Hasil Skripsi - Nor Hikmah - Revisi Sidang
Hasil Skripsi - Nor Hikmah - Revisi Sidang
SKRIPSI
Oleh :
NOR HIKMAH
NIM. 1811013320003
Oleh :
NOR HIKMAH
NIM. 1811013320003
(…………………………)
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Nor Hikmah
NIM. 1811013320003
iii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam Nabi Muhammad SAW
sehingga penulisan laporan skripsi yang berjudul “ Etnobotani Kapul
(Baccaurea macrocarva) dan Limpasu (Baccaurea lanceolata) Oleh Suku
Dayak dan Suku Banjar Di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu
Sungai Tengah” ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan skripsi ini
merupakan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Sarjana
S-1 Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Lambung Mangkurat. Penulis menyadari bahwa penyelesaian laporan ini tidak
lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua, kakak dan adik-adik yang senantiasa selalu mendoakan,
memotivasi, memberikan semangat dan serta dukungan moril maupun
material untuk menyelesaikan program S1 ini.
2. Bapak Dr. Gunawan, S.si., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu memberikan bimbingan, kritik dan saran serta dukungan
dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
3. Ibu Hidayaturrahmah, S.Si., M.Si dan bapak Dr. Drs. Krisdianto, M.Sc
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan yang sifatnya
membangun, sehingga penelitian ini menjadi lebih baik.
4. Teman-teman khususnya tim Baccaurea (Azmil Aqilatul Waru, Raudatul
Hilaliyah, Sakinah) dan angkatan “ Phoenix “ Biologi 2018 yang sudah
membantu dan mendukung penulis menyelesaikan skripsi hingga selesai.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun
dari semua pihak, dengan karya ini saya berharap dapat bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya.
Nor Hikmah
iv
ABSTRAK
Masyarakat suku Dayak dan suku Banjar umunya bertempat tinggal di pinggir
sungai sering kali memanfatkan bahan hasil hutan seperti tumbuhan guna
kepentingan dalam hal memenuhi kebutuhan pangan, adat istiadat dan lain
sebagainya. Penelitian ini mengungkapkan pemanfaatan Baccaurea macrocarpa
dan Baccaurea lanceolata oleh masyarakat suku Dayak dan suku Banjar di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah. Penelitian
menggunakan metode snowball sampling, mengunjungi dan mewawancarai
masyarakat yang menjadi responden kunci secara bergulir dan mengumpulkan
data dari diskusi informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat suku
Dayak dan suku Banjar secara tradisional masih memanfaatkan tumbuhan kapul
dan limpasu bagian yang digunakan yaitu akar, batang, daun dan buah, dan bagian
terbanyak digunakan pada tumbuhan limpasu yaitu buah 50%, tumbuhan kapul
penggunaan terbanyak yaitu bagian buah 66,6%. Tumbuhan tersebut
dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap olahan makanan, bahan bangunan,
kosmetik, obat kesehatan seperti : obat demam, panas dalam, sakit perut,
perawatan kulit wajah, menyegarkan badan dan mengobati virus covid’19.
Namun, pemanfaatan saat ini sudah jarang dilakukan diakibatkan perubahan
fungsi lahan seperti pembukaan lahan untuk kebun dan pembangunan rumah,
sehingga terancamnya habitat tumbuhan dan perlunya tindak lanjut seperti
kegiatan konservasi.
Kata kunci: Suku Dayak, Suku Banjar, Baccaurea macrocarpa, Baccaurea
lanceolata
v
ABSTRACT
ETHNOBOTANY OF KAPUL (Baccaurea macrocarpa AND LIMPASU
(Baccaurea Lanceolata) BY DAYAK AND BANJAR TRIBE IN UPstream
SOUTH RIVER AND CENTRAL RIVER UPPER DISTRICT
(By: Nor Hikmah, Gunawan; 2022, Halaman)
The Dayak and Banjar people who generally live on the banks of the river often
take advantage of forest product materials such as plants for the purpose of
meeting food needs, customs and so on. This study reveals the use of Baccaurea
macrocarpa and Baccaurea lanceolata by the Dayak and Banjar tribes in Hulu
Sungai Selatan and Hulu Sungai Tengah districts. The study used the snowball
sampling method, visiting and interviewing the community who were key
respondents on a rolling basis and collecting data from informant discussions. The
results showed that the Dayak and Banjar tribes traditionally still use the kapul
and limpasu plants, the parts used are roots, stems, leaves and fruit, and the most
used parts for the limpasu plants are 50% fruit, the most used kapul plants are 66
fruit parts. ,6%. These plants are used as complementary materials for processed
foods, building materials, cosmetics, health drugs such as: fever medicine, internal
heat, stomach pain, facial skin care, refreshing the body and treating the covid'19
virus. However, the current utilization is rarely carried out due to changes in land
function such as land clearing for gardens and construction of houses, thus
endangering plant habitats and the need for follow-up actions such as
conservation activities
vi
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
PRAKATA iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Gambaran Umum Lokasi .............................................................................4
2.2 Genus Baccaurea ..........................................................................................5
2.3 Kandungan Fitokimia ...................................................................................7
2.4 Penyebaran Baccaurea ..................................................................................8
2.5 Etnobotani ....................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN 10
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 10
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 10
3.3 Jenis data dan sumber data ......................................................................... 10
3.4 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 11
3.5 Analisis Data ............................................................................................. 13
sBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 15
4.1. Gambaran Singkat Lokasi Penelitian ......................................................... 15
vii
4.2 Pemanfaatan Tumbuhan Limpasu oleh Masyarakat Suku Dayak dan Suku
Banjar ......................................................................................................... 16
4.3 Pemanfaatan Tumbuhan Kapul oleh Masyarakat Suku Dayak dan Suku
Banjar ......................................................................................................... 17
4.4 Kearifan Lokal Pemanfaatan Buah Kapul dan Limpasu Oleh Masyarakat
Suku Dayak dan Suku Banjar..................................................................... 24
BAB V PENUTUP 28
5.1 Kesimpulan................................................................................................. 28
5.2 Saran ........................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tumbuhan Limpasu (Baccaurea lanceolata) (a). Buah Limpasu, (b)
Pohon Llimpasu.................................................................................... 7
Gambar 2. Tumbuhan Kapul (Baccaurea macrocarpa) (a). Buah Kapul (b).
