasi mutu bahan haru dipandang sebagai hal yang biasa dan sudah
diperkirakan. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Penyedia untuk
melakukan pengadaan bahan dari setiap tempat pada suatu deposit dan dapat
menolak tempat-tempat tertentu pada suatu deposit yang tidak dapat diterima.
Sedangkan untuk bahan pabrikasi harus dipesan dari satu produsen yang telah
disetujui/ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan.
3. Persetujuan
a. Pemesanan bahan tidak boleh dilakukan sebelum mendapat persetujuan
tertulis dan Direksi Pekerjaan sesuai dengan maksud penggunaannya.
Bahan tidak boleh dipergunakan untuk maksud lain selain dari peruntukan
yang telah disetujui.
b. Jika mutu bahan yang dikirim ke lapangan tidak sesuai dengan mutu bahan
yang sebelumnya telah diperiksa dan diuji, maka bahan tersebut harus
ditolak, dan harus disingkirkan dari lapangan dalam waktu 48 jam, kecuali
terdapat persetujuan lain dari Direksi Pekerjaan.
i. Penyimpanan Bahan
1. Umum
Bahan harus disimpan sedemikian rupa (sesuai dengan anjuran pabrik/produsen)
sehingga mutunya terjamin dan terpelihara, serta siap dipergunakan untuk
pekerjaan. Bahan yang disimpan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
selalu siap pakai, dan mudah diperiksa oleh Direksi Pekerjaan. Tanah dan
bangunan (property) orang lain tidak boleh dipakai sebagai tempat penyimpanan
bahan tanpa ijin tertulis dari pemilik atau penyewanya.
2. Tempat Penyimpanan di Lapangan
Tempat penyimpanan di lapangan harus bebas dari tanaman dan sampah, bebas
dari genangan air dan permukaannya harus lebih tinggi dari sekitarya. Bahan
yang langsung ditempatkan di atas tanah tidak boleh digunakan untuk Pekerjaan,
kecuali jika permukaan tanah tersebut telah disiapkan sebelumnya dan diberi lapis
permukaan yang terbuat dari pasir atau kerikil setebal 10 cm sedemikian hingga
diterima oleh Direksi Pekerjaan.

ii. Penumpukan Bahan (Stockpiles)


1. Bahan harus disimpan sedemikian hingga dapat mencegah terjadinya segregasi
dan menjamin gradasi yang sebagaimana mestinya, serta tidak terdapat kadar air
yang berlebihan. Tinggi maksimum dari penumpukan bahan harus dibatasi
sampai maksimum 3 meter atau disesuaikan dengan karakteristik bahan.
Penumpukan semen disesuaikan dengan jadual kedatangan bahan tersebut, bahan
yang kedatangannya paling awal habis terpakai terlebih dahulu daripada yang
belakangan.
e. Laporan Harian, Mingguan, dan Bulanan
- Umum
Laporan ini berisikan kondisi dan kejadian faktual yang terjadi pada setiap kurun
waktu yang telah ditentukan yang sangat bermanfaat bagi dasar pengambilan
keputusan dan langkah-langkah atau kebijakan dalam Pelaksanaan Proyek.
- Materi Laporan
1. Penyedia diwajibkan membuat laporan pekerjaan harian secara teratur untuk
disahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2. Dalam laporan harian harus dicantumkan daftar bahan-bahan yang didatangkan
dan jumlah tenaga yang bekerja setiap hari, keadaan cuaca, dan catatan lain
yang dipandang perlu.
3. Kepada Penyedia diwajibkan pula setiap satu minggu sekali melaporkan
nilai/bobot pekerjaan atau hal-hal lain yang perlu diketahui oleh Direksi
Pekerjaan.
4. Pihak Penyedia wajib menyediakan Buku Catatan Harian Direksi yang akan
diisioleh konsultan pengawas dan Direksi dan juga Buku Tamu yang akan diisi
oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam proyek. Penyedia wajib
mempelajari catatan-catatan harian tersebut dan menandatangani sebagai tanda
setuju.
5. Apabila Penyedia tidak dapat menyetujui catatan yang dibuat Direksi
Pekerjaan, maka harus mengajukan surat keberatan selambat-lambatnya 3 x 24
jam setelah catatan tersebut ditulis oleh Direksi Pekerjaan.
Direksi Pekerjaan akan memberitahukan secara tertulis seberapa jauh catatan
tersebut dapat diubah sebagai akibat dari surat keberatan tersebut.
- Waktu Pelaporan
1. Penyedia diwajibkan minta kepada Direksi Pekerjaan untuk menilai pekerjaan,
yang telah diselesaikan, jika penilaian ini merupakan keharusan atau syarat
untuk melanjutkan pekerjaan.
2. Penyedia juga diwajibkan meminta kepada Direksi Pekerjaan untuk menilai
bobot atau prestasi pekerjaan yang telah dilaksanakan, satu dan lain hal adalah
untuk mengevaluasi kemajuan pekerjaan dan administrasi pembayaran
angsuran.
3. Jika Penyedia lalai melakukan hal tersebut seperti ayat 1, 2, ataupun Direksi
Pekerjaan lalai melakukan penilaian terhadap kemajuan pekerjaan, maka
masing-masing pihak dapat mengadakan kesepakatan baru sesuai peraturan
yang berlaku.
f. Berita Acara Penyelesaian Akhir
1. Waktu
Dalam batas waktu dan sesuai dengan ketentuan pada Pasal-pasal yang berkaitan
dalam Syarat-syarat Kontrak dan bilamana Penyedia menganggap bahwa
Pekerjaan tersebut telah selesai, termasuk semua kewajiban dalam periode
pemeliharaan, maka Penyedia harus mengajukan permohonan untuk penyerahan
akhir. Setelah penyelesaian seluruh pekerjaan perbaikan (remedial work) yang
diminta oleh Panitia Serah Terima, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan akhir dan
Pekerjaan tersebut dapat diterima, maka Direksi Pekerjaan harus menyiapkan dan
menerbitkan Berita Acara Penyelesaian Akhir.
2. Permohonan Penyedia
Permohonan serah terima akhir harus memuat keterangan Penyedia berikut:
a. Dokumen Kontrak telah sepenuhnya ditelaah, dan;
b. Pekerjaan telah dilaksanakan sesuai dengan Dokumen Kontrak, dan;
c. Pekerjaan telah sepenuhnya diperiksa dan diuji sesuai dengan ketentuan dalam
Dokumen Kontrak, dan bahwa semua pemeriksaan dan hasil pengujian telah
diterima oleh Direksi Pekerjaan, dan;
d. Pekerjaan telah lengkap dan siap untuk pemeriksaan akhir dan Serah Terima
Akhir.
3. Semua Dokumen Rekaman Proyek Terbangun (as built), rekaman visual proyek
(still camera dan video), manual operation dan brosure bahan/peralatan sudah
selesai dikerjakan dan disiapkan oleh Penyedia sejumlah yang diperlukan oleh.
g. Pengajuan Berita Acara Pembayaran Akhir
1. Waktu
a. Dalam batas waktu dan sesuai dengan ketentuan pada Pasal-pasal yang
berkaitan dalam Syarat-syarat Kontrak, Penyedia harus mengajukan
permohonan pembayaran akhir bersama dengan semua detail pendukung
sebagaimana diperlukan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Setelah ditelaah oleh Direksi Pekerjaan dan jika perlu diamandemen oleh
Penyedia, Direksi Pekerjaan akan menerbitkan Berita Acara Pembayaran
Akhir oleh Pemilik.
2. Isi Berita Acara
Isi Berita Acara untuk Pembayaran Akhir yang diterbitkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus termasuk, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a. Jumlah Harga Kontrak seperti yang tercantum dalam Kontrak.
b. Kuantitas akhir pekerjaan yang telah diselesaikan seperti yang dibuktikan
dalam berita acara pengukuran dan hasil perhitungan pada pekerjaan yang
bersangkutan
c. Nilai setiap pekerjaan tambah atau kurang seperti disahkan dalam Addendum
selama Periode Kontrak.
d. Nilai setiap penambahan atau pengurangan terhadap Jumlah Harga Kontrak
sebagai akibat dari:
1) Denda akibat keterlambatan, bila ada.
2) Pekerjaan yang tidak lengkap atau tidak benar.
3) Variasi yang telah disetujui tetapi masih harus dituangkan dalam
Addendum.
4) Setiap penyesuaian lainnya yang diperlukan pada ketentuan dan
persyaratan dalam Dokumen Kontrak.
e. Perhitungan Jumlah Harga Kontrak akhir.
f. Ringkasan lembaran neraca yang menunjukkan selesainya Pengembalian
Semua Uang Muka dan pencairan semua Uang Yang Ditahan (Retention
Money).
g. Jadual tentang seluruh pembayaran yang telah disahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
h. Jumlah yang menjadi hak atau yang harus dipotong dan Penyedia.
h. Addendum Penutup
Berdasarkan detail Berita Acara Pembayaran Akhir yang dibuat oleh Direksi Pekerjaan,
Direksi Pekerjaan harus juga menyiapkan Addendum Penutup yang harus ditandatangani
Pemilik dan Penyedia, dilengkapi dengan perhitungan akhir dari Jumlah Harga Kontrak.
Setelah memperoleh tanda tangan Penyedia, selanjutnya Direksi Pekerjaan menyerahkan
Addendum Penutup tersebut ke Pemilik untuk ditandatangani bersama-sama dengan
Berita Acara Pembayaran Akhir yang telah disetujui.
i. Dokumen Rekaman Proyek
1. Umum
Selama pelaksanaan Pekerjaan Penyedia harus menjaga rekaman yang akurat dari
semua perubahan yang terjadi dalam Dokumen Kontrak dalam satu set Dokumen
Rekaman Proyek, dan harus memindahkan informasi akhir tersebut ke dalam
Dokumen Rekaman Akhir sebelum penyelesaian Pekerjaan.
2. Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan dengan Seksi ini
a. Pembayaran Sertifikat Bulanan
b. Penutupan Kontrak
c. Pasal-pasal yang berkaitan dengan Penutupan Kontrak untuk setiap Seksi
dalam Spesifikasi ini
3. Pengajuan
a. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan satu set Dokumen
Rekaman Proyek yang dalam keadaan terpelihara pada setiap bulan tanggal 25
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Dokumen Rekaman
Proyek yang telah disetujui Direksi Pekerjaan ini, menjadi prasyarat untuk
pengesahan Sertifikat Bulanan.
b. Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Rekaman Proyek akhir pada saat
permohonan Berita Acara Penyelesaian Akhir untuk mendapat persetujuan
dari Direksi Pekerjaan, disertai dengan surat pengantar yang berisi :
Tanggal.
Nomor dan Nama Proyek
Nama dan Alamat Penyedia.
Judul dan Nomor tiap Dokumen Rekaman.
Berita Acara yang menyatakan bahwa setiap dokumen yang diserahkan telah
lengkap dan benar.
Tanda tangan Penyedia, atau wakilnya yang sah.
j. Dokumen Rekaman Proyek.
1. Dokumen Kerja (Job Set)
Segera setelah Pengumuman Pemenang, Penyedia dapat memperoleh 1 (satu) set
lengkap semua Dokumen yang berhubungan dengan Kontrak tanpa biaya dari Direksi
Pekerjaan. Dokumen Kerja akan mencakup:
a. Syarat-syarat Kontrak.
b. Spesifikasi.
c. Gambar.
d. Addendum (bila ada).
e. Modifikasi lainnya terhadap Kontrak.
f. Catatan hasil pengujian lapangan (bila ada).
2. Penyimpanan Dokumen Kerja
Dokumen Kerja harus disimpan dan diarsipkan dalam rak-rak di kantor lapangan, dan
Penyedia harus menjaga dokumen kerja tersebut terlindung dari kehilangan atau
kerusakan sampai pemindahan data akhir ke dalam Dokumentasi Proyek Akhir telah
selesai dilaksanakan. Dokumen rekaman tersebut tidak boleh digunakan untuk
maksud-maksud pelaksanaan pekerjaan dan dokumen tersebut harus selalu tersedia
setiap saat untuk diperiksa oleh Direksi Pekerjaan atau Pemilik
k. Dokumen Rekaman Akhir (As Built Drawing)
1. Umum
Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Akhir adalah menyiapkan informasi nyata
menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun yang terlihat, untuk
memungkinkan modifikasi rancangan di kemudian hari dapat dilaksanakan tanpa
pengukuran ulang yang lama dan mahal, tanpa investigasi dan pemeriksaan ulang.
2. Pemindahan data ke dalam gambar
Seluruh perubahan data yang ditunjukkan dalam Dokumen Kerja dan Gambar
Rekaman harus dipindahakan dengan teliti ke dalam “Gambar Rekaman Akhir”
menurut masing masing gambar aslinya (sesuai Nomor dan Code Gambar serta
pengembangannya), dan penjelasan yang lengkap dari semua perubahan selama
pelaksanaan dan lokasi aktual dari semua jenis pekerjaan harus ditunjukkan dengan
jelas.
Berilah tanda perhatian pada setiap catatan dengan tanda "awan" yang mengelilingi
tempat atau tempat-tempat yang mengalami perubahan. Buatlah semua catatan
perubahan pada dokumen yang asli dengan rapi, konsisten, dan ditulis dengan tinta
atau pensil keras hitam.
a. Pemindahan data ke dokumen lain
Bilamana dokumen selain Gambar telah dijaga bersih selama pelaksanaan
Pekerjaan, dan bila setiap data masukan telah dicatat dengan rapi agar dapat
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka dokumen kerja (job set) dari Dokumen
tersebut (selain Gambar) akan diterima Direksi Pekerjaan sebagai Dokumen
Rekaman Akhir berupa Hard Copy (Cetakan & Re-Kalkir) dan Soft Copy
(Compact Disk/CD). Bilamana Dokumen yang demikian belum dapat disetujui
oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia harus menyiapkan salinan baru dari
Dokumen yang diperoleh dari Direksi Pekerjaan. Pemindahan perubahan data ke
dalam salinan baru ini harus dilakukan dengan hati-hati agar dapat disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
b. Peninjauan dan Persetujuan
Penyedia harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan 3 (tiga) set lengkap atau
sesuai kebutuhan Direksi Pekerjaan Dokumen Rekaman Akhir pada saat
mengajukan permohonan Berita Acara Serah Terima Sementara. Salah satu set
Dokumen Rekaman Akhir akan menjadi arsip Konsultan Perencana. Bilamana
diminta oleh Direksi Pekerjaaan, maka Penyedia harus mengikuti rapat atau
rapat-rapat peninjauan (review), melaksanakan setiap perubahan yang diperlukan
dan segera menyerahkan kembali Dokumen Rekaman Akhir kepada Direksi
untuk dapat diterima sejumlah yang ditentukan dalam BAB IV: Data Kontrak.
c. Perubahan setelah dokumen diterima
Penyedia tidak bertanggung jawab untuk mencatat perubahan pekerjaan setelah
serah terima sementara pekerjaan, kecuali perubahan yang diakibatkan oleh
penggantian, perbaikan, dan perubahan yang dilakukan Penyedia sebagai bagian
dari kewajibannya (guarantee).
l. Dokumen Rekaman Visual
1. Umum
Tujuan pembuatan Dokumen Rekaman Visual adalah menyiapkan informasi visual
nyata menyangkut semua aspek Pekerjaan, baik yang tertanam maupun yang terlihat,
untuk memungkinkan mengetahui proses pembangunan secara visual, secara
periodik dari proses awal hingga penyelesaian akhir pekerjaan.
2. Media Rekaman Visual
Media Rekaman untuk Laporan Mingguan menggunakan Camera dengan Film
kemudian dicetak sesuai kebutuhan. Setiap rekaman foto diberikan penjelasan dan
lokasi obyek, Sudut dan momen rekaman harus dapat memberikan gambaran proses,
situasi dan kondisi obyek pekerjaan secara kronologis, lengkap dan utuh.
m. Pekerjaan Pembersihan
Umum
Selama periode pelaksanaan pekerjaan, Penyedia harus memelihara Pekerjaan bebas dan
akumulasi sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah, yang diakibatkan oleh operasi
pelaksanaan. Pada saat selesainya Pekerjaan, semua sisa bahan bangunan dan bahan -
bahan tak terpakai, sampah, perlengkapan, peralatan dan mesin-mesin harus disingkirkan,
seluruh permukaan terekspos yang nampak harus dibersihkan dan proyek ditinggal dalam
kondisi siap pakai dan diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Pembersihan Selama Pelaksanaan
1. Penyedia harus melakukan pembersihan secara teratur untuk menjamin bahwa
tempat kerja, struktur, kantor sementara, tempat hunian dipelihara, bebas dari
akumulasi sisa bahan bangunan, sampah dan kotoran lainnya yang diakibatkan oleh
operasi-operasi di tempat kerja dan memelihara tempat kerja dalam kondisi rapi dan
bersih setiap saat.
2. Penyedia harus menjamin bahwa sistem drainase terpelihara dan bebas dari kotoran
dan yang lepas dan berada dalam kondisi operasional pada setiap saat.
3. Penyedia harus menjamin bahwa pekerjaan yang sudah selesai dibersihkan secara
teratur agar bebas dan kotoran dan bahan lainnya.
4. Penyedia harus menyediakan drum atau bak sampah di lapangan untuk menampung
sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah sebelum dibuang.
5. Penyedia harus membuang sisa bahan bangunan, kotoran dan sampah di tempat yang
ditentukan sesuai dengan Peraturan Pusat maupun Daerah dan Undang-undang
Pencemaran Lingkungan yang berlaku.
6. Penyedia tidak diperkenankan mengumbar sampah atau sisa bahan bangunan di
lokasi tanpa persetujuan dan Direksi Pekerjaan.
7. Penyedia tidak diperkenankan membuang limbah berbahaya, seperti cairan kimia,
minyak atau thinner cat ke dalam saluran atau sanitasi yang ada.
8. Penyedia tidak diperkenankan membuang sisa bahan bangunan ke dalam sungai atau
saluran air, dan sekaligus harus merawat saluran irigasi yang ada agar tidak
terganggu atau aliran air lancar.
9. Bilamana Penyedia menemukan bahwa saluran drainase samping atau bagian lain
dari sistem drainase yang dipakai untuk pembuangan setiap jenis bahan selain dari
pengaliran permukaan, baik oleh pekerja Penyedia maupun pihak lain, maka
Penyedia harus melaporkan kejadian tersebut kepada Direksi Pekerjaan, dan segera
mengambil tindakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan untuk
mencegah terjadinya pencemaran lebih lanjut.
n. Pembersihan Akhir
1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan bersih
dan siap untuk dipakai Pemilik. Penyedia juga harus mengembalikan bagian-bagian
dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi
semula termasuk kawasan proyek yang dimanfaatkan oleh Penyedia.
2. Pada saat pembersihan akhir, semua bagian pekerjaan fisik, instalasi, dan
perlengkapan lainnya harus diperiksa ulang untuk mengetahui kerusakan fisik yang
mungkin ditemukan sebelum pembersihan akhir. Lokasi yang diperkeras di tempat
kerja dan semua lokasi yang diperkeras untuk persiapan dan tempat kerja harus digali
dan dibersihkan. Semua permukaan lahan site maupun sekitar site lainnya kondisi
permukaannya harus dikembalikan seperti semula, bersih dan semua kotoran yang
terkumpul harus dibuang ke luar kawasan proyek.
PASAL 3
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN
3.1 Perselisihan:
1. Bila terdapat perselisihan antara Pelaksana dengan Direksi atas suatu bahan
bangunan maka Direksi harus meminta pelaksana untuk mengambil contoh bahan
yang dipertentangkan untuk dikirim ke laboratorium pemeriksaan bahan bangunan.
2. Semua biaya untuk pemeriksaan bahan-bahan bangunan menjadi tanggungan
pelaksana.
3. Contoh bahan yang sudah disetujui Direksi digunakan sebagai standar bahan-bahan
yang akan digunakan selanjutnya.
3.2 Hasil Pemeriksaan:
Sementara masih diadakan pemeriksaan bahan-bahan di laboratorium, pekerjaan boleh
berjalan terus dengan catatan, apabila ternyata bahan yang dipermasalahkan tidak
memenuhi persyaratan dimana pekerjaan harus dibongkar kembali dan diganti dengan
bahan yang disetujui oleh Direksi.
BAB II
SPESIFIKASI
PERALATAN KONTRUKSI DAN PERALATAN BANGUNAN

