Anda di halaman 1dari 10

1

PENGGUNAAAN HAK ANGKET DPR PASCA AMANDEMEN UUD NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PROPOSAL SKRIBSI

Diajukam oleh :

Rieza alqusri

Mahasiswa Fakultas Syari'ah dan Hukum


Program Studi Hukum Tatanegara(Siyasah)
Nim :200105035

PRODI HUKUM TATANEGARA(SIYASAH)


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM AR-RANIRY
BANDA ACEH
2022
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

NKRI adalah suatu Negara yang menjunjung tinggi hukum, yaitu sebuah negara yang
dibatasi oleh konstitusi.1 Diantaranya ada empat ciri-ciri yang klasik akan Negara hukum Eropa
continental (rechtsstaat), didalam hal ini ada faktor yang membatasi kekuasaan yang merupakan
salah satu ciri-ciri utama sebuah Negara yang menjunjung tinggi akannya hukum. 2 Dan oleh
karena itulah dalam segi teori politik itu ada tiga rangkap Montesquieu, yaitu legislatif, eksekutif,
dan yudikatif, dalam ketiga hal tersebut tidak ada hal yang dominan dalam kepemerintahan,
misalnya lembaga eksekutif selalu berada dibawah pengawasan lembaga legislatif dalam
menjalankan kebijakannya. Sehingga dari itu aka nada lagi lembaga-lembga tersebut yang
dominan dalam menjalankan tugas kepemerintahannya. Seperti lembaga legislatif , di Negara
indonesia disebut Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Ada 3 fungsi yang paling utama dari DPR yaitu fungsi legislasi, anggaran, dan
pengawasan. Pada intisarinya fungsi-fungsi DPR tersebut kalau di liat secara keseluruhan adalah
meurpakan satu kesatuan yang sangat erat. Dari setiap aspek mendasar DPR seperti anggota,
pimpinan, komisi, dan fraksi itu terlibat dalam masing-masing kelompok. Misalnya, dalam
melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh DPR bersama presiden itu mengharuskan DPR
untuk memantau loyalitas presiden terhadap UU tersebut.3

Proses koordinasi ini melibatkan seluruh aspek DPR yang bekerja secara kooperatif
menuju satu tujuan tunggal yaitu melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya oleh badan
utama lembaga tersebut. Tugas-tugas utama ini termasuk merancang undang-undang, mengawasi
pelaksanaan, dan menjaga kelengkapan institusi secara keseluruhan.

1
Jimly asshiddiqie, pengantar ilmu hukum tata Negara cet.II (Jakarta : rajawali pers 2010) H.281
2
Sri soemantri, dkk, ketatanegaran Indonesia dalam politik Indonesia : 30 tahun kembali ke UUD 1945, cet.l (Jakarta : pustaka
sinar harapan, 1993), h.281
3
Sugiman, fungsi legislasi dpr pasca amandemen uud nkri 1945,(2020) vol.10, no.2
3

Pengawasan (controlling) adalah tindakan memantau suatu system untuk memastikan


kesesuaikan dengan pola yang ditetapkan. Istilah ini dapat merujuk pada pengawasan tugas yang
berhubungan dengan hokum. Selanjutnya dapat dipahami sebagai tindakan mengawasi sikap
pemerintah terhadap peraturan perundang-undangan. Jika pengawasan dikaitkan dengan hokum
tata negara, itu mengacu pada tindakan untuk memastikan bahwa administrasi negara berfungsi
sesuai dengan undang-undang yang disahkan oleh legislatif.4

Lembaga ini menawarkan perlindungan masyarakat melalui kekuatan pengawasannya.


Karena kewenangan DPR yang bersumber dari fungsi tersebut, maka DPR dapat melaksanakan
kekuasaan korektif atas semua lembaga negara dengan menggunakan hak-haknya yang luas. Hal
ini memungkin masyarakat untuk melindungi diri dari tindakan yang mengabaikan kebutuhan
mereka. Tolak ukur control politik (surveillance) adalah bentuk-bentuk anggaran dasar politik
yang dianggap idealis dan teratur (ideologis) yang akan dituangkan dalam penetapan kebijakan
UUD oleh DPR. Haluannya yaitu untuk merentangkan dalam pelaksanaan suatu kebijakan yang
subversif, mengoreksi kebijakan yang janggal, dan menyelaraskan strategi dengan anggaran
dasar tersebut. Tugas pengawasan adalah konsekuensi yang sangat logis terhadap pembaruan
badan lembaga demokrasi.5

Urusan mengontrol itu bukan haluan dari urusan kepemerintahan, melainkan lebih
berfungsi menjadi media dalam memastikan bahwa haluan itu sendiri tercapai. Inti dari
konstitusi, ini bisa di artikan untuk memastikan bahwa semua tindakan lembaga pemerintah
(badan eksekutif dan penjabat tata usaha negara) dilakukan sesuai dengan kebijakan yang
berlaku.

