Anda di halaman 1dari 9

Model Pembelajaran SAVI

kategori Model-model Pembelajaran / tanggal diterbitkan 2 Januari 2022 / dikunjungi:


3.64rb kali
Pengertian Model Pembelajaran SAVI

Model pembelajaran yang ada pada umumnya sangat banyak, salah


satunya model pembelajaran SAVI atau Somatic, Auditory, Visualization,
Intelectual. Model SAVI diperkenalkan pertama kali oleh Dave Meier.
Menurut Suherman (2006) bahwa model pembelajaran SAVI adalah model
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua
alat indra yang dimiliki siswa. Somatis adalah gerakan tubuh, yang berarti
bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah
pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses
pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara,
presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi.
Visualization adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus
menggunakan mata melalui mengamatai, menggambar, melukis,
mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectualy
adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih
melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan
menerapkan.

Menurut Suyatno (2009), Istilah SAVI sendiri bermakna gerakan tubuh


(hands-on, aktivitas fisik) dimana belajar dengan mengalami dan
melakukan; bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui
mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi,
mengemukakan pendapat, dan menanggapi; bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambarkan,
mendemonstrasikan, membaa menggunakan media, dan alat peraga; dan
intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan
kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi
pikiran dan berlatih menggunakan melalui bernalar, menyelidiki,
mengidentifikasi, menemukan, menciptakan, mengkonstruksi, memecahkan
masalah, dan menerapkan.

Berdasarkan uraian diatas maka, pada dasarnya model pembelajaran


Somatic, Auditory, Visualization, Intelectual (SAVI) adalah model
pembelajaran yang menganggap bahwa suatu pembelajaran akan efektif
jika memperhatikan empat hal, yaitu Somatis, Auditory, Visualization, dan
Intelectual.

A. Somatic
Somatic berasal dari bahasa Yunani yaitu somatic yang berarti
tubuh.Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar
dengan bergerak dan berbuat. Menurut Shoimin (2014) Somatic
adalah belajar dengan berbuat dan bergerak dimana bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik), yakni belajar dengan
mengalami dan melakukan.
Secara terperinci menurut Meier (2002) pembelajaran somatis adalah
pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera
peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu
kegiatan pembelajaran berlangsung). Pada dasarnya komponen
somatic ini memberikan kebebasan siswa untuk bergerak saat
menerima pelajaran, merangsang pikiran dan tubuh di dalam kelas
dalam menciptakan suasana belajar siswa aktif secara fisik. Siswa
dapat menciptakan gambar atau menjalankan pelatihan belajar aktif,
misalnya dengan simulasi, permainan belajar dan yang lainnya.

Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan


bahwa belajar somatic adalah belajar dengan bergerak dan berbuat.
Dimana dalam belajar somatik siswa dapat melakukannya
menggunakan seluruh bagian tubuh yang terlibat sehingga dapat
memperbaiki sirkulasi ke otak dan meningkatkan pembelajaran.
B. Auditory
Auditory sama juga dengan pendengaran. Menurut Smaldino (2011)
secara fisiologis, mendengar adalah proses di mana gelombang suara
yang memasuki telinga bagian luar dipancarkan ke gendang telinga,
diubah menjadi getaran mekanis di telinga bagian tengah, dan
diubah di telinga bagian dalam menjadi sinyal (Impluse) yang
bergerak menuju otak. Auditory berarti indera telinga digunakan
dalam belajar dengan cara menyimak, berbicara, presentase,
argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Sedangkan
proses psikologis dari menyimak dimulai dari kesadaran dan
perhatian seseorang tentang suara atau pola pembicaraan
(menerima), yang dilanjutkan dengan identifikasi dan pengenalan
sinyal auditori spesifik (penguraian makna), dan berakhir dengan
pemahaman (mengerti). Mendengar dan menyimak juga merupakan
proses komunikasi dan belajar.
Menurut Tiel dalam Wardatul Janah (2011) masuknya informasi dari
auditory haruslah berurutan, teratur dan membutuhkan konsentrasi
yang baik agar informasi yang masuk ditangkap dengan baik yang
kemudian diproses dalam otak.
Berdasarkan pernyataan di aras disimpulkan bahwa proses
pembelajaran auditory ini, siswa mempelajari materi melalui
pembelajaran yang dapat didengarkan oleh siswa. Untuk
memanfaatkan suara siswa dapat berdiskusi secara berkelompok dan
mengemukakan hasilnya sedangkan guru menguraikan materi
pelajaran yang belum dapat dipahami siswa.
C. Visualization
Menurut Shoimin (2014) visualization adalah belajar dengan
mengamati dan mengambarkan, yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar,
mendemonstrasi, membaca, menggunakan media dan alat
peraga.Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses
informasi visual daripada semua indra yang lain.
Meier (2004) mengemukakan bahwa setiap orang memiliki ketajaman
visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat
lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada
semua indra yang lainnya. Lebih lanjut Meier mengungkapkan bahwa
beberapa siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah
belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah
buku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
visualization adalah belajar dengan cara mengamati dan
mengambarkan. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat
contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam
hal ketika sedang belajar.
D. Intellectualy
Menurut Dave Meier (dalam Shoimin, 2014) intellectually
menunjukkan apa yang dilakukan pembelajaran dalam pemikiran
suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana, dan
nilai dari pengalaman tersebut. Pengulangan dapat diberikan secara
teratur, pada waktu-waktu tertentu atau setelah tiap unit yang
diberikan, maupun ketika dianggap perlu pengulangan. Intellectually
juga bermakna belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir
(mind-on), haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi,
menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah dan
menerapkan.Dalam proses pembelajaran Intellectually, ditandai
dengan siswa aktif bertanya dan mengemukakan pendapat serta
menyelesaikan tugas dengan berdiskusi secara berkelompok.
Sedangkan guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya,
menyampaikan pendapat dan memberikan lembar tugas.