Didalam pembuatan Dokumen Metoda Pelaksanaan Konstruksi, pertama kali kita harus
menetapkan dan menghitung Construction Plan atas kebutuhan peralatan yang dipakai pada
suatu item pekerjaan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai jadwal pelaksanaan pekerjaan,
tentu saja sesuai dengan metode konstruksi yang paling efisien dan efektif.
Untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah sebagai berikut:
 Menghitung produksi alat per jam
 Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis item
pekerjaan. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume/luas maka dapat
dihitung jumlah alat yang diperlukan didalam menyelesaikan satu jenis item pekerjaan
sesuai jadwal waktu yang tersedia.
2.1 Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat untuk menghamparkan campuran aspal hot mix yang
dihasilkan dari alat produksi aspal yaitu Asphalt Mixing Plant [AMP] pada permukaan
jalan yang akan dikerjakan. Terdapat dua jenis Asphalt Finisher yaitu jenis crawler yang
menggunakan track dan jenis roda karet (Wheeled). Pada Asphalt Finisher jenis track,
penghamparannya lebih halus serta lebih datar dibandingkan Asphalt Finisher yang
menggunakan roda karet dengan ukuran yang sama.
2.2 Asphalt Distributor
Asphalt Distributor digunakan untuk menyemprotkan asphalt cair panas ke atas
permukaan pada pekerjaan finishing jalan, secara merata dengan kecepatan yang sama.
Asphalt Distributor merupakan alat gelar yang harus dimiliki setiap kontraktor jalan.
Asphalt Distributor dilengkapi dengan burner untuk memasak aspal. Selain itu dilengkapi
juga dengan pompa asphalt yang tahan panas untuk menyemprot aspal cair panas. Tangki
Asphalt Distributor dilengkapi dengan Heating Pipe sehingga dapat bekerja lebih optimal
dan jangkauan jarak operasi yang cukup panjang.

2.3 Dump Truck


Dump Truck digunakan sebagai alat transportasi sekaligus pengangkut berbagai macam
benda material mulai dari pasir, kerikil, hingga tanah yang dibutuhkan dalam keperluan
kontruksi serta membuang sisa hasil bongkaran galian tanah, bongkaran pedestrian dan
pembuangan hasil dari pemotongan pohon existing. Kapasitas dari Dump Truck yang
digunakan masing-masing sebesar 3,5 Ton dengan kondisi harus dalam keadaan layak
pakai.
2.4 Tandem Roller
Tandem roller adalah alat untuk memadatkan tumpukan atau tanah yang akan diratakan
hingga tanah atau tumpukan jadi padat. Dalam penyelesaiannya alat berat ini umumnya
dipakai dalam pengerjaan jalan, bagus untuk jalan tanah dan jalan dengan pengerasan
lentur atau pengerasan kaku. Alat berat ini umumnya dipakai untuk pekerjaan penggilasan
akhir, misalkan untuk pekerjaan penggilasan aspal beton supaya didapat hasil akhir
permukaan yang rata. Alat ini memberi trek yang serupa pada semasing rodanya, dan
beratnya di antara 8-14 ton, dan jika diharapkan bisa berisi air, hingga bisa menambahkan
berat 25-60%.
2.5 Tire Roller
Pada umumnya jenis alat berat tire roller ini masih bisa digunakan untuk pekerjaan
penggilasan bahan granular kemudian masih bisa digunakan untuk penggilasan lapisan
hot mix. Maka dari itu banyak kalangan menyebutkan perangkat satu ini sebagai
penggilas antara yang mana memberikan hasil lebih sempurna.
Tidak hanya itu saja, untuk bagian roda penggilasnya juga terdiri dari roda dengan bahan
dasar karet yang kemudian dipompa atau disebut penumatic. Untuk susunan roda bagian
belakang dan depannya memperlihatkan keunikan menarik karena dibuat dengan sistem
selang-seling sehingga bagian yang tak tergilas pada roda depan akan digilas langsung
oleh roda bagian belakangnya. Oleh sebab itu kenapa jenis tire roller ini bisa dikatakan
menarik dan efektif dalam proses penggilasan tanah karena memang memperlihatkan
kemampuan roda lebih efektif.
2.6 Asphalt Mixing Plant
Asphalt Mixing Plant adalah salah satu komponen penting pada struktur jalan adalah
Beton Aspal atau Laston Aspal. Laston Aspal biasa diproduksi di sebuah mesin besar
bernama Asphalt Mixing Plant/ AMP. Pengertian Asphalt Mixing Plant adalah suatu
tempat yang terdiri dari beberapa alat- alat berat dan mesin yang berfungsi untuk
memproduksi Beton Aspal / Hotmix dalam skala besar. Kapasitas produksi dari AMP
sangat tergantung dari jenis dan spesifikasi alat. Adapun jenis- jenis aspal yang bisa
diproduksi oleh Asphalt Mixing Plant antara lain AC-BC, AC-WC, Ac-Base dan lain-
lain.
Aspalt Mixing Plant (AMP) milik sendiri dilengkapi dengan Sertipikat Kelaikan Operasi,
Ijin operasi AMP dari Pemerintah setempat yang masih berlaku, berlokasi di Bali.
Jika Aspalt Mixing Plant (AMP) milik pihak lain dilengkapi dengan Surat Perjanjian
Sewa Beli Produk dari pemilik AMP mengetahui Notaris dan dilengkapi dengan
Sertipikat Kelaikan Operasi, Ijin operasi AMP dari Pemerintah setempat yang masih
berlaku, dan melampirkan Surat Pernyataan dari pemilik AMP bahwa Surat Perjanjian
tersebut tetap berlaku selama masa pelaksanaan pekerjaan, AMP tersebut berlokasi di
Bali.

Tabel 2.1 Tabel Daftar Peralatan Utama

Jumlah
No Jenis Alat Kapasitas
(unit)
1. Aspalt Finisher - 1
2. Aspalt Distributor 4000 L 1
3. Dump Truck 3,5 Ton 1
4. Tandem Roller 6-8 T 1
5. Tire Roller 8-10 T 2
6. Asphalt Mixing Plant 200-300 T 1

Tabel 2.2 Tabel Daftar Peralatan Tambahan

Jumlah
No Jenis Alat Kapasitas
(unit)
1. Excavator 80-140 HP 1
2. Pedestrian Roller - 1
3. Vibratory Roller 5-8 T 1
4. Water Tanker 3000-4500 L 1
5. Tamper - 1
6. Compressor 4000-5600 L/M 1
7. Dump Truck 10 Ton 1
8. Concreate Mixer 0,3 – 0,6 M3 1

BAB III
SPESIFIKASI PROSES / KEGIATAN
Ketentuan mengenai penerapan manajemen K3 konstruksi (Keselamatan dan kesehatan kerja)
Lingkup Pekerjaan Bagian Ini Mengatur Mengenai Pelaksanaan Program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3L) dalam Pelaksanaan Pekerjaan.
1. Pedoman Dan Standar
- Undang-undang  No. 1  tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
- Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.  Kep. 1135/MEN/1987 tentang Bendera
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
- Keputusan  Menteri  Tenaga  Kerja  R.I.  No. Kep.245/MEN/1990 tentang  Hari
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional
- Peraturan  Menteri  Tenaga Kerja  R.I. No.  Per.05/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
- Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Standard an
Pedoman Manajemen Keselamatan Konstruksi
- Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Nomor 02/IN/M/2020,
tentang Protokol Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) Dalam
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
- Standar Manajemen Mutu ISO 9001
- Standar Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja OHSAS 18001 atau
Sertifikat SMK3 Perusahaan

2. Keselamatan Kerja
- Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, penyedia
bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan
teknis serta konstruksi.
- Wajib menjaga keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan
perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi
keselamatan, dan lain-lain.
- Wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan
dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan
dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek).
- Menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di lapangan, untuk mengatasi segala
kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan.
- Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus
disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, safety helmet, masker/kedok
las terutama pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras.
- Menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas
dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak
diperkenankan, kecuali atas ijin PPK.
- Apabila terjadi kecelakaan, sesegera mungkin memberitahukan kepada Konsultan dan
mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban korban kecelakaan itu.

3. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)


- Membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
- SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi.
- Menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, dan Konsultan.

4. Sistem Manajemen K3
- Safety Health and Environmental Induction Kegiatan ini dilaksanakan setiap ada tamu
ataupun pekerja baru yang memasuki wilayah kerja proyek
- Safety Health and Environmental Talk Program ini bertujuan untuk sosialisasi dan
pembahasan mengenai seluruh permasalahan penerapan K-3L dan Lingkungan selama
masa pelaksanaan proyek. Pelaksanaan Safety talk setiap 1 minggu sekali
- Safety Health and Environmental Patrol/Inspection Kegiatan ini dilaksanakan secara
rutin, bertujuan untuk memonitor pelaksanaan K-3L di seluruh lingkungan proyek dan
menjaga konsistensi pelaksanaan K-3L.
- Safety Health and Environmental Meeting Program SHE meeting dilaksanakan
seminggu sekali dimana dalam kegiatan ini membahas permasalahan dan kejadian yang
terjadi dan rencana tindak lanjut untuk memperbaikinya serta membahas permasalahan
yang mungkin terjadi serta langkah-langkah pencegahannya.
- Safety Health and Environmental Audit Program ini dilaksanakan insidental bertujuan
untuk melakukan audit terhadap kedisiplinan dalam pelaksanaan standar K-3L di
lingkungan proyek terhadap peraturan yang diberlakukan dalam lingkungan perusahaan.
- Safety Health and Environmental Trainning Pelatihan terhadap seluruh komponen
proyek yaitu karyawan, subkon, mandor dan seluruh pekerja mengenai K-3L, P3K dan
respon terhadap keadaan darurat.
- Housekeeping Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari bertujuan untuk menjagakebersihan,
kerapihan, kenyamanan di lingkungan kerja.
TIME SCHEDULE
Kegiatan : Peningkatan Jalan
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Jasan-Timbul
JADWAL PELAKSANAAN (TIME SCHEDULE)

 
Kegiatan : Penyelenggaraan Jalan Kabupaten/Kota
Sub Kegiatan : Pelebaran Jalan Menuju Standar

No
Pekerjaan : Penigkatan Jalan Jasan-Timbul
Kabupaten : Gianyar
Tahun : 2022

 
Bulan ke 1 Bulan ke 2 Bulan ke 3 Bulan ke 4
No. Mata Uraian Perkiraan Harga Jumlah
Satuan Bobot
Pembayaran Kuantitas Satuan Harga-Harga Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4 Minggu 5 Minggu 6 Minggu 7 Minggu 8 Minggu 9 Minggu 10 Minggu 11 Minggu 12 Minggu 13 Minggu 14 Minggu 15 Minggu 16 Keterangan
(Rupiah) (Rupiah)
a b c d e f = (d x e)

DIVISI 1. UMUM
1.2 Mobilisasi LS 1.00 14,185,000.00 14,185,000.00 0.52 0.483 0.042 100
1.8 Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas 23,248,080.00 23,248,080.00 0.86 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054 0.054
1.19 Keselamatan dan Kesehatan Kerja 30,393,340.00 30,393,340.00 1.12 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070 0.070

DIVISI 2. DRAINASE

Konstruksi (RKK) :

Pekerjaan
Jenis/Type
2.1.(1) Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air M3 157.20 40,155.99 6,312,521.63 0.23 0.117 0.117

Rencana Keselamatan
DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK 75
3.1.(1) Galian Biasa M3 907.20 65,977.62 59,854,896.86 2.21 0.554 0.554 0.554 0.554
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan M2 1,779.20 10,725.51 19,082,827.39 0.71 0.353 0.353

DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR

 
 
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A M3 355.84 495,032.90 176,152,507.14 6.52 3.259 3.259
5.1.(2) Lapis Pondasi Agregat Kelas B M3 533.76 445,968.86 238,040,338.71 8.81 2.936 2.936 2.936

DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL 50


6.1 (1) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair/Emulsi Liter 1,779.20 16,247.44 28,907,445.25 1.07 1.070
6.1 (2a) Lapis Perekat - Aspal Cair/Emulsi Liter 2,654.36 16,383.89 43,488,742.26 1.61 0.885 0.724
6.3(5a).1 Laston Lapis Aus (AC-WC) tebal 4 cm Ton 537.02 1,333,896.71 716,329,211.20 26.50 26.505
6.3(6a) Laston Lapis Antara (AC-BC) Ton 838.04 1,266,876.96 1,061,693,567.56 39.28 39.283
6.3.(8) Bahan anti pengelupasan Kg 212.38 77,123.31 16,379,448.58 0.61 0.364 0.242

DIVISI 7. STRUKTUR
7.1 (9) Beton Siklop, fc’15 Mpa M3 94.32 843,411.99 79,550,618.90 2.94 0.981 0.981 0.981
7.9.(1) Pasangan Batu M3 138.00 685,543.87 94,605,054.06 3.50 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 0.583 25

DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN & PEKERJAAN LAIN-LAIN


9.2.(1) Marka Jalan Termoplastik M2 409.68 204,639.93 83,836,886.52 3.102 1.034 1.034 1.034

DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN KINERJA


10.1.(9) Perbaikan Campuran Aspal Panas M3 3.29 3,223,483.01 10,605,259.10 0.392 0.392

Identifikasi Bahaya
0

Rencan Fisik Pekerjaan Jumlah 2,702,665,745.16 100.00 0.72 1.38 2.24 2.60 2.60 3.64 3.64 3.06 3.38 3.38 0.52 41.73 27.60 1.16 1.16 1.20
0 0.72 2.10 4.34 6.94 9.53 13.18 16.82 19.88 23.26 26.65 27.16 68.89 96.48 97.64 98.80 100.00

 
 
Gianyar, 21 Maret 2022

Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum


Dan Penataan Ruang Kabupaten Gianyar/Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK)

Dampak
 
 
MADE GDE ASTAWIGUNA, ST. M.Eng
Pembina
Nip 19790805 200501 1 010

 
 
 
 

Penilaian Resiko
 
 

tas
Skala
Priori
 
 

Penetapan

Resiko K3
Pengendalian
Keker Kepar Tingkat
apan ahan Resiko
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
                 
1 DIVISI 1.              
UMUM
  Mobilisasi Kecelakaan dan 3 2 6 2 *Menyediakan
gangguan kesehatan         kantor
tenaga kerja akibat lapangan dan
tempat kerja kurang tempat tinggal
memenuhi pekerja yang
syarat memenuhi
Kecelakaan dan Cacat persyaratan
gangguan kesehatan
pekerja akibat
penyimpanan
peralatan dan bahan
atau material kurang
memenuhi syarat
  Manajemen dan Terjadinya 3 3 9 2 * Pengaturan
Keselamatan Lalu Kecelakaan Lalu lalu-lintas
Lintas lintas akibat Cacat sementara
kurangnya dengan
manajemen lalu lintas rambu-rambu
  Keselamatan dan Terjadinya 3 3 9 2 yang
Kesehatan Kerja Kecelakaan dan memenuhi
gangguan kesehatan syarat
tenaga kerja akibat Cacat
kurang memenuhi
syarat/ketentuan K3
Konstruksi
2 DIVISI 2.              
DRAINASE
  Galian untuk Kecelakaan terkena Cacat 3 1 3 3 * Jarak antar
Selokan Drainase alat gali (cangkul, penggali harus
dan Saluran Air balencong dll.) akibat dijaga agar
jarak antar penggali selalu pada
terlalu dekat jarak yang
aman
Bahaya akibat lereng Memar  3  1 3   3 * Membuat
galian longsor dan
mempertahank
an kemiringan
yang stabil