Pohon Kapul ......................................................................................... 7
Gambar 3. Persentase Pemanfaatan Bagian Buah Limpasu............................ ….18
Gambar 4. Persentase Pemanfaatan Bagian Buah Kapul ..................................... 22
Gambar 5. Perbandingan Pemanfaatan Tumbuhan Limpasu dan Kapul………..25
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pemanfaatan Buah Limpasu ( Baccaurea lanceolata )........................... 17
Tabel 2. Pemanfaatan Buah kapul (Baccaurea macrocarpa) ............................... 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Wawancara dengan Beberapa Informan Kunci …….32
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
temui yaitu Genus Baccaurea. Baccaurea merupakan jenis tumbuhan buah lokal
sering dimanfaatkan oleh masyarakat lokal Kalimantan Selatan khususnya Hulu
Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah. Buah lokal ini termasuk tumbuhan buah
bermusim yang mempunyai banyak manfaat seperti untuk sumber pendapatan,
sebagai bahan pangan, dan lain sebagainya. Pengetahuan pemanfaatan masyarakat
tumbuhan didapatkan dari berbagai macam informasi baik secara lisan,
pengalaman sendiri dan dari turun-temurun.
Baccaurea lanceolata atau dikenal dengan sebutan buah Limpasu dan
Baccaurea macrocarpa dikenal dengan buah Kapul putih merupakan buah
tahunan kaya akan manfaat salah satunya juga dapat digunakan sebagai alternatif
pengobatan alami. Kandungan metabolit sekunder yang dimiliki buah Kapul dan
Limpasu mampu mengobati berbagai macam penyakit tertentu sebagai
pertolongan pertama. Kedua jenis buah ini bisa dijumpai didaerah pedalaman
yang lumayan sulit dijangkau namun tidak semuanya, beberapa juga ada yang
ditemui tumbuh di pemukiman warga. Hal ini dikarenakan buah Baccaurea
merupakan buah yang saat ini mulai di abaikan oleh masyarakat sekitar, selain itu
juga dengan adanya alih fungsi lahan seperti pembukaan pertambangan,
perkebunan dan pembukaan lahan lain sebagainya membuat keberadaan
Baccaurea terancam.
Masyarakat di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah
berdasarkan informasi awal menggunakan Baccaurea macrocarpa dan Baccaurea
lanceolata, untuk mengungkapkan yang lebih mendalam maka perlu dilakukan
penelitian Etnobotani. Etnobotani merupakan salah satu ilmu cabang biologi yang
menjelaskan terkait hubungan manusia dengan alam atau sering disebut interaksi
tumbuhan dengan manusia saling menguntungkan, yaitu dengan memanfaatkan
tumbuhan sebagai sumber obat, makanan, kosmetik, pangan dan lain sebagainya,
bagian tumbuhan yang digunakan akar, batang, daun, dan bunga. Selain itu dapat
mempertahankan tradisi kebudayaan dalam pemanfaatan, semakin banyak yang
menggunakan maka semakin banyak yang melindungi tumbuhan buah yang
berpotensi obat tersebut maka semakin terjagalah kelestarianya.
2
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pemanfaatan Baccaurea
macrocarpa dan Baccaurea lanceolata di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Desa
Mawangi dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah Desa Hantakan..
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian etnobotani ini yaitu mengungkapkan pemanfaatan
Baccuarea lanceolata dan Baccaurea macrocarpa oleh Masyarakat suku Dayak
dan suku Banjar di Kabupaten Hulu Sungai Selatan Desa Mawangi dan
Kabupaten Hulu Sungai Tengah Desa Hantakan.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
berada di Gunung Halau-Halau/ Gunung Besar Pegunungan Meratus ± 1.894 m di
atas permukaan laut, dengan kemiringan tanah bervariasi antara 0 – 40%. Jenis
tanah terdiri dari podsolik merah kuning, orgonosol gley humus, litosol dan
latosol. Jumlah curah hujan tahunan rata-rata 179 ml dengan jumlah hari hujan 85
hari/tahun dan intensitas suhu antara 21,19º C sampai dengan 32,93º C.
Kecamatan Hantakan merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di
Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Terdapat suku Dayak dan Suku Banjar.
5
dengan tiap ruang berisi 1 biji. Habitat alami Baccaurea adalah di hutan tropis
dataran rendah dengan ketinggian umumnya di bawah 500 m dpl. Tumbuhan ini
ditemukan pada kisaran jenis tanah yang cukup luas, dari tanah berpasir sampai
rawa, tetapi umumnya lebih cenderung tumbuh di dekat sungai, di mana tersedia
air dalam jumlah yang cukup. Beberapa jenis Baccaurea menjadi tumbuhan yang
tumbuh mendominasi pada lantai hutan di hutan-hutan (Aprilianti et al., 2009).
Pegunungan meratus tidak hanya memiliki banyak alam wisata yang
menawan tetapi juga memiliki banyak sekali beragam jenis tumbuhan salah
satunya Baccaurea. Adapun jenis-jenis Baccaurea yang berpotensi ialah B.
bracteate, B. Dulcis, B.lanceolata, B. Macrocarpha, B. motleyana, B. parviflora,
B.ramiflora, B. reticulata dan B. sapida. Tumbuhan dari jenis Baccaurea yang
berpotensi yaitu mampu mengobati sakit perut ialah dari jenis B. bracteate, B.