Menurut Suherman (2006), dengan memperhatikan konsep belajar SAVI,


siswa mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam proses belajar
mengajar sehingga dengan menggunakan pendekatan SAVI diharapkan
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kreativitas pembelajaran akan
berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra
digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran. Meier (dalam Sidjabat,
2009) mengajukan sejumlah prinsip pokok dalam belajar dengan
menggunakan pendekatan SAVI, yaitu sebagai berikut :

1. Belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran.


2. Belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi.
3. Kerjasama membantu proses belajar.
4. Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan.
5. Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri.
6. Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7. Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

Langkah-Langkah ModelPembelajaran Somatic,


Auditory, Visual, Intelectual (SAVI)
Menurut Shoimin (2014) langkah-langkah dalam pembelajaran Somatic,
Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) adalah:

1. Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan)


Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan
perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang,
dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.
Secara spesifik meliputi hal:
a. Memberikan sugesti positif
b. Meberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa
c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna
d. Membangkitkan rasa ingin tahu
e. Menciptakan lingkungan fisik yang positif
f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif
g. Menciptakan lingkungan social yang positif
h. Menenangkan rasa takut
i. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar
j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah
k. Merangsang rasa ingin tahu siswa
l. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal
2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi
belajar yang baru dengan cara melibatkan panca indera, dan cocok
untuk semua gaya belajar. Hal - hal yang dapat dilakukan guru:
a. Uji coba kolaboratif dan berbagai pengetahuan
b. Pengamatan fenomena dunia nyata
c. Pelibatan seluruh otak, seluruh tubuh
d. Presentasi interaktif
e. Grafik dan sarana yang presetasi berwarna-warni
f. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya
belajar
g. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim
h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok)
i. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual
j. Pelatihan memecahkan masalah
3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti)
Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan
dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai
cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:
a. Aktivitas pemrosesan siswa
b. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha
kembali
c. Simulasi dunia-nyata
d. Permainan dalam belajar
e. Pelatihan aksi pembelajaran
f. Aktivitas pemecahan masalah
g. Refleksi dan artikulasi individu
h. Dialog berpasangan atau berkelompok
i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif
j. Aktivitas praktis membangun keterampilan
k. Mengajar balik
4. Tahap Penampilan Hasil (Tahap Penutup)
Pada tahap ini hendaknya membantu siswa menerapkan dan
memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada
pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil
akan terus meningkat. Hal- hal yang dapat dilakukan adalah:
a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera
b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi
c. Aktivitas penguatan penerapan
d. Materi penguatan persepsi
e. Pelatihan terus menerus
f. Umpan balik dan evaluasi kinerja
g. Aktivitas dukungan kawan
h. Perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

Dibawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktifitas sesuai


dengan cara belajar/gaya belajar siswa:

Tabel Aktifitas sesuai dengan cara belajar/gaya belajar siswa

Gaya belajar Aktivitas


Orang dapat bergerak ketika mereka:

 Membuat model dalam suatu proses atau pro


 Menciptakan piktogram dan periferalnya
Somatic  Memeragakan suatu proses, sistem, atau sepe
 Mendapatkan pengalaman lalu menceritakan
 Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulas
 Melakukan kajian lapangan. Lalu tulis, gamb

