Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KI2221 CARA PEMISAHAN DAN ELEKTROMETRI


PERCOBAAN 07
TITRASI KONDUKTOMETRI

NIM : 10520056
Nama : Febri Hannah E. Siregar
Kelompok : 05
Hari : Selasa
Tgl. Perc. : 22 Februari 2022
Tgl. Pengum. : 8 Maret 2022
Nama Asisten : Annisa Anggitami

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


KELOMPOK KEILMUAN KIMIA ANALITIK
PROGRAM STUDI SARJANA KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
P7. Titrasi Konduktometri

I. Tujuan Percobaan
- Menentukan konsetrasi asam asetat dalam sampel
- Menentukan konsetrasi larutan NaOH dalam sampel
- Menentukan konsentrasi HCl dalam sampel

II. Teori Dasar


Titasi konduktometri merupakan titrasi yang memanfaatkan sifat hantaran listrik
yang dimiliki oleh suatu larutan. Untuk menentukan titik ekuivalen dalam titrasi
konduktometri dilakukan pengaluran nilai hantaran terhadap volume titran. Jika ion-ion
didalam suatu larutan digantikan oleh ion-ion lainnya, maka nilai hantaran akan berubah.
Selain untuk menentukan titik ekuivalen, titrasi konduktometri juga dapat digunakan untuk
menentukan nilai Ka suatu asam lemah.

III. Alat dan Bahan


3.1 Alat
- Buret 10 mL
- Gelas kimia 250 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Pipet volumteri 25 mL
- Konduktometer
- Sel hantaran
- Pengaduk magnetik
3.2 Bahan
- Larutan baku NaOH 0,2 M
- Larutan baku HOAc 0,2 M
- Larutan sampel (HCl, HOAc, dan NaOH kira-kira 0,5 M setelah diencerkan)
- Larutan KCl 0,1 M

1
- Aqua dm
- Larutan 1% difenilkarbazida
- Larutan air : asam asetat glasial (9:1)
3.3 MSDS
Tabel 1. MSDS bahan
Bahan Wujud Sifat Penanganan
Bilas dengan air bersih
min 15 menit,
Padatan tidak konsultasi dengan
NaOH Beracun, iritan
berwarna dokter jika
tertelan/terhirup/kontak
mata
Larutan tidak Bilas dengan air bersih
HCl Iritan
berwarna min 15 menit
Bilas dengan air bersih
min 15 menit,
konsultasi dengan
KCl Padatan kuning Beracun, iritan
dokter jika
tertelan/terhirup/kontak
mata
Bilas dengan air bersih
min 15 menit,
HOAc Padatan cream/pink Iritan konsultasi dengan
dokter jika kondisi
serius

IV. Cara Kerja


Konduktometer dinyalakan dan kalibrasi menggunakan larutan KCl 0,1 M.
Dimasukkan nilai 12,88 mS.cm-1 sebagai nilai hantaran jenis larutan KCl 0,1 M. Larutan

2
sampel diencerkan sampai tanda batas dan dikocok dengan baik. Kemudian dipipet 25 mL
larutan sampel HCl yang telah diencerkan kedalam gelas kimia 250 mL dan ditambahkan
aqua dm sebanyak 150 mL. Larutan tersebut ditempatkan diatas pengaduk magnetic.
Dijalankan pengaduk magnetic dan dicelupkan sel hantaran kedalam larutan. Dihentikan
pengadukan dan dicatat hantaran jenis awal larutan.
Ditambahkan 1,0 mL larutan baku NaOH dan diaduk. Dihentikan pengadukan lalu
dicatat nilai hantaran jenis larutam. Dilakukan pencatatan hantaran jenis larutan setiap
penambahan 1,0 mL larutan baku hingga volume larutan baku mencapai 10,0 mL. Dibuat
kurva titrasi konduktometri dengan mengalurkan nilai hantaran jenis terkoreksi dengan
volume titran lalu ditentukan konsentrasi HCl dalam sampel. Dengan cara yang sama,
dilakukan pada titrasi sampel asam asetat dengan larutan baku NaOH, lalu ditentukan
konsentrasi asam asetat dalam sampel menggunakan kurva titrasi konduktometri yang
diperoleh. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titrasi sampel NaOH menggunakan
larutan baku HOAc dan ditentukan konsentrasi larutan NaOH dalam sampel. Setelah selesai,
dibilas sel hantaran dan detektor suhu lalu keringkan dengan kertas saring atau tisu.