Edulis dan B. Lanceolata, jenis B.Dulcis mampu memperlancar buang air kecil,
mengatur menstruasi, mengobati sakit kepala, sakit perut dengan cara merebus
bagian daun kemudian airnya diminum. Masyarakat pedalaman beberapa atau
biasanya kebanyakan masyarakat Suku Dayak dan Suku Banjar memanfaatkan
buah lempasu (B. Lanceolata) sebagai obat demam dengan cara merebus bagian
daging buah yang digunakan untuk mandi agar badan terasa segar kembali,
kandungan nutrisi dan air dari kulit limpasu yang tinggi juga dimanfaatkan
sebagai bahan untuk merawat wajah terutama mengobati obat jerawat
(Munawaroh & Astuti, 2020).
Klasifikasi Limpasu
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Phyllanthaceae
Genus : Baccaurea
Spesies : Baccaurea lanceolata
(Azmi et al., 2019)
6
a b
Gambar 1. Tumbuhan Limpasu (Baccaurea lanceolata) (a). Buah Limpasu, (b)
Pohon Llimpasu
Klasifikasi Kapul
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Family : Phyllanthaceae
Genus : Baccaurea
Spesies : Baccaurea macrocarpa
(Eko, 2021)
a b
Gambar 2. Tumbuhan Kapul (Baccaurea macrocarpa) (a). Buah Kapul (b).
Pohon Kapul
2.3 Kandungan Fitokimia
Anggota genus Baccaurea mempunyai kandungan metabolit sekunder dan
berpotensi sebagai tumbuhan obat (Gunawan et al., 2016). Kandungan metabolit
7
sekunder genus Baccaurea adalah asam rosmarinik, alkaloid, antosianin, fenolik,
tanin, karotenoid, dan flavonoid. Senyawa metabolit sekunder tersebut memiliki
aktivitas sebagai antidiabetes, antioksidan, antiperadangan, antimikroba dan anti
tripanosoma. Masyarakat sejak lama memanfaatkan pengobatan tradisional
dengan senyawa metabolit sekunder dalam bentuk ramuan dari berbagai bahan
tumbuhan. Bahan-bahan kimia tersebut berfungsi sebagai bahan penting
pertumbuhan dan pertahanan tumbuhan, sedangkan bagi manusia bahan kimia
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan dan bahan obat alami
(Rachman et al., 2020) Selain itu berpotensi sebagai antioksidan alami (Maro et
al., 2015).
Senyawa flavonoid merupakan senyawa antibakteri yang mempunyai
kemampuan mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel.
Mekanisme penghambatannya dengan cara merusak dinding sel yang terdiri atas
lipid dan asam amino yang akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa
flavonoid, senyawa tersebut mampu membentuk senyawa kompleks dengan
protein melalui ikatan hidrogen sehingga struktur tersier protein terganggu, dan
protein tidak dapat berfungsi lagi sehingga terjadi kerusakan/denaturasi protein
dan asam nukleat. Senyawa fenol mempunyai kemampuan membentuk kompleks
dengan protein dan polisakarida sehingga mampu menghambat kerja berbagai
enzim yang berperan dalam reaksi enzimatik dalam sel bakteri (Heni et al., 2015).
8
2.5 Etnobotani
Etnobotani sebagai salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang interaksi antara tumbuhan dengan komunitas, dan terdapat keterkaitan
antara kearifan lokal masyarakat dan penggunaan tumbuhan yang bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari (Maimunah et al., 2021). Etnobotani studi mengenai
interaksi langsung antara manusia dengan sumber daya tumbuhan memiliki
potensi untuk mengungkapkan sistem pengetahuan tradisional suatu kelompok
masyarakat atau etnis mengenai keanekaragaman sumberdaya hayati. Salah satu
etnis asli yang terdapat pada kabupaten Hulu Sungai Selatan (Anggreini et al.,
2021)
Etnobotani salah satu diantara cara mempertahankan tradisi kebudayaan
dalam pemanfaatan tumbuhan. Mempelajari hubungan langsung antara manusia
dengan tumbuhan dalam kegiatan pemanfaatannya secara tradisional. Selain itu
menggambarkan dan menjelaskan kaitan antara budaya dan kegunaan tumbuhan,
bagaimana tumbuhan digunakan, dirawat dan dinilai memberikan manfaat untuk
manusia. Sistem pengetahuan lokal atau biasa disebut sebagai (indegeneus
knowledge), mulanya merupakan pengetahuan masyarakat lokal yang didapat
secara tidak sengaja.
Pengembangan sistem pengetahuan tersebut secara terus-menerus dari
generasi ke generasi sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Sistem pengetahuan
lokal merupakan ungkapan budaya yang di dalamnya terkandung tata nilai, etika,
norma, aturan dan keterampilan suatu masyarakat yang memenuhi tantangan atau
kebutuhan hidupnya. Pengkajian terhadap sistem pengetahuan lokal juga telah
mampu memberikan gambaran mengenai kearifan masyarakat dalam
mendayagunakan sumberdaya alam dan sosial secara bijaksana dan tetap
memelihara keseimbangan lingkungan (Suhanda et al., 2017).
Masyarakat setempat Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai
Tengah informasi yang didapat yaitu memanfaatkan buah limpasu Baccaurea
lanceolata secara empiris dimanfaatkan sebagai kosmetik alami berupa bedak
dingin yang dioleskan pada kulit wajah agar terhindar dari paparan sinar matahari
juga bisa menyembuhkan jerawat dan bagian akarnya digunakan sebagai
menambah stamina (Elsi et al., 2020).
9
BAB III
METODE PENELITIAN
10
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Metode Kuesioner
Kuesioner sebagai salah satu instrumen penelitian ilmiah banyak dipakai
pada penelitian sosial, misalnya penelitian dibidang sumberdaya manusia,
pemasaran serta penelitian tentang keperilakuan (behavioral research) yang
menyangkut masalah dibidang akuntansi (behavioral accounting) serta keuangan
(behavioral finance). Kuesioner merupakan alat pengumpulan data primer dengan
metode survei untuk memperoleh opini responden. Tidak ada prinsip khusus
namun peneliti dapat mempertimbangkan efektivitas dan efisiensinya dalam hal
akan dikirim lewat pos, e-mail ataupun langsung dari peneliti. Kuesioner dapat
digunakan untuk memperoleh informasi pribadi misalnya sikap, opini, harapan
dan keinginan responden. Idealnya semua responden mau mengisi atau lebih
tepatnya memiliki motivasi untuk menyelesaiakan pertanyaan ataupun pernyataan
yang ada pada kuesioner penelitian (Pujihastuti, 2010).
