Anda di halaman 1dari 16

QAWA‘ID AL-LUGAWIYAH Al-‘AMM DAN KHAS DALAM APLIKASI PENETAPAN

HUKUM KONTEMPORER
Oleh : Sarmiji Aseri

Abstrak

Kaidah-kaidah kebahasaan yang mengatur ketentuan ‘amm dan khash


merupakan salah satu bagian yang penting dalam memahami teks. Kaidah Lughawi
salah satunya bisa berupa lafaz umum atau khusus. Lafaz yang umum atau al’amm,
ketetapan hukurmya harus diartikan kepada semua satuannya secara secara pasti
bila disana tilak ada dalil yang mengkhususkannya, namun sebaliknya jika terdapat
dalil yang mengkhussuskan maka mengenai petunjuk hukumnya dinilai dari hukum
yang pasti (qoth'iy) atau dugaan (dzonny). Kaidah ini dijadikan patokan dalam
istinbath hukum islam karena kaidah ini dipergunakan dalam menggali dan
memperoleh hukum-hukum syara’ dari dalil-dalil yang terperinci. Pemahaman
terhadap jaman kontemporer dengan memperhatikan: orientasi kemudahan dalam
moderasi keseimbagan, memperbanyak penelitian hubungan kekinian,
memanfaatkan iptek kekinian, hubungan yang erat dengan gejala sosial,
melembagakan secara sosial hukum syariah. Adanya teknologi, air yang tadinya
sangat kotor dapat disuling menjadi air yang suci lagi menyucikan dan jual beli salam
telah diketahui jenis melalui detail spesifikasi dan video mengambarkan tentang
barang tersebut. Kajian lebih mendalam tentang qawa‘id al-lugawiyah selayaknya
senantiasa didalami agar ketentuan syara‘ dapat senantiasa menjawab masalah-
masalah hukum dalam sinaran teks yang otoritatif.

Kata Kunci : A’mm, khas, aplikasi, kontemporer.

A. Pendahuluan ditemukan di dalamnya, hukum itulah


Struktur hukum Islam yang dilaksanakan. Jika tidak, maka
dibangun di atas empat dasar yang harus dilihat, apakah para mujtahid
disebut sumber-sumber hukum. dalam suatu masa pernah berijma‟
Sumber-sumber hukum tersebut mengenai hukumnya atau tidak. Jika
adalah Alqur’an, Sunnah Nabi, Ijma ditemukan, maka hukum itu
(konsensus) dan Qiyas (analogi). dilaksanakan, jika tidak, maka
Smpat sumber inilah hukum Islam seseorang harus berijtihad untuk
(fiqh)2terbentuk untuk memecahkan menghasilkan hukumnya dengan cara
problem yang dihadapi umat Islam.1 mengqiyaskannya dengan hukumyang
Apabila terjadi suatu peristiwa, telah ada nasnya. Ringkasnya, hirarki
pertama kali harus dilihat di dalam al- sumber hukum ini meniscayakan
Qur‟an, jika ditenukan hukumnya di tartib (urut).2
dalam al-Qur‟an, maka hukum itu Penerapan hukum Islam yang
dilaksanakan. Jika tidak, maka dilihat terdapat dalam Alqur’an dan Hadis,
dalam sunnah Nabi saw, jika merupakan dua sumber utama yang


Penulis adalah Dosen pada Fakultas Syariah UIN Antasari Banjarmasin
1 Akhmad Minhaji, Kontroversi Pembentukan Hukum Islam: Kontribusi Joseph Schacht, trans.
oleh Masrur Ali (Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. 24.
2
Ibid.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 1


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

sangat wajib merujuk kepadanya. memerlukan pemikiran kontemporer


Sumber tersebut teredaksi dengan untuk mencari jawabannya. Dalam hal
sempurna dan diyakini tidak mudah ini kaidah-kaidah fikih sebagai suatu
untuk dipalsukan. Menggali nilai disiplin ilmu yang dapat memberikan
hukum memerlukan ilmu kebahasaan jawaban terhadap berbagai persoalan
dan tidak cukup langsung kontemporer yang muncu. Dalam hal
menerapkan tanpa adanya ini al-Qarafi mengatakan bahwa
pertimbangan yang mendalam dari kaidah-kaidah fikih berfungsi sebagai
segi kaidah ushul dan kaidah bahasa. pengikat persoalan-persoalan furu’
Tidak semua lafazh yang ada mudah yang bervariasi dan berserakan.4
untuk dipaharni sehingga tidak Konteks kebahasaan kiadah lughawi
memungkinkan untuk langsung yaitu makna dari suatu lafaz, baik
diambil suatu ketentuan hukum yang dalalahnya maupun uslubnya, dapat
ada padanya. Ada beberapa diketahui, selanjutnya dapat dijadikan
pengklasifikasian lafaz yang ada di pedoman dalam penetapan hukum.
dalam nash syar'i yang selayaknya Kaidah luqawiyah disebut Abu Zahrah
untuk diuraikan terlebih dahulu. dengan pendekatan lafziyah (turuq
Melalui kaidah-kaidah Ushul lafziyah), yakni penerapannya
Fiqh akan diketahui nash-nash syara’ membutuhkan beberapa faktor
dan hukum-hukum yang pendukung yang sangat dibutuhkan
ditunjukkannya. Ada banyak qaidah- yakni penguasaan terhadap makna
qaidah yang dipakai dalam dari lafaz-lafaz nas serta konotasinya
mempelajari ataupun mengetahui dari segi umum dan khusus.5
nash-nash dalam al-quran, maka Kaidah Lughawi salah satunya
tanpa qaidah-qaidah tersebut bisa berupa lafaz umum atau khusus.
seseorang tidak akan bisa menetapkan Lafaz yang umum atau al’amm,
atau mengistinbatkan suatu hukum ketetapan hukurmya harus diartikan
yang terdapat didalamnya.3 kepada semua satuannya secara
Ushul fikih merupakan secara pasti bila disana tilak ada dalil
metodologi istinbath hukum dan yang mengkhususkannya, namun
sekaligus berfungsi sebagai standar sebaliknya jika terdapat dalil yang
terhadap deraja kebenaran istinbath. mengkhussuskan maka mengenai
Ushul fikih berperan dalam petunjuk hukumnya dinilai dari
menentukan prosedur istinbath hukum yang pasti (qoth'iy) atau
hukum. Dalam menghadapi dunia dugaan (dzonny). Ulama Usul terdapat
modern, maka persoalan-persoalan klasifikasi kaidah yakni al’am dan
kontemporer yang banyak khas.’Amm berarti satu lafad yang
bermunculan, yang sudah tentu pula menunjukkan dua perkara atau lebih

3
Syamsul Hadi, Islam Kontemporer,” EduTech: Jurnal Ilmu
“PEMAKAIAN/PENGERTIAN LAFADZ ‘AM, Pendidikan Dan Ilmu Sosial 4, no. 2 (2018): hlm.
DAN KHAS, HAQIQAT DAN MAJAZ, 21.
ZHAHIR DAN KHAFY DALAM AL- 5
Rahmawati Rahmawati, “Metode
QUR’AN,” Direktorat Jenderal Badan Istinbâţ Hukum (Telaah Pemikiran Teungku
PEradilan Agama, 22 November 2013, hlm. 1. Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy),”
4
Muhammad Iqbal, “Urgensi Kaidah- (Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
Kaidah Fikih Terhadap Reaktualisasi Hukum 2014), hlm. 2.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 2