3 DIVISI 3.              
PEKERJAAN
TANAH DAN
GEOSINTETIK
  Galian Biasa Kecelakaan terkena Cacat 3 2 6 2 * Jarak antar
alat gali (cangkul,         penggali harus
balencong dll.) akibat         dijaga agar
jarak antar penggali selalu pada
terlalu jarak yang
dekat aman
* Membuat
Bahaya akibat lereng dan
galian longsor mempertahank
an kemiringan
Kecelakaan akibat yang stabil
operasional alat berat * Bila
baik di tempat lokasi penggalian
galian, transportasi dilakukan
maupun di tempat pada malah
pembuangan hari harus
menggunakan
penerangan
yang memadai
  Penyiapan badan Kecelakaan akibat Cacat 2 2 4 3 *Pengoperasia
jalan operasional alat berat         n alat berat
di tempat lokasi harus
pemadatan dilaksanakan
oleh operator
Kecelakaan akibat alat berat yang
metode penimbunan berpengalama
pada jalan tanjakan n
* Pengaturan
lalu-lintas
harus sesuai
dengan
standar
Gangguan kesehatan         * Pekerja
akibat debu yang harus selalu
timbul saat memakai
penyiraman masker dan
perlengkapan
kerja standar

4 DIVISI 4.              
PEKERJAAN
PREVENTIF
5 DIVISI 5.              
PERKERASAN
BERBUTIR
  Lapis Pondasi Terjadi kecelakaan Pingsan 2 2 4 3 *
Agregat Kelas A pada saat dump truck         Pengoperasian
menurunkan agregat         alat harus
        dilaksanakan
Terjadi iritasi pada oleh operator
kulit dan paru-paru alat berat yang
akibat debu agregat berpengalama
yang kering n
* Diadakan
Terluka oleh mesin penyiraman
penghampar (Grader) aggregat yang
karena pengoperasian telah dihampar
tidak benar sebelum
ditutup
Terjadi kecelakaan * Pemasangan
akibat tertabrak lalu rambu-rambu
lintas kendaraan dan petugas
pengatur lalu-
lintas
* Penimbunan
material harus
ditempat yang
aman atau
segera
dihampar

Terjadi kecelakaan         * Dilakukan


akibat penimbunan         pemeriksaan
material sementara,         stabilitas tanah
sebelum dihampar         terutama pada
        pinggir bahu
Kecelakaan akibat         jalan
tanah di pinggir bahu * Penyediaan
jalan tidak stabil jalan
sementara
Gangguan lalu lintas penduduk
penduduk sekitar sekitar
* Air yang
Terluka Gangguan digunakan
lalu lintas penduduk untuk
sekitar oleh peralatan penyiraman
kerja akibat jarak harus sesuai
antar pekerja terlalu ketentuan
dekat (tidak berbau
busuk, dll)
Terjadi gangguan * Mesin
kesehatan karena air penyiram
yang digunakan harus dalam
penyiraman tidak kondisi layak,
sehat operator harus
berpengalama
Terjagi kecelakaan n dan
dalam pengoperasian operasional
alat penyiram (Water mesin harus
Tanker) benar
 
  Lapis Pondasi Terjadi kecelakaan Pingsan 2 2 4 3 *
Agregat Kelas B pada saat dump truck         Pengoperasian
menurunkan agregat         alat harus
        dilaksanakan
Terjadi iritasi pada oleh operator
kulit dan paru-paru alat berat yang
akibat debu agregat berpengalama
yang kering n
* Diadakan
Terluka oleh mesin penyiraman
penghampar (Grader) aggregat yang
karena pengoperasian telah dihampar
tidak benar sebelum
ditutup
Terjadi kecelakaan * Pemasangan
akibat tertabrak lalu rambu-rambu
lintas kendaraan dan petugas
pengatur lalu-
lintas
* Penimbunan
material harus
ditempat yang
aman atau
segera
dihampar
Terjadi kecelakaan         * Dilakukan
akibat penimbunan         pemeriksaan
material sementara,         stabilitas tanah
sebelum dihampar         terutama pada
        pinggir bahu
Kecelakaan akibat         jalan
tanah di pinggir bahu * Penyediaan
jalan tidak stabil jalan
sementara
Gangguan lalu lintas penduduk
penduduk sekitar sekitar
* Air yang
Terluka Gangguan digunakan
lalu lintas penduduk untuk
sekitar oleh peralatan penyiraman
kerja akibat jarak harus sesuai
antar pekerja terlalu ketentuan
dekat (tidak berbau
busuk, dll)
Terjadi gangguan * Mesin
kesehatan karena air penyiram
yang digunakan harus dalam
penyiraman tidak kondisi layak,
sehat operator harus
berpengalama
Terjagi kecelakaan n dan
dalam pengoperasian operasional
alat penyiram (Water mesin harus
Tanker) benar
 

6 DIVISI 6.              
PERKERASAN
ASPAL
  Lapis Resap Terluka oleh percikan Cacat 2 2 4 3 * Petugas
Pengikat - Aspal aspal panas         harus
Cair/Emulsi memakai
Terjadi iritasi pada peralatan dan
mata, kulit dan paru- perlengkapan
paru akibat uap dan kerja standar
panas dari aspal * Pekerja
harus
menggunakan
kacamata dan
masker untuk
mencegah
iritasi mata
dan paru-paru
Terjadi kerusakan         * Membuat
pada pohon, struktur         pengaman
atau bangunan yang         untuk
berdekatan dengan         menghindari
lokasi         kerusakan
dari percikan aspal pada pohon,
dan kerusakan struktur atau
lainnya bangunan
yang
Terluka oleh pipa alat berdekatan
penyemprot pada dengan lokasi
kondisi yang panas dari percikan
aspal dan
Terluka oleh mesin, kerusakan
tangki dan pompa lainnya
aspal * Menjaga
agar tidak ada
Lalu lintas kendaraan orang luar atau
terganggu pekerja yang
tidak ahli pada
Terluka akibat jarak waktu mesin
antar pekerja yang penyemprotan
sedang bekerja dari pompa
kurang memadai atau aspal bekerja
tidak pada * Mengatur
jarak yang aman lalu lintas agar
tetap berjalan
dengan lancar
dengan cara
mengerjakan
pekerjaan
setengah
bagian terlebih
dahulu
* Senantiasa
menjaga jarak
aman antara
pekerja satu
dan pekerja
lainnya
 
  Lapis Perekat - Terluka oleh percikan Cacat 2 2 4 3 * Petugas
Aspal Cair/Emulsi aspal panas harus
memakai
peralatan dan
perlengkapan
kerja standar
Terjadi iritasi pada         * Pekerja
mata, kulit dan paru-         harus
paru akibat uap dan         menggunakan
panas dari aspal         kacamata dan
        masker untuk
Terjadi kerusakan         mencegah
pada pohon, struktur iritasi mata
atau bangunan yang dan paru-paru
berdekatan dengan * Membuat
lokasi pengaman
dari percikan aspal untuk
dan kerusakan menghindari
lainnya kerusakan
pada pohon,
Terluka oleh pipa alat struktur atau
penyemprot pada bangunan
kondisi yang panas yang
berdekatan
Terluka oleh mesin, dengan lokasi
tangki dan pompa dari percikan
aspal aspal dan
kerusakan
Lalu lintas kendaraan lainnya
terganggu * Menjaga
agar tidak ada
Terluka akibat jarak orang luar atau
antar pekerja yang pekerja yang
sedang bekerja tidak ahli pada
kurang memadai atau waktu mesin
tidak pada penyemprotan
jarak yang aman dari pompa
aspal bekerja
* Mengatur
lalu lintas agar
tetap berjalan
dengan lancar
dengan cara
mengerjakan
pekerjaan
setengah
bagian terlebih
dahulu
* Senantiasa
menjaga jarak
aman antara
pekerja satu
dan pekerja
lainnya
 
  Laston Lapis Aus Terluka oleh percikan Cacat 2 2 4 3 * Petugas
(AC-WC) aspal panas         pembakar
Terluka oleh         harus
Compressor waktu         mengenakan
menyapu perkerasan pakaian dan
lama perlengkapan
Terjadi iritasi standar
terhadap mata, kulit (sepatu boot,
dan paru-paru akibat sarung tangan
uap dan panas dari dan masker)
aspal *
Terluka oleh mesin Menggunakan
penghampar aspal kacamata dan
(Finisher) masker untuk
mencegah
iritasi mata
dan paru-paru
akibat asap
dan panas dari
api
pembakaran
dan aspal
* Menjaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
berada di
tempat
penghamparan
ketika mesin
hampar aspal
(Finisher)
bekerja
menhampar
hotmix di
lokasi
pekerjaan
* Menjaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
berada di
tempat dump
truck sedang
menuangkan
hotmix ke
dalam finisher
di lokasi
pekerjaan
Terluka oleh Dump         * Memasang
Truck sewaktu         rambu-rambu
menuangkan Hotmix         sementara dan
ke dalam Finisher         mengatur lalu
Terjadi gangguan lalu         lintas agar
lintas tetap berjalan
Terjadi kecelakaan dengan lancar
atau terluka akibat dengan cara
jarak antar pekerja mengerjkan
terlalu dekat pekerjan
Terluka oleh mesin setengah
pemadat aspal bagian terlebih
(Tandem Roller dan dahulu
Pneumatic Tire * Menjaga
Roller) agar tidak ada
Kecelakaan oleh orang luar
karena jarak antar maupun
pekerja yang terlalu pekerja lain
dekat berada di
tempat
pemadatan
ketika mesin
pemadat aspal
(tandem)
bekerja
memadatkan
hotmix di
lokasi
pekerjaan
* Menjaga dan
mempertahank
an jarak yang
aman antara
pkerja yang
satu dengan
yang lain
 

  Laston Lapis Terluka oleh percikan Cacat 2 2 4 3 * Petugas


Antara (AC-BC) aspal panas         pembakar
Terluka oleh         harus
Compressor waktu         mengenakan
menyapu perkerasan pakaian dan
lama perlengkapan
Terjadi iritasi standar
terhadap mata, kulit (sepatu boot,
dan paru-paru akibat sarung tangan
uap dan panas dari dan masker)
aspal
Terluka oleh mesin
penghampar aspal
(Finisher)
*
Menggunakan
kacamata dan
masker untuk
mencegah
iritasi mata
dan paru-paru
akibat asap
dan panas dari
api
pembakaran
dan aspal
* Menjaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
berada di
tempat
penghamparan
ketika mesin
hampar aspal
(Finisher)
bekerja
menhampar
hotmix di
lokasi
pekerjaan
* Menjaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
berada di
tempat dump
truck sedang
menuangkan
hotmix ke
dalam finisher
di lokasi
pekerjaan
Terluka oleh Dump         * Memasang
Truck sewaktu         rambu-rambu
menuangkan Hotmix         sementara dan
ke dalam Finisher         mengatur lalu
Terjadi gangguan lalu         lintas agar
lintas tetap berjalan
Terjadi kecelakaan dengan lancar
atau terluka akibat dengan cara
jarak antar pekerja mengerjkan
terlalu dekat pekerjan
Terluka oleh mesin setengah
pemadat aspal bagian terlebih
(Tandem Roller dan dahulu
Pneumatic Tire
Roller)
Kecelakaan oleh
karena jarak antar
pekerja yang terlalu
dekat
* Menjaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
berada di
tempat
pemadatan
ketika mesin
pemadat aspal
(tandem)
bekerja
memadatkan
hotmix di
lokasi
pekerjaan
* Menjaga dan
mempertahank
an jarak yang
aman antara
pkerja yang
satu dengan
yang lain

  Bahan Anti Terjadi iritasi Cacat 1 1 1 3 * Petugas


Pengelupasan terhadap mata, kulit pembakar
dan paru-paru akibat harus
uap dan panas dari mengenakan
aspal pakaian dan
perlengkapan
standar
(sepatu boot,
sarung tangan,
kaca mata dan
masker)
7 DIVISI 7.              
STRUKTUR
  Beton Siklop, Gangguan kesehatan Cacat 3 2 6 2 * Pekerja yang
fc’15 Mpa atau gangguan fisik         melaksanakan
akibat pekerja tidak         harus terampil
memakai         dan harus
perlengkapan memakai
kerja yang sesuai perlengkapan
dengan syarat kerja yang
sesuai (sarung
Kecelakaan akibat tangan, sepatu
concrete mixer (kena boot dan
rantai, roda pemutar helm) serta
dll) memenuhi
syarat
Tertimpa pengaduk * Semua gigi
beton ketika alat dan rantai-
tersebut sedang rantai dan roda
diangkat pemutar dari
pengaduk
Terjatuh dari tempat beton harus
pengecoran dilindungi
sedemikian
sehingga aman
* Penyangga
pengaduk
beton harus
dilindungi
oleh pagar
pengaman
untuk
mencegah
para pekerja
lewat
dibawahnya
ketika alat
yang
bersangkutan
sedang
diangkat
*Operator
mixer beton
tidak
diperkenankan
menurunkan
penyangga
sebelum
semua pekerja
berada di
tempat yang
aman
Terluka akibat         * Ketika beton
membersihkan         sedang
tabung pengaduk         dituang dari
beton         bak muatan,
pekerja harus
Terluka akibat berada pada
terkena percikan jarak yang
beton pada saat aman terhadap
menuangkan beton setiap
dari pengadukbeton percikan beton
* Pelasanaan
Terjadi gangguan pencampuran
pada mata dan aggregate,
pendengaran akibat semen dan air
getaran vibrator dan harus tidak
debu pada menimbulkan
saat mencampur debu yang
semen, agregat dan beterbangan,
air pekerja harus
menggunakan
Terluka akibat arus masker
pendek atau tersengat pernafasan
aliran listrik ketika
* Pekerja yang
menggunakan
menggunakan
vibrator
vibrator listrik
listrik
harus ahli dan
berpengalama
n di bidangnya
* Selama
pengecoran
pan acuan dan
penumpunya
harus dicegah
terhadap
kerusakan

Luka akibat         *
penggunaan vibrator         Pengoperasian
Gangguan kesehatan         alat pengaduk,
oleh debu akibat         penggetar dan
pencampuran beton water tanker
harus
Kecelakaan akibat dilakukanoleh
robohnya cor beton orang yang
ahli dan
Terjadi kecelakaan berpengalama
akibat proses n dan harus
penumpahan adukan selalu dijaga
beton, pengadukan agar tidak ada
beton, alat orang luar
penggetar dan water maupun
tanker pekerja lain
yang tidak
berkepentinga
n berada di
tempat
pengecoran
beton
* Menyiapkan
penerangan
apabila harus
bekerja pada
malam hari
* Lantai kerja
sementara
yang menahan
pipa pemompa
beton harus
kuat untuk
menumpu pipa
yang sedang
berisi dan
mempunyai
pengaman
sedikitnya 4
 

  Pasangan Batu Gangguan kesehatan   Iritasi 2 1 2 3 * Pekerja yang


atau gangguan fisik           melaksanakan
akibat pekerja tidak           harus terampil
memakai           dan harus
perlengkapan         memakai
kerja yang sesuai perlengkapan
dengan syarat kerja yang
sesuai (sarung
Kecelakaan akibat tangan, sepatu
concrete mixer (kena boot dan
rantai, roda pemutar helm) serta
dll) memenuhi
syarat
Tertimpa pengaduk * Semua gigi
beton ketika alat dan rantai-
tersebut sedang rantai dan roda
diangkat pemutar dari
pengaduk
Gangguan kesehatan mortar harus
oleh debu akibat dilindungi
pencampuran adukan sedemikian
mortar sehingga aman
*
Terjadi kecelakaan Pengoperasian
akibat proses alat pengaduk,
penumpahan adukan penggetar dan
mortar, pengadukan water tanker
mortar harus
dilakukanoleh
orang yang
ahli dan
berpengalama
n dan harus
selalu dijaga
agar tidak ada
orang luar
maupun
pekerja lain
yang tidak
berkepentinga
n berada di
tempat
pengecoran
beton
* Menyiapkan
penerangan
apabila harus
bekerja pada
malam hari
 

8 DIVISI 8.              
REHABILITASI
JEMBATAN
9 DIVISI 9.              
PEKERJAAN
HARIAN DAN
PEKERJAAN
LAIN-LAIN
  Marka Jalan Kecelakaan atau  Kulit 2 2 4 3 * Pekerja
Termoplastik tertabrak oleh Melepuh harus terampil
kendaraan yang dan
melintas berpengalama
n di
bidangnya.
Pekerja harus
memakai
pakaian dan
perlengkapan
seperti sarung
tangan, sepatu
boot dan helm
yang sesuai
dengan
standar
Terjadi gangguan           * Memasang
terhadap lalu lintas           rambu-rambu
kendaraan           pada lokasi
          pekerjaan
Terjadi iritasi pada           untuk
kulit, mata dan paru-           melindungi
paru akibat debu dari personel yang
pembersihan/ bekerja dari
penyemprotan kendaraan
permukaan yang melintasi
perkerasan/permukaa proyek dan
n jalan menempatkan
petugas
Terluka oleh bendera di
Compressor/sikat semua tempat
mekanis pada waktu kegiatan
membersihkan pelaksanaan
perkerasan / * Penggunaan
permukaan jalan alat-alat
pembersih
Kecelakaan akibat permukaan
jarak antar pekerja perkerasan
terlalu dekat dilakukan oleh
orang yang
Terjadi Luka ahli dan
bakar/gatal/noda pada berpengalama
tangan/kaki n di
bidangnya.
Terluka akibat alat Pekerja harus
penyemprotan/alat menggunakan
mekanis pengecatan tutup telinga
* Jika
penyemprotan
dilakukan
malam hari
maka harus
mempunyai
penerangan
dan
pengamanan
yang cukup
* Alat-alat
pengecatan/
penyemprot
harus
dioperasikan
oleh orang
yang terampil
dan
berpengalama
n di bidangnya
 

10 DIVISI 10.              
PEKERJAAN
PEMELIHARA
AN KINERJA
  Perbaikan Terluka oleh percikan Cacat 2 2 4 3 * Petugas
Campuran Aspal aspal panas         pembakar
Panas Terluka oleh         harus
Compressor waktu         mengenakan
menyapu perkerasan pakaian dan
lama perlengkapan
Terjadi iritasi standar
terhadap mata, kulit (sepatu boot,
dan paru-paru akibat sarung tangan
uap dan panas dari dan masker)
aspal
Terluka oleh mesin
penghampar aspal

BAB IV
SPESIFIKASI
METODE KONSTRUKSI
4.1. UMUM
4.1.1. Strategi Pelaksanaan dengan memanfaatkan waktu pelaksanaan
Strategi pelaksanaan untuk memanfaatkan waktu pelaksanaan agar dioptimalkan
dengan berbagai cara dari mulai proses lembur sampai dengan mendatangkan barang
atau alat yang spesifik sehingga pelaksanaan proyek tetap berjalan. Strategi
percepatan proyek identik dengan risiko respons dalam risiko management. Hanya
saja pada risiko yang telah terjadi. Strategi diterapkan berdasarkan prioritas jika faktor
yang menyebabkan keterlambatan proyek jumlahnya cukup banyak. Dengan melihat
karakteristik khusus proyek konstruksi dan faktor yang menyebabkan keterlambatan
proyek, berdasarkan pengalaman diusulkan rekomendasi strategi dalam melakukan
percepatan proyek konstruksi, yaitu:
- Dalam situasi krisis terhadap waktu, Jalur kritis harus dikomunikasikan dan
disepakati oleh Tim proyek.
- Menjaga kedisiplinan Tim proyek. Kedisiplinan akan mempengaruhi suasana kerja
di proyek.
- Melakukan rapat harian yang membahas segala hal terkait usaha untuk menjaga
agar proyek dapat diselesaikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Rapat harian
harus dihadiri oleh Pejabat proyek yang mampu mengambil keputusan atas suatu
masalah. Jangan pernah mengulur pengambilan keputusan pada rapat harian saat
proyek mengalami krisis. Rapat harian harus dihadiri oleh Tim proyek terkait,
Mandor.
- Aktif menggali informasi mengenai potensi masalah kepada mandor. Hal ini agar
masalah yang berpotensi terjadi dapat diantisipasi lebih dini
- Melakukan update yang rutin atas jalur kritis (CPM). Semakin sering akan semakin
baik. Dapat pula membuat simulasi-simulasi atas rencana-rencana proyek agar
didapatkan strategi yang paling efisien dan efektif.
- Selalu memberikan motivasi yang terbaik kepada karyawan dan pekerja agar
attitude dan mental kerja lebih baik.
- Menambah jam kerja dengan lembur.
- Menambah Personil proyek agar dapat meningkatkan pengawasan.
- Menjaga kualitas pekerjaan. Kualitas yang tidak baik menyebabkan pengulangan
pekerjaan.
- Memastikan ketersediaan dana dan mengusahakan dana pendamping untuk hal-hal
yang bersifat emergency.
- Membantu mempercepat proses penagihan termin
- Aktif berkomunikasi dengan Owner dan Pengawas pekerjaan mengenai strategi
percepatan proyek. Usahakan untuk mendapatkan dukungan mereka.
- Memberikan reward atas tercapainya setiap tahapan milestone kepada tim proyek,
dan kepada pekerja.
- Tim proyek harus fokus terhadap Safety. Kecelakaan akan membuat loss time.
- Menempatkan personil khusus yang memonitor proses dan dokumen administrasi
vendor. Sering kali pekerjaan di lapangan terhambat oleh masalah prosedur
administrasi.
4.1.2. Penyediaan Stock Yard
Pekerjaan ini bertujuan untuk memperlancar pelaksanaan pekerjaan dimana
diperlukan tempat stok material/bahan ataupun tempat sementara alat–alat berat.
Penyediaan lahan ini utamanya diperuntukkan sebagai tempat penempatan sementara
beton pracetak yang diangkut dari pabrik, sehingga tidak menggangu areal kerja.
Lahan Stock Yard diupayakan tertutup pagar keliling menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan dan dalam kondisi aman
4.1.3. Tes Material dan Tes Pit
Semua tes material harus dilaksanakan di laboratorium dan disaksikan/disetujui oleh
konsultan supervisi.
Pekerjaan Tes Pit adalah pembongkaran tanah pada lokasi atau titik sebelum
dilakukan penggalian tanah untuk konstruksi. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk
mengetahui utilitas yang ada di bawah permukaan tanah atau jalan dan mengetahui
struktur tanah sehingga nantinya tidak mengganggu dalam pekerjaan galian maupun
pekerjaan lainnya. Prosedur Pelaksanaan:
a. Pekerjaan Tes Pit dilakukan pada lokasi pekerjaan atau sesuai yang ditunjuk oleh
Direksi / Pemberi Kerja untuk mengetahui utilitas yang ada di bawah tanah dan
struktur tanah.
b. Ukuran pekerjaan Tes Pit adalah 1 m x 2 m x 2 m atau sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan atau sampai batas ukuran pelaksana pekerjaan dapat bergerak dengan
leluasa.
c. Jika tanahnya mudah runtuh, maka harus dibuat dinding penahan pada areal
pekerjaan tersebut.
d. Jika terdapat air tanah dangkal, maka harus dibuang atau dipompa.
e. Pembongkaran tanah dilakukan sedalam kurang lebih 2 m atau sampai tidak
adanya gangguan dalam tanah/gangguan yang menghambat pekerjaan galian.
Lubang Tes Pit harus diamankan dengan cara ditimbun kembali atau dikembalikan ke
bentuk semula
4.1.4. Sosialisai terhadap masyarakat
Sosialisasi terhadap masyarakat di sekitar lokasi tentang adanya proyek dan Tujuan
Dibuatnya Proyek tersebut kepada warga masyarakat yang ada disekitar proyek
tersebut.
4.1.5. Sampel Material/Contoh Material
Sebelum bekerja penyedia agar memberikan contoh material yang digunakan untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi dan pengawas lapangan.
4.1.6. Pemilihan dan Pengujian Material
Untuk pemilihan material agar penyedia bersama dengan konsultan dan pihak owner,
material yang dipakai harus sesuai dengan spesifikasi teknis didalam dokumen.
Setelah pemilihan material selesai dilanjutkan dengan pengujian material, material
yang dipakai terlebih dahulu diuji mutu dan kekuatanya baru digunakan atau
diaplikasikan dilapangan.
4.1.7. Mutual Check
Pekerjaan surveying harus segera dilaksanakan dan biasanya terdiri dari longitudinal
crossection survey. Hasil dari mutual check 0% harus diselesaikan dulu bersama
pengawas pekerjaan, sebelum datanya dijadikan pedoman pembuatan shop drawing.

4.1.8. Addendum
Pelaksanaan addendum diperlukan apabila dilapangan kiranya perlu penambahan item
pekerjaan dan harga baru untuk menyempurnakan pekerjaan tersebut, penambahan
waktu pelaksaan akibat dari bencana alam,
4.1.9. Perijinan
Proses perijinan dilaksanakan sebelum memulai pekerjaan dan setelah mendapat
persetujuan dari konsultan dan direksi teknis baru dilaksanakan proses pelaksanaan
pekerjaan.
4.1.10. Sample Material/Contoh Material
Sebelum bekerja penyedia agar memberikan contoh material yang akan digunakan
untuk mendapatkan persetujuan dari direksi dan pengawas lapangan.
4.1.11. Tes Material
Semua test material harus dilaksanakan di laboratorium dan disaksikan/disetujui oleh
konsultan supervisi.
4.1.12. Alat dan Peralatan Kerja Pemborong
Semua alat dan peralatan kerja semua disediakan diawal proyek sehingga tidak
menghambat pada waktu pelaksanaanya.
4.1.13. Pengukuran
Pengukuran dilaksanakan diawal proyek untuk rekayasa lapangan dan diakhir proyek
untuk membuat back up data final dan as build drawing.
4.1.14. Gambar Kerja, shop drawing dan back up data
Pembuatan gambar kerja (shop drawing) sesuai dengan hasil pengukuran dilapangan
yang dilengkapi dengan back up data sehingga memudahkan memulai pekerjaan
dilapangan.
4.1.15. Ketentuan gambar kerja;
Sebelum memulai pekerjaan di lapangan, penyedia terlebih dahulu harus membuat
gambar kerja (shop drawing) yang kemudian diperiksa dan disetujui oleh konsultan
pengawas dan direksi pekerjaan. Gambar kerja tersebut akan dipakai acuan untuk
pelaksanaan di lapangan

4.1.16. Penyimpanan material/penempatan material.


Tempat menyimpan material sangat penting disediakan untuk memperlancar kegiatan
tersebut mengingat lokasi pekerjaan yang ada maka penempatan material harus diatur
dengan baik.
4.1.17. Job Mix Formula (JMF)
Setelah test material, segera dilaksanakan pembuatan job mix formula terutama untuk
pekerjaan beton, pekerjaan pasangan dengan mortar, pekerjaan Aspal.
4.1.18. Membuat Dokumentasi
Membuat dokumentasi tiap progress dilapangan selalu diambil yaitu dari 0 %, 25%,
50%, 75% sampai dengan 100%
4.1.19. Penyediaan Air Bersih
Air bersih diperoleh dari air PDAM atau sumber air lainnya dimana harus memenuhi
persyaratan spesifikasi sebagai air untuk campuran beton. Jaminan ketersediaan air
diantisipasi dengan membuat tampungan air di dekat lokasi pekerjaan, yang mana
pengisian dilakukan melalui sarana Water Tanker.
4.1.20. Proteksi terhadap lingkungan
Pengamanan terhadap lokasi pekerjaan yang masih dipakai, penting dilakukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan fatal, maka perlu dilakukan pengamanan antara lain
Memasang papan peringatan dan papan larangan pada tempat-tempat tertentu yang
mudah terlihat yang riskan akan terjadinya kecelakaan.
a. Menyediakan tempat MCK untuk para pekerja.
b. Hasil dari setiap galian dan sisa material yang sudah tidak terpakai agar langsung
dibuang, guna untuk mengedepankan kebersihan ditempat bekerja.
c. Memasang Pagar pelindung disekitar area proyek.
d. Disiplin administrasi terhadap aturan desa yang berlaku terhadap semua elemen
yang terlibat dalam pekerjaan seperti kipem tenaga, dll.
e. Jika terdapat pekerjaan galian segera diberikan rambu dan tanda bahaya.
f. Setelah selesai pekerjaan material yang sudah tidak terpakai lagi dibersihkan dari
areal proyek sehingga tidak menganggu akses material.

4.2. PENYSUNAN RENCANA KERJA DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA

4.2.1. Penyusunan Rencana Kerja

Pada tahap persipan pelaksanaan proyek maka harus disiapkan sarana dan prasarana
yang meliputi pembuatan dokumen rencana pelaksanaan proyek dan rencana
persiapan fisik di lapangan untuk mendukung dimulainya pelaksanaan proyek menjadi
lebih lancer. Rencana pelaksanaan proyek menjadi sangat penting dan menjadi standar
atau pedoman untuk kesuksesan pelaksananaan di lapangan demi tercapainya
pengendalian biaya, mutu dan waktu sesuai target yang direncanakan.

Rencana pelaksanaan proyek terdiri dari:

- Organisasi proyek.

- Jadwal Pelaksanaan Proyek dan Jadwal Pengadaan Sumber Daya

- Metode Pelaksanaan

- Survey Lapangan

- Mobilisasi dan Site Plan


- Penyusunan RK3K

- Rencana pengelolaan lingkungan (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan


(RPL)

4.2.2. Penyusunan Kebutuhan Sumber Daya

Manajemen dalam menyelenggarakan proyek tergantung dari dua factor utama yaitu
sumber daya dan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen seperti
diketahui antara lain dirumuskan sebagai POAC, yaitu Planning, Organizing,
Actuating dan Controlling. Sedangkan sumber Daya biasanya diuraikan 4M yaitu
Man (Manusia, Tenaga Kerja), Money (Uang), Material (Bahan), Machine
(Peralatan). Untuk menyusun metode konstruksi yang lengkap diperlukan data dan
analisa kebutuhan sumber daya tenaga kerja, bahan yang dipakai dan paling penting
adalah daftar kebutuhan peralatan.

4.2.3. Kebutuhan Tenaga Kerja

Disini kita menganalisa dan menyusun kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan
suatu detail item pekerjaan dan selanjutnya dibuatkan jadwal kebutuhan tenaga kerja.

Jadwal tersebut antara lain:

- Rincian item pekerjaan secara detail

- Rencana waktu pelaksanaan proyek

- Rincian waktu pelaksanaan pekerjaan per item pekerjaan

- Rincian jumlah pekerja untuk melaksanakan suatu item pekerjaan pada waktu
tertentu.

4.2.4. Kebutuhan Bahan

Sebelum kita menghitung kebutuhan bahan, setelah kita mempelajari spesifikasi


teknis dan metode yang dipakai, maka kite perlu mengadakan survey dan penelitian
bahan lokal yang memenuhi syarat untuk digunakan, juga sangat penting adalah
waktu pengadaan bahan. Setelah kita mendapatkan jumlah bahan untuk
menyelesaikan suatu item pekerjaan dengan spesifikasi tertentu, maka kita harus
membuat jadwal kebutuhan bahan, terdiri dari:

- Rincian item pekerjaan secara detail

- Rencana waktu pelaksanaan proyek

- Rencana waktu pelaksanaan per item pekerjaan, rincian jumlah/volume bahan


dengan spesifikasi tertentu untuk melaksanakan item pekerjaan tersebut pada
waktu tertentu.

4.2.5. Kebutuhan Peralatan Proyek

Didalam pembuatan dokumen- metode plekasanaan kostruksi, pertama kali kita harus
menetapkan dan menghitung construction plan atas kebutuhan alat berat yang dipakai
pada suatu item pekerjaan berdasarkan berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai
jadwal pelaksanaan pekerjaan, untuk perhitungan kebutuhan peralatan proyek adalah
sebagai berikut:

- Menghitung produksi alat per jam

- Menghitung waktu operasi tiap jenis peralatan didalam menyelesaikan suatu jenis
item pekerjaabn. Dengan dibandingkan produksi alat per satuan volume/luas maka
dapat dihitung jumlah alat yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu item
pekerjaan.

4.3. METODE PELAKSANAAN

4.3.1. Persiapan Lapangan

Pada tahap persiapan lapangan, aktifitas-aktifitas konstruksi antara lain meliputi hal-
hal dibawah ini:

 Fasilitas Lapangan Konstruksi

- Kantor kontraktor dan direksi keet


- Papan nama proyek

- Gudang material dan peralatan

 Mobilisasi

 Acces road

 Mutual check

 Test material

 Job mix formula (JMF)

 Dokumentasi

 Pengukuran/uitzet

4.3.2. Divisi 1. Umum

4.3.2.1. Mobilisasi & Demobilisasi

Sebelum memulai pekerjaan, atas persetujuan direksi terlebih dahulu dilakukan


mobilisasi alat yang digunakan dalam pekerjaan seperti: Galian tanah berbatu
dengan alat berat excavator. Untuk demobilisasi atau pemulangan alat excavator ke
besecamp. Selain itu pada pekerjaan persiapan awal ini yang paling penting adalah
mempelajari situasi lapangan dan melengkapi persyaratan yang sudah
ditentukan dalam bestek, untuk pertama pemasangan plang proyek selanjutnya
memulai pengukuran pada lokasi
pekerjaan, yaitu berupa situasi, potongan memanjang, potongan melintan, yang
dituangkan dalam gambar, termasuk gambar konstruksi, yang disesuaikan  dengan
lapangan, dan  disertai dengan foto dokumentasi, juga   gambar-gambar kerja (shop
Drawing). Pada bagian-bagian konstruksi yang kurang jelas harus diperjelas.

Kemudian perlu diadakan   koordinasi dengan pihak proyek beserta masyarakat


setempat (pemuka masyarkat setempat), guna dapat membicarakan masalah-
masalah yang mungkin timbul apabila pekerjaan ini dimulai, baik menyangkut
teknis maupun non teknis.

4.3.2.2. Manajemen Keselamatan Lalu Lintas

Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan Jalan setiap tahapan pekerjaan yang


akan dilaksanakan mulai dari awal. Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir
kegiatan di lapangan diusahakan tidak mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus
lalu lintas yang terhambat akibat adanya kegiatan proyek akan merugikan
pengguna jalan raya.

 Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi sesuai


ketentuan.
 Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan dan
koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
 Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di lapangan.
 Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya
secara tepat dan benar.
 Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan mengarahkan
arus lalu lintas.
 Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
-  Rambu penghalang lalu lintas jenis plastik
-  Rambu peringatan
-  Peralatan komunikasi dan lainnya
 Tenaga yang terdiri dari:
-  Pekerja
- Koordinator
 Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan sepanjang daerah galian,
tujuannya agar lalu lintas tidak masuk atau terperosok ke dalam daerah galian.
Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan pantulan cahaya,
guna menghindari kecelakaan di malam hari.

4.3.2.3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


1) Fasilitas Pencucian
Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas pencucian yang memadai dan
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan untuk seluruh pekerja konstruksi.
Fasilitas pencucian termasuk penyediaan air panas dan zat pembersih untuk
kondisi berikut ini:
- Jika pekerja beresiko terpapar kontaminasi kulit yang diakibatkan oleh zat
beracun, zat yang menyebabkan infeksi dan iritasi atau zat sensitif lainnya;
- Jika pekerja menangani bahan yang sulit dicuci dari kulit jika menggunakan
airdingin;
- Jika pekerja harus membersihkan seluruh badannya;
- Jika pekerja terpapar pada kondisi panas atau dingin yang berlebih, atau
bekerjapada kondisi basah yang tidak biasa sehingga menyebabkan para
pekerja harus membersihkan seluruh badannya, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan pancuran air (shower) dengan jumlah yang memadai.
- Untuk kondisi normal, Penyedia Jasa harus menyediakan pancuran air
untuk mandi dengan jumlah sekurang-kurangnya satu untuk setiap 15
orang.

2) Fasilitas Sanitasi
a)Penyedia Jasa harus menyediakan toilet yang memadai baik toilet khusus
pria maupun toilet khusus wanita yang diperkerjakan di dalam atau di
sekitar tempat kerja.
b)Jika Penyedia Jasa mempekerjakan lebih dari 15 orang tenaga kerja, maka
persyaratan minimumnya adalah:
i). Satu peturasan untuk jumlah pekerja 15 orang, apabila jumlah pekerja
lebih dari 15 orang sampai dengan tambahan 30 orang maka harus
ditambah satu peturasan;
ii). Satu kloset untuk jumlah pekerja kurang dari 15 orang, apabila jumlah
pekerja lebih dari 15 orang sampai dengan tambahan 30 orang maka
harus ditambah satu kloset.
c)Jika Penyedia Jasa mempekerjakan wanita, toilet harus disertai fasilitas
pembuangan pembalut wanita.
d)Toilet pria dan wanita harus dipisahkan dengan dinding tertutup penuh.
Toilet harus mudah diakses, mempunyai penerangan dan ventilasi yang
cukup, dan terlindung dari cuaca. Jika toilet berada di luar, harus disediakan
jalur jalan kaki yang baik dengan penerangan yang memadai di sepanjang
jalur tersebut. Toilet harus dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehinga
dapat menjaga privasi orang yang menggunakannya dan terbuat dari bahan
yang mudah dibersihkan.
e)Penyedia Jasa dapat menyediakan satu toilet jika: setiap jumlah pria dan
setiap jumlah wanita kurang dari 10 orang; toilet benar-benar tertutup;
mempunyai kunci dalam; tersedia fasilitas pembuangan pembalut wanita;
tidak terdapat urinal di dalam toilet tersebut.

3) Air Minum
Penyedia Jasa harus menyediakan pasokan air minum yang memadai bagi
seluruh pekerja dengan persyaratan:
- Mudah diakses oleh seluruh pekerja dan diberi label yang jelas sebagai
airminum;
- Kontainer untuk air minum harus memenuhi standar kesehatan yang
berlaku;
- Jika disimpan dalam kontainer, kontainer harus: bersih dan terlindungi dari
kontaminasi dan panas; harus dikosongkan dan diisi air minum setiap hari
dari sumber yang memenuhi standar kesehatan.
4) Fasilitas Pertolongan Pertama pada Kecelakaan(P3K)
a)Peralatan P3K harus tersedia dalam seluruh kendaraan konstruksi dan di
tempat kerja.
b)Di tempat kerja harus selalu terdapat pekerja yang sudah terlatih dan/atau
bertanggung jawab dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
5) Akomodasi untuk Makan dan Baju
a)Akomodasi yang memadai bagi pekerja harus disediakan oleh Penyedia
Jasa sebagai tempat untuk makan, istirahat, dan perlindungan dari cuaca.
b)Akomodasi tersebut harus mempunyai lantai yang bersih, dilengkapi meja
dan kursi, serta furnitur lainnya untuk menjamin tersedianya tempat
istirahat makan dan perlindungan dari cuaca.
c)Tempat sampah harus disediakan, dikosongkan dan dibersihkan secara
periodik.
d)Tempat ganti baju untuk pekerja dan tempat penyimpanan pakaian yang
tidak digunakan selama bekerja harus disediakan. Setiap pekerja harus
disediakan lemari penyimpan pakaian (locker)
6) Penerangan
a)Penerangan harus disediakan di seluruh tempat kerja, termasuk di ruangan,
jalan, jalan penghubung, tangga dan gang. Semua penerangan harus dapat
dinyalakan ketika setiap orang melewati atau menggunakannya.
b)Penerangan tambahan harus disediakan untuk pekerjaan detil, proses
berbahaya, atau jika menggunakan mesin.
c)Penerangan darurat yang memadai juga harus disediakan.
7) Pemeliharaan Fasilitas
Penyedia Jasa harus menjamin terlaksananya pemeliharaan fasilitas-fasilitas
yang disediakan dalam kondisi bersih dan higienis, serta dapat diakses secara
nyaman oleh pekerja.
8) Ventilasi
a)Seluruh tempat kerja harus mempunyai aliran udara yang bersih.
b)Pada kondisi tempat kerja yang sangat berdebu misalnya tempat pemotongan
beton, penggunaan bahan kimia berbahaya seperti perekat, dan pada kondisi
lainnya, Penyedia Jasa harus menyediakan alat pelindung nafas seperti
respirator dan pelindung mata.

4.3.3. Divisi 2. Drainase


4.3.3.1. Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air / Cuttingan

Pekerjaan tersebut dikerjakan sesuai gambar rencana menggunakan alat mekanis,


Excavator, dump truck. Pekerjaan Galian ini dilaksanakan setelah hasil pengukuran
dan rekayasa lapangan selesai dilaksanakan dan sesuai dengan shop drawing. Hasil
galian diangkut keluar lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump truck ke lokasi
yang telah ditentukan
Penggalian, penimbunan tanah (dengan tidak memakai alat maupun memakai
alat) untuk konstruksi drainase dibentuk sedemikian rupa baik bentuk, ukuran dan
dimensi dari saluran baru maupun saluran lama yang disesuaikan dengan gambar
kerja dengan memenuhi kelandaian air mengalir bebas tanpa tergenang. Tanah hasil
galian dibuang dan diratakan ditempat yang ditunjuk oleh direksi untuk mencegah
terjadinya dampak lingkungan yang mungkin terjadi. 

4.3.4. Divisi 3. Pekerjaan Tanah dan Geosintetik

4.3.4.1. Galian Biasa

Meliputi pekerjaan galian yang mana setelah dilakukan bouplank tanah digali sesuai
dengan gambar kerja. Untuk pekerjaan galian tanah menggunakan excavator dan
tanah hasil galian di buang atau ditempatkan dengan alat angkut berupa dump truk
dan ditempatkan di tempat yang tidak mengganggu jalanya lalu lintas dan proses
kegiatan proyek. Area penggalian sebelumnya dipetakan terlebih dahulu sesuai
dengan perhitungan rekayasa lapangan dan diberi tanda agar tidak terjadi kesalahan
area pada saat melaksanakan pekerjaan.
a.  Setelah hasil pengukuran dan hasil pengujian tanah serta usulan shop drawings
termasuk di dalamnya sistem pengendalian lalu lintas disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka pekerjaan tanah untuk pondasi pelebaran jalan dapat dimulai
dengan terlebih dahulu melakukan pekerjaan pembersihan dan pengupasan top
soils.
b.  Tanah digali dengan excavator dengan ukuran dan kedalaman sesuai gambar
kerja yang disetujui.
c.  Material hasil galian tanah termasuk hasil pembersihan dan pengupasan top soils
ini akan dibuang ke lokasi pembuangan yang telah disiapkan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
d.  Setelah dimensi dan elevasi galian pada pelebaran jalan tercapai sesuai dimensi
dan elevasi rencana, makaakan dilakukan penyiapan dan pemadatan badan jalan
(subgrade) pada lokasi galian tersebut.

4.3.4.2. Penyiapan Badan Jalan

Penyiapan badan jalan pada pekerjaan pelebaran jalan meliputi pekerjaan


pembersihan, pembentukan tanah dasar agar elevasinya sesuai dengan yang
ditunjukkan gambar rencana atau sesuai dengan petunjuk direksi pekerjaan,
dan termasuk pekerjaan pemadatan tanah dasar. 
Tahapan pekerjaan penyiapan badan jalan yaitu:
• Pembersihan lokasi pekerjaan dari material yang dapat menggangu pekerjaan
seperti semak-semak, pepohonan, batu besar, dan material lainnya.
• Pekerjaan galian yang diperlukan baik dengan menggunakan alat berat
maupun dengan cara manual untuk membentuk tanah dasar sesuai Gambar
atau sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
• Pemadatan Tanah dasar dilakukan dengan menggunakan alat vibrator roller
atau menggunakan Combination Vibrator Roller pada daerah pelebaran yg
tidak terlalu luas atau tidak memungkinkan pengunaan vibrator roller.
Pemadatan Tanah Dasar
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pemadatan adalah:
• Pemadatan dilakukan segera setelah dilakukan penggalian.
• Apabila diperlukan lakukan penyiraman terhadap material tanah dasar untuk
mencapai kadar air optimum sehingga didapatkan kepadatan yang sesuai
dengan spesifikasi.
• Kecepatan alat harus diperhatikan agar tidak membahayakan pengguna jalan
eksisting. 

4.3.5. Divisi 5. Perkerasan Berbutir


Pekerjaan pelebaran perkerasan jalan mencakup penambahan lebar perkerasan lama
sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan dalam rancangan, yang ditunjukkan
pada gambar atau yang diperintahkan konsultan. Pekerjaan ini mencakup penggalian
dan pembuangan bahan yang ada, penyiapan tanah dasar, dan penghamparan serta
pemadatan bahan dengan garis dan dimensi yang diberikan dalam gambar atau yang
disetujui oleh konsultan pengawas.

Pekerjaan harus sudah selesai sebelum pelaksanaan pekerjaan aspal. Pelebaran


perkerasan harus dilaksanakan seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Penentuan
pelebaran perkerasan apakah satu sisi maupun dua sisi harus dilakukan dengan
mempertimbangkan Ruang Milik Jalan (Rumija) yang tersedia, bangunan tetap dan
lingkungan yang ada termasuk pembebasan tanah (jika ada), sehingga dapat
menciptakan suasana aman bagi pemakai jalan seperti kebebasan samping yang cukup
dengan disediakannya lebar bahu jalan yang memenuhi standar teknis.

Apabila alinyemen jalan lama tidak memenuhi ketentuan minimum dari fungsi jalan
tersebut (arteri, kolektor, dan lokal), maka pelebaran perkerasan dilaksanakan dengan
perbaikan alinyemen sedemikian hingga sumbu jalan menjadi lebih lurus dan
lengkung pada tikungan maupun pada puncak tanjakan dapat dikurangi.

4.3.5.1. Persiapan untuk Pelebaran Perkerasan

Pekerjaan pelebaran perkerasan dapat dilaksanakan dengan menggunakan timbunan,


Lapis Pondasi Agregat atau Lapis Pondasi Semen Tanah, dan Lapisan Beraspal,
bersama dengan Lapis Resap Pengikat yang diperlukan, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh jajaran Pejabat Pembuat
Komitmen.

Konsultan akan menginstruksikan pelaksanaan galian untuk pelebaran perkerasan


agar mampu menyediakan ruang gerak yang cukup untuk alat penggilas (roller).
Sampai saat ini lebar alat penggilas (roller) minimum adalah 0,8 m yaitu baby roller,
maka lebar penggalian yang dibutuhkan adalah 1 m untuk dapat memberikan ruang
gerak yang lebih baik. Bilamana lebar galian melebihi lebar pelebaran perkerasan
yang diperlukan, maka bahan galian tersebut harus diisikan kembali dan dipadatkan
bersama-sama dengan setiap bahan yang akan digunakan untuk pelebaran
perkerasan. Konsultan akan memberikan perhatian khusus untuk menjamin agar
bahan yang digunakan untuk pelebaran perkerasan tidak terkontaminasi dengan
bahan galian yang diisikan kembali, sedemikian rupa sehingga diperlukan suatu
acuan untuk memisahkan kedua jenis bahan selama penghamparan. Dalam hal ini,
lebar galian yang melebihi lebar pelebaran perkerasan yang diperlukan tidak akan
dipandang sebagai kuantitas galian tambahan yang dapat dibayar.

4.3.5.2. Penghamparan dan Pemadatan Bahan Pelebaran Perkerasan

Ketentuan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Umum dalam hal penghamparan dan
pemadatan bahan pelebaran perkerasan harus berlaku kecuali bahwa frekuensi
pengujian pengendalian mutu harus ditingkatkan sedemikian rupa sehingga tidak
kurang dari lima pengujian indeks plastisitas (plasticity index), lima pengujian
gradasi butiran, dan satu pengujian kepadatan kering maksimum harus dilakukan
untuk tiap 500 meter kubik bahan yang dibawa ke lapangan. Ketentuan lain yang
perlu diperhatikan yang berhubungan dengan produksi, penghamparan, pemadatan
dan pengujian bahan perkerasan harus berlaku dengan perkecualian berikut ini:

a) Sebelum bahan dihampar, lapis resap pengikat yang sesuai harus disemprotkan
pada lapis pondasi yang sudah dipersiapkan dan lapis perekat yang sesuai juga
harus disemprot pada permukaan vertikal dari tepi perkerasan lama.

b) Pada pelebaran yang agak sempit, penghamparan dapat dilakukan dengan cara
manual, tetapi dalam batas-batas temperatur seperti penghamparan dengan
mesin. Pemadatan harus dilakukan menggunakan alat pemadat mekanis atau alat
pemadat bergerak bolak balik yang disetujui. Alat pemadat kecil yang bermesin
sendiri dapat digunakan bilamana lebar pekerjaan pelebaran cukup untuk
menampung seluruh lebar roda alat pemadat.

c) Pengujian kepadatan dari bahan lapisan beraspal terhampar yang ditentukan


dengan pengujian benda uji inti (core), harus dilaksanakan dengan frekuensi
tidak kurang dari satu pengujian setiap 50 m pekerjaan pelebaran untuk
masingmasing sisi jalan (jika diterapkan pelebaran dua sisi), diukur sepanjang
sumbu jalan.
4.3.5.3. Lapis pondasi Agregat kelas A

Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebegai berikut:
1.  Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari base
camp/stock file kedalam Dump Truck untuk selanjutnya dibawa ke lokasi
pekerjaan. Material dihampar dilokasi kerja dengan menggunakan Motor Grader,
yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan gembur yang cukup kemudian
dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal
hamparan padat yang disyaratkan dalam gambar. Untuk menjaga kadar air bahan
yang disyratkan dalam rentang Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat
melakukan penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water Tank.
Sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dari agregasi sebelum
pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
2.  Peralatan yang digunakan adalah: Wheel Loader, Dump Truck, Vibrator Roller,
Water Tank dan Alat Bantu.
4.3.5.4. Lapis Pondasi Agregat Kelas B

Lapis Pondasi Kelas B adalah Mutu lapis pondasi bawah untuk lapisan di bawah
lapis pondasi Kelas A. Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat)
dengan urutan pekerjaan sebegai berikut:
1.  Wheel Loader memuat material agregat yang telah dicampur dari base
camp/stock file kedalam Dump Truck untuk selanjutnya dibawa ke lokasi
pekerjaan. Material dihampar dilokasi kerja dengan menggunakan Motor Grader,
yang selanjutnya setelah mencapai tebal hamparan gembur yang cukup kemudian
dipadatkan dengan menggunakan Vibrator Roller, dengan tetap menjaga tebal
hamparan padat yang disyaratkan dalam gambar. Untuk menjaga kadar air bahan
yang disyratkan dalam rentang Spesifikasi, maka sebelum pemadatan dapat
melakukan penyiraman material hamparan dengan menggunakan Water Tank.
Sekelompok pekerja akan merapihkan hamparan dari agregasi sebelum
pemadatan dengan menggunakan alat bantu.
2.  Peralatan yang digunakan adalah: Wheel Loader, Dump Truck, Vibrator Roller,
Water Tank dan Alat Bantu
4.3.5.5. Lapis Resap Pengikat – Aspal Cair/Emulsi

Pekerjaan lapis perekat terdiri dari pekerjaan penyiapan permukaan dan


penghamparan bahan aspal yang dihampar diatas permukaan bahan pengikat semen
atau Asphalt (Sperti semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton / Lantai Jembatan
Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll.) dengan komposisi seperti
disyaratkan dalam Spesifikasi untuk setiap Jenis Bahan Asphalt dan kondisi
permukaan yang sesuai.
Pekerjaan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkanlalu lintas
satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas. Bangunan dan benda- benda
lain disamping tempat kerja (struktur, kerb lantai dan lain-lain) harus dilindungi agar
tidak menjadi kotor karena percikan aspal. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan
ini adalah aspal semen pen 60/70 atau 80/100 (memenuhi standar AASHTO M20)
yang diencerkan dengan minyak Tanah (kerosene), dengan membandingkan
pemakaian minyak tanah pada rentang 25 - 30 bagian minyak per 100 bagian aspal
(25 pph 30 pph).
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut:
1.  Menyiapkan permukaan yang akan dihampar dengan menggunakan mesin
kompresor yang dibantu dengan alat manual seperti: sikap dan sapu lidi.
Menyiapkan material yang digunakan dengan mencampur Aspal dan Korosene
sesuai komposisi yang ditentukan, dan kemudian dipasnaskan sehingga menjadi
aspal cair. Penghamparan diolakukan dengan menggunakan aspal distributor
secara seksama, dengan mengacu pada rentang suhu yang disyaratkan dalam
Spesifikasi. Perapihan dilakukan setelah penyemprotan selesai dilakukan.
2.  Peralatan yang digunakan adalah: compressor, asphalt distributor dan alat bantu.

4.3.6. Divisi 6. Perkerasan Aspal


4.3.6.1. Lapis Perekat – Aspal Cair

Pekerjaan Lapis Perekat-Aspal cair menggunakan peralatan: Asphalt


distributor/Asphalt Sprayer, Compressor dan alat bantu lain yang dibutuhkan.
Urutan kerja:
1. Di tempat pencampuran Asphalt & kerosine dicampur dengan perbandingan
(Asphal 80 % : Kerosine 20 % ) atau sesuai dengan spesifikasi dan petunjuk
Direksi Teknik,
2. Hasil pencampuran dimasukkan ke dalam Asphalt distributor/Asphalt Sprayer,

3. Pada permukaan Perkerasan aspal lama disemprotkan Lapis perekat aspal cair
dengan ketebalan/berat sesuai dengan petunjuk Spesifikasi/Direksi Teknik.

4.3.6.2. Laston Lapis Aus (AC – WC)

Campuran beraspal panas dengan Asbuton Lapis Aus (AC-WC AsbP) adalah
campuran panas antara Agregat dengan bahan pengikat asphalt keras pen 60 yang
campurannya menggunakan asboton butir dengankelas penetrasi 15 (0,1 mm) dan
kadar abutmen 20 %, yang dicampur diunit pencampuran Asphalt (UPA), dihampar
dan dipadatkan dalam keadaan panas pada temperatur tertentu, dengan ketebalan
padat 4 cm.
Sebelum melakukan pekerjaan, penyedia jasa terlebih dahulu menunjukan semua
usulan agregat dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujuian material
dan campuran di Laboratorium dan hasil percobaan penghamparan dan pemadatan
campuran (Trial Mix) yang dibuat diinstansi pencampuran aspal, yang tertuang
secara berurutan sesuai dalam Spesifikasi Teknik, mulai dari pengusulan DMF
hingga persetujuan JMF.
Pekerjaan dilakukan secara mekanik (memakai alat berat) dengan urutan pekerjaan
sebagai berikut :
1.    Wheel Loader memuat dari Stock File ke Hot Bin, kemudian bersama-sama
dengan Asphalt Asbuton butir di campur diunit pencampuran asphalt dengan
komposisi yang telah disetujui dump truck membawa campuran asphalt panas
kelokasi pekerjaan. Campuran dihampar dengan menggunakan Asphalt
Finisher, kemudian pemadatan awal oleh Tandem Roller, pemadatan utama oleh
Type Roller dan pemadatan akhir kembali dengan Tandem Roller . lintasan
pemadatan dilakukan sesuai jumlah lintasan yang telah disetujui. Semua rentang
suhu yang disyaratkan selama proses ini harus tetap dijaga untuk mendapatkan
kepadatan yang optimum. Selama penghamparan, sekelompok pekerja akan
merapihkan tepid an sambungan hamparan secara manual, sebagian lagi
bertugas mengatur lalu lintas yang lewat.
2.     Peralatan yang digunakan adalah : Wheel Loader, Asphalt Mixing Plant +
Genset, Asphalt Finisher, Tandem Roller, Pneumatic Type Roller, Dump Truck,
dan alat bantu.

4.3.6.3. Laston Lapis Antara (AC – BC)

Khusus Pekerjaan Hotmix, ada 5 Item yang merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan pada saat pelaksanaan Pencampuran yaitu:
1. Laston lapis Pondasi (AC-BC) - (Gradasi halus/kasar)
2. Aspal Keras
3. Bahan anti pengelupasan
4. Bahan Pengisi (Filler) Tambahan (Semen)
Empat komponen bahan yang dicampur pada Unit Pencampur Aspal (AMP) adalah
Agregat Gradasi Halus/Gradasi Kasar, Aspal, Bahan anti pengelupasan, dan bahan
Pengisi (Filler) tambahan berupa semen.
Material/bahan untuk Hot mix (AC - BC) , dicampur di AMP dengan menggunakan
rujukan DMF hasil dari Pemeriksaan laboratorium, kemudian disesuaikan dengan
JMF yang diperoleh dari Gradasi Cold Bin & Hot Bin AMP.
Material/bahan untuk Hot mix (AC - BC) , dicampur di AMP dengan menggunakan
rujukan DMF hasil dari Pemeriksaan laboratorium, kemudian disesuaikan dengan
JMF yang diperoleh dari Gradasi Cold Bin & Hot Bin AMP.
Urutan Pekerjaan untuk Campuran AC-BC :
1. Permukaan Exsisting yang akan diberi campuran AC - BC dibersihkan dgn
Compressor dan dilapisi dengan Lapis Prekat-Aspal cair, kecuali permukaan
Lapis AC-BC (L), tinggal diberi Lapis Perrekat Aspal Cair.
2. Campuran dihampar/digelar dengan Asphalt Finisher dengan ketebalan 4 cm.
3. Dilakukan Penggilasan awal (Break down) dengan Tandem Roller.
4. Penggilasan berikut dengan Tyre Roller sesuai dengan jumlah lintasan yang
ditentuikan oleh Spek,
5. Penggilsan Terakhir dgn Tandem Roller.
Untuk faktor Keselamatan Kerja baik Pekerja maupun Pengguna lalu lintas, maka
setiap pekerjaan berlangsung harus ada petugas K3 dan rambu-rambu yang
dibutuhkan dari 2 arah jalan yang berlawanan.

4.3.6.4. Bahan Anti Pengelupasan

Aditif kelekatan dan anti penglupasan di tambahkan kedalam bahan aspal yang
ukurannya disetujui Direksi. Jenis aditif haruslah jenis yang disetujui Direksi
termasuk persentase aditif yang diperlukan harus dicampurkan kedalam bahan aspal
sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya, dan Waktu yang diperlukan untuk
menghasilkan campuran yang homogen harus sesuai petunjuk. Waktu yang
digunakan sesuai schedule pelaksanaan terlampir.
4.3.6.5. Metode Pekerjaan Aspal

Pekerjaan campuran beraspal panas mencakup pengadaan lapisan padat yang awet
berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang
terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas
pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi dan
memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam
gambar rencana. Sebelum dan selama pekerjaan, konsultan pengawas akan meminta
kepada kontraktor mengenai beberapa hal seperti terangkum di bawah ini:

a) Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan oleh
konsultan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;

b) Setiap bahan aspal yang diusulkan kontraktor untuk digunakan, berikut


keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya, baik
sebelum maupun sesudah pengujian penuaan aspal (RTFOT/TFOT);

c) Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh bahan,
seperti disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;

d) Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti yang
disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis;

e) Hasil pemeriksaan kelayakan peralatan laboratorium dan pelaksanaan. Khusus


peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) harus
ditunjukkan sertifikat ”layak produksi” yang diterbitkan oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga.

f) Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya dalam bentuk laporan tertulis;

g) Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar;

h) Data pengujian laboratorium dan lapangan untuk pengendalian harian terhadap


takaran campuran dan mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis;

i) Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang;
j) Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan;

A. MUTU BAHAN

1) Agregat

Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan Peningkatan Jalan


Ruas Jalan Jasan-Timbul harus sedemikian rupa agar campuran
beraspal yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan campuran
kerja memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan.

Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh


konsultan pengawas. Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik,
maka konsultan mengajurkan agar penyerapan air oleh agregat
maksimum 3 %, serta berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan
halus tidak boleh berbeda lebih dari 0,2. Konsultan pengawas
mengambil kesimpulan demikian dari pengalaman yang telah
dilaksanakan, juga berdasarkan literatur dan methode yang telah
ditetapkan Dinas Bina Marga dalam spesifikasi pada umumnya.
Termasuk juga mengenai ketentuan agregat kasar yang dirangkum
oleh konsultan sebagai berikut:
Untuk pemilihan agregat halus dari sumber bahan manapun, harus
terdiri dari pasir atau hasil pengayakan batu pecah dan terdiri dari
bahan dengan ukuran minimal 2,36 mm. Agar hasil pekerjaan yang
didapat sesuai dengan mutu pekerjaan konstruksi seperti yang
menjadi maksud dan tujuan Dinas Bina Marga Kabupaten Gianyar,
maka agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, dan
bebas dari lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu
pecah halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan
mutu.

Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu
tahap pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar
Setara Pasir, maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum masuk
pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) dan tidak
diperkenankan untuk campuran aspal jenis apapun. Agregat pecah
halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan
presentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.

2) Bahan Pengisi (Filler)

Bahan pengisi yang ditambahkan ke dalam campuran beraspal terdiri


atas debu batu kapur (limestone dust), kapur padam (hydrated lime),
semen atau abu terbang yang sumbernya disetujui oleh konsultan.
Bahan pengisi tersebut harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan
pengisi yang ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2%
dari berat total agregat.

3) Bahan Apal untuk Campuran Aspal

Selain agregat dan bahan pengisi atau filler, bahan yang tidak kalah
pentingnya untuk membuat sebuah campuran aspal adalah aspal itu
sendiri. Bahan pengikat yang dicampur dengan agregat yang telah
disetujui oleh konsultan, sehingga menghasilkan campuran beraspal
sebagaimana yang disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis, atau yang
disebutkan dalam gambar kerja (shop drawing). Dengan mengikuti
alur dan perkembangan zaman, sebagian besar instansi kini lebih
cenderung menggunakan Aspal Modifikasi. Ketentuan-ketentuan
untuk Aspal Modifikasi telah konsultan rangkum dalam tabel di
bawah ini :

4) Aspal Yang Dimodifikasi

Aspal yang dimodifikasi adalah jenis Multigrade atau Asbuton,


elastomerik latex. Proses modifikasi aspal di lapangan tidak
diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal
modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi pencampur
yang setara dengan yang digunakan di pabrik asalnya. Mengenai
pengiriman Aspal modifikasi, konsultan akan memastikan bahwa
Aspal Modifikasi dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat
pembakar gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis.
Pengiriman dalam tangki dilengkapi dengan sistem segel yang
disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi apakah dari pabrik
pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang dimodifikasi harus
disalurkan ke tangki penampung di lapangan dengan sistem sirkulasi
yang tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan.

Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang


diperuntukkan untuk kedatangan aspal dan harus segera dilakukan
pengujian penetrasi, titik lembek dan stabilitas penyimpanan. Tidak
ada aspal yang boleh digunakan sampai diuji dan disetujui.

Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan bahan dasar


latex, konsultan menganjurkan tidak boleh melebihi 3 hari kecuali
jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama disetujui oleh
Konsultan.

5) Sumber Pasokan

Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus


disetujui terlebih dahulu oleh konsultan pengawas sebelum
pengiriman bahan. Setiap jenis bahan harus diserahkan, seperti yang
diperintahkan Konsultan, paling sedikit 60 hari sebelum usulan
dimulainya pekerjaan pengaspalan.

B. PROSES PENCAMPURAN

Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan


aditif, dan aspal. Persentase aspal yang actual ditambahkan ke dalam
campuran ditentukan berdasarkan percobaan laboratorium dan
lapangan sebagaimana tertuang dalam Rencana Campuran Kerja (JMF)
dengan memperhatikan penyerapan agregat yang digunakan.

1) Prosedur Rancangan Campuran

Sebelum melakukan penghamparan campuran beraspal dalam


Pekerjaan Peningkatan Jalan pada Wilayah Tengah Kabupaten
Gianyar, Kontraktor diminta untuk menunjukkan semua usulan
metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan
membuat dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga
dengan penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi
pencampur aspal. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan,
berat jenis dan penyerapan air, dan semua jenis pengujian lainnya
sebagaimana yang dipersyaratkan pada seksi ini untuk semua agregat
yang digunakan. Pengujian pada campuran beraspal percobaan akan
meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran beraspal,
pengujian sifat-sifat Marshall dan Kepadatan Membal (Refusal
Density) campuran rancangan.

Setelah dilakukan pengujian, contoh agregat untuk rancangan


campuran harus diambil dari pemasok dingin (cold bin) dan dari
penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang
ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku
sementara sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi
pencampur aspal dan percobaan penghamparan dan pemadatan
lapangan.

Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan


dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :

i) Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk


dapat menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan
proporsi takaran agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus
digunakan untuk penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh
dari pemasok panas harus diambil setelah penentuan besarnya
bukaan pemasok dingin. Selanjutnya proporsi takaran pada
pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan Campuran
Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan
ditentukan berdasarkan prosedur Marshall.

ii) DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus


diserahkan pada Konsultan untuk mendapatkan persetujuan.
Konsultan akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut
dalam waktu 7 hari. Percobaan produksi dan penghamparan tidak
boleh dilaksanakan sampai DMF disetujui.

iii)Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap


Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF). JMF adalah
suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran
laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan
instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar
dan dipadatkan di lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan
dan memenuhi derajat kepadatan lapangan terhadap kepadatan
laboratorium hasil pengujian Marshall dari benda uji yang
campuran beraspalnya diambil dari AMP.

2) Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)

Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, kontraktor


harus menyerahkan secara tertulis kepada Konsultan, usulan DMF
untuk campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang
diserahkan harus menentukan untuk campuran berikut ini:

a) Sumber-sumber agregat.

b) Ukuran nominal maksimum partikel.

c) Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan


Kontraktor, pada penampung dingin maupun penampung panas.
d) Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang
disyaratkan.

e) Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran.

f) Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan


temperatur saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat
pengaduk (mixer).

Kontraktor harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat


campuran beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan
laboratorium untuk menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua
kriteria yang dipersyaratkan tergantung campuran aspal mana yang
dipilih.

3) Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)

Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing


Plant, AMP) dan penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan
akan menjadikan DMF dapat disetujui sebagai JMF.

Segera setelah DMF disetujui, kontraktor harus melakukan


penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis
campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan dipadatkan
dengan peralatan dan prosedur yang diusulkan. Kontraktor harus
menunjukkan bahwa setiap alat penghampar (paver) mampu
menghampar bahan sesuai dengan tebal yang disyaratkan tanpa
segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas yang diusulkan harus
mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam rentang
temperatur pemadatan.

Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk


membuat benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal
(refusal). Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi
pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan
percobaan harus diulang kembali. Konsultan tidak akan menyetujui
DMF sebagai JMF sebelum penghamparan percobaan yang dilakukan
memenuhi semua ketentuan dan disetujui. Pekerjaan pengaspalan
yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh JMF yang
disetujui oleh Konsultan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi
definitif sampai Konsultan dikendalikan, terutama dalam toleransi
yang diijinkan.

Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan
percobaan. Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi
pencampur aspal atau dari truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium
dalam kotak yang terbungkus rapi. Benda uji Marshall harus dicetak
dan dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan dan menggunakan
jumlah penumbukan yang disyaratkan pula. Kepadatan rata-rata
(Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan
percobaan yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density), yang harus dibandingkan
dengan pemadatan campuran beraspal terhampar dalam pekerjaan.

4) Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan

Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai


dengan JMF, dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan. Setiap
hari konsultan akan mengambil benda uji baik bahan maupun
campurannya, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk
pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal
memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang
Diijinkan harus ditolak. Apabila setiap bahan pokok memenuhi batas-
batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi
menunjukkan perubahan yang konsisten dan sangat berarti atau
perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber setiap bahan
berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara seperti
yang disebut di atas dan atas biaya Kontraktor sendiri untuk disetujui,
sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan. Untuk
toleransi Komposisi Campuran dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
C. KETENTUAN INSTALASI PENCAMPURAN ASPAL

1) Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)

Instalasi Pencampuran Aspal harus disertifikasi oleh Instansi yang


ditunjuk oleh konsultan dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika
belum disertifikasi maka bukti-bukti yang menyatakan bahwa
sertifikasi sedang dilaksanakan, minimal bias menunjukan
kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan metrologi. Jika
perlu Konsultan dapat malkukan inspeksi dan membuat
persetujuan sementara sebagai pengganti dari sertifikasi yang
tertunda tersebut. AMP merupakan pusat pencampuran dengan
sistem penakaran (batching) atau drum mix dan harus memiliki
kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok mesin
penghampar secara terus menerus bilamana menghampar
campuran pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki.

Untuk menjamin kualitas mutu campuran aspal, maka AMP harus


dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang
lengkap yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran
basah (wet cyclone), sehingga tidak menimbulkan pencemaran
debu. Bilamana salah satu sistem di atas rusak atau tidak berfungsi
maka konsultan akan menginstruksikan bahwa AMP tersebut tidak
boleh dioperasikan. AMP juga harus mempunyai pengaduk (pug
mill) dengan kapasitas minimum 800 kg jika diperlukan untuk
memproduksi AC bergradasi kasar atau AC-Base selain dari
pekerjaan minor. Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal
yang dimodifikasi, AMP harus dilengkapi dengan pengendali
temperatur termostatik otomatis yang mampu mempertahankan
temperatur campuran sebesar 175o C dan dirancang sebagaimana
mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan khusus yang
diperlukan.

2) Tangki Penyimpan Aspal

Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas


yang dapat dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu
temperatur dalam rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus
dilakukan melalui kumparan uap (steam coils), listrik, atau cara
lainnya sehingga api tidak langsung memanasi tangki aspal. Setiap
tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang terletak
sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat.
Sebuah keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki
untuk pengambilan benda uji.

Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang


sesuai agar dapat memastikan sirkulasi yang lancer dan terus
menerus selama periode pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai
harus disediakan, baik dengan selimut uap (steam jacket) atau
perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan temperatur
yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem
sirkulasi.
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit
untuk kuantitas dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan
dua tangki yang berkapasitas sama. Tangkitangki tersebut harus
dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian rupa agar masing-
masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa mengganggu
sirkulasi aspal ke alat pencampur. Untuk campuran aspal yang
dimodifikasi, sekurangkurangnya sebuah tangki penyimpan aspal
tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20 ton, tidak
boleh dipanaskan langsung dengan minyak atau pemanas listrik
dan harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik
yang mampu mempertahankan temperatur sebesar 175oC harus
disediakan. Tangki ini harus disediakan untuk penyimpanan aspal
yang dimodifikasi selama periode dimana aspal tersebut diperlukan
untuk proyek.

Semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam


yang mengandung bahan mineral dan untuk aspal yang
dimodifikasi lainnya, bilamana akan terjadi pemisahan, harus
dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang dirancang sedemikian
hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral didalam
bahan pengikat sebagai suspensi.

3) Tangki Penyimpan Aditif

Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat


menyimpan bahan aditif untuk satu hari produksi campuran
beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing pump sehingga dapat
memasok langsung aditif ke pugmil dengan kuantitas dan tekanan
tertentu.

4) Pengendali Waktu Pencampuran

Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk


mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu
pencampuran tetap konstan kecuali kalau diubah atas perintah
Konsultan.

5) Timbangan dan Rumah Timbang

Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan


bahan pengisi. Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang
truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat penghamparan.
Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang
dijelaskan di atas.

6) Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi

Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan


dan memasok bahan pengisi dengan system penakaran berat harus
disediakan.

7) Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam

Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah


tempat penyimpanan yang tahan cuaca dan elevator yang cocok
untuk memasok yang dilengkapi dengan sistem penakaran berat
harus disediakan.

8) Peralatan Pengangkut

Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak


terbuat dari logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah
disemprot dengan sedikit air sabun, atau larutan kapur untuk
mencegah melekatnya campuran aspal pada bak. Setiap genangan
minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan sebelumnya harus
dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.

Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan


lainnya yang cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar
dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca. Bilamana
dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh penutup
harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di lapangan
pada temperatur yang disyaratkan. Truk yang menyebabkan
segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-bat sistem
pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan
yang tidak semestinya, atas perintah Konsultan harus dikeluarkan
dari pekerjaan sampai kondisinya diperbaiki.

Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah


belakang harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang
ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa
mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk
harus tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk yang
mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar
tidak diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan
lebih tidak diperkenankan. Jumlah truk untuk mengangkut
campuran aspal harus cukup dan dikelola sedemikian rupa
sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara menerus
dengan kecepatan yang disetujui.

Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan


menghasilkan permukaan yang tidak rata sehingga tidak
memberikan kenyamanan bagi pengendara serta mengurangi umur
rencana akibat beban dinamis. Kontraktor tidak diijinkan memulai
penghamparan sampai minimum terdapat tiga truk di

lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan


penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus dioperasikan
sedemikian rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk
mengangkut campuran aspal setiap hari dapat menjamin
berjalannya peralatan penghampar secara menerus tanpa henti.
Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka
Konsultan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan
bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap
memasok campuran aspal ke peralatan penghampar.
Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan yang baik dan
Kontraktor tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya atau
waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh
kegagalan Kontraktor untuk menjaga kesinambungan pemasokan
campuran aspal ke peralatan penghampar.