11
informasi sesuai yang dibutuhkan (Saranani et al., 2021). Wawancara dilakukan
untuk mendapatkan informasi mengenai tumbuhan buah Baccaurea macrocarpa
dan Baccaurea lanceolata bagaimana buah tersebut dimanfaatkan, untuk
kegunaan apa saja, cara pengambilan, bagian yang digunakan, kearifan tradisional
masyarakat, dan informasi lain yang belum diketahui. Pengumpulan data
etnobotani dilakukan melalui wawancara langsunng ke masyarakat yang dipandu
dengan kuesioner berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan terkait informasi yang
kita perlukan. Tujuannya untuk mempermudah dan mendapatkan hasil maksimal
sesuai yang diharapkan tentang pengetahuan Baccaurea macrocarpa dan
Baccaurea lanceolata.
Sasaran objek wawancara ditentukan secara sengaja sebagai perwakilan
contoh menggunakan metode purposive sampling (Asmemare et al., 2015).
Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan responden ialah dukun/tabib,
tokoh masyarakat/tetua adat, pengguna/masyarakat yang mengetahui dan
memanfaatkan tumbuhan Baccaurea. Baccaurea macrocarpa dan Baccaurea
lanceolata yang berlokasi di Kecamatan Padang Batung Kabupaten Hulu Sungai
Selatan dan Kecamatan Hantakan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Observasi atau
pengamatan lapangan ialah pengamatan yang dilakukan untuk memperoleh fakat-
fakta dan informasi langsung dari masyarakat di Desa tertentu.
12
responden mengenai permasalahan yang spesifik atau tidak jelas terlihat di dunia
nyata, maka teknik sampling snowball merupakan salah satu cara yang dapat
diandalkan dan sangat bermanfaat dalam menemukan responden yang dimaksud
sebagai sasaran penelitian melalui keterkaitan hubungan dalam suatu jaringan,
sehingga tercapai jumlah sampel yang dibutuhkan (Nurdiani, 2014). Daftar
pertanyaan untuk responden terpilih meliputi data nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan dan kuesioner. Daftar kajian etnobotani Baccaurea yang dimanfaatkan
oleh masyarakat sebagai obat (Sari et al., 2014).
Menentukan ukuran sampel penelitian sebenernya tidak ada rumus ataupun
semacamnya yang dapat dikatakan ukuran itu akurat baik dalam jumlah kecil
ataupun besar, penentuan sampel didasarkan pada kesanggupan peneliti dan
disesuaikan dengan kemungkinan itu bisa dijadikan sebagai hasil yang maksimal,
hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
penelitian. Faktor tersebut diantaranya derajat keseragaman dari populasi, presisi
yang dikehendaki dalam penelitian, rencana analisa, tenaga biaya dan waktu.
Berdasarkan faktor ke empat di atas dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk menentukan sebuah sampel sehingga presisi cukup untuk menjamin tingkat
kebenaran hasil penelitian.
13
Persentase bagian yang dimanfaatkan
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
dan ada 27 Balai Adat di dominasi oleh Suku Dayak. Masyarakat Suku Dayak
sendiri merupakan suku asli yang ada di Kalimantan selatan. Balai di Kecamatan
Hantakan letaknya ada dimana-dimana dan tidak dekat. Rute menuju lokasi juga
lumayan susah untuk dijangkau dan memerlukan waktu yang tidak sebentar
karena kondisi perjalanan masih tradisional. Kecamatan Hantakan juga memiliki
potensi alam khususnya tumbuhan yang melimpah. Aktivitas yang di lakukan oleh
Suku Dayak sehari-harinya yaitu petani, menurih (mengambil getah karet untuk di
jual), pekerja bangunan dan kerajinan tangan (Rezekiah et al., 2015).
Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki kawasan yang berpotensi yaitu
kawasan rawa dan kawasan daratan rendah. Kawasan rawa berpotensi untuk
digunakan sebagai lumbung ikan dan tempat budidaya kerbau. Kawasan daratan
rendah biasanya digunakan untuk budidaya pasa musim kemarau yaitu budidaya
komoditas pertanian dengan melihat lahan yang luas dan hortikultura.
Memanfaatkan lahan yang luas sehingga dihasilkan speerti komoditas padi, sayur
mayur, ternak besar dan kecil, perikanan budidaya karamba dan kolam,
perkebunan karet, kelapa serta tanaman lainnya. Kawasan Kabupaten Hulu Sungai
Tengah juga terbagi atas 2 kawasan yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Kawasan lindung di Kabupaten Hulu Sungai Tengah berupa hutan lindung seluas
± 60.622 ha, yang meliputi: kecamatan Batang Alai Timur, Hantakan, Haruyan
dan Batang Alai Selatan.
16
sebagainya. Uraian pemanfaatan tumbuhan Limpasu seperti di tabel 1 sebagai
berikut:
No Bagian yang
Manfaat Cara penggunaan
digunakan
1. Daun Mengobati sakit Merebus beberapa helai pucuk
kepala dan sakit daun terlebih dahulu, air rebuan
perut yang sudah di saring dan sudah
dingin kemudian diminum
17
60
50
50
40
30 25
20
12.5 12.5
10
0
Daun Akar Buah Batang
18
dikembangkan karena selain tanaman ini banyak manfaat juga merupakan buah
endemik tanah yang subur juga sangat mendukung. Manfaat limpasu sebagai buah
lokal diantaranya tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan
tubuh manusia karena tumbuh secara alami.