Sarmiji Aseri

dengan satu sebutan. Sedangkan menunjukkan makna tertentu, seperti


khas adalah satu lafad yang lafal amm khas, muthlaq muqayyad,
digunakan untuk menunjukkan satu dan lain sebagainya. Memahami
perkara secara khusus.6 Mengetahui dengan baik dan benar bahasa
pembahasan ini menjadi penting Alqur’an tersebut para Ulama telah
untuk memberikan wawasan ushul mengadakan penelitian terhadap
(tsaqafah ushuliyah) dengan beberapa lafal, khususnya yang terkait
penerapan kaidah ushul itu sendiri dengan ushlub atau gaya bahasa Arab.
dalam perkembangan kontemporer 1. Al-‘Amm
yang sarat kemajuan ilmu pengetahuai a. Pengertian ‘Amm
dalam istinbat hukum. Lafadz ‘Amm jika dilihat dari
segi bahasa berarti mencakup
B. Pemahaman Kaidah Al’Amm keseluruhan atau yang umum.
dan Khas Sedangkan menurut istilah pengertian
Pemakaian ilmu bahasa Arab ‘am dalam ilmu ushul fiqh yaitu suatu
digunakan untuk mengetahui makna- lafal yang digunakan untuk
makna lafadz yang terkandung dalam menunjukkan suatu makna pada
ayat Alqur’an ataupun sunnah jumlah yang banyak yang mencakup
sehingga para mujtahid bisa seluruh satuan-satuan yang tidak
menetapkan hukum sesuai dengan terbatas.7 Misalkan seperti pada lafal
nash yang ada. Menetapkan hukum, ‫ا‬
al-insan ( ‫)اْلٍنسان‬. Lafadz tersebut
para mujtahid menggunakan berarti manusia. Yang pada lafadz ‘am
beberapa kaidah. Kaidah ini diartikan manusia secara keseluruhan
diperlukan karena lafadz yang tertulis dengan berbagai bentuk jenis manusia
dalam nash kadangkala berbeda baik yang berjenis kelamin laki-laki
makna dan maksudnya ketika maupun berjenis kelamin
dilakukan penelitian. Oleh karena itu, perempuan.8
para ulama telah menetapkan kaidah Lafadz ‘amm merupakan suatu
yang bisa digunakan untuk memahami lafadz yang meliputi semua
dalil-dalil naqli yaitu dengan pengertian yang dapat mencakup
menggunakan kaidah lughawiyah. seluruh bagian satuan-satuan yang
Kaidah ini dijadikan patokan dalam tanpa batas. Jika terdapat suatu lafadz
istinbath hukum islam karena kaidah yang menunjukkan kuantitas satuan
ini dipergunakan dalam menggali dan yang terbatas maka bukanlah disebut
memperoleh hukum-hukum syara’ dengan ‘am. Seperti pada
dari dalil-dalil yang terperinci. lafadz ‫ر ُجل‬yang
َ bermakna “seorang
Keterangan Alqur’an banyak dijumpai laki-laki” tidak menunjukkan pada
istilah yang biasa dipakai untuk sesuatu yang umum. Pada perkataan

6
St. Halimang, “IMPLEMENTASI 7
Nasruddin Yusuf, Pengantar Ilmu
TA’ARUDUL AL ‘AM WAL KHAS Ushul Fikih, (Malang: Universitas Negeri
MENURUT MAZHAB HANAFI DAN Malang Press, 2012), hlm. 101.
MAZHAB SYAFI’I DALAM HUKUM 8
M. Ma’shum Zein, Menguasai Ilmu
ISLAM,” Falasifa 11, no. 2 (September 2020): Ushul Fiqh: Apa dan Bagaimana Hukum Islam
hlm. 47. Disarikan dari Sumber-Sumbernya,
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2013), hlm.
279.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 3


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

“sekelompok, seratus, lima, sepuluh” Contoh man :


juga bukan termasuk pada lafadz ‘am َّ ‫قَالُوا َمن فَ َع َل ٰ َهذَا ِبآ ِل َهتِنَا ِإنَّهُ لَمِ نَ ال‬
َ‫ظالِمِ ين‬
dikarenakan dibatasi dengan jumlah.9 Mereka berkata : “Siapakah yang
b. Lafadz-lafadz ‘Amm melakukan perbuatan ini terhadap
1) Lafal kullun ( ‫)كل‬, jami’un (‫ )جميع‬, tuhan-tuhan kami, sesunguhnya dia
kaffah (‫ )كافة‬dan ma’syara (‫)معشر‬ termasuk orang yang zalim.”
Contoh lafal kullun : QS. Al-Anbiya : 59
‫ت‬ِ ‫كُلُّ نَ اف ٍس ذَائِقَةُ اال َم او‬ Contoh ma :
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan ‫سقَ َر‬ َ ‫سلَ َك ُك ام فِي‬
َ ‫َما‬
merasakan mati”. QS. Ali Imran: 185. “Apakah yang memasukkan kamu ke
Contoh lafal jami’un : dalam Saqar (neraka)?”
‫ض جَمِ يعًا‬ ِ ‫ه َُو الَّذِي َخلَقَ لَ ُكم َّما فِي ااْل َ ار‬ QS. Al-Mudatstir: 42.
“Dialah (Allah) yang menjadikan Contoh mata :
segalanya yang ada di bumi untuk ‫َّللا قَ ِريب‬ِ َّ ‫ص َر‬ ‫َّللا أ َ َْل ِإ َّن نَ ا‬
ِ َّ ‫ص ُر‬
‫َمت َٰى نَ ا‬
kalian”. QS. Al-Baqarah (2) : 29. “Bilakah datangnya pertolongan
Contoh lafal kaffah : Allah? Ingatlah, Sesungguhnya
‫اس‬ ِ َّ‫س النَاكَ إِ َّْل كَا َّف ُّةً لِلن‬َ ‫َو َما أ َ ار‬ pertolongan Allah itu amat dekat”. QS.
“Dan kami tidak mengutus kamu, Al-Baqarah: 214.
melainkan kepada umat manusia 4) Isim syarat
seluruhnya”. QS. Saba’: 28. Seperti pada lafal : man ( ‫)من‬
Contoh lafal ma’syara: “barangsiapa”, ma (‫)ما‬ “apa
‫نس‬ ِ ‫اْل‬ ِ ‫يَا َم ْعش ََُّر اال ِج ِن َو ا‬ saja”, ayyuma ( ‫“ )أيما‬yang mana saja”.
“Hai golongan jin dan manusia”. QS. Contoh pada lafal ma:
Al-An’am: 130. ‫ف ِإلَ اي ُك ام َوأَنت ُ ام َْل ت ُ ا‬
َ‫ظلَ ُمون‬ َّ ‫َو َما تُن ِفقُوا مِ ان َخي ٍار ي َُو‬
2) Isimal-maushul “Dan apa saja harta yang baik yang
Seperti pada lafal : al-ladzi ( ‫ )الذي‬, al- kamu nafkahkan, niscaya kamu akan
ladzina ( ‫ )الذين‬, allati ( ‫)الالتي‬ diberi pahalanya dengan cukup
Contoh pada lafal al-ladzina: sedang kamu sedikitpun tidak akan
‫ظ ال ًما إِنَّ َما يَأا ُكلُونَ فِي‬
ُ ‫ِين يَأ ا ُكلُونَ أَ ام َوا َل االيَتَا َم ٰى‬ َُّ ‫إِ َّن الَّذ‬ dianiaya (dirugikan)”. QS. Al-Baqarah:
‫ِيرا‬
ً ‫سع‬ َ َ‫صلَ اون‬ ‫سيَ ا‬ َ ‫َارا ۖ َو‬
ً ‫طونِ ِه ام ن‬ ُ ُ‫ب‬ 272.
Sesungguhnya orang-orang yang 5) Isim Nakirah dalam penyusunan
memakan harta anak yatim secara kalimat yang menunjukkan
zhalim, sebenarnya mereka itu pengertian nafi (negatif).
menelan api sepenuh perutnya dan Seperti contoh dalam sabda
mereka akan masuk ke dalam api yang Rasulullah SAW :
menyala-nyala (neraka). ‫ْل هجرة بعدالفتح‬
QS. An-Nisa (4): 10. “Tidak wajib hijrah setelah Mekkah
3) Isim istifham (kata tanya) ditaklukkan”. HR. Bukhari dan Muslim
Seperti pada lafal : man ( ‫)من‬ Isim nakirah pada hadis tersebut
“siapa”, ma (‫” (ما‬apa”, mata (‫)متى‬ terdapat pada lafal ‫هجرة‬yang
“kapan”. merupakan lafal umum karena di
dahului oleh lafal nafi (negatif).