Auditory
Berikut ini gagasan-gagasan awal untuk menin

 Ajaklah pembelajar membaca keras-keras da


 Ceritakanlah kisah-kisah yang mengandung m
mereka
 Mintalah pembelajar berpasang-pasangan me
bagaimana mereka akan menerapkanya
 Mintalah pembelajar mempraktikkan suatu k
dan terperinci apa yang sedang mereka kerja
 Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara
jangka panjang

Hal-hal yang dapat dilakukan agar pembelajara

 Bahasa yang penuh gambar (metafora, analo


 Grafik presentasi yang hidup
 Benda 3 dimensi
 Bahasa tubuh yang dramatis
Visual
 Cerita yang hidup
 Kreasi piktrogram (oleh pembelajar)
 Pengamatan lapangan
 Dekorasi berwarna-warni
 Ikon alat bantu kerja

Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih ji

 Memecahkan masalah
 Menganalisis pengalaman
 Mengerjakan perencanaan strategis
 Memilih gagasan kreatif
Intelectually
 Mencari dan menyaring informasi
 Merumuskan pertanyaan
 Menerapkan gagasan baru pada pekerjaan
 Menciptakan makna pribadi
 Meramalkan inplikasi suatu gagasan

Berdasarkan tahap-tahap SAVI di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


langkah-langkah secara konkret dan sistematis dari model SAVI adalah:

1. Mengelompokan siswa dalam kelompok yang beranggotakan 4


oarang.
2. Semua siswa membawa alat peraga atau diberikan oleh guru
3. Mintalah siswa memperagakan konsep yang dipelajari sambil
mengucapkan secara terperinci langkah-langkahnya (Somatic dan
Auditory)
4. Setiap kelompok diberi soal-soal yang telah disiapkan oleh guru.
5. Setiap siswa diminta mendiskusikan tentang soal-soal yang diberikan
perkelompok (Auditory, Visual, dan Intelectually).
6. Selama diskusi berlangsung guru mengamati kerja setiap kelompok
secara bergantian dan meengarahkan dan membantu siswa yang
mengalami kesulitan.
7. Pada akhir kerja kelompok, setiap kelompok diminta perwakilannya
untuk mengerjakan soal-soal yang telah diberikan dipapan tulis.
Sedang siswa yang lainnya menanggapinya (Somatik, Auditory, Visual
dan Intelectually).

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran


Somatic, Auditory, Visual, Intelectualy (SAVI)
Beberapa kelebihan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual,
Intelectualy (SAVI) menurut Shoimin (2014) diantaranya :

1. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui


penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual
2. Siswa tidak mudah lupa karena siswa membangun sendiri
pengetahuannya.
3. Suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena siswa
merasa diperhatikan sehingga siswa tidak cepat bosan untuk belajar
matematika.
4. Memupuk kerjasama karena siswa yang lebih pandai diharapkan
dapat membantu yang kurang pandai.
5. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif
6. Mampu membangkitkan kreatifitas dan meningkatkan kemampuan
psikomotor siswa
7. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa
8. Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik.
9. Melatih siswa untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat
dan berani menjelaskanjawabannya.
10.Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar

Dan adapun kekurangan model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual,


Intelectualy (SAVI) menurut Shoimin (2014) diantaranya:

1. Pendekatan ini menuntut adanya guru yang sempurna sehingga


dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh.
2. Penerapan pendekatan ini membutuhkan kelengkapan sarana dan
prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan
kebutuhannya, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat
besar. Terutama untuk pengadaan media pembelajaran yang canggih
dan menarik. Ini dapat terpenuhi pada sekolah-sekolah maju.
3. Karena siswa terbiasa diberi informasi terlebih dahulu sehingga siswa
kesulitan dalam menemukan jawaban ataupun gagasannya sendiri.
4. Membutuhkan waktu yang lama terutama bila siswa yang lemah.
5. Membutuhkan perubahan agar sesuai dengan situasi pembelajaran
saat itu.
6. Belum ada pedoman penilaian, sehingga guru merasa kesulitan
dalam evaluasi atau memberi nilai.
7. Pendekatan SAVI masih tergolong baru, sehingga banyak pengajar
guru yang belum mengetahui pendekatan SAVI tersebut
8. Pendekatan SAVI ini cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga
untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadika
siswa itu minder.
9. Pendekatan ini tidak dapat diterapkan untuk semua pelajaran
matematika.

Anda mungkin juga menyukai