V. Data Pengamatan
HCl = 25 mL
Tabel 2. Data percobaan titrasi konduktometri
L(μS)
V(mL)
HCl vs NaOH (baku) HOAc vs NaOH (baku) NaOH vs HOAc (baku)
0 2740 336 1744
1 2390 414 1553
2 2020 499 1342
3 1767 589 1106
4 1425 686 981
5 1103 777 847
6 1129 866 766

3
7 1227 978 748
8 1371 1140 742
9 1557 1350 744
10 1768 1560 752
11 - 1822 -

VI. Pengolahan Data


𝑉+𝑣
𝐿′ = 𝑥𝐿
𝑉
1. Sampel HCl dengan larutan baku NaOH
Tabel 3. Nilai volume dan hantaran pada HCl dengan larutan baku NaOH
V HCl (mL) V NaOH (mL) L (μS) L' (μS)
25 0 2740 2740
25 1 2390 2485.6
25 2 2020 2181.6
25 3 1767 1979.04
25 4 1425 1653
25 5 1103 1323.6
25 6 1129 1399.96
25 7 1227 1570.56
25 8 1371 1809.72
25 9 1557 2117.52
25 10 1768 2475.2
25 11 - -

VII. Pengolahan Data

4
Gambar 1. Grafik plot nilai hantaran koreksi HCl terhadap volume NaOH

Volume ekuivalen titrasi :


𝑦1 = 𝑦2
−279,5𝑥 + 2759,2 = 269,74𝑥 − 283,36
549,24𝑥 = 3042,56
𝑥 = 5,539582 𝑚𝐿
Konsentrasi sampel HCl:
100
𝑛𝐻𝐶𝑙 = 𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥
25
100
= [𝑁𝑎𝑂𝐻] 𝑥 [𝑉𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛]𝑥
25
100
= 0,2 × 5,539582 ×
25
= 4,431666 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑛𝐻𝐶𝑙 4,43166 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝐻𝐶𝑙 = = = 0,177267 𝑀
𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙 25 𝑥 10−3 𝐿

2. Sampel HOAc dengan larutan baku NaOH


Tabel 4. Nilai hantaran koreksi dan volume sampel HOAc dengan NaOH

5
V HOAc (mL) V NaOH (mL) L(μS) L'(μS)
25 0 336 336
25 1 414 430.56
25 2 499 538.92
25 3 589 659.68
25 4 686 795.76
25 5 777 932.4
25 6 866 1073.84
25 7 978 1251.84
25 8 1140 1504.8
25 9 1350 1836
25 10 1560 2184
25 11 1822 1822

Gambar 2. Plot nilai hantaran koreksi HOAc terhadap volume NaOH

6
Volume Ekuivalen Titrasi :
𝑦1 = 𝑦2
119,95𝑥 + 315,67 = 280,45𝑥 − 673,49
160,5𝑥 = 989,16
𝑥 = 6,162991 𝑚𝐿
Konsentrasi Sampel HOAc:
100
𝑛𝐻𝑂𝐴𝑐 = 𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 𝑥
25
100
= [𝑁𝑎𝑂𝐻]𝑥 [𝑉𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛]𝑥
25
= 0,2 × 6,16299110025
= 4,930393 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑛𝐻𝑂𝐴𝑐 4,930393 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝐻𝑂𝐴𝑐 = = = 0,197216 𝑀
𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙 25 𝑥 10−3 𝐿