9
Ahmad Musadad, INTISARI KAIDAH
FIQH KOMPREHENSIF, (CV Literasi
Nusantara Abadi, 2021), hlm. 196.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 4


Sarmiji Aseri

6) Lafal isim mufrad yang di ta’rifkan “Dan dari air Kami jadikan segala
dengan alif lam jinsiyah atau sesuatu yang hidup.” (QS. Al-
dengan idhafah. Anbya:30)
Contoh isim mufrad yang di ta’rifkan Pada kedua ayat tersebut terdapat
dengan alif lam ( ‫ )ال‬: ‘amm qathi yang menunjukkan sifat
ِ ‫َّللاُ االبَ اي َع َو َح َّر َم‬
ۚ ‫الربَا‬ َّ ‫َوأ َ َح َّل‬ umum, tidak dimaksudkan pada
“Padahal Allah telah menghalalkan makna yang khusus. Sehingga tidak
jual beli dan mengharamkan riba”. QS. bisa di takhsis.
Al-Baqarah: 275. 2) Lafal ‘Amm yang bersifat khusus,
Contoh isim mufrad yang di ta’rifkan karena adanya qarinah (petunjuk)
dengan idhafah: yang menunjukkan
‫صوهَا‬ ُ ‫َّللا َْل ت ُ اح‬
ِ َّ َ‫َو ِإن تَعُدُّوا نِ اع َمت‬ kekhususannya.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Contoh :
Allah, tidaklah dapat kamu ً ‫س ِب‬
ۚ ‫يال‬ َ ‫ع ِإلَ اي ِه‬ َ َ ‫ت َم ِن ا است‬
َ ‫طا‬ ِ ‫اس حِ ُّج اال َب اي‬
ِ َّ‫علَى الن‬ ِ َّ ِ ‫َو‬
َ ‫ّلِل‬
menhinggakannya”. QS. Ibrahim: 34. “Mengerjakan haji adalah suatu
Contoh isim jama’ yang di ta’rifkan kewajiban manusia terhadap Allah.”
dengan alif lam ( ‫ )ال‬: (QS. Al-Imran: 97)
َ ِ‫ان َو ااْل َ اق َربُونَ َولِلن‬
ِ‫ساء‬ ِ َ‫َصيب ِم َّما ت ََركَ اال َوا ِلد‬ ِ ‫ِلر َجا ِل ن‬ ِ ‫ل‬ Pada ayat tersebut terdapat lafal
َ‫ان َو ااْل َ اق َربُونَ مِ َّما قَ َّل مِ انهُ أ او‬ ‫ا‬
ِ َ‫َصيب ِم َّما ت ََركَ ال َوا ِلد‬ ِ ‫ن‬ “manusia” yang merupakan lafal
‫َصيبًا َّم اف ُروضًا‬ ِ ‫َكث ُ َر ۚ ن‬ umum. Yang dimaksud dengan
“Bagi orang laki-laki ada hak bagian manusia pada ayat tersebut adalah
dari harta peninggalan ibu-bapak dan para mukallaf. Karena dengan
kerabatnya, dan bagi orang wanita ada akalnya, anak kecil dan orang gila
hak bagian (pula) dari harta bukan termasuk ke dalamnya.11
peninggalan ibu-bapak dan 3) Lafal ‘Amm yang tidak di dampingi
kerabatnya, baik sedikit atau banyak oleh qarinah yang meniadakan hal
menurut bahagian yang telah yang di takhsis dan tidak adanya
ditetapkan”. QS. An-Nisa : 11.10 qarinah yang menafikan
c. Macam-Macam ‘Amm kemungkinan tetap terhadap
Lafal ‘amm dikategorikan menjadi tiga keumumannya.12
macam: Contoh:
1) Lafal ‘amm yang bersifat umum, َ ‫َو اال ُم‬
ۚ ٍ‫طلَّقَاتُ يَت ََربَّصانَ بِأَنفُ ِس ِه َّن ثَ َالثَةَ قُ ُروء‬
karena disertai oleh qarinah “Wanita-wanita yang ditalak
(petunjuk) yang tidak mungkin hendaklah menahan (menungu/
bisa ditakhsis. beriddah) tga kali quru.” (QS. Al-
Contoh dalam QS. Hud ayat 6: Baqarah: 228).
‫َّللا ِر ازقُ َها‬
ِ َّ ‫علَى‬ َ ‫ض إِ َّْل‬ ِ ‫َو َما مِ ن دَابَّ ٍة فِي ااْل َ ار‬ d. Dilalah ‘Amm
“Dan tidak ada satupun binatang yang Para jumhur ulama
melata di bumi ini melainkan Allah menyatakan bahwa dalalah ‘amm
yang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6) adalah zhaniyyah. Dikarenakan lafal-
Contoh dalam QS. Al-Anbya ayat 30: lafal ‘am kadangkala hanya dapat
ۖ ٍ ‫ش ايءٍ َحي‬ َ ‫َو َج َع النَا مِ نَ اال َماءِ ُك َّل‬
10 12
Yusuf, Pengantar Ilmu Ushul Fikih, Amir Syarifuddin, Garis-garis besar
hlm. 101-104. ushul fiqh, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 111.
11
Abdu al-Wahhāb Khallāf, ’Ilmu Uṣūl
al-Fiqh, (Kairo: Dār al-’Ilmī, 1978), hlm. 232.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 5


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

digunakan untuk salah satu dari “Yang mengkhususkan atau


keseluruhannya. Para jumhur ulama menentukan”
menegaskan dengan suatu Definisi khas adalah antonim
ketentuannya yaitu: dari definisi ‘amm (umum). Dengan
‫مامنعاماْلوقدخصص‬ demikian, jika sudah memahami
“Tidak ada satu lafal yang umum definisi lafadz ‘amm secara tidak
kecuali (lafal itu) ditakhsish.” langsung juga dapat memahami
Oleh sebab itu, jika ditemukan definisi lafadz khas.14
lafal ‘amm disarankan untuk mencari Al-Amidi menyebutkan
takhsisnya. Jika terdapat nash yang definisi khas sebagai berikut :
menunjukkan sebagian dari ‘amm itu ‫هو اللفظ الواحد الذى ال يصلح الشرتاك كثريين‬
dikeluarkannya, dilalahnya adalah ‫فيو‬
zhanniyah. “Suatu lafadz yang tidak patut
Seperti contoh dalam firman Allah: digunakan bersama oleh jumlah
َ ‫َو اال ُم‬
ۚ ٍ‫طلَّقَاتُ يَت ََربَّصانَ بِأَنفُ ِس ِه َّن ث َ َالثَةَ قُ ُروء‬ banyak”.
“Perempuan-perempuan yang Al-Khudahari Beik memberi
bercerai dari suaminya hendaklah definisi sedikit berbeda tentanga
beridah selama tiga quru’.” (QS. Al- lafadz khas :
Baqarah: 228) ‫هو اللفظ ادلوضوع لداللة على معىن واحد على‬
Dalam ayat tersebut ‫سبيل االنفراد‬
perempuan yang di talak dari “Lafadz yang obyeknya adalah dilalah
suaminya hendaknya beriddah tiga yang bermakna satu dengan cara satu
quru’, hal tersebut berlaku untuk per-satu”.
semua bentuk dan keadaan Menurut definisi yang terakhir,
perempuan yang bercerai baik lafadz khas ditentukan untuk
perempuan itu hamil maupun tidak. menunjukkan arti tertentu (khusus).
Selanjutnya, ketentuan tersebut di Baik ditunjukan untuk pribadi
takhsis bahwa bagi wanita yang hamil, seseorang, seperti lafadz Muhammad,
iddahnya adalah setelah melahirkan. Abdullah (nama orang), ditunjukan
Ketentuan tersebut tercantum dalam untuk macam sesuatu seperti
surah Al-Thalaq ayat 4: lafadz insaanun (manusia)
ۚ ‫ض اعنَ َح املَ ُه َّن‬َ ‫وْلتُ ااْل َ اح َما ِل أ َ َجلُ ُه َّن أَن َي‬ َ ُ ‫َوأ‬ dan rajulun (orang laki-laki),
“Dan perempuan yang hamil iddahnya ditunjukan jenis sesuatu seperti
yaitu sampai melahirkan lafadz hayawwanun (hewan). Juga
kandungannya”. bisa untuk menunjukkan benda
2. Al-Khas konkret seperti lafadz ‘ilmun (ilmu)
a. Definisi Al-Khas dan jahilun (kebodohan). Atau,
Khas ialah isim fa’il yang secara i’tibari (anggapan) seperti
berasal dari kata kerja :13 lafadz-lafadz yang diciptakan untuk
‫ص‬ٍ َ ‫صا خا‬ ً ‫ص اي‬ ِ ‫ص يَ اخ‬ُ ‫ص‬ ِ ‫ص يُ اح‬ َ ‫ص‬ َّ ‫خ‬ memberi pengertian banyak yang
terbatas, seperti

13
A. Djalil Basiq, Ilmu Ushul Fiqih, 14
Sofian Al Hakim, “Konsep dan
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), Implementasi Al-‘Âmm dan Al-Khâsh Dalam
hlm. 87. Peristiwa Hukum Kontemporer,” Asy-Syari’ah
17, no. 2 (2015): hlm. 81.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 6


Sarmiji Aseri

lafadz tsalatsatun (tiga), mi’atun (serr 2) Lafadz khas yang muqayyad


atus), jam’un (seluruhnya), Lafadz khas yang muqayyad ial
dan fariqun (sekelompok).15 ah lafadz khas yang dibatasi oleh suatu
b. Dalalah Al-Khas syarat tertentu. Contohnya :
Lafadz khas dalam nash syara’ ُ ‫طأ ً فَت َ اح ِر‬
‫ير َرقَبَ ٍة ُمؤا مِ نَ ٍة َو ِديَة‬ َ ‫َو َم ان قَت َ َل ُمؤا مِ نًا َخ‬
dalalah ma’nanya adalah qathi (pasti) ‫سلَّ َمة ِإلَ ٰى أ َ اه ِل ِه‬
َ ‫ُم‬
dan dalalah hukumnya “…dan barangsiapa membunuh
juga qathi’, bukan dzanni selama tidak seorang mukmin karena tersalah
ada ada dalil yang memalingkannya (hendaklah) ia memerdekakan seorang
kepada ma’na yang lain. Misalnya hamba sahaya yang beriman serta
lafadz tasalatsah dalam firman Allah : membayar diat yang diserahkan
ِ ‫ص َيا ُم ثَ َالث َ ِة أَي ٍَّام فِي اال َح‬
‫ج‬ ِ َ‫فَ َم ان لَ ام َي ِجدا ف‬ kepada keluarganya (si terbunuh
“…Tetapi jika ia tidak menemukan itu)…”. (Q. S An-Nisa : 92)
(binatang korban atau tidak mampu), Ayat di atas terdapat tiga buah
maka wajib berpuasa tiga hari dalam lafadz khas yang muqayyad.
masa haji…”. (Q.S Al-Baqarah : 196. Pertama, qatala (membunuh). Lafadz
Lafadz tsalatsah termasuk itu dibatasi dengan
lafadz khas yang tidak mungkin lafadz khatha’an (karena salah).
diartikan kurang atau lebih dari Dengan demikian, kewajiban
makna yang dikehendaki oleh lafadz membayar kaffarah dibebankan
itu sendiri, yaitu puasa tiga hari.16 terhadap pembunuhan yang
c. Macam-macam Lafadz dilakukan karena kelalaian, bukan
Khas karena alasan yang lain. Kedua,
1) Lafadz khas yang mutlaq lafadz raqabathin (hamba sahaya).
Lafadz khas yang mutlaq ialah Lafadz ini dibatasi dengan
lafadz yang tidak diikuti/ tidak lafadz mu’minah (yang beriman). Oleh
dibatasi oleh syarat karena itu, tidaklah cukup
apapun. Contohnya : memerdekakan hamba sahaya yang
‫ير َرقَبَ ٍة مِ ان قَ اب ِل أ َ ان يَت َ َماسَّا‬
ُ ‫فَتَحا ِر‬ tidak beriman. Ketiga,
“….maka (wajib atasnya) lafadz diyatun (denda). Lafadz ini
memerdekakan seorang budak dibatasi dengan
sebelum kedua suami isteri itu lafadz musallamatun (yang
bercampur…”. (Q.S Al-Mujadilah : 3) diserahkan). Dengan demikian, denda
Lafadz roqabatin (budak) itu harus diserahkan kepada keluarga
dalam ayat tersebut ialah orang yang terbunuh.
lafadz khas yang mutlaq karena tidak 3) Bentuk Amr (Perintah)
diberi qayyid (pembatas) dengan sifat Jika lafadz khusus yang ada
tertentu. Dengan demikian, pada nash syara’ berbentuk perintah
lafadz raqabatin dapat mencakup atau bentuk berita yang memiliki arti
seluruh macam budak baik budak perintah maka itu artinya wajib, yaitu
mukmin ataupun kafir. menuntut sesuatu yang diperintahkan

15 16
Suyatno Suyanto dan Nur Hidayah, Ibid., hm. 192.
Dasar-Dasar Ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), hlm. 191.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 7


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

atau yang diberitakan secara tetap dan “Diharamkan atas kamu


pasti.17 Contoh firman Allah SWT : (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
‫طعُوا أ َ اي ِديَ ُه َما‬ َ ‫َّارقَةُ فَا اق‬ ِ ‫َّارقُ َوالس‬ ِ ‫َوالس‬ yang perempuan;…” (Q.S An-Nisa : 23
“Laki-laki yang mencuri dan Ayat tersebut adalah bentuk
perempuan yang mencuri, potonglah kalimat berita. Kalimat tersebut
tangan keduanya…”. (Q.S Al-Maidah : memberitakan bahwa seseorang itu
38) diharamkan menikahi ibu dan anak
Ayat tersebut berarti perempuannya. Meskipun demikian
kewajiban memotong tangan pencuri kalimat tersebut diartikan selaku
lak-laki dan perempuan. tuntutan untuk ditinggalkan atau
Jika ada alasan tertentu maka haram untuk dilakukan.18
bentuk perintah dapat dibelokkan dari d. Pembagian Mukhasis (Dalil
arti kewajiban ke arti lain yang dapat Yang Mengkhususkan)
dipahami dari isi alasan tertentu itu, Mukhasis ada dua bentuk,
misalnya berarti mubah ) boleh dalam pertama mukhasis yang bersambung,
firman Allah : kedua mukhasis yang terpisah.19
َ‫ض مِ ن‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا اش َربُوا َحت َّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم اال َخ اي‬
ُ َ‫ط ااْل َ ابي‬ 1) Mukhasis Muttasil
‫اال َخياطِ ااْلَس َاو ِد مِ نَ االفَجا ِر‬ Mukhasis yang bersambung
“…dan makan minumlah hingga terang ialah apabila makna dari suatu dalil
bagimu benang putih dari benang yang mengkhususkan mempunyai
hitam, yaitu fajar…” (Q.S Al-Baqarah : hubungan yang erat dengan kalimat
178) umum sebelumnya.
Ayat ini membolehkan untuk Contoh : seseorang berkata dia
makan dan minum hingga terbit fajar. sendiri tidak menjaga
4) Bentuk Nahi (Larangan) kebersihan. Perkataan itu tidak akan
Nahi adalah lafadz yang dipakai ada apabila tidak didahului dengan
untuk menuntut agar meninggalkan kalimat sebelumnya.
suatu larangan. Larangan ini memiliki Ada beberapa macam mukhasis
arti haram. Firman Allah SWT : Muttasisil diantaranya yaitu :
‫ت َحت َّ ٰى يُؤا مِ َّن‬ ِ ‫َو َْل ت َ ان ِك ُحوا اال ُم اش ِركَا‬ a) Pengecualian (Al-
“Dan janganlah kamu menikahi Istisna’)
wanita-wanita musyrik, sebelum َ ‫سانَ لَفِي ُخس ٍار إِ َّْل الَّذِي َن آ َ َمنُوا َو‬
‫ع ِملُوا‬ ِ ‫إِ َّن ا‬
َ ‫اْل ان‬
mereka beriman…” (Q.S Al-Baqarah : ‫ت‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
َّ ‫ال‬
221) “Sesungguhnya manusia itu
Ayat tersebut memberikan benar-benar berada dalam kerugian,
pengertian bahwa haram bagi seorang kecuali orang-orang yang beriman dan
laki-laki muslim menikahi wanita beramal shaleh”. (Q.S Ashr : 1-2)
musyrik. Jadi yang dikhususkan pada
Atau dalam Al-Qur’an surat An- ayat tersebut adalah orang-orang yang
Nisa ayat 23 : beriman dan beramal shaleh.
‫علَ اي ُك ام أ ُ َّم َهات ُ ُك ام َوبَنَات ُ ُك ام‬ ‫ُح ِر َم ا‬
َ ‫ت‬ Pengkhususan pada ayat tersebut

Khallāf, ’Ilmu Uṣūl al-Fiqh, hlm. 286.


17 19
Basiq, Ilmu Ushul Fiqih, hlm. 88-89.
18
Suyanto dan Hidayah,
https://library.unismuh.ac.id/opac/detail-
opac?id=8809, hlm. 194.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 8


Sarmiji Aseri

ialah dengan jalan mengecualikan, keumuman sebelumnya, arti sebagian


yakni dengan memakai orang yang “mampu”, mengganti
huruf istisna (‫)إِْل‬ َ keumuman wajibnya manusia untuk
b) Syarat haji.
َ
‫صال ًحا‬ ‫َوبُعُولَت ُ ُه َّن أَ َح ُّق بِ َر ِده َِّن فِي ٰذَلِكَ إِ ان أ َرادُوا إِ ا‬
َ 2) Mukhasis Munfasil
“...Dan suami-suaminya berhak Mukhasis Munfasil ialah makna
merujukinya dalam masa menanti itu, dalil umum sama dengan makna dalil
jika mereka (para suami) menghendaki yang menkhususkannya, masing-
ishlah....” (Q.S. Al-Baqarah : 228) masing berdiri sendiri yaitu tidak
Dalam ayat tersebut dikatakan, berkumpul tetapi terpisah.
lebih berhak kembali pada istrinya. Ada beberapa macam mukhasis
Maksudnya yaitu ketika dalam masa munfasil diantaranya yaitu :
iddah, tetapi dengan syarat jika a) Kitab di-
kembalinya dengan maksud islah. takhsis dengan
Lafadz yang menunjukkan pada ayat kitab.
tersebut adalah “Jika” ( َ‫) ِإن‬ Yaitu dalil umum dan yang
c) Sifat mengkhususkannya ada dalam Al-
ُ ‫طأ ً فَتَحا ِر‬
‫ير َرقَ َب ٍة ُمؤا مِ نَ ٍة‬ َ ‫َو َم ان قَتَ َل ُمؤا مِ نًا َخ‬ Qur’an.
“…Dan barangsiapa membunuh Contoh :
seorang mukmin karena tersalah ٍ‫طلَّقَاتُ َيت ََربَّصانَ ِبأ َ انفُ ِس ِه َّن ثَالَثَةَ قُ ُروء‬َ ‫َو اال ُم‬
(hendaklah) ia memerdekakan seorang "Wanita-wanita yang ditalak
hamba sahaya yang beriman…”. (Q.S hendaklah menahan diri (menunggu)
An-Nisa : 92) tiga kali quru'….”. (Q.S Al-Baqarah :
Sifat yang mengkhususkan 228)
pada ayat teresebut adalah sifat Ayat diatas umum dan mencak
mukmin, yakni yang dimerdekakan itu up wanita hamil, maka ada ayat lain
harus atau dikhususkan pada hamba yang mengkhususkan bagi wanita
yang mukmin. hamil yang berbunyi :
d) Kesudahan َ َ‫َوأ ُ او َْلتُ ااْل َ اح َما ِل أَ َجلُ ُه َّن أَن ي‬
‫ض اعنَ َح املَ ُه َّن‬
َ‫ط ُه ارن‬‫َو َْل ت َ اق َربُوه َُّن َحت َّ ٰى َي ا‬ “…Dan perempuan-perempuan
“….Dan janganah kamu yang hamil, waktu iddah mereka itu
mendekati mereka hingga suci…”. (Q.S ialah sampai mereka melahirkan
Al-Baqarah : 222). kandungannya…” (Q.S At-Talaq : 4)
Lafadz “sehingga” (‫ ) َحتَّى‬diayat b) Kitab di-
tersebut mengkhususkan bahwa takhsis dengan
boleh didekati apabila telah suci. sunnah
e) Sebagian ganti ‫َّللاُ فِي أ َ او َْل ِد ُك ام لِلذَّك َِر مِ ثا ُل َحظِ ااْل ُ انثَيَي ِان‬
َّ ‫ُوصي ُك ُم‬
ِ ‫ي‬
keseluruhan “Allah mensyari'atkan bagimu
‫سبِي ًل‬َ ‫ع ِإلَ اي ِه‬ َ ‫طا‬ َ َ‫ت َم ِن ا است‬ ِ ‫اس حِ ُّج االبَ اي‬ ِ َّ‫علَى الن‬َ ‫ّلِل‬ ِ َّ ِ ‫َو‬ tentang (pembagian pusaka untuk)
“Mengerjakan haji adalah kewajiban anak-anakmu. Yaitu : bahagian
manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) seorang anak lelaki sama dengan
siapa yang sanggup mengadakan bagahian dua orang anak
perjalanan ke Baitullah…”. . (Q.S Ali- perempuan”. (Q.S An-Nisa : 11)
Imran : 97) Ayat tersebut bersifat umum,
Lafadz (‫ ) َم ان‬dan sesudahnya pada yaitu mencakup anak yang kafir,
ayat tersebut, mengkhususkan

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 9


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

kemudian ada hadits yang ➢ Hadits tersebut sejajar atau sama


mengkhususkannya yaitu : keumumannya dengan ayat Al-
‫ث الكَاف ُِر اال ُم اسل َِم‬ُ ‫ وْل يَ ِر‬،‫ث اال ُم اس ِل ُم الكَاف َِر‬ ُ ‫ْل يَ ِر‬ Qur’an yang berbunyi :
“Orang muslim tidak bisa
wewarisi orang kafir (begitu juga ‫صالةِ فَا اغ ِسلُوا ُو ُجو َه ُك ام َوأَ اي ِديَ ُك ام إِلَى‬ َّ ‫إِذَا قُ امت ُ ام إِلَى ال‬
sebaliknya) orang kafir tidak bisa ‫ا‬ َ
‫س ُحوا ِب ُر ُءو ِس ُك ام َوأ ار ُجلَ ُك ام ِإلَى ال َك اعبَ اي‬ َ ‫ق َوا ام‬ ِ ِ‫اال َم َراف‬
mewarisi orang muslim” (H.R “Apabila kamu hendak
Bukhari) melaksanakan shalat, maka basuhlah
c) Sunnah di- wajahmu dan tanganmu sampai ke
takhsis dengan kitab siku, dan sapulah kepalamu dan
َ ‫ضأ‬ َّ ‫ث َحتَّى يَت ََو‬ َ َ‫صالة َ أ َ َح ِدكُ ام إذَا أَ احد‬
َ ُ َّ‫ْل يَ اقبَ ُل َّللا‬ (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua
“Allah tidak akan menerima mata kaki…”. (Q.S Al-Maidah : 6)
shalat salah seorang diantara kalian d) Sunnah di-
jika dia berhadats sampai dia takhsis dengan
wudhu”. (H.R Bukhari, Muslim) sunnah
Hadits tersebut adalah umum, ،‫ش ُر‬ُ ُ‫ االع‬: ً ‫عثَريا‬ َ َ‫ أ َ او َكان‬،‫س َما ُء َو االعُي اُو ُن‬ َّ ‫ت ال‬ ِ َ‫سق‬َ ‫فِ اي َما‬
yaitu termasuk dalam keadaan tidak ُ‫ف االعُش ِر‬ُ ‫ص‬ َّ
‫ نِ ا‬:ِ‫ِي باِلنضاح‬ َ ‫سق‬ ُ ‫َو َما‬
memperoleh air, kemudian “Pada pertanian yang tadah
dikhususkan oleh ayat yang berbunyi : hujan atau mata air atau yang
‫سف ٍَر أَ او َجا َء أَ َحد مِ ان ُك ام‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ضى أَ او‬ َ ‫َو ِإ ان ُك انت ُ ام َم ار‬ menggunakan penyerapan akar
َ
‫سا َء فَل ام ت َِجدُوا َما ًء فَتَيَ َّم ُموا‬ َ ِ‫مِ نَ االغَائِطِ أَ او َْل َم است ُم الن‬
ُ (Atsariyan) diambil sepersepuluh dan
َ ‫صعِيدًا‬
‫ط ِيبًا‬ َ yang disirami dengan penyiraman
“…dan jika kalian dalam maka diambil seperduapuluh”. (H.R al-
keadaan sakit, atau safar, atau salah Bukhari)
seorang dari kalian datang dari tempat Hadits tersebut di-
menunaikan hajat, atau kalian takhsis dengan hadits :
“menyentuh” perempuan, kemudian ‫صدَقَة‬
َ ‫ق‬ ٍ ‫سا‬َ ‫س ِة أ َ او‬
َ ‫اس فِي َما دُونَ َخ ام‬ َ ‫لَي‬
kalian tidak mendapatkan air maka “Hasil tanaman yang kurang
bertayammumlah kalian dengan debu dari 5 wasaq tidak ada kewajiban
yang suci…”. (Q.S An-Nisa : 43) shadaqahnya” (H.R Bukhari dan
Hadits yang di-takhsis ayat Muslim)
tersebut hanya sekedar contoh karena e) Takhis Al-Qur’an
mengenai takhsis sunnah dengan dengan Qiyas
kitab mengandung beberapa ٍ‫الزانِي فَا اج ِلدُوا ُك َّل َواحِ ٍد مِ ان ُه َما مِ ائَةَ َج الدَة‬ َّ ‫الزانِ َيةُ َو‬
َّ
kelemahan : “Perempuan yang berzina dan
➢ Harus ada keterangan bahwa laki-laki yang berzina, maka deralah
hadits tersebut lebih dahulu tiap-tiap seorang dari keduanya
adanya (wurudnya), daripada dalil seratus dali dera…”. (Q.S An-Nur : 2)
yang mengkhsuskannya. Ayat tersebut di-
➢ Hadits tersebut merupakan salah takhsis dengan ayat yang
satu dalil syara yang menerangkan hukum dera
bersifat dzanni, sedangkan ayat terhadap ammat yang hanya didera
yang mengkhususkan separuh dari ketentuan ayat yaitu 50
bersifat qathi’. kali dera. Allah SWT berfirman dalam
Q.S An-Nisa : 25

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 10


Sarmiji Aseri

‫علَى‬
َ ‫ف َما‬
ُ ‫ص‬ َ ِ‫فَإِ ان أَتَيانَ بِفَاح‬
‫ش ٍة فَعَلَ اي ِه َّن نِ ا‬ (uslub) yang mudah, menghindari
‫ب‬ ‫ا‬
ِ ‫ت مِ نَ العَذَا‬ ِ ‫صنَا‬ َ ‫اال ُمحا‬ penggunaan kata-kata asing dan
“…Kemudian mereka kalimat yang tidak memberatkan.
melakukan perbuatan yang keji (zina), Selain itu, perlu ditempuh metode
maka atas mereka separo hukuman penulisan jalan tengah (moderasi)
dari hukuman wanita-wanita merdeka antara yang ringkas sebagaimana yang
yang bersuami…”. (Q.S An-Nisa : 25) terlihat dalam matan pada berbagai
Sedangkan mazhab. Hal ini dimaksudkan untuk
untuk ‘abd diqiyaskan mempermudah hafalan, kemudian
kepada ammat yaitu setengah dari matan memerlukan penjelasan
ketentuan yang disebutkan (sharah), penjelasan memerlukan
terdahulu.20 komentar (hawaish), komentar
memerlukan penegasan (taqrir), dan
C. Pemahaman Hukum Islam seterusnya dengan yang berlebih-
secara Kontemporer lebihan dan membosankan,
Hukum Islam memiliki berpanjang lebar mengenai
sejumlah konsep Hukum yang penjelasan serta perincian yang
mengesankan, baik yang khusus sebenarnya tidak perlu.
maupun yang umum, namun konsep- Kedua, berdialog dengan nalar
konsep tersebut masih terlalu luas dan kontemporer. Mengajak dialog nalar
isinya kurang (petunjuk yang belum sehat masyarakat kontemporer
pasti).21 Selanjutnya di zaman terkini (kekinian) dengan menggunakan
(kontemporer), Hukum Islam juga bahasa yang mampu menjelaskan,
selayaknya berdialektika dengan sebagaimana firman Allah:
zamannya, sehingga hukum tidak ”Kami tidak mengutus seorang
terkesan jumud. Oleh karena itu, rasulpun, melainkan dengan bahasa
mempermudah fiqh, turunan dari kaumnya, supaya ia dapat memberi
Hukum Islam, merupakan penjelasan dengan terang kepada
keniscayaan, hal ini bertujuan mereka. Maka Allah menyesatkan siapa
memudahkan masyarakat. Beberapa yang Dia kehendaki, dan memberi
hal yang perlu diperhatikan adalah petunjuk kepada siapa yang Dia
sebagai berikut:22 kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang
Pertama, orientasi kemudahan Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana”.
dan moderasi. Fiqh selama ini dinilai Kata “lisan” dalam ayat ini,
oleh masyarakat awam sebagai menurut pemahaman penulis lebih
sesuatu yang sulit karena buku-buku dalam dan lebih luas dari sekedar
yang sekarang ini menggunakan menjelaskan sesuatu kepada orang
bahasa yang asing bagi mereka. Oleh Arab dengan bahasa Arab, kepada
karena itu, perlu ditulis dengan bahasa bangsa Inggris dengan bahasa Inggris,
yang sederhana, dan gaya bahasa tetapi juga mencakup cara berbicara

Moh
20
Muslimin, “URGENSI 21
Joseph Schacht, An introduction to
MEMAHAMI LAFAZD ‘AM DAN KHOS Islamic law, (London: Clarendon Press, 1993),
DALAM AL-QUR’AN,” Jurnal Pemikiran 205.
22
Keislaman, ejournal.iai-tribakti.ac.id 23, no. 2 Abdul Wahid Mustofa dan H. Abdul
(2013): hlm. 113. Wahid, “Hukum Islam Kontemporer,” Jakarta:
Sinar Grafika, 2009, hlm. 79.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 11


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

kepada orang awam dengan bahasa Yakni persoalan-persoalan yang tidak


orang awam, kepada orang khusus terjadi lagi pada zaman ini, seperti
(khas) dengan bahasa orang khusus. sejumlah besar hukum yang berkaitan
Masing-masing golongan memiliki dengan perbudakan. Masalah seperti
bahasa dan kemampuan nalar mereka ini banyak sekali, hampirhampir
sendiri. Demikian juga nalar manusia tatkala kita membaca satu bab saja
di abad ke-15 H. tidaklah sama dengan dalam fiqh, baik ibadah maupun
nalar manusia pada dua atau tiga abad muamalah, akan muncul berbagai
yang lalu. bentuk permasalahan yang lain.
Ketiga, pemanfaatan Kelima, hukum syariah
pengetahuan dan istilah kontemporer. kontemporer. Untuk menangani
Bagian dari taysir adalah pemakaian hukum syariah tentang keluarga,
pengetahuan kekinian dalam tradisi muslim klasik hanya mengakui
menjelaskan hukum syara’ atau dalam satu alat yudikatif dengan qadli
mentarjih (mencari yang paling akurat (hakim) tunggal. Tidak ada hirarki
dalilnya) di antara pendapat fiqh atau dalam peradilan syariah, juga tidak
dalam menjelaskan hikmah syariah ada pengadilan banding, meskipun
dari halhal yang disyari’atkan, baik setiap penuntut yang tidak puas
yang wajib, sunnah (istishab), haram, dengan putusan qadli, selalu dapat
makruh maupun mubah. Seorang ahli meminta campur tangan penguasa
shariah yang ideal adalah yang mampu politik melalui yuridiksi mazhalim.
memanfaatkan pengetahuan- Namun demikian, dalam era
pengetahuan kekinian dan berbagai modern, di mana pun tidak lagi
pengetahuan ini berjumlah sangat dijumpai organisasi elementer yang
besar dalam mengabdi kepada bersahaja itu. Sistem banding telah
hukum-hukum syariah tanpa diperkenalkan hampir di mana-mana,
membebani dan bertindak sewenang- sampai di daerah yang paling
wenang. konservatif semisal Nigeria Utara.
Hal yang menjadi bagian upaya Salah satu perkembangan paling
ini adalah menterjemahkan ukuran- mutakhir dalam hal ini adalah
ukuran shara’ seperti sha’, mud, wisq, didirikannya Peradilan Banding bagi
qullah, dzira, dirham, dinar, augiyah, orang Islam di tahun 1956. Tidak
rathl, man, qinthar, dan sejenisnya ketinggalan juga Saudi Arabia dan
dalam bahasan bersuci, nisab zakat, Afganistan. Di kedua daerah ini,
nisab pencurian, batas minimal sekarang telah ada semacam hirarkhi
mahar, diyat dan sejenisnya dengan yudikatif, yang dalam kasus-kasus
ukuran standar masa kini, seperti penting, pemeriksaan dilakukan oleh
kilogram, meter, meter kubik, dolar, lebih dari satu hakim, bukan hakim
dan sebagainya. tunggal.
Keempat, mengaitkan fiqh
dengan realitas dan menghapus fiqh
yang tidak berkaitan dengan realitas.
Ahli fiqh kontemporer Yusuf al-
Qardhawi mengatakan bahwa
menghapus fiqh yang tidak diperlukan
oleh zaman merupakan keharusan.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 12