4.2.2 Pengolahan Tumbuhan Limpasu (Baccaurea lanceolata) Oleh
Masyarakat Suku Dayak dan Suku Banjar
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi dari beberapa responden
dapat diketahui bagaimana cara pengolahan terhadap pemanfaatan dari bagian
tumbuhan limpasu. Secara umum pengambilan bagian tumbuhan limpasu tidak
ada cara khusus dan mudah karena tumbuhan limpasu ini berbuah pada batang
bagian bawah serta limpasu tidak mempunyai musim panen melainkan akan
berbuah terus menerus bisa diambil kapan saja. Cara pengolahan pemanfaatan
tumbuhan limpasu seperti yang dijelaskan di bawah ini :
Akar
Akar dimanfatakan sebagai pengobatan demam. Cara penggunaan bagian
akar direbus kemudian air rebusan tersebut di mimum. Akar merupakan organ
tumbuhan yang berfungsi untuk menyerap air dan mineral di tanah selain itu juga
berfungsi untuk mengokohkan tegaknya posisi tumbuhan. Penelitian muhammad
et al (2021) menunjukkan bahwa bagian akar terdapat senyawa steroid
manfaatnya untuk pengatur metabolisme termasuk pembentukan glukosa dari
asam amino dan penyimpanan glukosa dalam hati dan senyawa saponin yaitu
bermanfaat untuk membuang kolesterol dari usus besar.
Batang
Bagian kulit batang juga dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan panas
dalam dengan cara mengambil bagian kulit batang kemudian direbus dan diminun
air rebusan tersebut secukupnya. Manfaat lain bagian batang dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan rangka atap rumah dengan cara diambil batangnya
menggunakan alat potong kemudian diolah dan dibentuk sesuai keperluan bisa di
jadikan sebagai papan ataupun tiang dan sisa-sisa dari pengolahan yang tidak
digunakan lagi dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar (Munawaroh, 2020).
Daun
Daun Limpasu pada bagian pucuk daun dimanfaatkan sebagai obat sakit
kepala dan sakit perut. Cara pengobatan dengan cara mengambil beberapa helai
19
pucuk daun kemudian direbus air rebusan tersebut disaring dan diminum ketika
air sudah dingin bagian daun merupakan bagian banyak mengandung zat klorofil
(zat hijau daun) kaya akan antioksidan, menyerap mineral dan menyeimbangkan
dalam tubuh bermafaat untuk mencegah berbagai jenis penyakit (Hidayat et al.,
2020)
Buah
Buah limpasu tidak di jual beli seperti buah kapul dan jarang di konsumsi
oleh masyarakat selain sulit ditemukan rasanya juga sangat asam kecut. Buah
Limpasu juga dimanfaatkan sebagai bahan pelengkap olahan makanan yaitu
seperti asam ikan agar tidak beraroma amis, diolah pekasam, untuk asam pepes
ikan dan lain sebagainya. Bagian yang dimanfaatkan ialah bagian daging buah
dengan cara mengambil bagian daging buah kemudian dicampurkan ke dalam
wadah yang berisi ikan. Buah limpasu juga mempunyai vitamin C yang tinggi
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan herbal alami salah satunya
sebagai pengobatan virus covid’19 ketika lidah mati rasa, covid’19 merupakan
salah satu penyakit virus cepat menular. Cara penggunaan buah limpasu yaitu
memakan secara langsung bagian daging buah limpasu, jangka waktu satu dua
hari keadaan kembali pulih seperti semula, masyarakat yang pernah menggunakan
telah membuktikan buah limpasu berasumsi bahwa buah limpasu sebagai altenatif
obat alami.
Bagian daging buah tidak hanya dimanfaatkan sebagai olahan makanan
namun juga dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik alami yaitu pupur dingin atau
bedak dingin. Bedak dingin mempunyai manfaat yaitu untuk merawat dan
membersihkan muka seperti flek hitam pada wajah, menghilagkan jerawat,
menghaluskan kulit wajah, selain itu juga menjaga kulit wajah agar terlindungi
dari paparan sinar matahari langsung. Cara penggunaan yaitu dengan cara
mengambil bagian daging buah yang sudah matang berwarna kuning kemudian
dihaluskan atau diparut dan dioleskan secara merata ke wajah diamkan beberapa
saat lalu dibersihkan hingga bersih menggunakan air, gambar produk bedak
dingin terdapat pada lampiran 3. Buah Limpasu juga bermanfaat untuk
menyegarkan badan dengan cara merebus bagian buah kemudian air rebusan
tersebut diminum ketika airnya masih hangat kuku.
20
Senyawa metabolit sekunder seperti kandungan saponin dan alkaloid,
flavonoid dan tanin negatifve juga di miliki tanaman buah Limpasu, kandungan
senyawa yang dimiliki mampu mengindikasikan adanya potensi antibakteri dari
tanaman (Setiawan et al., 2021). Kandungan metabolit sekunder juga berpotensi
tumbuhan obat untuk kesehatan yang sering digunakan masyarakat suku Dayak
dan suku Banjar sebagai pengobatan alami dari alam.
Bagian yang
No Manfaat Cara Penggunaan
dimanfaatkan
1. Buah kapul dapat dimakan secara
1 Buah 1. Di konsumsi langsung ketika matang.
2. Di jual 2. Buah kapul dijual ke pasar .
21
4.3.1 Pemanfaatan Bagian Tumbuhan Kapul (Baccaurea macrocarpa)
Bagian tumbuhan Kapul yang dimanfaatkan meliputi batang dan buah
yang dimanfaatkan oleh masyarakat suku Dayak dan suku Banjar untuk berbagai
macam keperluan. Persentasi pemanfaatan bagian tumbuhan Kapul dapat dilihat
pada gambar diagram berikut ini :
70 66.6
60
50
40
33.3
30
20
10
0
Buah Batang
22
Nilai ekonomi tumbuhan Kapul, saat ini petani banyak menjual buah kapul
dalam bentuk buah segar sebagai sumber vitamin. Harga jual buah kapul di pasar
bervariasi tergantung dari saat panen musim buah. Tumbuhan Kapul mempunyai
peluang untuk dikembangkan dan dibudidayakan pada habitat alaminya
mengingat sumber daya alam di daerah ini tersedia cukup luas, kondisi iklim
sesuai, sumber daya manusia cukup memadai, serta tersedianya pasar yang cukup
luas baik dalam maupun luar daerah. Oleh karena itu, perlu dikembangkan usaha-
usaha budi daya dan pengelolaan tumbuhan kapul (Akhmadi & Sumarmiyati,
2015).
23
memiliki kandungan nutrisi di antaranya serat, lemak, karobohidrat, protein dan
vitamin C (Dwijayanti et al., 2014).
Batang
Bagian kulit batang dimanfaatkan sebagai pengobatan demam yaitu
dengan cara mengambil kulit batang dicuci bersih kemudian di rebus hingga
mendidih diamkan hingga dingin dan dimimun. Menurut (Mahdi et al., 2022)
menyebutkan bahwa kulit buah kapul juga bisa dimanfaatkan sebagai ekstrak
sabun cair. Kulit buah kapul memiliki daya hambat antibakteri paling tinggi
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
33%
67%
24
Suku Dayak bukit dan suku Banjar hulu meiliki kesamaan secara geografis
yang dapat dilihat dari hubungan budaya suku Dayak dan suku Banjar yang
menetap di pegunungan meratus. Suku Dayak menetap di pedalaman pegunungan
yang lebih tinggi dan terpencil dibandingkan suku Banjar hulu. Kepercayaan yang
dimiliki oleh suku Dayak bukit dan suku Banjar hulu berasal dari nenek moyang
dan rumpun yang sama sehingga terjalin kekerabatan yang dilihat dari kesamaan
bahasa oleh suku Dayak bukit dan suku Banjar hulu (Selvia & Sunarso, 2020).
Namun kebanyakan ditemui suku Dayak banyak yang memilih membuka diri
untuk beradaptasi dengan perkembangan dunia luar disebut dengan suku Banjar
identik dengan suku yang beragama Islam. Suku Dayak dan suku Banjar dikenal
dengan kerjasama dan toleransi yang tinggi (Sigiro, 2015), sehingga tidak
menimbulkan konflik antar suku (Meilantina, 2013).
Sumber pengetahuan masyarakat lokal Hulu Sungai Selatan dan Hulu
Sungai Tengah tentang pemanfaatan, pelestarian, pengelohan dan lain sebagainya
dari tumbuhan kapul dan limpasu di peroleh dari tetua terdahulu sebelumnya yang
juga memanfaatkan bahan alam sebagai kebutuhan sehari-hari dan sudah menjadi
turun-temurun serta sebagian besar dari pengalaman sendiri (Sholicah &
Alfidhdhoh, 2020). Pemanfaatan tumbuhan kapul dan tumbuhan limpasu sudah
jarang dilakukan, hal ini disebabkan tumbuhan kapul dan tumbuhan limpasu
sudah langka sulit untuk ditemukan.
Etnobotani merupakan ilmu mempelajari interaksi antara tumbuhan alam
dengan manusia (Vita, 2017). Bukti tumbuhan berinteraksi dengan manusia
sehingga tumbuhan dilindungi, dijaga dan di rawat dapat dilihat dari perlakuan
manusia terhadap tumbuhan itu sendiri. Contoh perlakuan interaksi tumbuhan
alam dengan manusia seperti tumbuhan buah kapul, tumbuhan ini termasuk
tumbuhan musiman dalam setahun hanya satu kali berbuah. Bentuk dan rasa yang
khas yaitu asam manis banyak digemari oleh konsumen. Biasanya dijual di
pinggir jalan menggunakan meja perikat disusun rapi bisa juga djual per kg
dengan harga yang bervariasi.
Tumbuhan kapul dan tumbuhan limpasu tumbuh di daerah tropis dan
biasanya banyak terdapat di pinggiran sungai, sungai juga merupakan salah satu
tanda adanya kehidupan dan merupakan bagian penting oleh masyarakat suku
25
Dayak dan suku Banjar. Manfaat tumbuhan kapul dan limpasu bagi lingkungan
adalah untuk menyerap air membantu menahan banjir, menahan longsor agar
tanah tidak rusak, untuk berteduh. Manfaat lain tumbuhan limpasu dimanfaatkan
sebagai obat penyakit virus covid’19, saat pandemi sekarang ini banyak
masyarakat mencari buah limpasu untuk pengobatan, adanya pandemi menjadi
tereskplor kembali tumbuhan limpasu dan tumbuhan lainnya yang dapat
dimanfaatkan. Menurut penelitian (Setiawan & Qiptiyah, 2014) menyebutkan
bahwa lahirnya sebuah budaya dalam hal memanfaatkan sumber daya alam secara
aktif untuk meningkatkan kesejateraan masyarakat merupakan dimulai dari
hubungan antara masyarakat dan lingkungan alam yang baik.
Budidaya tumbuhan kapul dan limpasu oleh masyarakat bisa dilakukan
dengan beberapa cara meliputi menanam, merawat, tidak menebang pohon kapul
dan limpasu secara sembarangan, memanfaatkan bagian-bagiannya sebaik
mungkin. Tingkat kelestarian tumbuhan buah kapul dan limpasu saat ini sudah
menurun bahkan bisa dikatakan mendekati punah dan kebanyakan hanya
ditemukan di daerah pedalaman tepat di tengah-tengah hutan jauh dari
pemukiman warga meskipun beberapa masih ada tumbuh di pekarangan warga.
Hal ini di sebabkan karena adanya perubahan fungsi lahan yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri dengan menebang tumbuhan secara liar dengan sengaja di
ambil kayunya untuk di jual dan keperluan lainnya dan lahannya dimanfaatkan
untuk membuka lahan untuk kebun sayuran, padi dan untuk membangun rumah.
Kawasan lahan yang ada di Indonesia sudah menurun semakin banyak
perilaku-perilaku yang kurang ramah lingkungan hal ini sangat mengancam
habitat tumbuhan yang ada di dalamnya, apabila kegiatan ini terus-menerus terjadi
cepat atau lambat akan menyebabkan punahnya berbagai jenis tumbuhan hutan
tidak hanya itu jenis tumbuhan buah-buahan lainnya yang bersifat fungsinya
sumber plasma nutfah buah asli juga akan ikut punah. Punahnya jenis tumbuhan
langka yang mungkin mempunyai nilai ekonomi dan ekologi yang tinggi akan
berpengaruh dalam jangka pendek dan jangka panjang. Genetik jenis buah langka
keanekaragamannya harus dipertahankan dan dilindungi dimulai dengan cara
perawatan yang sederhana (Akhmadi & Sumarmiyati, 2015). Pengenalan jenis
buah endemik dikalangan masyarakat anak muda saat ini juga rendah dan
26
sedikitnya informasi pengetahuan masyarakat terkait buah-buahan yang terdapat
di hutan, hal ini tentunya sangat mempengaruhi kegiatan konservasi (Candramila
et al., 2022). Menjaga tumbuhan kapul dan tumbuhan limpasu dari kepunahan,
dilakukan konservasi dengan mengoleksi tanaman kapul di pekarangan, kebun
koleksi, maupun hutan sebagai habitat aslinya (Akhmadi & Sumarmiyati, 2015).
Upaya konservasi koleksi tumbuhan dapat dilakukan dengan menyerahkan
tumbuhan ke salah satu instansi yang berwenang melindungi tumbuhan langka
seperti Kebun Raya Banua Banjarbaru.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
Masyarakat suku Dayak dan suku Banjar memanfaatkan tumbuhan
limpasu dan kapul sebagai bahan olahan makanan, bahan bangunan, kosmetik,
pemasukan ekonomi dan obat kesehatan seperti : obat demam, panas dalam, sakit
perut, perawatan kulit wajah, obat covid19, menyegarkan badan. Bagian yang
dimanfaatkan yaitu akar, batang, daun dan buah. Persentase bagian yang paling
banyak digunakan pada tumbuhan limpasu yaitu bagian buah 50%, pada
tumbuhan kapul penggunaan terbanyak yaitu bagian Buah 66,6%.
5.2 Saran
Saran penelitian selanjutnya untuk memperluas wilayah sehingga data
informasi yang didapat bertambah, pengetahuan yang ada juga dapat berkembang.
Sebelum melakukan penelitian sebaiknya survei terlebih dahulu mencari
informasi lebih mendalam agar memudahkan dalam menemukan informasi kunci
juga meminimalisir waktu yang lama.
28
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi, N. R., & Sumarmiyati. (2015). Eksplorasi dan karakterisasi buah kapul
di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur. Pros Sem Nas Masy
Biodiv Indon, 1(4), 923–929.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/m010448
Anggreini, D. S., Tavita, G. E., & Sisilia, L. (2021). Etnobotani Upacara Adat
Pamole Beo Oleh Suku Dayak Tamambaloh Di Desa Banua jung
Kecamatan Embaloh Hulu Kabupaten Kapuas Hulu. Jurnal Hutan
Lestari, 9(2), 246–261.
Aprilianti, P., Letari, R., & Putri, W. U. (2009). Konservasi Flora Indonesia
Dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global.
Asmemare, K., Tb, U. N., & Lidiawati, I. (2015). Potensi Etnobotani Masyarakat
Desa Sekitar Hutan. Jurnal Nusa Sylva, 15(1), 38–46.
Candramila, W., Mardiyyaningsih, A. N., Dirgari, Y., Firmansyah, R., & Reza, M.
(2022). Inventory of Rare Fruit in Sibohe Forest of Singkawang
City, West Kalimantan. Jurnal Biologi Tropis, 22(2), 374–380.
https://doi.org/10.29303/jbt.v22i2.3114
Day, D. W. R., Erwin, & Astuti, W. (2018). Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT
Ekstrak Kasar Kulit Batang Tampoi (Baccaurea macrocarpa).
Prosiding Seminar Nasional 2018 Kimia Fmipa UNMUL, 27–30.
Elsi, Y., Satriadi, T., Wiwin, & Istikowati, T. (2020). Etnobotani Obat-Obatan
Yang Dimanfaatkan Masyarakat Adat Dayak Meratus Desa Ulang
Kabupaten Hulu Sungai selatan Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva
Scienteae, 03(1), 193–201.
Eko. 2021. Tampui, Baccaurea macrocarpa, Buah Hutan yang Manis Nikmat
Rasanya. https://www.planterandforester.com/2021/09/tampui-
baccaurea-macrocarpa-buah-hutan.html (20 Juli 2022, pukul
10:28)
29
https://doi.org/10.23917/bioeksperimen.v2i2.2488
Heni, Arraneuz, S., & Zaharah, T. A. (2015). Efektivitas Antibakteri Ekstrak Kulit
Batang Belimbing Hutan (Baccaurea angulata Merr.) Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. JKK, 4(1), 84–90.
Hidayat, M., Radam, R., & Arryati, H. (2020). Etnobotani Tanaman Obat
Masyarakat Suku Dayak Bakumpai Di Desa Lemo Ii Kecamatan
Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara. Jurnal Sylva Scienteae,
3(4), 687. https://doi.org/10.20527/jss.v3i4.2352
Mahdi, N., Putra, F., & Manurung, N. (2022). Formulasi Dan Uji Aktivitas Sabun
Cair Antiseptik Dari Ekstrak Kulit Buah Kapul (Baccaurea
macrocarpa ). Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 7(1), 10–18.
Manik, R. D. A., Erwin, & Alimuddin. (2019). Uji Fitokimia Dan Aktivtas
Antioksidan Ekstrak Batang Rambai ( Baccaurea motlyeana Mull .