3. Sampel NaOH dengan larutan baku HOAc


Tabel 5. Nilai hantaran koreksi dan volume sampel NaOH dengan HOAc
V NaOH (mL) V HOAc (mL) L(μS) L'(μS)
25 0 1744 1744
25 1 1553 1615.12
25 2 1342 1449.36
25 3 1106 1238.72
25 4 981 1137.96
25 5 847 1016.4
25 6 766 949.84
25 7 748 957.44
25 8 742 979.44
25 9 744 1011.84
25 10 752 1052.8

7
25 11 - -

Gambar 3. Plot nilai hantaran koreksi NaOH terhadap volume HOAc

Volume Ekuivalen Titrasi :


𝑦1 = 𝑦2
−150,86𝑥 + 1744,1 = 26,032𝑥 + 782,02
176,892𝑥 = 3042,56
𝑥 = 5,438799 𝑚𝐿
Konsentrasi Sampel NaOH:
100
𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑛𝐻𝑂𝐴𝑐 𝑥
25
100
= [𝐻𝑂𝐴𝑐]𝑥 [𝑉𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛]𝑥
25
= 0,2 × 5,43879910025
= 4,351039 𝑚𝑚𝑜𝑙
𝑛𝑁𝑎𝑂𝐻 4,351039 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙
𝑁𝑎𝑂𝐻 = = = 0,174042 𝑀
𝑉𝑎𝑤𝑎𝑙 25 𝑥 10−3 𝐿

8
VII. Pembahasan
Pada percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan konsentrasi asam asetat, NaOH
dan HCl dalam sampel menggunakan metode titrasi konduktometri. Titasi konduktometri
didasarkan pada pengukuran daya hantar listrik. Karena berhubungan dengan daya hantar
listrik, sehingga berhubungan juga dengan adanya ion-ion yang berperan untuk
menghantarkan arus listrik dalam larutan, Oleh karena itu, titrasi konduktometri hanya dapat
digunakan pada larutan elektrolit saja. Arus listrik yang mengalir pada larutan disebabkan
adanya pergerakan ion-ion dengan muatan tertentu dari potensial tinggi ke potensial yang
lebih rendah. Kemampuan suatu larutan dalam menghantarkan listrik disebut hantaran
larutan (L).
Prinsip kerja dari titrasi konduktometri adalah dengan penambahan titran secara
berkala pada analit dapat mengubah jumlah muatan dan ion-ion dalam larutan yang nantinya
juga akan berpengaruh pada nilai hantaran larutan (L). Perubahan nilai hantaran ini akan
diamati melalui suatu grafik untuk menentukan titik ekuivalennya. Titrasi konduktometri
tidak memerlukan indikator karena titik ekuivalennya dapat dengan mudah teramati melalui
grafik volume titran yang ditambahkan terhadap nilai hantaran larutannya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai hantaran larutan antara lain, jenis
larutan, jumlah ion dan ukuran ion dalam larutan. Jenis larutan yang bisa digunakan adalah
larutan elektrolit. Larutan elektrolit merupakan larutan yang mengandung muatan sehingga
dapat menghantarkan arus litrik. Semakin besar muatan dalam suatu larutan, maka semakin
besar pula nilai hantarannya. Semakin banyak jumlah ion yang ada didalam larutan, maka
arus yang dapat dihantarkan akan semakin besar, sehingga nilai hantaran larutan juga akan
semakin besar. Larutan pekat dimana jumlah ion yang sangat banyak namun memiliki nilai
hantaran larutan yang akan menurun. Hal ini dikarenakan ion-ion dalam larutan tidak dapat
bergerak secara bebas sehingga kemampuan menghantarkan arus akan semakin menurun.
Adapun ukuran ion dalam lautan berbanding terbalik dengan nilai hantaran larutan,
Semakin kecil ukuran suatu ion, maka kemamuan menghantarkan arusnya akan menjadi
lebih besar. Ini disebabkan ion-ion tersebut dapat bergerak secara bebas dan cepat.