9) Peralatan Penghampar dan Pembentuk

Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis


bermesin sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan
membentuk campuran aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta
penampang melintang yang diperlukan. Alat penghampar harus
dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi dengan arah
gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal secara
merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan
dengan cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan
mundur seperti halnya maju. Penampung (hopper) harus
mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat pada saat setiap
muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa
bahan yang sudah mendingin di dalamnya.

Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik


dan/atau mekanis pengendali kerataan seperti batang perata
(leveling beams), kawat dan sepatu pengarah kerataan (joint
matching shoes) dan dan peralatan bentuk penampang (cross fall
devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian dan
kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan
tepi yang tetap (tidak bergerak).

Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik


dengan jenis penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan
perangkat untuk memanasi "screed" (sepatu) pada temperatur yang
diperlukan untuk menghampar campuran aspal tanpa menggusur
atau merusak permukaan hasil hamparan. Istilah "screed" (perata)
mengacu pada pengambang mekanis standar (standard floating
mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping (side
arms) pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak alat
penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang
untuk menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa
terbelah, tergeser atau beralur. Bilamana selama pelaksanaan, hasil
hamparan peralatan penghampar dan pembentuk meninggalkan
bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau ketidak-rataan
permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan
tersebut harus dihentikan dan peralatan penghampar dan
pembentuk lainnya yang memenuhi ketentuan harus disediakan
oleh Kontraktor.

10) Peralatan Pemadat

Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu alat


pemadat roda baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda
karet (tyre roller). Paling sedikit harus disediakan satu tambahan
alat pemadat roda karet (tire roller) untuk setiap kapasitas produksi
yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat

pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri. Alat pemadat


roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan
ukuran yang sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban
pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2 atau (85 – 90) psi pada jumlah lapis
anyaman ban (ply) yang sama. Rodaroda harus berjarak sama satu
sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian rupa sehingga
tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara roda-
roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap).
Setiap roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan
operasi yang disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara
dua roda tidak melebihi 0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat
pengukur tekanan ban harus disediakan untuk memeriksa dan
menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap saat. Untuk
setiap ukuran dan jenis ban yang digunakan, Kontraktor harus
memberikan kepada Konsultan grafik atau tabel yang
menunjukkan hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa,
tekanan pada bidang kontak, lebar dan luas suatu cara penyetelan
berat total dengan pengaturan beban (ballasting) sehingga beban
per lebar roda dapat diubah dalam rentang (300 – 600) kilogram
per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai dengan
permintaan Konsultan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap
aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat
roda karet pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan
yang setinggi mungkin yang masih dapat dipikul bahan.

a) Alat pemadat roda baja yang bermesin yang dimaksud adalah


alat pemadat tandem statis.

Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis


tidak kurang dari 8 ton. Roda gilas harus bebas dari
permukaan yang datar, penyok, robek-robek atau tonjolan
yang merusak permukaan perkerasan.

b) Dalam penghamparan percobaan, kontraktor harus dapat


menunjukkan kombinasi jenis penggilas untuk memadatkan
setiap jenis campuran sampai dapat diterima oleh konsultan,
sebelum JMF disetujui. Kontraktor harus melanjutkan untuk
menyimpan dan menggunakan kombinasi penggilas yang
disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain yang
dapat diperkenankan kecuali jika Kontraktor dapat
menunjukkan kepada Konsultan bahwa kombinasi penggilas
yang baru paling sedikit seefektif yang sudah disetujui.
D. PENGHAMPARAN CAMPURAN

1) Menyiapkan Permukaan yang Akan Dilapisi

Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat


dalam kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan
aspal lama telah berubah bentuk secara berlebihan atau tidak
melekat dengan baik dengan lapisan di bawahnya, harus dibongkar
atau dengan cara perataan kembali lainnya, semua bahan yang lepas
atau lunak harus dibuang, dan permukaannya dibersihkan dan/atau
diperbaiki dengan campuran beraspal atau bahan lain yang disetujui
oleh Konsultan.

Bilamana permukaan yang akan dilapisi terdapat atau mengandung


sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran yang tidak
memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan
plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan
bahan plastis ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus
diteruskan ke bawah sampai diperoleh bahan yang keras (sound).
Toleransi permukaan setelah diperbaiki harus agregat.

Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar


harus diber-sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak
dikehendaki dengan sapu mekanis yang dibantu dengan cara manual
bila diperlukan. Lapis perekat (tack coat) atau lapis resap pengikat
(prime coat) harus diterapkan sesuai dengan Spesifikasi.

2) Acuan Tepi

Besi atau kasau kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang
sesuai dengan garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-
tepi lokasi yang akan dihampar.

3) Penghamparan Dan Pembentukan Perkerasan Aspal


Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar
harus dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan
sesuai dengan kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang
melintang yang disyaratkan. Penghamparan harus dimulai dari lajur
yang lebih rendah menuju lajur yang lebih tinggi bilamana
pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.

Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama


penghamparan dan pembentukan. Penampung alat penghampar
(hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa campuran beraspal harus
dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan. Alat
penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan
lainnya pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui
oleh Konsultan dan ditaati.

Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan,


maka alat penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan
lagi sampai penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki. Proses
perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau
bahan yang tersegregasi karena penaburan material yang halus
sedapat mungkin harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang
kasar tidak boleh ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan
bergradasi rapat. Konsultan akan memperhatikan agar campuran
tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-tepi penampung alat
penghampar atau tempat lainnya. Bilamana jalan akan dihampar
hanya setengah lebar jalan atau hanya satu lajur untuk setiap kali
pengoperasian, maka urutan penghamparan harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap
hari produksi dibuat seminimal mungkin. Selama pekerjaan
penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan
dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana
yang diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan
dan toleransi yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal:

i) Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum


dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara
manual)

ii) Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin


terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.

iii)Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah


dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.

iv)Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus


digunakan besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil
dari tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.

v) Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama


dengan menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil
penandaan survei.

4) Pemadatan

Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan,


permukaan tersebut harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan
yang terjadi harus diperbaiki. Temperatur campuran beraspal yang
terhampar dalam keadaan gembur harus dipantau dan penggilasan
harus dimulai dalam rentang viskositas aspal. Pemadatan campuran
beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah berikut ini:

1. Pemadatan Awal

2. Pemadatan Antara

3. Pemadatan Akhir

Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik


dengan alat pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan
dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar. Setiap titik
perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal.
Pemadatan akhir atau penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat
pemadat roda baja tanpa penggetar (vibrasi). Bila hamparan aspal
tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan setelah pemadatan
kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan. Pertama-tama
pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang telah
terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan
melintang dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan
sebelumnya, maka lintasan awal harus dilakukan sepanjang
sambungan memanjang untuk suatu jarak yang pendek dengan
posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan dengan
tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.

Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan


kemudian dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar
dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali
untuk superelevasi pada tikungan harus dimulai dari tempat yang
terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi. Lintasan yang
berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum setengah
lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada
titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya. Bilamana
menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar
sebelumnya sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat
yang memadatkan tepi sambungan yang belum dipadatkan.
Pemadatan dengan lintasan yang berurutan harus dilanjutkan dengan
menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit melewati
sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan
rapi.
Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda
baja dan 10 km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah
sehingga tidak mengakibatkan bergesernya campuran panas
tersebut. Garis, kecepatan dan arah penggilasan tidak boleh diubah
secara tiba-tiba atau dengan cara yang

menyebabkan terdorongnya campuran beraspal. Semua jenis operasi


penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk memperoleh
pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan
ketidakrataan dapat dihilangkan.

Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara


terus menerus untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada
roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan tidak diperkenankan.
Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari lengketnya
campuran beraspal pada roda. Peralatan berat atau alat pemadat
tidak diijinkan berada di atas permukaan yang baru selesai
dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin. Setiap
produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh kontraktor di atas perkerasan
yang sedang dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya
pembongkaran dan perbaikan oleh kontraktor atas perkerasan yang
terkontaminasi, selanjutnya semua biaya pekerjaaan perbaikan ini
menjadi beban Kontraktor.

Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan


lereng melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang
disyaratkan. Setiap campuran beraspal padat yang menjadi lepas
atau rusak, tercampur dengan kotoran, atau rusak dalam bentuk
apapun, harus dibongkar dan diganti dengan campuran panas yang
baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal
terhampar dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan
kelebihan atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti.
Seluruh tonjolan setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat
ambles, dan segregasi permukaan yang keropos harus diperbaiki
sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan.

Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor


harus memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan
yang berlebihan harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir,
dan dibuang oleh Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga
tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya disetujui oleh Konsultan.

5) Sambungan

Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang


berurutan harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis
satu tidak terletak segaris yang lainnya. Sambungan memanjang
harus diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapisan teratas
berada di pemisah jalur atau pemisah lajur lalu lintas.

Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran


beraspal yang telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana
tepinya telah tegak lurus atau telah dipotong tegak lurus atau
dipanaskan dengan menggunakan lidah api (dengan menggunakan
alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada bidang vertikal
sambungan harus lapis perekat.

4.3.7. Divisi 7. Struktur

4.3.7.1. Beton Siklop fc’15 Mpa (K-175)

Beton Siklop fc’15 Mpa (K-175) merupakan beton yang terdiri dari 60% campuran
beton dan 40% batu belah. Dalam kegiatan ini beton siklop diperuntukkan untuk
saluran. Pekerjaan ini juga sudah termasuk pembuatan perancah dan bekisting untuk
acuan pengecoran.
Sebelum melakukan pekerjaan, terlebih dahulu ditunjukkan semen usulan agregat
dan campuran yang memadai berdasarkan hasil pengujian material dan campuran di
laboratorium berdasarkan kuat beton untuk umut 7 dan 28 hari, atau umur yang lain
yang telah ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, yang tertuang secara berurutan sesuai
dalam spesifikasi teknik.
Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi criteria
teknis utama, yaitu kelecakan (Workability), kekuatan (Straigth), dan keawetan
(Durability). Penyedia jasa akan membuat gambar detil untuk seluruh perancah yang
akan digunakan, dan memperoleh persetujuan direksi pekerjaan sebelum setiap
pekerjaan perancah dimulai.
A.  Tahap pelaksanaan:
- Bahan-bahan untuk campuran beton (semen, pasir, aggregat kasar dan air)
- Material (pasir, semen, aggregat kasar) pencampuran dilakukan menggunakan
concerete pan mixer.
- Bersihkan lantai kerja, selanjutnya pasang pembesian dan bekisting.
Pembesian, bekisting dan benda-benda lain (pipa) yang dimasukkan ke dalam
beton harus diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
- Adukan beton menggunakan concerete mixer dan dituang ke dalam cetakan.
- Padatkan adukan beton secara merata menggunakan Concerete Vibrator.
- Permukaan beton dibentuk dan diratakan perlahan-lahan menggunakan Towel
dan dilanjutkan menggunakan mistar lurus sampai permukaan menjadi rata
dan halus.
- Perawatan dilakukan dengan menutupi permukaan beton menggunakan karung
basah.
- Setelah minimal 12 jam pada saat pengecoran bekisting dibongkar.
B.      Tenaga:
- Pekerja Biasa
- Tukang
- Mandor
C.      Bahan:
- Semen
-  Pasir Beton
- Agregat Kasar
- Bekisting
- Paku
D.     Peralatan:
- Batching Plant
- Truck Mixer
- Conc. Vibrator
- Water Tanker
- Alat Bantu

4.3.7.2. Pasangan Batu

Pekerjaan pasangan batu adalah pekerjaan pasangan batu kali/gunung dengan


menggunakan campuran semen pasir yang dibentuk sesuai dengan gambar dan
spesifikasi teknis.

Cara Pelaksanannya:

 Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan


 Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm.
 Siapkan adukan semen 1Pc : 4Psr untuk melekatkan batu-batu tersebut
 Pasang batu kali dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar
pasangan tersebut rata.
 Batu kali disusun sedemikian rupa sehingga pasangan batu kali tidak mudah
retak/patah dan berongga besar.
 Cek elevasi pekerjaan pasangan batu kali apakah sudah sesuai rencana.
 Pekerjaan akhir adalah finish pasangan batu kali dengan plesteran pada bagian
atas sesuai gambar rencana.
4.3.1. Divisi 9. Pekerjaan Harian dan Pekerjaan Lain-lain.

4.3.8.1.  Marka Jalan Termoplastik

1. Umum
a. Uraian
-   Yang dimaksud dengan Marka Jalan adalah suatu tanda yang berada di
permukaan jalan yang meliputi peralatan atau tanda yang membentuk
garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarah arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas
-   Pekerjaan ini meliputi pengecatan marka jalan baik pada permukaan
perkerasan lama maupun yang selesai di-overlay, pada lokasi yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
b. Penerbitan Gambar Penempatan dan Detil Pelaksanaan
-   Gambar penempatan yang menunjukkan lokasi marka jalan dan detil
pelaksanaan semua bentuk marka jalan yang tidak terdapat di dalam
Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan disediakan oleh Direksi
Pekerjaan setelah Penyedia Jasa menyelesaikan laporan hasil survei
lapangan.
c. Persyaratan Bahan
-    Cat untuk Marka Jalan Pada pasal ini kata “cat” sering dikonotasikan
sebagai bahan marka jalan jenis termoplastik sebagai cat. Cat haruslah
bewarna putih atau kuning seperti yang ditunjukkan dalam Gambar dan
memenuhi Spesifikasi berikut ini:
-   Marka Jalan Termoplastik: SNI 06-4826-1998 (jenis padat, bukan serbuk)
-   Butiran Kaca, Butiran Kaca haruslah memenuhi Spesifikasi sesuai SNI 15-
4839-1998
2.    Persyaratan
a.  Persyaratan Kerja
Pengajuan Kesiapan Kerja Satu liter contoh cat untuk setiap warna dan jenis
cat bersama dengan data pendukung untuk setiap jenis cat berikut ini harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan:
- Komposisi (analisa dengan berat)
- Jenis penerapan (panas atau dingin)
- Jenis dan jumlah maksimum bahan pengencer.
- Waktu pengeringan (untuk pengecatan ulang)
- Pelapisan yang disarankan
- Ketahanan terhadap panas
- Detil cat dasar atau lapis perekat yang diperlukan
- Umur kemasan (umur dari produk)
- Batas waktu kadaluarsa
b.  Jadwal Pekerjaan
-   Marka jalan harus dilaksanakan pada permukaan jalan lama sedini
mungkin dalam Periode Pelaksanaan.
-   Untuk pengecatan marka pada permukaan perkerasan lama, Direksi
Pekerjaan akan menerbitkan detil dan lokasi.
-   Untuk ruas-ruas perkerasan lama yang dirancang untuk di-overlay
(pelapisan ulang) tetapi telah diberi marka jalan maka marka jalan tersebut
harus diulang setelah pekerjaan pelapisan ulang selesai dikerjakan dalam
batas waktu yang disyaratkan.
3.     Pelaksanaan
a. Penyiapan Permukaan Perkerasan.
-    Sebelum penandaan marka jalan atau pengecatan dilaksanakan,
Penyedia Jasa harus menjamin bahwa permukaan perkerasan jalan yang
akan diberi marka jalan harus bersih, kering dan bebas dari bahan yang
bergemuk dan debu. Penyedia Jasa harus menghilangkan dengan grit
blasting (pengausan dengan bahan berbutir halus) setiap marka jalan
lama baik termoplastis maupun bukan, yang akan menghalangi kelekatan
lapisan cat baru
b. Pelaksanaan Pengecatan Marka Jalan
-   Semua bahan cat yang digunakan tanpa pemanasan (bukan termoplastik)
harus dicampur terlebih dahulu menurut petunjuk pabrik pembuatnya
sebelum digunakan agar suspense pigmen merata di dalam cat
-   Pengecatan tidak boleh dilaksanakan pada suatu permukaan yang baru
diaspal kurang dari 3 bulan setelah pelaksanaan lapis permukaan, kecuali
diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan Selama masa tunggu yang
disebutkan di atas, pengecatan marka jalan sementara (pre-marking)
pada permukaan beraspal harus dilaksanakan segera setelah pelapisan
-   Penyedia Jasa harus mengatur dan menandai semua marka jalan pada
permukaan perkerasan dengan dimensi dan penempatan yang presisi
sebelum pelaksanaan pengecatan marka jalan
-   Pengecatan marka jalan dilaksanakan pada garis sumbu, garis lajur, garis
tepi dan zebra cross dengan bantuan sebuah mesin mekanis yang
disetujui, bergerak dengan mesin sendiri, jenis penyemprotan atau
penghamparan otomatis dengan katup mekanis yang mampu membuat
garis putus-putus dalam pengoperasian yang menerus (tanpa berhenti
dan mulai berjalan lagi) dengan hasil yang dapat diterima Direksi
Pekerjaan. Mesin yang digunakan tersebut harus menghasilkan suatu
lapisan yang rata dan seragam dengan tebal basah minimum 0,38
milimeter untuk “cat bukan termoplastik” dan tebal minimum 1,50 mm
untuk “cat termoplastik” belum termasuk butiran kaca yang juga
ditaburkan secara mekanis, dengan garis tepi yang bersih (tidak
bergerigi) pada lebar ran-cangan yang sesuai. Bilamana tidak
disyaratkan oleh pabrik pembuatnya, maka cat termoplastik harus
dilaksanakan pada temperatur 204°C - 218°C.
-   Bila mana penggunaan mesin tak memungkinkan, maka dapat
meminta izin Direksi Pekerjaan pengecatan marka jalan dengan cara
manual, dikuas, disemprot dan dicetak dengan sesuai dengan
konfigurasi marka jalan dan jenis cat yang disetujui untuk
penggunaannya
-   Butiran kaca harus ditaburkan di atas permukaan cat segera setelah
pelaksanaan penyemprotan atau penghamparan cat. Butiran kaca
harus ditaburkan dengan kadar 450 gram/m2 untuk semua jenis cat,
baik untuk “bukan termoplastik” maupun “termoplastik”
-   Semua marka jalan harus dilindungi dari lalu lintas sampai marka
jalan ini dapat dilalui oleh lalu lintas tanpa adanya bintik-bintik atau
bekas jejak roda serta kerusakannya lainnya
-   Semua marka jalan yang tidak menampilkan hasil yang merata dan
memenuhi ketentuan baik siang maupun malam hari harus diperbaiki
oleh Penyedia Jasa atas biayanya sendiri
-   Ketentuan dari Seksi 1.3 Pengaturan Lalu Lintas harus diikuti
sedemikian sehingga menjamin keamanan umum ketika pengecatan
marka jalan sedang dilaksanakan
-   Semua pemakaian cat secara dingin harus diaduk di lapangan menurut
ketentuan pabrik pembuat sesaat sebelum dipakai agar menjaga bahan
pewarna tercampur merata di dalam suspense

4.3.2. Divisi 10. Pekerjaan Pemeliharaan Kinerja

4.3.9.1. Campuran Aspal Panas untuk Pekerjaan Minor

Setelah pekerjaan perbaikan pondasi untuk pekerjaan minor selesai dilaksanakan


maka lapisan pondasi ditutup dengan menggunakan material hotmix campuran aspal
panas.
Metode kerja dari pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
- Sebelum melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan kepada
direksi untuki untuk disetujui
- Material campuran aspal panas dihampar dengan tenaga manusia dan dipadatkan
dengan Tendem Roller.
- Selama pemadatan, pekerja akan merapihkan tepi hamparan dengan
menggunakan alat bantu.
-
4.4. QUALITY CONTROLL

Untuk menjamin agar diperoleh hasil kerja yang baik sesuai dengan mutu yang
disyaratkan, perlu dilakukan pengendalian mutu (quality control) terhadap pelaksanaan
pekerjaan anatara lain mengontrol

 Seluruh material yang digunakan

 Pemilihan tenaga kerja

 Perawatan alat

 Test material di laboratorium dan lapangan

Melakukan pemeriksaan secara teratur, bsik terhadap bahan-bahan yang digunakan


dalam pelaksanaan pekerjaan, maupun terhadap cara pelaksanaan pekerjaan sendiri.

4.5. ADMINISTRASI PELAPORAN


Selama masa proyek kontraktor juga wajib membuat laporan pelaksanaan pekerjaan
yang meliputi:
- Laporan harian
- Laporan mingguan
- Laporan bulanan
- Dokumentasi dan
- Gambar-gambar dan laporan hasil test
BAB V
SPESIFIKASI
JABATAN KERJA KONTRUKSI
Supaya dalam pengerjaan Peningkatan Jalan Jasan-Timbul bisa berjalan dengan baik dan
hasil sesuai yang direncanakan maka diperlukan tenaga ahli dan juga tenaga terampil di
bidangnya. Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil yang ditugaskan harus sudah berpengalaman di
bidangnya masing-masing dan harus memiliki SKA dan SKT (Surat Keterangan Terampil)
yang dikeluarkan oleh LPJK serta Asosiasi tenaga ahli dan terampil serta dapat menunjukkan
surat keahlian dan terampil yang dimiliki saat ditugaskan.
Tenaga Ahli dan Tenaga Terampil yang diperlukan/dipersyaratkan dalam pengerjaan
Peningkatan Jalan Jasan-Timbul adalah sebagai berikut:

1. Manajer Proyek
Sebagai Manajer Proyek menjadi penanggung jawab dari pelaksanaan proyek dan berhak
menerima laporan perkembangan terbaru dari berbagai bagian. Adapun tugas Project
Manager sebagai berikut:
a.   Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Membuat jadual (master construction schedule) pekerjaan dan Network Planning
- Menyusun Rencana Anggaran Proyek berdasarkan RAP awal dari Estimate Manager
dan mempresentasikan pada Direksi hingga diperoleh persetujuan dan membuat
Rencana Cash Flow Proyek
- Membuat rencana penggunaan material dan peralatan
- Menentukan metode kerja sesuai kondisi proyek dan menentukan alternative metode
kerja untuk efisiensi penggunaan RAP
- Menyusun pembuatan Rencana Mutu & K3 Proyek termasuk jadual serta metode
kerja, bersama-sama dengan Quality Control dan Site Manager pada awal proyek
- Merencanakan calon dan waktu penunjukkan untuk mendukung pelaksanaan proyek
- Mengevaluasi data teknis dan metode pelaksanaan Supplier dalam rangka proses
persetujuan Tim Proyek / Manajemen Konstruksi.
- Mengusulkan Supplier untuk mendukung pelaksanaan proyek
- Merencanakan pengembangan karyawan melalui pendidikan dan pelatihan
- Membuat perencanaan keamanan proyek
b.  Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Mengatur dan mengkoordinasikan bawahan dan rekan kerja dalam satu tim
- Melakukan koordinasi dengan fungsi lain terkait untuk kelancaran pelaksanaan proyek
(Surat menyurat / meeting, dll)
- Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal (Owner, konsultan, NSC, masyarakat
sekitar proyek) terkait dengan lingkup pekerjaan untuk kelancaran pelaksanaan proyek
(perijinan)
- Melakukan koordinasi dengan MR terkait penerapan sistem manajemen mutu beserta
audit
- Mengarahkan kegiatan Quality Control (Monitoring hasil inspeksi dan tes)
- Melakukan koordinasi dengan Engineering terkait ketersediaan Shop-drawing
- Melakukan koordinasi / kerjasama dengan pihak Outsourcing Security,GA dan pihak
lain terkait
- Melakukan koordinasi dengan Bagian Keuangan terkait tagihan progress pekerjaan
kepada Owner
c.   Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Mengendalikan dan memastikan pelaksanaan kegiatan proyek berjalan sesuai dengan
target biaya, mutu, waktu, dan safety
- Memastikan tagihan progres pekerjaan kepada Owner telah direalisasikan oleh Bagian
keuangan
- Melakukan serah terima proyek kepada pemilik proyek dan menjamin terjadinya
perolehan Surat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan berikut Surat Referensi
Pekerjaan dari pihak Pemberi Tugas
- Melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan (pemilik proyek / konsultan)
- Melaksanakan dan mengembangkan sistem pengelolaan SDM, material dan peralatan
- Melakukan verifikasi pengeluaran proyek
- Menjaga hubungan baik dengan Owner, lingkungan dan instansi terkait
- Melaksanakan, mensosialisasikan, mengembangkan dan mengendalikan penerapan
peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek
- Memastikan bahwa aset yang ada di proyek terpelihara dengan baik
- Memfasilitasi kegiatan audit di proyek
- Membuat laporan kegiatan proyek, laporan bulanan yang menyangkut aspek realisasi
biaya, progress, NCR dan laporan keluhan pelanggan
- Membuat dan mengendalikan Cash flow proyek yang dikerjakan
- Memotivasi, mengarahkan dan membina bawahan untuk mencapai sasaran
- Melaksanakan pengembangan bawahan dan peningkatan disiplin kerja
- Mengusulkan perubahan status bawahan (rotasi, mutasi, promosi, sanksi, dan demosi)
sejauh wewenang yang dimiliki
- Melaksanakan tugas lain terkait pekerjaan yang diberikan oleh atasan
- Menjamin keselamatan, keamanan dan kebersihan lingkungan kerja selama
pelaksanaan proyek
d.   Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek
- Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang timbul selama proses kegiatan
konstruksi di proyek dibawah koordinasi Operation Director
- Memantau proses kegiatan proyek di lapangan dan segera mengambil langkah koreksi
bila terjadi penyimpangan
- Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian antara
rencana dan realisasinya
- Mengevaluasi kinerja Supplier berdasarkan hasil kerja di lapangan untuk masukan
kepada Dept. Logistic / Cost Control
- Mengevaluasi dan menganalisa penggunaan anggaran proyek untuk optimalisasi
keuntungan
- Memantau kelancaran proses tagihan sehingga tepat waktu
- Mengontrol penggunaan peralatan safety
- Mengontrol pelaksanaan pekerjaan Supplier / NSC
- Menganalisa kebutuhan dan pemakaian material maupun peralatan
- Mengontrol SDM / personil proyek, termasuk disiplin kerja karyawan.
2. Manager Teknik
Manager Teknik merupakan penanggung jawab bidang teknis dan pengendalian
operasionalnya. Adapun Manager Teknik yang diperlukan yaitu Manajer Teknik Jalan
dengan tugas:
- Dapat Menguasai pelaksanaan pekerjaan jalan yang bersifat sederhana dan umum
- Dapat Menguasai pelaksanaan pengawasan pekerjaan jalan dengan tingkat kesulitan
sederhana dan umum

Manajer Teknik membantu Project Manager dalam pelaksanaan pekerjaan dalam hal:
1. Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Bersama dengan Project Manager menyusun bahan / materi Rencana Mutu Proyek
sesuai bagiannya
- Menyiapkan detail materi penyusunan Rencana Anggaran Proyek
- Menyusun schedule bulanan dan mingguan berdasarkan master schedule kontrak kerja
- Merencanakan kebutuhan SDM dan teknologi
- Merencanakan penggunaan material dan peralatan
- Mengusulkan pengembangan karyawan melalui pendidikan dan pelatihan
2. Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Memimpin/mengarahkan secara langsung para Mandor dan Pelaksana proyek untuk
memenuhi persyaratan biaya, mutu, waktu, dan safety yang telah disepakati
- Melakukan koordinasi dengan bagian lain (internal) terkait untuk kelancaran
pelaksanaan proyek
- Melakukan koordinasi dengan GA (General Affair) terkait dengan urusan umum
- Melakukan koordinasi dengan MR (Management Representatif) terkait audit
- Melakukan koordinasi dengan Cost Control terkait dengan optimalisasi keuntungan
proyek
- Melakukan koordinasi dengan Safety terkait dengan K3
- Melakukan koordinasi dengan Owner / Konsultan terkait pelaksanaan proyek
- Melakukan koordinasi dengan Supplier terkait kelancaran pelaksanaan proyek
- Melakukan koordinasi dengan Logistik dan Mekanik yang terkait dengan material dan
peralatan
- Melakukan koordinasi dengan Quality Control terkait dengan mutu pekerjaan
3. Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek
- Memproses detail Berita Acara tagihan
- Menyusun detail/materi progress claim untuk disetujui oleh Project Manager dan
Pemberi Tugas
- Mendistribusikan shop-drawing ke setiap Supervisor
- Memastikan pelaksanaan kerja sehari-hari di lapangan sesuai jadual yang dibuat
- Mengendalikan pelaksanaan biaya proyek guna mencapai target biaya, mutu, waktu
dan safety
- Menyetujui nilai progres pekerjaan Mandor yang diajukan oleh Chief
Supervisor/Supervisor
- Mengendalikan sumber daya dalam pelaksanaan proyek
- Melakukan perbaikan sesuai dengan kebutuhan pelanggan (pemilik proyek/konsultan)
- Melaksanakan, mensosialisasikan, mengembangkan dan mengendalikan penerapan
- peraturan tata tertib, sistem dan prosedur proyek
- Memastikan bahwa aset yang ada di proyek terpelihara dengan baik, termasuk
memastikan alat ukur yang dipakai telah dikalibrasi, ditera dan diverifikasi
- Memfasilitasi kegiatan audit di proyek
- Membuat laporan kegiatan proyek
- Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama Project Manager
- Memotivasi, mengarahkan dan membina bawahan untuk mencapai sasaran
- Melaksanakan pengembangan karyawan dan peningkatan disiplin kerja bawahan
- Mengusulkan perubahan status karyawan (rotasi, mutasi, promosi, sanksi dan demosi)
sejauh wewenang yang dimiliki
- Melaksanakan tugas lain terkait pekerjaan yang diberikan oleh atasan
- Melaksanakan Prosedur sesuai SMM ISO 9001 & OHSAS 18001
- Memastikan keselamatan kerja dan kebersihan lingkungan kerja selama pelaksanaan
4. Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek
- Memastikan tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang memadai
- Memastikan tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh mandor
- Memastikan tersedianya dana pembayaran upah / opname mandor
- Memastikan pelaksanaan pekerjaan sesuai IK (Instruksi Kerja) yang berlaku
- Memastikan keselamatan kerja selama pelaksanaan proyek
- Menganalisa hasil kegiatan pelaksanaan proyek untuk melihat kesesuaian antara
rencana dan realisasinya
- Mengontrol penggunaan peralatan safety dan peralatan surveyor
- Mengontrol pelaksanaan pekerjaan NSC
- Bersama PM mengevaluasi kinerja Subkont berdasarkan hasil kerja di lapangan untuk
masukan kepada Dept. Logistic
- Menganalisa kebutuhan dan pemakaian material maupun peralatan
- Mengontrol personil/SDM proyek serta disiplin kerja bawahan

3. Ahli K3
Peranan Ahli K3 Konstruksi adalah dapat menyusun program K3 serta penerapannya dalam
konstruksi. Berikut adalah Klasifikasi Ahli K3 Konstruksi beikut tugas dan tanggung
jawabnya, yaitu:
a.  Ahli K3 Konstruksi Muda
- Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
- Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
- Merencanakan dan menyusun program K3
- Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
- Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3
- Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
konstruksi
- Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
- Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat
a. Ahli K3 Konstruksi Madya
- Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
- Mengelola dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
- Mengelola program K3
- Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
- Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3
- Mengelola laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3 konstruksi
- Mengelola metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika diperlukan
- Mengelola penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat
b. Ahli K3 Konstruksi Utama
- Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang dan terkait K3
Konstruksi
- Mengevaluasi dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan konstruksi
- Mengevaluasi program K3
- Mengevaluasi prosedur dan instruksi kerja penerapan ketentuan K3
- Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan pelaksanaan program, prosedur
kerja dan instruksi kerja K3
- Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3 dan pedoman teknis K3
konstruksi
- Mengevaluasi perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi berbasis K3, jika
diperlukan
- Mengevaluasi penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta keadaan
darurat

4. Manajer Keuangan
Manajer Keuangan memimpin semua aktifitas dalam bidang Administrasi, Keuangan dan
Umum. Memimpin semua aktifitas dalam bidang Administrasi, Keuangan dan Umum.
Adapun tugas Manajer Keuangan yaitu:
- Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja di proyek baik untuk pegawai bulanan
sampai pekerja harian dengan spesialisasi keahlian masing-masing sesuai posisi
organisasi proyek yang dibutuhkan.
- Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan pergudangan,
laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang, dan lain-lain
- Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan dibayar oleh
Owner sebagai pemilik proyek
- Melayani tamu-tamu intern perusahaan maupun ekstern dan melakukan tugas umum
- Mengisi data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja, menyimpan data
kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta tunjangan karyawan
- Membuat laporan akuntansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta retribusi
- Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor nasional dengan banyak
proyek maka bertugas juga membuat laporan ke kantor pusat serta menyiapkan
dokumen untuk permintaan dana ke bagian keuangan pusat
- Membantu Project Manager terutama dalam hal keuangan dan sumber daya manusia
sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat berjalan dengan baik
- Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah, atau kepolisian mengenai
keberadaan proyek dan karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan
- Mencatat aktiva proyek meliputi inventaris, kendaraan dinas, alat-alat proyek, dan
sejenisnya
- Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek yang dikerjakan
berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali kepada kontraktor spesialis
sesuai dengan item pekerjaan yang dikerjakan
- Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta data proyek

Berikut susunan personil manajerial dan personil lainnya.

Tabel. 5.1 Daftar Personil Manajerial (Permen PUPR 14 Th 2020)


No Jabatan SKA/SKT Kualifikasi Pendidikan Pengalaman Jumlah

Personil Manajerial

1. Manager SKA Teknik Muda S1 4 Tahun 1 Orang


Proyek Jalan

2. Manager SKA Teknik Muda S1 3 Tahun 1 Orang


Teknik Jalan

3. Ahli K3 SKA K3 Muda S1 3 Tahun sesuai keahlian 1 Orang


Konstruksi

4. Manager - - S1 3 Tahun 1 Orang


Keuangan

Tabel. 5.2 Daftar Kebutuhan Personil Proyek


No Jabatan SKA/SKT Kualifikasi Pendidikan Pengalaman Jumlah

Personil Lainnya

1. Pelaksana SKT Pelaksana SMA/SMK 3 Tahun 1 Orang


Jalan Jalan sederajat

1. Pelaksana SKT Lab Jalan / SMA/SMK 3 Tahun 1 Orang


Mutu SKT Lab Aspal sederajat

2. Surveyor SKT Juru Ukur SMA/SMK 3 Tahun 1 Orang


sederajat

3. Administrasi SMA/SMK 3 Tahun 2 Orang


sederajat

4. Logistik SMA/SMK 3 Tahun 2 Orang


sederajat
MATA PEMBAYARAN UTAMA
Mata Pembayaran Utama adalah mata pembayaran yang pokok dan penting yang nilai
kumulatifnya minimal 80% dari seluruh nilai pekerjaan, dihitung mulai mata pembayaran
yang nilai bobotnya terbesar.
NO  URAIAN PEKERJAAN       
1 Laston Lapis Antara (AC-BC) Tebal 6 Cm
 2 Laston Lapis Aus (AC-WC) Tebal 4 Cm
 3 Lapis Pondasi Agregat Kelas A
4 Lapis Pondasi Agregat Kelas B

PENUTUP

Perbedaan Pengertian:
Hal-hal yang tidak tercantum dalam Spesifikasi Teknis ini, pada uraian pekerjaan dan bahan-
bahan tidak dinyatakan dengan kata-kata “ Harus dipasang, dibuat, dilaksanakan dan
disediakan oleh Pelaksana (Dalam Hal ini Penyedia) “ tetapi bila mana pekerjaan-
pekerjaan bahan-bahan tersebut nyata adalah menjadi bagian dari pekerjaan pelaksana, maka
pernyataan tersebut dianggap dimuat dalam Spesifikasi Teknis ini, dan bukan sebagai
pekerjaan lebih.
Pelaksana sebelum penyerahan pekerjaan Wajib mengadakan pembersihan dan perapian dan
perbaikan-perbaikan di lapangan sampai mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan dan
Pemimpin Kegiatan.
Gianyar, 21 Maret 2022

Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum


Dan Penataan Ruang Kabupaten Gianyar/Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK)

MADE GDE ASTAWIGUNA, ST. M.Eng


Pembina
Nip 19790805 200501 1 010

Anda mungkin juga menyukai