Arg .). Jurnal Atomik, 4(1), 50–55.
Maro, J., Alimuddin, A. H., & Harlia. (2015). Aktivitas Antiksida Hasil
Kromatografi Vakum Cair Fraksi Metanol Kulit Batang Ceria
(Baccaurea hookeri). Jurnal Kimia Dan Kemasan, 4(4), 35–40.
Melinda, V., & Zainil, M. (2020). Penerapan Model Project Based Learning untuk
Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah
Dasar (Studi Literatur). Jurnal Pendidikan Tambusai, 4(2), 1526–
1539.
Muhammad, Sutiya, B., & Yuniarti. (2021). Uji Fitokimia Tumbuhan Cemara
Gunung (Casuarina junghuniana), Merabung (Vernonia arborea),
Dan Limpasu (Baccaurea lanceolata) Di Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus ULM. Jurnal Sylva Scienteae, 4(3), 469.
https://doi.org/10.20527/jss.v4i3.3747
30
Munawaroh, E., & Astuti, I. P. (2020). Kajian Keanekaragaman Jenis Baccaurea
spp., Pemanfaatan, Potensi dan Upaya Konservasinya di Kebun
Raya Bogor. Prosiding Seminar Nasional PMEI Ke V.
http://jte.pmei.or.id/index.php/jte/article/view/71
Rachman, F. A., Saleh, C., & Marliana, E. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Daun
Rambai (Baccaurea motleyana Mull. Arg .). Jurnal Atomik, 05(1),
11–17.
Salusu, H. D., Ariyani, F., Nurmarini, E., & Zarta, A. R. (2020). Kandungan
Vitamin C pada Tiga Jenis Buah-Buahan Genus Baccaurea. Buletin
Loupe, 16(02), 12–16.
https://doi.org/10.51967/buletinloupe.v16i02.237
Saranani, S., Himaniarwati, Yuliastri, W. O., Isrul, M., & Agusmin, A. (2021).
Studi Etnomedisin Tanaman Berkhasiat Obat Hipertensi di
Kecamatan Poleang Tenggara Kabupaten Bombana Sulawesi
Tenggara. Jurnal Mandala Pharmacon Indonesia, 7(1), 60–82.
https://doi.org/10.35311/jmpi.v7i1.72
31
Sari, R. Y., Werdanaar, E., & Muflihati. (2014). Etnobotani Tumbuhan Di Dusun
Serambai Kecamatam Kembayan Kabupaten Sanggau Kalimantan
Barat. Jurnal Hutan Lestari, 2(3), 379–387.
Selvia, L., & Sunarso, S. (2020). Interaksi Sosial Antara Suku Dayak dan Suku
Banjar di Kalimantan. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya,
22(2), 208. https://doi.org/10.25077/jantro.v22.n2.p208-216.
Setiawan, D., Mahdi, N., & Praristya, M. R. S. (2021). Formulasi Sediaan Gel
Peel-Off Ekstrak Buah Limpasu (Baccaurea lanceolata (Miq)
Mull.Arg.) Sebagai Antibakteri. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina, 6(2),
361–367.
Setiawan, H., & Qiptiyah, M. (2014). Kajian Etnobotani Masyarakat Adat Suku
Moronene Di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(2), 107–117.
https://doi.org/10.18330/jwallacea.2014.vol3iss2pp107-117
Suhanda, A. J., Idham, M., & Anwari, M. S. (2017). Studi Etnobotani Masyarakat
Desa Raut Muara Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Jurnal
Hutan Lestari, 5(2), 183–190.
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfkh/article/view/19087
Sukmawati, N., Yuniati, E., & Pitopang, R. (2013). Studi etnobotani tumbuhan
obat pada masyarakat Suku Kaili Rai di Desa Toga Kecamatan
Ampibabo Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah. Jurnal
Biocelebes, 7(2), 09–14.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Biocelebes/article/view/39
23
32
LAMPIRAN
No Kegiatan Gambar
Dokumentasi saat
1 melakukan
wawancara
33
Lampiran 2. Gambar BagianTumbuhan Limpasu (Baccaurea lanceolata)
Bagian Gambar
No Tumbuhan
1 Limpasu
Buah
Bunga
Daun
34
Lampiran 3. Gambar Bagian Tumbuhan Kapul (Baccaurea macrocarpa)
Bagian
Gambar
No Tumbuhan
Batang
1
Buah
2
35
Lampiran 5. Kuisioner Wawancara
36
c. bunga 22. Apakah ada cara tertentu untuk
d. akar merawat tumbuhan seperti
9. Dari mana anda mengetahui cara kapul/rambai ini? Jika ada seperti apa
pengolahan tumbuhan rambai dan caranya, misal pembimbitan dll
jentik sebagai obat? a. Ya
a. Pengalaman sendiri b. Tidak
c. turun-temurun dari nenek moyang 23. Apakah warga disini sering
10. Apakah tumbuhan rambai dan memanfaatkan tumbuhan kapul/rambai
jentik yang anda ambil di budidaykan? sebagai obat?
a. Ya a. Ya
b. Tidak b. Tidak ( jelaskan)
11. Bagaimana cara pengambilan 24. Apa saja jenis penyakit yang
tumbuhan rambai dan jentik biasanya pernah di obati dengan
a. musiman memanfaatkan buah kapul/rambai ?
b. tidak tergantung musim 25. Kenapa anda memilih
12. apakah tumbuhan rambai dan jentik menggunakan tumbuhan bauh
dimanfaatkan untuk keperluan pribadi kapul/rambai sebagai obat?
atau dijual? 26. Apakah sampai sekarang
a. dijual (Kemana?) pemanfaatan bauh kapul/rambai sering
b. keperluan pribadi digunakan dalam keluarga anda?
13. Apakah anda pernah memanfaatkan
tumbuhan rambai dan jentik sebagai
bahan obat?
37
Riwayat Hidup
38