Sarmiji Aseri

D. Implementasi Al-’Amm dan al- sepanjang diproses sesuai dengan


Khash dalam Masalah ketentuan fikih; Kedua, Ketentuan
Kontemporer fikih sebagaimana dimaksud dalam
Contoh aplikasi pertama: ketentuan hukum nomor 1 adalah
Fatwa MUI Nomor 2/2010 dengan salah satu dari tiga cara
tentang air daur ulang. Fatwa itu berikut: a) Thariqat al-Nazh: yaitu
muncul karena empat pertimbangan dengan cara menguras air yang
yaitu: (a) bahwa perkembang-an terkena najis atau yang telah berubah
teknologi memungkinkan daur ulang sifatnya tersebut, sehingga yang
air yang semula berasal dari limbah tersisa tinggal air yang aman dari najis
yang bercampur dengan kotoran, dan yang tidak berubah satu sifatnya.
benda najis, dan komponen lain yang b) Thariqah al-Mukatsarah: yaitu
merubah kemutlakan air; (b) bahwa dengan cara menambah air suci lagi
penggunaan air daur ulang dalam mensucikan (thahir muthahir) pada
masyarakat meningkat seiring dengan air yang terkena najis (mutanajjis)
peningkatan pesat kebutuhan air dan atau yang berubah (mutaghayyir)
penurunan kualitas sumber air akibat tersebut hingga mencapai volume
dari peningkatan jumlah penduduk, paling kurang dua kullah; serta unsur
laju urbanisasi dan perkembangan sifat yang menyebabkan air itu
industri; (c) bahwa selama ini belum berubah menjadi hilang. c) Thariqah
ada standar baku kehalalan dalam Taghyir: yaitu dengan cara mengubah
pemanfaatan air daur ulang sehingga air yang najis atau yang telah berubah
muncul pertanyaan seputar hukum sifatnya tersebut menggunakan alat
pemanfaatannya; (d) bahwa oleh bantu yang dapat mengembalikan
karena itu dipandang perlu sifat-sifat asli air itu menjadi suci lagi
menetapkan fatwa tentang mensucikan (thahir
pemanfaatan air daur ulang guna muthahhir), dengan syarat: 1) Volume
dijadikan pedoman. airnya lebih dari dua kullah. 2) Alat
Fatwa tersebut memutuskan bantu yang digunakan harus suci. 3.
tentang ketentuan umum dan Air daur boleh dipergunakan untuk
ketentuan hukum. Ketentuan umum berwudlu, mandi, mensucikan najis
yaitu bahwa pertama yang dimaksud dan istinja', serta halal diminum,
dengan air daur ulang adalah air hasil digunakan untuk memasak dan untuk
olahan (rekayasa teknologi) dari air kepentingan lainnya, selama tidak
yang telah digunakan (musta‘mal), membahayakan kesehatan.
terkena najis (mutanajjis) atau yang Konsideran fatwa tersebut
telah berubah salah satu sifatnya, digunakan dua hadits yang
yakni rasa, warna, dan kontradiktif yang kemudian
bau (mutagayyir) sehingga dapat diselesaikan dengan thariqah al-
dimanfaatkan kembali. Kedua, air dua jam‘u (metode kompromi). Metode
kullah adalah air yang volumenya kompromi yang digunakan adalah
mencapai paling kurang 270 liter. metode takhshîsh al-’âmm antara
Sementara ketentuan hukum adalah hadits yang ‘âmm dengan hadits yang
sebagai berikut: khusus.
Pertama, Air daur ulang adalah
suci mensucikan (thahir muthahhir),

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 13


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

‫ قال‬:‫ قال‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫وعن أبي أمامة الباهلي‬ hutang; 2. Harus dapat dijelaskan
‫ (إن الماء ْل‬:- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫رسول هللا‬ spesifikasinya; 3. Penyerahannya
, ‫ إْل ما غلب على ريحه وطعمه‬, ‫ينجسه شيء‬ dilakukan kemudian 4. Waktu dan
)‫ وضعفه أبو حاتم‬, ‫ ((رواه ابن ماجه‬. )‫ولونه‬ tempat penyerahan barang harus
ditetapkan berdasarkan kesepakatan;
‫سئِ َل‬ُ ‫ قَا َل‬-‫رضي هللا عنهما‬- ‫ع ان أَبِي ِه‬ َ ‫ع َم َر‬ ِ َّ ‫ع اب ِد‬
ُ ‫َّللا ب ِان‬ َ 5. Pembeli tidak boleh menjual barang
ُ‫ع ان اال َماءِ َو َما َينُوبُه‬ ‫م‬ َّ ‫ل‬
َ َ َ َ َ ‫س‬ ‫و‬ ‫ه‬
ِ ‫ي‬
‫ا‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬
َ ِ َّ
‫َّللا‬ ‫ل‬ ُ ‫و‬‫س‬ُ ‫َر‬ sebelum menerimanya; dan 6. Tidak
َّ
َ‫سل َم إِذَا َكان‬ َ
َ ‫عل اي ِه َو‬ َّ ‫صلى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ َ ‫اع فَقَا َل‬ ِ ‫مِ ان الد ََّو‬
ِ َ‫السب‬
ِ ‫اب َو‬ boleh menukar barang, kecuali dengan
)‫ث (رواه الحاكم‬ َ َ‫اال َما ُء قُلَّتَي ِان لَ ام يَحامِ ال اال َخب‬ barang sejenis sesuai kesepakatan.
Al pada kata )‫ )الماء‬dari hadits Pada konsideran fatwa ini
Umamah bersifat umum karena dikutip hadits yang membolehkan
mencakup semua air yang ada di dunia jual-beli salam.
)‫)ال اْلستغراقية‬. Kemudian di-takhshîsh ‫ قَد َِم‬: ‫ قَا َل‬، ‫ع ان ُه َما‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫َّاس َر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِان‬ َ
mafhum hadits Umar yang membatasi ‫سلَّ َم ال َمدِينَةَ َوهُ ام يُ اس ِلفُونَ ِبالت َّ ام ِر‬ ‫و‬
َ َ َ ‫ه‬
ِ ‫ي‬‫ا‬ َ ‫ل‬ ‫ع‬ ُ َّ
‫َّللا‬ ‫ى‬ َّ ‫ل‬ ‫ص‬َ ُّ ِ ‫ال‬
‫ي‬ ‫ب‬ َّ ‫ن‬
keumuman air tersebut dengan ‫ فَفِي‬، ٍ‫ش ايء‬ َ ‫ف فِي‬ َ َ
َ ‫ " َم ان أ اسل‬: ‫ فَقَا َل‬، ‫ث‬ َ َّ
َ ‫سنَتَي ِان َوالثال‬ َّ ‫ال‬
ketentuan dua kullah. ‫وم (رواه‬ ٍ ُ‫ ِإلَى أ َ َج ٍل َم اعل‬، ‫وم‬ ٍ ُ‫ َو َو از ٍن َم اعل‬، ‫وم‬ ٍ ُ‫َك اي ٍل َم اعل‬
Contoh Kedua )‫" الخارى‬
Fatwa Dewan Syari'ah Sesungguhnya hadits ini
Nasional-MUI No: 05/DSN- merupakan hadits khâsh. Karena
MUI/IV/2000 tentang Jual Beli terdapat hadits lain yang bersifat
Salam.23 Fatwa ini lahir karena umum yang melarang jual beli yang
pertama, bahwa jual beli barang belum ada barangnya.
dengan cara pemesanan dan ‫سو َل‬ ُ ‫ أَتَياتُ َر‬: ‫ِيم ب ِان حِ زَ ٍام رضي هللا عنه قَا َل‬ ِ ‫ع ان َحك‬ َ
pembayaran harga lebih dahulu ‫الر ُج ُل يَ اسأَلُنِي‬ ‫ا‬ ‫ا‬
َّ ‫ يَأتِينِي‬: ُ‫ فَقُلت‬، ‫سلَّ َم‬ َ ‫علَ اي ِه َو‬ َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫صلَّى‬ َ ‫َّللا‬
ِ َّ
dengan syarat-syarat tertentu, disebut )‫اس ِع اندِي (رواه الخمسة‬ َ ‫مِ ان االبَي ِاع َما لَي‬
dengan salam, kini telah melibatkan
pihak perbankan. Kedua, bahwa agar ‫ قَا َل‬:َ‫ع ان َج ِد ِه قَال‬َ ,ِ‫ع ان أ َ ِبيه‬ َ ,‫ب‬ ُ ‫ع ام ِر ِو ب ِان‬
ٍ ‫ش َع اي‬ َ ‫ع ان‬َ ‫َو‬
cara tersebut dilakukan sesuai dengan ‫سلَف‬َ ‫«ْل يَحِ ُّل‬ َ :‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َر‬
ajaran Islam, DSN memandang perlu ‫ َو َْل‬,‫ض َم ان‬ ‫ َو َْل ِر اب ُح َما لَ ام يُ ا‬,‫ان فِي َبي ٍاع‬ َ
‫ط‬
ِ ‫ا‬ ‫َر‬ ‫ش‬ ‫ْل‬ َ ‫و‬
َ ‫َو َبي‬
‫اع‬
menetapkan fatwa ُ‫ص َّح َحه‬َ ‫ َو‬,‫سة‬ ُ ‫ا‬
َ ‫ َر َواهُ ال َخ ام‬.» َ‫اس ِع اندَك‬ َ
َ ‫بَ اي ُع َما لي‬
tentang salam untuk dijadikan .‫ َو اال َحا ِك ُم‬,َ‫ َوا اب ُن ُخزَ اي َمة‬,‫ي‬ ُّ ‫الت اِرمِ ِذ‬
pedoman oleh lembaga keuangan Baik Hadits Hakim bin Hizam
syari'ah. Fatwa itu memutuskan dan Amr bin Syuaib menggunakan
bahwa: 1. Alat bayar harus diketahui bentuk larangan dalam konteks
jumlah dan bentuknya, baik nakirah. Terdapat kontradiksi antara
berupauang, barang, atau manfaat; 2. hadits Hakim bin Hizam dan Amr bin
Pembayaran harus dilakukan pada Syu‘aib yang melarang jual beli yang
saat kontrak disepakati; dan 3. belum ada barangnya dengan hadits
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk Ibn Hizam membolehkan jual beli
pembebasan hutang. Ketentuan yang belum ada barangnya dengan
tentang Barang: 1. Harus jelas ciri- sejumlah syarat. Mazhab hanafiyyah
cirinya dan dapat diakui sebagai menyelesaikan kasus ini dengan

23
Ichwan Syam, Himpunan Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2014), hlm. 60.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 14


Sarmiji Aseri

metode istihsan. Dia menggeser (‫)عدول‬ salam telah diketahui jenis melalui
ketentuan universal ‫ )كلي‬kepada detail spesifikasi dan video
ketentuan partikular ( ‫) جزعي‬. Namun, mengambarkan tentang barang
nampaknya DSN menggunakan tersebut. Kajian lebih mendalam
metode kompromi untuk tentang qawâ‘id al-lugawiyah
menyelesaikan kontradiksi ini. selayaknya senantiasa didalami agar
Metode kompromi yang digunakan ketentuan syara‘ dapat senantiasa
adalah metode takhshîsh al-’âmm. menjawab masalah-masalah hukum
Hadits yang ‘âmm ditarik pada dalam sinaran teks yang otoritatif.
ketentuan hadits khâsh sehingga
hadits kebolehan jual beli salam yang
implementatif DAFTAR PUSTAKA

E. Penutup
Kaidah-kaidah kebahasaan Al Hakim, Sofian. “Konsep dan
yang mengatur ketentuan ‘amm dan Implementasi Al-‘Âmm dan Al-
khash merupakan salah satu bagian Khâsh Dalam Peristiwa Hukum
yang penting dalam memahami teks. Kontemporer.” Asy-Syari’ah 17,
Kaidah Lughawi salah satunya bisa no. 2 (2015): 77–92.
berupa lafaz umum atau khusus. Lafaz
yang umum atau al’amm, ketetapan Basiq, A. Djalil. Ilmu Ushul Fiqih.
hukurmya harus diartikan kepada Jakarta: Kencana Prenada
semua satuannya secara secara pasti Media Group, 2010.
bila disana tilak ada dalil yang
Hadi, Syamsul.
mengkhususkannya, namun
“PEMAKAIAN/PENGERTIAN
sebaliknya jika terdapat dalil yang
LAFADZ ‘AM, DAN KHAS,
mengkhussuskan maka mengenai
HAQIQAT DAN MAJAZ, ZHAHIR
petunjuk hukumnya dinilai dari
DAN KHAFY DALAM AL-
hukum yang pasti (qoth'iy) atau
QUR’AN.” Direktorat Jenderal
dugaan (dzonny). Kaidah ini dijadikan
Badan PEradilan Agama, 22
patokan dalam istinbath hukum islam
November 2013, 1–29.
karena kaidah ini dipergunakan dalam
menggali dan memperoleh hukum- Halimang, St. “IMPLEMENTASI
hukum syara’ dari dalil-dalil yang TA’ARUDUL AL ‘AM WAL KHAS
terperinci. Pemahaman terhadap MENURUT MAZHAB HANAFI
jaman kontemporer dengan DAN MAZHAB SYAFI’I DALAM
memperhatikan: orientasi kemudahan HUKUM ISLAM.” Falasifa 11,
dalam moderasi keseimbagan, no. 2 (September 2020).
memperbanyak penelitian hubungna
kekinian, memanfaatkan iptek Iqbal, Muhammad. “Urgensi Kaidah-
kekinian, hubungan yang erat dengan Kaidah Fikih Terhadap
gejala sosial, melembagakan secara Reaktualisasi Hukum Islam
sosial hukum syariah. Adanya Kontemporer.” EduTech: Jurnal
teknologi, air yang tadinya sangat Ilmu Pendidikan Dan Ilmu
kotor dapat disuling menjadi air yang Sosial 4, no. 2 (2018).
suci lagi menyucikan dan jual beli

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 15


Qawa‘Id Al-Lugawiyah Al-‘Amm dan...

Khallāf, Abdu al-Wahhāb. ’Ilmu Uṣūl al- Syam, Ichwan. Himpunan Fatwa
Fiqh. Kairo: Dār al-’Ilmī, 1978. Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia. Jakarta:
Erlangga, 2014.
Minhaji, Akhmad. Kontroversi
Pembentukan Hukum Islam:
Kontribusi Joseph Schacht. Syarifuddin, Amir. Garis-garis besar
Diterjemahkan oleh Masrur Ali. ushul fiqh. Jakarta: Kencana,
Yogyakarta: UII Press, 2001. 2014.

Musadad, Ahmad. INTISARI KAIDAH Yusuf, Nasruddin. Pengantar Ilmu


FIQH KOMPREHENSIF. CV Ushul Fikih. Malang:
Literasi Nusantara Abadi, 2021. Universitas Negeri Malang
Press, 2012.
Muslimin, Moh. “URGENSI
MEMAHAMI LAFAZD ‘AM DAN Zein, M. Ma’shum. Menguasai Ilmu
KHOS DALAM AL-QUR’AN.” Ushul Fiqh: Apa dan Bagaimana
Jurnal Pemikiran Keislaman, Hukum Islam Disarikan dari
ejournal.iai-tribakti.ac.id 23, Sumber-Sumbernya.
no. 2 (2013). Yogyakarta: Pustaka
Pesantren, 2013.
Mustofa, Abdul Wahid, dan H. Abdul
Wahid. “Hukum Islam
Kontemporer.” Jakarta: Sinar
Grafika, 2009.

Rahmawati, Rahmawati. “Metode


Istinbâţ Hukum (Telaah
Pemikiran Teungku
Muhammad Hasbi Ash-
Shiddieqy).” Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar,
2014.

Schacht, Joseph. An introduction to


Islamic law. London: Clarendon
Press, 1993.

Suyanto, Suyatno, dan Nur Hidayah.


Dasar-Dasar Ilmu Fiqh dan
Ushul Fiqh. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2016.

Jurnal Syariah Darussalam Vol 6, No 2, Jul-Des 2021, Hlm 1-16 16

Anda mungkin juga menyukai