Berkaitan dengan fungsi pengawasan dan anggaran, DPR juga harus menjalankan fungsi
pengawasan dalam menjalankan fungsi anggarannya, yang di didalamnya wajib ada metode
checks and balances. Kecuali 3 fungsi yang di atas, UUD mengatur bahwa Dewan Perwakilan
Rakyat memiliki kekuasaan tambahan. Dalam UUD NKRI tahun 1945, kekuasaan DPR adalah
hak untuk bertanya, mengajukan pertanyaan, dan mengeluarkan putusan.6 Pada dasarnya 3 fungsi

4
Sri soemantri, dkk, Ketatanegaran Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia:30 tahun kembali ke UUD 1945, h.285
5
Padmo Wahjono, Indonesia Negara Berdasarkan Atas Hukum, cet.II, (Jakarta: Ghalia Indonesia 1983), h.82
6
Indonesia, Pasal 20A ayat 2, UUD NRI Tahun 1945
4

DPR tersebut sangat dekat hubungannya, dan 3 fungsi itu seing dikaitkan dengan fungsi-fungsi
lainnya, seperti disat DPR membuat UU dan mengesahkan dengan presiden maka DPR harus
mengawasi produk dari produk tersebut. Hukum adalah tanggung jawab pihak eksekutif,
presiden. Berkaitan dengan fungsi pengawasan dan anggaran, DPR juga harus menjalankan
fungsi pengawasan dalam menjalankan fungsi anggarannya, yang di dalamnya itu mesti harus
adanya metode checks and balances.

Di dalam menjalankan tugasnya, DPR memakai kekuasaan yang hanya dimilikinya


untuk menjalankan fungsinya, tugas DPR dijelaskan didalam UUD 1945, yaitu mengawasi
jalannya dan juga tugas penyelenggaraan pemerintahan melalui penggunaan kekuatannya. 7
Salah satu hak yang dimiliki DPR dalam menjalankan fungsinya mengawasi pemerintahan
adalah kewenangan penyidikan, yaitu anggota legislatif berhak memeriksa kebijakan
pemerintah yang bersifat strategis dan berdampak luas bagi kehidupan. masyarakat dan negara
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Sebelum Amandemen UUD
1945, istilah kekuasaan penyidikan tidak dikenal, dan istilah kekuasaan penyidikan DPR mulai
muncul setelah Amandemen Kedua UUD 1945. Pasal 20A kuasa penyidikan dalam UUD NRI
Tahun 1945 dilatarbelakangi oleh beberapa asas yang terkandung sebelum dan sesudah
Perubahan UUD NRI Tahun 1945 yang pada dasarnya berbeda. Perubahan sistem kekuasaan
eksekutif dengan mengubah UUD 1945 dimaksudkan untuk menutupi berbagai kelemahan
yang terdapat dalam UUD 1945 hingga terjadi perubahan praktik ketatanegaraan sampai saat
ini.

Oleh karena itu, orientasi reformasi tersebut antara lain penguatan beberapa prinsip
penyelenggaraan kekuasaan negara pra reformasi, yaitu prinsip negara hukum ( rechtsstaat) dan
prinsip sistem ketatanegaraan (constitutional system), menata kembali lembaga-lembaga
negara yang telah ada, dan menciptakan beberapa lembaga negara baru untuk menyesuaikan
dengan sistem ketatanegaraan dan prinsip negara hukum. Perubahan ini tidak mengubah sistem
asli UUD 1945, demi menjaga historisitas dan orisinalitas UUD 1945, terutama untuk
menyesuaikan diri dengan perkembangan politik demokrasi modern dan untuk meningkatkan

7
Max Boboy, DPR RI dalam Prespektif dan Sejarah dan Tata Negara, cet.I. (Jakata: Pustaka Sinar Harapan, 1994), h.71.
5

status dan kewenangan berbagai lembaga negara. 8 Urgensi penggunaan kewenangan


penyidikan DPR pasca amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Istilah kekuasaan penyidikan tidak jelas dalam Perubahan Pertama UUD 1945 dan baru
mulai muncul sampai Perubahan Kedua UUD 1945 disahkan pada tanggal 18 Agustus 2002.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
makalah ini yang berjudul: “Penggunaan Hak angket di Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia Pasca Perubahan Undang-Undang Dasar 1945”.