9
Sebelum dilakukan titrasi, alat konduktometer dikalibrasikan terlebih menggunakan larutan
KCl 0,1 M agar mengurangi kesalahn pembacaan nilai konduktan sehingga didapatkan
ketelitian hasil pengukuran serta untuk mwnwntapkan tetapa sel konduktometer yang
digunakan. Penggunaan larutan KCl 0,1 M karena larutan ini memiliki nolai konduktivitas
yang diketahu pada berbagai suhu, sehingga tetapan selnya dapat ditentukan. Pada saat
kalibrasi, elekttroda harus tercelup sampai ruang yang ada didalam elektroda terisi penuh
dengan larutan yang diukur agar pengukuran terbaca dan berlangsung secara teliti.
Setelah dilakukan kalibrasi dilakukan, maka dilakukan titrasi konduktometri. Pada
percobaan kali ini titrasi antara larutan HCl dengan larutan baku NaOH, larutan HOAc
dengan larutan baku NaOH dan larutan NaOH dengan larutan baku HOAc. Dari setiap
penambahan larutan baku dari 1 mL hingga 10 mL dipero leh data hantaran larutan.
Penambahan titran pada larutan yang dititrasi menyebabkan pengenceran. Oleh karena itu,
hantaran yang akan digunakan utuk membuat kurva titrasi konduktometri perlu di koreksi
dengan persamaan:
𝑉𝑥𝑣
𝐿′ = ×𝐿
𝑉
Pada titrasi larutan HCl dengan larutan baku NaOH (percobaan 1) diperoleh grafik
yang mengalami penurunan kemudian naik lagi. HCl merupakan elektrolit kuat yang akan
terurai sempurna menjadi H+ dan Cl- sehingga nilai hantaran awalnya (saat 0 mL
penambahan NaOH baku) sangat besar, seiring penambahan NaOH akan menurun sampai
volume tertentu. Ini dikarenakan pada volume penambahan NaOH baku 0-5 mL terjadi reaksi
antara H+ dengan OH- membentuk H2O yang bersifat non-elektrolit, sehingga jumlah H+
berkurang sedangkan jumlah Na+ yang menggantikan H+ bertambah. Ukuran Na+ yang
lebih besar dari H+ sehingga ion Na+ tidak dapat bergerak sebebas pergerakan ion H+. Ini
juga mengakibatkan nilai hantaran larutan menurun. Pada titik akhir titrasi. H+ dalam larutan
telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga jika dilakukan penambahan NaOH lebih
lanjut akan menaikkan nilai hantaran larutannya. Akibatnya, grafik mengalami kenaikan
dikarenakan keberadaan OH- dari penambahan NaOH diatas titik akhir titrasi.

10
Pada titrasi larutan sampel HOAc dengan larutan baku NaOH (percobaan 2) diperoleh
grafik yang naik perlahan, kemudian naik lagi secara tajam. Larutan HOAc merupakan
larutan elektrolit lemah karena ion-ionnya tidak terionisasi dengan sempurna. Larutan HOAc
atau yang lebih dikenal dengan rumus molekul CH3COOH ini akan terurai sebagian menjadi
CH3COO- dan H+ sehingga nilai hantaran awal tidak terlau besar. Penambahan larutan baku
NaOH secara berkala menyebabkan ion H+(dari CH3COOH) akan berkurang karena
bereaksi dengan OH- (dari NaOH). Akibatnya, nilai hantaran akan mengalami kenaikan
secara perlahan. Setelah titik akhir titrasi, grafik akan naik secara tajam disebabkan oleh
keberadaan H+ (dari CH3COOH) telah habis bereaksi dengan OH- (dari NaOH). Oleh karena
itu, jika dilakukan penambahan NaOH secara lebih kanjut akan menyebabkan OH- berlebih.
Adanya ion CH3COO-dan Na+ juga ikut menyumbang grafik nilai hantaran larutan naik
secara tajam.
Pada titrasi sampel NaOH dengan larutan baku HOAc (percobaan 3) diperoleh grafik
yang mengalami penurunan kemudian naik lagi secara landai. Larutan NaOH merupakan
larutan elektrolit kuat yang akan terurai sempurna manjadi Na+ dan OH-. Penambahan
larutan HOAc akan menyebabkan OH- (dari NaOH) bereaksi dengan H+ (dari larutan baku
HOAc) menjdai H2O yang menyebabkan nilai hantaran larutan akan menjadi lebih kecil
(ditandai dengan grafik yang menurun). Ketika semua OH- dari NaOH telah habis bereaksi
(titik akhir titrasi), maka jika dilakukan penambahan larutan baku HOAc lebih lanjut akan
menyebabkan H+ berlebihan didalam larutan. Namun, karena larutan HOAc merupakan
asam lemah yang tidak semua ion-ionnya dapat teruari sempurna dalam larutan, akibatnya
nilai hantaran akan naik secara perlahan (grafik naik secara landai). Setiap proses titrasi,
dilakukan proses pengadukan dengan magentik stirer. Hal ini dilakukan agar dapat
mengoptimalkan kemampuan daya hantar listrik sehingga ionnya dapat menyebar merata
(larutan menjadi homogen).
Berdasarkan hasil regresi dari penurunan dan kenaikan grafik hasil titrasi, diperoleh
titik potong dari grafik regresi linear yang merupakan volume ekuivalen titrasi. Dari volume
ekuivalen yang diperoleh dapat ditentukan konsentrasi larutan sampel yang digunakan.
Sehingga diperoleh volume ekuivalen pada titrasi larutan HCl dengan larutan baku NaOH

11
adalah 5,539582 mL dengan konsentrasi HCl 0,177267 M. Pada titrasi larutan HOAc dengan
larutan baku NaOH, diperoleh volume ekuivalen titrasi adalah sebesar 6,162991 mL dengan
nilai konsentrasi HOAc sebesar 0,197216 M. Pada titrasi larutan NaOH dengan larutan baku
HOAc diperoleh nilai ekuivalen titrasi sebesar 5,438799 mL dengan nilai konsentrasi NaOH
sebesar 0,174042 M.
Kelebihan dalam menggunakan titrasi konduktometri ini antara lain pada hasil akhir
yang diperoleh adalah titik ekuivalen, bukan titik akhir titrasi. Sehingga hadil yang
didapatkan akan lebih akurat dibanding dengan metode titrasi biasa. Dalam titrasi
konduktometri, tidak membutuhkan indikator sehingga biaya akan lebih sedikit serta ramah
lingkungan. Selain itu. Faktor human error dengan metode titrasi ini lebih kecil dibandingkan
titrasi biasa. Hal ini dikarenakan titrasi ini menggunakan alat digital yang mempermudah dan
mempercepat proses titrasi. Adapapun kekurangan dengan metode titrasi konduktometri ini
adalah metode ini sangat bergantung pada sensivitas kerja alat, sehingga apabila alat tidak
akurat akan menyebabkan hasil yang diperoleh juga tidak akurat. Selain itu,, metode ini
hanya terbatass pada larutan elektrolit dengan konsentrasi rendah.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh nilai konsentrasi asam asetat,
NaOH dan HCl yang digunakan sebagai sampel masing-masing adalah sebesar 0,197216
M, 0,174042 M dan 0,177267 M.

IX. Daftar Pustaka


Harvey, David. 2000. Analytical Chemistry. California Hall Company
Kenedy, J.K, 1990. Analytical Chemistry Principles 2 edition. New York: Saunders College
nd

Publishing
Skoog, DA, dkk. 1994. Analytical Chemistry An Introduction 6 edition. Philadelphia:
th

Saunders College Publishing.

12

Anda mungkin juga menyukai