1.1 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dirumuskan untuk menekankan pertanyaan penelitian agar mudah di


diskusikan. Karena pada pengkajian ini terdapat dua rumusan masalah, yaitu:

1.1.1 Bagaimana eksploitasi UU No. 27 tengtang penggunaan hak angket DPR.


1.1.2 Bagaimana penggunaan hak angket yang di jalankan oleh DPR menurut UU NO. 27
tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian

Agar pengkajian ini terarahkan dan tepat sasaran, maka dari itu perlu memiliki tujuan-
tujuannya. Adapun dari tujuannya pengkajian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1. Untuk mengetahui kekuasaan DPR menurut UU NO. 27 tahun 2009.

1.3.2. Untuk mengetahui kekuasaan DPR dalam penggunaan hak angket yang di jalankan
oleh DPR berlandaskan UU Nomor 27 Tahun 2009.

1.1 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat diharapkan dan diambil oleh penulis dari penelitian ini adalah
sebagi berikut:

1.4.1. Manfaat Teoritis.

8
Hamdan Zoelva, Impeachment Presiden. Alasan Tindak Pidana Pemberhentian Presiden menurut UUD 1945, (Jakarta:
Konstitusi. 2005), h. 4.
6

a. Berguna sebagai sarana bagi penulis untuk melakukan penelitian ilmiah dan
menerjemahkan temuannya ke dalam bentuk tulisan.
b. Menerapkan teori yang di dapat dari perkuliahan dan mengaitkan dengan praktek
lapangan.
c. Memperoleh manfaat ilmu di bidang hokum pada umumnya dan ketatanegaraan pada
khususnya yaitu dengan mempelajari literatur yang ada di padukan dengan
perkembangan hokum yang berkembang di masyarakat.

1.4.2. Manfaat Praktis.

Sebagai kajian lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk menggali sejauh mana sistem
pemerintahan demokrasi Indonesia telah di terapkan dalam implementasi kebijakan, yaitu
penggunaan hak angket yang di jalankan oleh DPR RI pasca amandemen UUD 1945. Kajian ini
juga akan menambah pengetahuan tentang konsep kekuasaan legislatif dalam sistem hokum
Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

Didalam penelitian ini ada beberapa hal yang terkait dengan metode yang digunakan
dalam penelitian skripsi ini, yakni :
1.5.1. Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah penelitian yuridis dengan
pendekatan normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma hukum yang
terkandung dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan serta norma atau
kebiasaan yang berlaku di masyarakat,9 karena fokusnya adalah pada hubungan dengan UUD
1945 Gunakan DPR RI untuk menyelidiki peraturan perundang-undangan dan peraturan lain
yang relevan setelah amandemen.
1.5.2. Pendekatan Masalah

Berkenaan dengan jenis penelitian yang digunakan yaitu normative justice, metode yang
digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Hukum
konseptual digunakan untuk memahami konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli hukum

9
Soerdjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Peranan dan Penggunaan Kepustakaan di Dalam Penelitian Hukum, (Jakarta : Pusat
Dokumentasi Universitas Indonesia, 1979), h. 18.
7

dalam pendapatnya.10

1.5.3. Bahan Hukum


Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis, yaitu:
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum pokok adalah bahan hukum yang berwibawa, yaitu berwibawa. Bahan
hukum primer meliputi undang-undang yang membuat undang-undang, catatan resmi atau
risalah, dan keputusan hakim. 11 Bahan hukum utama yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain UUD NRI Tahun 1945, UUD 1945 (sebelum perubahan), UU No. 27 Tahun 2009
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait
Perubahan UUD 1945 Pasca-Republik Indonesia menjalankan kekuasaan investigasi Republik
Demokratik.
b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi buku-buku terkait
konstitusi, buku-buku hukum lainnya, risalah konstitusi, risalah konstitusi, risalah konstitusi,
dan majalah atau sumber hukum terkait untuk mendukung proses penelitian.
c. Bahan non-hukum

Bahan yang memberikan ilustrasi atau interpretasi yang bermakna terhadap bahan
hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia, kamus bahasa Indonesia, dll.

1.5.4. Pengumpulan Data

sesuai rumusan pertanyaan, mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum primer,
dan bahan non hukum yang telah diperoleh, dan mengklasifikasikannya menurut tingkatan
sumber data. Karena metodologi data primer untuk penelitian ini bersifat normatif, analisis
konten akan dilakukan.

1.5.5. Analisi Data

Teknik analisis ini diawali dengan penyusunan berbagai dokumen, termasuk referensi
10
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, (Jakarta: Pusat Peningkatan dan
Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum, 2012), h. 23.
11
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. cet.VI, (Jakarta : Kencana, 2010), h. 141.
8

regulasi atau hukum yang relevan dengan hak akses DPR. Berdasarkan hasil tersebut kemudian
diteliti isi yang meliputi kata, makna, simbol, gagasan, tema, dan berbagai informasi lain yang
ada di dalam muatan hukum tersebut.
Langkah-langkah rinci yang dilakukan dalam analisis adalah sebagai berikut: Pertama,
mengklasifikasikan secara sistematis semua bahan hukum yang diperoleh melalui sistem
normatif menurut objek pembahasan yang berbeda. Kedua, menjelaskan setelah sistematisasi
dan klasifikasi, serta mendeskripsikan dan menjelaskan objek penelitian berdasarkan teori.
Ketiga bahan yang telah dinilai, yaitu dinilai dengan menggunakan ukuran yang ditentukan
oleh hukum yang berlaku.

1.5.6. Teknik Penulisan

Teknik dan pedoman penulisan yang digunakan penulis dalam makalah ini dapat
diterapkan pada prinsip-prinsip “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh tahun 2021”

1.6 Tinjauan (review) Studi Terdahulu

Terkadang dalam penulisan skirpsi ini masih banyak masalah utama yang menjelaskan
keterbatasannya, membahas manfaat dan metode penelitiannya. Ini juga memberikan informasi
tentang penelitian sebelumnya dan sistematisasi penelitian. Dari penelitian ini, penulis
menemukan beberapa sumber kajian lain yang lebih dahulu membahas terkait Hak Angket ,
diantaranya adalah:

No. Nama,Penulis/judul, skripsi, Substansi Perbedaan dengan Penulis


jurnal / Tahun.
1. Lesmana/Hak Angket sebagai - Skripsi ini Mejelaskan Penulis menulis skripsi
hak DPR: Mekanisme dan tentang hak angket tentang hak angket tidak
Implikasinya Terhadap terhadap kemungkinan hanya fokus terkait proses
Kemungkinan Pemakzulan, terjadinya pemakzulan. pemakzulan, namun
UI skripsi 2010. menjelaskan proses
terhadap eksekutif baik itu
9

presiden dan jajarannya


baik menteri- menteri dan
penyelenggara negara yang
diduga melanggar
peraturan perundang-
undangan mengenai
kebijakan yang strategis.
2. Meri Yarni,SH.MH dan Jurnal ini menjelaskan Penulis menulis skripsi
Yetniwati, SH.MH/ penyebab dan tentang penggunaan hak
Pelaksanaan Hak pelaksanaan hak angket angket dalam lingkup
Angket Dewan Perwakilan DPRD di Kota Jambi. nasional bukan dalam
Rakyat Daerah Kota Jambi lingkup provinsi atau
Jurnal Ilmu Hukum kota. Sehingga dasar
Universitas Jambi ,2009 hukum dan mekanisme
penggunaan hak angket
sudah pasti berbeda.
3. Randhika Oktaviano Dalam skripsi ini Penulis menulis skripsi
/Penorobasan Rahasia menjelaskan tentang tidak terfokus terhadap
Bank oleh Panitia fokus terhadap ivestigasi investigasi terhadap bank
Khusus Bank Century, bank century oleh panitia century, namun
Skripsi UI 2010. angket DPR. menjelaskan penggunaan
hak angket secara umum
pasca amandemen UUD
NRI 1945.

1.7 Sietematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mengungkapkan pendekatan yang sistematis. Lima bab mengikuti
satu sama lain, masing-masing berisi beberapa sub-bab. Sub-bab ini menambah cakupan
keseluruhan dari apa yang dipelajari. Adapun pokok bahasan pada setiap bab diatur sebagai
berikut:
1
0

BAB I Bab pendahuluan menawarkan pengantar singkat tentang masalah ini, termasuk
informasi tentang latar belakang masalah, batasannya, dan motivasi keseluruhan
untuk melakukan penelitian. Ini juga menampilkan metode penelitian, manfaat
dan keterbatasan, serta daftar studi dan sistem penelitian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai