Pkpo 1C
Pkpo 1C
1
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
RUMAH SAKIT ISLAM BANJARNEGARA
Jl. Raya Bawang Km. 8 Banjarnegara
Telp.Pely.(0286) 597034, IGD (0286) 5988848, Fax. (0286) 597015
Website.Rumah Sakit Islam Banjarnegara.com, Email :Rumah Sakit Islam_banjarnegara@yahoo.co.id
No :05/ U.farmasi/I/2022
Lamp :-
Hal :-
Kepada:
Direktur RSI Banjarnegara
Di
Tempat
Wassalamu”alaikum warakhmatulla\
Banjarnegara, 27 jumadil awal 1443 H
3 Januari 2022
Kepala Instalasi Farmasi
2
BAB I
A. LATAR BELAKANG
B. KEGIATAN POKOK
1. Pengorganisasian
3. Penyimpanan
4. Peresepan
5. Penyiapan( dispensing )
6. Pemberian ( administrasi)
7. Pemantauan
3
BAB II
PELAKSANAAN PELAYANAN
A. Struktur Organisasi
A. Visi :
B. Misi
1. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Yang Terstandarisasi
2. Mengembangkan Pelayanan Urologi dan PONEK
3. Mengembangkan Managemen Yang Efektif dan Dinamis
4. Meningkatkan Kesehatan Karyawan Secara Optimal
5. Melaksanakan Promosi dan Pemasaran Secara Masif
C. MOTO
Brayan Waras Brayan Mulya Rahmatan Lil’Alamin
4
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM
A. Diklat eksternal
1. Diklat farmasi x Mencari
klinik informasi
pelatihan di
waktu
terdekat
2. Diklat teknik x
aseptik dan Bulan
handling oktober
sitotastika 2021
5
3 Rekruitmen A. Penambahan X
karyawan tenaga apoteker
untuk farmasi
klinik
B. Penambahan
TTK untuk gedung X
rekonstitusi injeksi
C. Penambahan
TTK untuk UDD X
semua bangsal
5 Pengadaan A. Pengadaan X
barang lemari
penyimpanan
X
UDD
B. pengadaan
lemari B3
C. Persiapan satelit X
rawat inap
1. Kegiatan rutin
a. Rapat Rutin
b. Laporan
c. Visite Mandiri Apoteker, PIO, Konseling
d. Pembentukkan farmasi klinik
e. Rapt review Formularium
f. Pengembangan Rumah Sakit
1. Elektronik Farmasi
2. Elektronik gudang
3. lektronik prescribing
2. Pendidikan dan pelatihan
a. Diklat eksternal
Diklat eksternal digitalisasi pelayanan farmasi di rumah sakit
b. Diklat internal
Diklat internal farmasi klinik
6
3. Rekruitmen karyawan
a. Penambahan tenaga apoteker untuk farmasi klinik
b. Penambahan Tenaga Teknis
4. Monitoring pelayanan kefarmasian
5. Peningkatan mutu
A. pemantauan indikator mutu
1. Penyusunan indikator mutu
2. Pencatatan dan pelaporan indikator mutu
3. analisis dan rencana tindak lanjut
4. Monev indikator mutu
5. Validasi data
6. Publikasi data
7. Supervisi mutu
B. Manajemen resiko
1. Penyusunan risk register
2. Monitoring risk register
C. Pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien/keselamatan
kerja
6. Pengadaan Barang
A. CCTV untuk semua satelit
B. Meja racik untuk satelit rawat inap
C. Meja racik untuk satelit IGD
D. Pengadaan LAF
E. Pengadaan barcode
F. Set komputer gudang utama
G. Pengadaan lemari B3
H. Printer etiket satelit rawat inap
7
D. Laporan Mutu
Hasil
Stand
No Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ar
Ketidakte
patan
pemberia 0,17
1. n obat 0,26% 1,59% 0,68 0,32 0,57 0,94% 0,42 0,19% 0,17% 0,10% 0,08% 0%
%
Angka 9,3%
pengguna 12,3 8,17 12,8
2. 11,47 8,64% 13,42% 11,2 9,57% 10,90 9,77% 12,76% ≦30%
an % %
antibiotik
Hasil
Stand
No Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 ar
Kepatuh
an
terhadap
FORNA 84,2 89,30 89,06 84,48
1. 91,41% 92,20 83,99 70,37 58,71 64,28% 64,17% 63,17% ≥80%
S bagi % % %
RS
provider
BPJS
Ketersed
99,9 99,94 99,93 99,43 98,45
2. ian obat 99,85% 99,89 97,12 97,70 97,66% 99,63% 98,98% 100%
% % % %
di RS
Ketidaks
esuaian
pemasok
an gas
0% 19,46 52,15
3. oksigen 0% 0% 0% 0% 36,34 0% 0% 0% 0% 0%
% %
(o2) dan
nutrous
oksid
(N2O)
Kesalaha
4. 0,02 0,02% 0,12% 0,05% 0,02% 0,06 9,85% 5,60% 8,48% 0,06% 0,10% 0,03% 0%
n
8
penyerah
an
perbekal
an
farmasi
Keterlam
batan
waktu
5. 1,33 2,59% 1,52% 4,17% 2,38% 10% 1,04 3,32% 0,52% 1,62% 2,20% 3,34% 0%
penerima
an obat
racikan
Keterlam
batan
waktu
16,6 19,81 21,51 25,07
6. penerima % 15,01% 16,54 % 4,06% 6,60% 3,21% 3,55% 4,35% 3,45% 0%
%
an obat
non
racikan
Hasil Sta
No Indikator nda
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
r
Survey
double
cek
pemberia 45,17
58, 64,17 50,2 45,8
1. n HAM 61,11 70,62% 66,87 77,97% 65,38% 58,74% 59,94% 100%
1% % % % %
untuk
pasien
rawat
inap
Pengukur
an waktu
tunggu
2. rawat 15, 22,9 24,8 26,2 20,1 26,9 20,4 21, 15,9 18,4 19,4 14,60 30
jalan
resep
obat jadi
Pengukur
an waktu
tunggu
16,
3. rawat 27,01 25,2 34,1 22,89 20,17 25,98 26,06 21,50 22,71 31,06 23,91 60
9
jalan
resep
obat
9
racikan
Penulisan
resep
4. diluar 0,4 0,36 0,28 0,36 0,36 0,45 2,89 4,86 3,22 3,27 7,35 7,01 0
formulari
um rs
CAPAIAN STANDAR
Analisa
1. memaksimalkan double cek antara petugas farmasi dengan petugas farmasi yang
lain
10
Angka penggunaan antibiotik
CAPAIAN STANDAR
Analisa
CAPAIAN STANDAR
Analisa
11
Kepatuhan penggunaan obat untu rumah sakit provider BPJS belum sesuai standar
Ketersediaan obat
KETERSEDIAAN OBAT DI RS
102.00%
100.00%
98.00%
96.00%
94.00%
92.00%
90.00%
88.00%
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 99.98 99.85 99.89 99.94 99.93 99.43 98.45 92.12 97.70 97.66 99.63 98.98
STANDAR 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
capaian STANDAR
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 0% 0% 0.00%0.00%0.00% 19.46 52.15 36.34 0.00%0.00%0.00%0.00%
STANDAR 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
capaian STANDAR
12
KESALAHAN PENYERAHAN PERBEKALAN FARMASI
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 0.02%0.02%0.12%0.05%0.02%0.06%9.85%5.60%8.48%0.06%0.01%0.03%
STANDAR 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%
capaian STANDAR
Analisa
1. Memaksimalkan double cek antara petugas farmasi dengan petugas farmasi yang
lain
capaian STANDAR
13
Analisa
1. Memakimalkan LANTARO
capaian STANDAR
Analisa
1. Memaksimalkan LANTARO
Double cek pemberian obat HAM dan NORUM pada pasien rawat inap
14
DOUBLE CEK PEMBERIAN OBAT HAM PADA PASIEN
RAWAT INAP
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 58.31%64.17%50.27%45.82%45.17%61.11%70.62%66.87%77.97%65.38%58.74%59.94%
STANDAR 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Analisa
25
20
15
10
0
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 15.6 22.9 24.8 26.2 20.1 26.9 20.4 21.8 15.9 18.4 19.4 14.60%
STANDAR 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
15
Waktu tunggu obat racikan rawat jalan
60
50
40
30
20
10
0
Jan FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
capaian 16.59 27.01 25.27 34.15 22.89 20.17 25.98 26.06 21.5 22.71 31.06 23.91
STANDAR 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
Analisa
1. Sosialisasi formularium
16
BAB IV
DOKUMENTASI
1. SPO
17
BAB V
TATA LAKSANA
7. Seluruh sistem dievaluasi satu tahun sekali oleh Panitia Farmasi dan Terapi
(PFT).
8. InstalasiFarmasi memberikan edukasi obat kepada pasien atau tenaga
kesehatan lain berupa pelatihan, leaflet, poster, media elektronik, maupun
diskusi secara lisan. Media edukasi dibuat berdasarkan pertanyaan dari pasien
atau tenaga kesehatan lain atau berdasarkan dari angka insiden/kejadian
kesalahan baik kejadian tidak diharapkan (KTD) maupun kejadian nyaris
cidera (KNC).
9. Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai berupa pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan
administrasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian dilakukan
berdasarkan peraturanperundang-undangan yang berlaku
10. Farmasi menyelenggaraan rapat pertemuan untuk membicarakan masalah-
masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi, hasil pertemuan tersebut
disebarluaskan dan dicatat untuk disimpan.
11. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedik, serta selalu
berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar
bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan
farmasi.
B. Seleksi dan Pengadaan Sediaan Farmasi, Alat, Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
1. Seleksi
a. Pemilihan adalah proses kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan.
19
b. Penentuan pemilihan sediaan farmasi merupakan peran aktif dari Panitia
Farmasi dan Terapi (PFT) untuk menetapkan kualitas dan efektivitas, serta
jaminan purna transaksi.
c. Rumah sakit berkomitmen untuk tidak memasukkan obat haram dalam
formularium rumah sakit
d. Daftar obat yang diterima atau disetujui oleh PFT untuk digunakan di
rumah sakit yang tercantum di dalam Buku Formularium Rumah Sakit
diutamakan yang telah termasukdalamobat-obatanformulariumnasional.
e. Formularium rumah sakit berisi
a) Obat –obat generik
b) Obat –obatdalamformulariumnasional
c) Obatbranded
f. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit antara lain:
Melakukan analisis terhadap konsumsi obat satu tahun terakhir dan
dikelompokkan menjadi pareto A (fast moving), pareto B (slow moving),
dan pareto C (very slow moving) serta dikombinasi dengan analisis
VEN.
Membuat rekapitulasi usulan obat dari anggota staf medik dan Sub Seksi
Farmasi untuk obat-obat yang belum ada di formularium edisi
sebelumnya.
PFT melakukan penilaian terhadap hasil analisis dan usulan anggota staf
medik atau Instalasi Farmasi .
Hasil pembahasan dikembalikan kepada anggota staf medik untuk
mendapatkan umpan balik untuk kemudian dibahas kembali oleh PFT.
Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah
Sakit.
Melakukan sosialisasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf
dan melakukan monitoring.
g. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
Relevan dengan pola penyakit di Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Mengutamakan penggunaan obat esensial dan daftar obat Formularium
Nasional
Kualitas obat terjamin, termasuk uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi, serta
stabilitas.
Produsen obat dengan mengutamakan produsen tersertifikat GMP (Good
Manifacturing Product) atau CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dan
terikat kontrak atau kerja sama dengan Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Cost benefit yang tinggi dihitung dari total biaya perawatan
Kemudahan dalam pengadaanterutama yang digunakanuntukpasien BPJS
yaitumelaluiaplikasie-cataloge
Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan
Praktis dalam penggunaan dan penyerahan.
20
Sedapat mungkin menghindari obat yang mengandung unsur
LASA/NORUM baik dalam nama obat maupun kemasannya.
Mudah dalam hal prosedur pengembalian/retur obat jika obat rusak atau
hampir kadaluarsa (3 bulan sebelum kadaluarsa).
h. Secara umum hanya obat formularium yang disetujui untuk diadakan secara rutin
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Prinsip yang mendasari untuk
menyetujui pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana
penderita sangat memerlukan terapi obat yang tidak tercantum di dalam
formularium, sebagai contoh :
i. Kasus tertentu yang jarang terjadi, misalnya kelainan hormon pada anak atau
penyakit
kulit yang jarang terjadi
ii. Perkembangan terapi yang sangat memrlukan obat baru yang belum
terakomodir dalam formularium rumah sakit
i. Mekanisme pengajuan obat baru ke dalam formularium:
Dokter pengusul mengisi form usulan obat baru
Formulir diajukan ke Panitia Farmasi dan Terapi
Penilaian oleh PFT mengenai usulan yang disampaikan
Jawaban usulan diberikan secara tertulis baik diterima maupun tidak
j. Obat baru (zat aktif maupun brand name) yang masuk formularium akan
dievaluasi awal selama 3 bulan pertama. Aspek evaluasi awal meliputi:
Tingkat peresepan
Efek samping yang dilaporkan ke PFT
Tingkat KTD yang terkait dengan obat tersebut
Stabilitas obat dalam penyimpanan
Laporan klinisi terkait dengan efektivitas obat tersebut
k. Kriteria obat yang dikeluarkan dari formularium:
Obat very slow moving, non esensial, dan tidak memenuhi syarat di atas
Obat-obat yang tidak digunakan (death stock) setelah waktu 3 (tiga) bulan
maka obat
tersebut dikeluarkan dari formularium.
Ada keputusan pemerintah untuk menarik obat tersebut dari peredaran.
Pihak principal beserta jajarannya melakukan pelanggaran etika dalam
memasarkan obat di RS Islam Banjarnegara.
Usulan dari dokter yang praktek di rumah sakit dengan mempertimbangkan
berbagai faktor.
2. Perencanaan Kebutuhan
a. Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan
periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria
tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
b. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan
dengan anggaran yang tersedia.
c. Perencanaan kebutuhan terdiri atas perencanaan tahunan dan perencanaan
bulanan.
d. Pedoman perencanaan mempertimbangkan hal-hal berikut ini :
a) Formularium Rumah Sakit
b) Pola penyakit
c) Anggaran yang tersedia
d) Skala prioritas
e) Sisa persediaan
f) Data pemakaian periode sebelumnya
g) Waktu tunggu pemesanan
h) Rencana pengembangan
3. Pengadaan
a. Pengadaan merupakan proses kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar
mutu.
b. Pengadaan di instalasi Farmasi dilakukan pada Distributor Farmasi yang resmi,
berijin dan bermou dengan rumah sakit
c. Pengadaan dilakukan melalui:
1) Pembelian
a) Pembelian dilakukan oleh kepala instalasi farmasi berdasarkan
informasi obat yang jumlahnya mendekati reorder point (ROP) dari
petugas gudang farmasi, pembelian harus disetujui oleh supervisor
instalasi farmasi dan kepala bidang penunjang medik
b) Hal-hal yang diperhatikan dalam pembelian adalah:
a) Kriteria sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai,
yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu obat
b) Persyaratan pemasok.
c) Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai
d) Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
22
c) Pembelian dilakukan kepada disributor resmi yang ditunjuk oleh
perusahaan farmasi untuk menjamin keaslian obat atau alat kesehatan.
d) Laporan pembelian di laporkan secara berkala kepada direktur dan
diverivikasi oleh supervisor instalasi farmasi dan kepala bidang penunjang
medik
e) Distributor atau pemasok dievaluasi setiap bulan, meliputi:
a) Lead time kurang 3 hari
b) Kesesuaian Purchasing Order (PO) dan Delivery Order (DO)
c) Ketersediaan obat di distributor
f) Pembelian dilakukan dengan membuat Surat Pesanan (SP)
4. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis,
spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam
kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
Penerimaan obat dari distributor dilakukan oleh tenaga kefarmasian di
logistik farmasi.
Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
23
Penerimaan yang tidak sesuai dengan pesanan, rusak, kadaluwarsa ≤ 2 tahun
dikembalikan ke petugas pengiriman atau diretur ke salesman.
Perbekalan farmasi yang kadaluwarsa ≤ 2 tahun tetapi sangat dibutuhkan dan
akan segera digunakan dapat diterima dengan masa kadaluwarsa lebih dari 6
bulan.
Pernerimaan perbekalan farmasi RS Islam Banjarnegara dilakukan di gudang
farmasi setiap hari kerja, antara jam 08.00 sampai dengan 14.30 WIB.
Penerimaan perbekalan farmasi di luar jam dan hari kerja logistik farmasi
tidak dilayani kecuali jika dibutuhkan maka diterima oleh petugas farmasi
rawat inap untuk selanjutnya diserahterimakan kepada petugas gudang
farmasi segera pada saat jam dan hari kerja gudang farmasi.
Dalam hal penerimaan obat CITO, obat tidak dilakukan penyimpanan ke
gudang farmasi tetapi langsung didistribusikan ke satelit farmasi yang
meminta.
C. Penyimpanan
1. Setelah barang diterima di instalasi Farmasi maka dilakukan penyimpanan
sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan perbekalan farmasi harus
mampu menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan
persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi
persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi,
dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai.
2. Ruang penyimpanan obat harus terkunci untuk menjamin kemaanan dan
mengurangi risiko kehilangan obat.
3. Ruang penyimpanan harus bersih dan bebas dari binatang pengganggu.
4. Seluruh tempat penyimpanan obat harus dilakukan pengecekkan secara
berkala setiap satu bulan sekali.
5. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out) yaitu barang yang datang terlebih
dahulu dan atau kadaluwarsa terdekat dikeluarkan dahulu.
6. Semua perbekalan farmasi disimpan berdasarkan:
i. Stabilitas terhadap suhu
ii. Sifat bahan dan aturan khusus
iii. Bentuk dan jenis sediaan
7. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasarkan suhu penyimpanan dibedakan
menjadi:
i. Suhu ruangan, dibawah 25C (dilengkapi AC dan pengontrol suhu)
ii. Suhu dingin, 2 – 8C (lemari es dengan pengontrol suhu)
8. Tersedia pengontrol suhu di setiap ruangan atau lemari penyimpanan obat
yang dimonitor secara berkala dan disupervisi oleh petugas yang ditunjuk.
9. Penyimpanan perbekalan farmasi berdasar sifat bahan dan aturan khusus
24
Bahan mudah terbakar (sesuai Pedoman Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
Beracun).
Bahan Berbahaya dan Beracun (sesuai pedoman pengelolaan Bahan
Berbahaya dan
Beracun)
Narkotika :
Narkotika disimpan pada lemari dengan kunci ganda. Kunci disimpan
oleh dua petugas farmasi yang berbeda, yang saat itu berjaga, untuk
menjamin keamanannya.
Narkotika di gudang farmasi disimpan di dalam lemari penyimpanan
dengan kunci ganda yang dibawa oleh Kepala gudang farmasi dan
petugas gudang farmasi.
Petugas farmasi yang ditunjuk atau yang didelegasikan dengan tepat
harus menyimpan atau menjaga kunci lemari narkotika, selama petugas
tersebut tidak ada di pelayanan farmasi maka harus menyerahkan kepada
petugas yang ditunjuk.
Setiap pergantian shift petugas yang memegang kunci narkotika
melakukan serah terima dengan petugas berikutnya dan mencatat dalam
buku serah terima kunci lemari narkotik. mj
Psikotropika disimpan pada lemari terpisah dan terkunci. Kunci dibawa
oleh petugas farmasi yang ditunjuk. Setiap pergantian shift petugas yang
memegang kunci psikotropika melakukan serah terima dengan petugas
berikutnya dan mencatat dalam buku serah terima kunci lemari
psikotropika.
25
Elektrolit konsentrat hanya disimpan di pelayanan farmasi rawat inap, ICU,
kamar operasi, kamar bersalin, dan IGD.
Disimpan di rak penyimpanan high alert medications.
Diberi wadah tambahan pada setiap satu botol elektrolit konsentrat dan diberi
label “High Alert medication”
Elektrolit disimpan sesuai prosedur penyimpanan high alert medications.
d. Obat Emergensi
Obat emergensi disediakan sesuai standar di unit-unit pelayanan pasien dalam
kondisi aman, siap pakai, dan dapat diakses segera untuk memenuhi
kebutuhan emergensi.
Obat emergensi sesuai standar yang ditetapkan rumah sakit, di bangsal
perawatan, ICU, Kamar Operasi, dan IGD disimpan di trolley (suhu ruangan)
yang memiliki kunci dispossible bernomor yang bisa dipotong saat akan
digunakan dan penyimpanan di kotak di dalam kulkas (untuk obat dengan
penyimpanan suhu 2°-8°C)
Dipakai hanya untuk emergensi saja dan sesudah dipakai harus segera
diresepkan untuk diganti dengan obat (untuk trolley emergensi) dan emergensi
kit yang lengkap (untukkotak emergensi) dengan kunci yang baru.
Harus dicek secara berkala setiap satu bulan sekali meliputi aspek ketepatan
jumlah dan kondisi obat (kadaluarsa atau rusak)
Penggunaan obat emergency disertai dengan berita acara penggunaan obat
emergency, yang selanjutnya dilakukan penggantian obat oleh petugas farmasi
maksimal 2 jam sejak obat digunakan.
Penggantian obat emergency disertai dengan berita acara penggantian obat
emergency.
Supervisi penyimpanan obat emergency dilakukan sebulan sekali oleh petugas
farmasi yang ditunjuk dengan disertai berita acara.
e. Nutrisi parenteral
Disimpan terpisah dengan sediaan lain dan dipantau kondisi penyimpanannya.
Disimpan sesuai instruksi dari produsen baik dalam hal temperatur maupun
kondisi ketahanan terhadap cahaya.
Penyimpanan cairan nutrisi parenteral diperiksa secara teratur untuk
memastikan kondisi penyimpanan (suhu, kelembaban, kadaluarsa, dan
kerusakan) dan keamanannya dan dicatat dalam form monitoring suhu
penyimpanan nutrisi.
f. Terapi Cairan
Semua infus memiliki kadar osmolaritas yang berbeda beda. Berdasarkan
osmolaritas dibedakan menajdi 2 jenis yang bersifat:
a. Hipotonik
Osmoralitas lebih rendah dari serum tubuh
b. Hipertonik
Osmolaritas lebih tinggi dari serum tubuh
26
Untuk pemberian infus yang direkomendasikan kurang dari 850 mosmol/L
menggunakan jalur sental (vena central line). Hal ini untuk mencegah kejadian
plebitis pada pasien yang di beri obat dengan rute IV.
27
Setiap gas medis diberi penandaan dengan warna yang berbeda dan nama gas
di setiap tabung. Oksigen berwarna putih dan nitrogen berwarna biru
10. instalasi Farmasi melakukan penarikan/recal obat-obatan, meliputi :
Obat kadaluwarsa kategori “Mendekati ED 3”
Obat rusak
Obat ditarik oleh pabrik/distributor obat
Adanya risiko yang dapat membahayakan pasien
11. Sediaan Farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang akan
dimusnahkan diserahterimakan kepada Instalasi Pengelolaan Limbah (IPAL)
setiap 1 tahun sekali, untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan oleh pihak ketiga.
12. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
Membuat daftar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang akan dimusnahkan.
Membuat berita acara pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan oleh bagian K3L
(Keselamatan Kerja Karyawan dan Lingkungan)RS Islam Banjarnegara dan
disertai serah terima antara farmasi dan staf cleaning service.
Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) Rumah Sakit Islam Banjarnegara
bekerjasama dengan pihak ketiga (PT Arah) untuk memusnahkan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
13. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang izin edarnya
dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maka segera dipisah
dan dikeluarkan dari tempat penyimpanan di seluruh unit yang menyimpan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tersebut, kemudian
dikembalikan ke logistik farmasi.
14. Kepala Gudang farmasi mendokumentasikan dan membuat berita acara penarikan
sediaan farmasi kemudian sediaan farmasi tersebut dikembalikan ke
distributornya dengan disertai serah terima antara farmasi dan distributor sediaan
farmasi.
31
obat ruangan maupun pinjam ke depo farmasi dan berikutnya mengganti
dengan resep.
m. Automatic Stop Order (ASO)
Obat Automatic Stop Order adalah obat-obatan untuk pasien rawat inap yang
pada waktu terapi tertentu harus dilakukan assessment ulang terkait
lanjut/tidaknya terapi dan batas waktu peresepan. Apoteker dan atau perawat
harus memberikan feedback kepada penulis resep terkait data klinis dan data
laboratorium sebagai dasar reassessment terapi, kecuali ketorolak. Daftar Obat
Automatic Stop Order terlampir.
n. Permintaan obat secara lisan atau melalui telepon
i. Apabila DPJP berhalangan hadir, maka ia dapat memberikan resep secara
lisan melalui
telepon untuk situasi yang darurat.
ii. Resep lisan tidak boleh digunakan untuk kemudahan atau kenyamanan bagi
dokter.
iii. Peresepan obat secara lisan wajib CABAK (Catat, Baca ulang, dan
Konfirmasi)
iv. Persepan obat melalui telepon tidak boleh dilakukan untuk kategori obat
berikut:
Narkotika (kecuali instruksi berhenti dan tunda)
Obat yang masuk kategori High Alert Medications
o. Permintaan obat secara lisan dari DPJP harus ditulis oleh dokter jaga.
p. Peresepan Untuk Pasien Populasi Khusus
q. Resep pasien anak-anak harus mencantumkan data berat badan dalam kg
r. Batasan penulisan resep atau terapi khusus
1. Narkotika dan psikotropika tidak boleh atas permintaan pasien.
2. Obat anestesi hanya boleh diresepkan oleh Dokter Spesialis Anestesi
3. Pencampuran beberapa obat dalam satu sediaan tidak dianjurkan kecuali
telah terbukti aman dan efektif, penulisan nama bahan obat wajib dilengkapi
jumlah bahan obat (untuk bahan padat : microgram, milligram, gram, untuk
cairan : tetes, milliliter, liter)
s. Unit Farmasi rawat jalan dan rawat inap memiliki Daftar Nama Dokter yang
Berhak
Menulis Resep di RS Islam Banjarnegara beserta spesimen tandatangannya.
t. Setiap obat yang diresepkan oleh dokter dan yang diberikan kepada pasien harus
ditulis di dalam rekam medis, termasuk dosis dan cara pemberiannya.
u. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) serta konsultasi obat yang diberikan
kepada pasien dicatat di dalam rekam medis atau dicantumkan dalam catatan
pemulangan pasien rawat inap. Pada pasien rawat jalan, informasi obat diberikan
dalam bentuk lisan dan leaflet serta didokumentasikan dalam Buku Pelayanan
Informasi Obat dan Buku Konsultasi Obat.
v. Obat yang telah dipakai pasien dengan menggunakan stok ruangan atau stok
emergensi maka penggantian dilakukan dengan diresepkan.
32
w.Untuk bangsal yang menangani pasien covid 19, peresepan menggunakan resep
yang berbeda dari bangsal reguler.
2. Pancatatan resep
Semua resep dan permintaan obat yang masuk ke Sub Seksi Farmasi harus dicatat
dan didokumentasikan dalam sistem informasi Rumah Sakit. Pencatatan secara
manual diperlukan untuk kepentingan pelaporan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
3. Penyalinan resep
a. Apabila sebuah resep perlu ditulis ulang dalam catatan medis yang baru, maka
harus
dilakukan oleh dokter.
b. Salinan resep hanya boleh dilakukan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis
Kefarmasian.
c. Salinan resep rawat jalan dibuat dengan ketentuan:
Obat dalam resep belum diambil
Ada pengulangan (iter)
Jumlah obat baru diambil sebagian
Atas permintaan pasien (keterangan “det” bila sudah diambil)
F. PemberianObat
1. Pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh Apoteker
2. Sebelum obat diberikan dilakukan dengan melakukan telaah obat secara
syariah dengan melihat nama obat di resep, apabila ada nama obat yang
termasuk “mengandung unsur haram babi dan turunannya, n ” maka petugas
Farmasi (Apoteker) menelpon ke Dokter untuk meminta ijin memberikan
persetujuan pemberian obat dengan Informed Consent ke pasien rawat inap
dan rawat jalan.
36
3. Dalam hal petugas farmasi (Apoteker) tidak dapat memberikan obat, maka
pemberian obat didelegasikan kepada tenaga medis / dokter, tenaga
keperawatan, fisioterapis dan radiografer.
4. Rumah sakit mengidentifikasi petugas tersebut di atas melalui :
Surat ijin praktek
Uraian jabatan
Surat Penugasan Klinik
Standing order/pendelegasian kewenangan sesuai keperluan
5. Petugas farmasi yang boleh memberikan obat kepada pasien adalah apoteker
dan TTK yang berkompeten.
6. Fisioterapis yang boleh memberikan obat (topikal dan inhalasi) hanya
petugas yang berkompeten.
7. Radiografer yang boleh memberikan obat (kontras media) hanya petugas
yang berkompeten.
8. Hanya dokter spesialis yang mendapat hak istimewa yang boleh memberikan
obat-obatan melalui epidural dan intrathecal.
9. Obat diberikan apabila telah dilakukan verifikasi untuk menjamin kesesuaian
dengan resep dan instruksi dalam hal:
Nama dan jumlah obat
Dosis
Rute pemberian
Waktu dan frekuensi pemberian obat cm
Identitas pasien
10. Obat diberikan kepada pasien dengan prinsip 7 benar, yaitu:
a. Benar pasien
1) Untuk setiap obat yang diberikan, petugas yang memberikan harus
mengidentifikasi
pasien secara aktif dengan menanyakan nama dan alamat pasien.
2) Petugas yang memberikan obat harus memeriksa status alergi pasien
dengan
melihat rekam medis, melihat gelang pasien, dan secara lisan dengan
pasien
sebelum pemberian obat.
b. Benar indikasi
Sebelum obat diberikan kepada pasien, harus dipastikan sesuai dengan
indikasinya.
c. Benar obat
1) Periksa nama obat secara hati-hati dan disesuaikan dengan resep atau
catatan pemberian obat
2) Periksa obat-obatan yang tidak biasanya dengan referensi obat- obatan
misalnya buku MIMS.
3) Baca label secara hati-hati
4) Periksa tanggal kadaluarsa dan instruksi penyimpanan
37
5) Untuk pasien rawat inap, perawat harus melakukan proses berikut ini:
Periksa label pada saat memindahkan tempat obat dari loker obat pasien
Periksa obat pada saat memindahkannya dari tempatnya
Periksa obat sebelum mengembalikannya ke loker obat pasien
Benar dosis
Untuk memastikan pemberian obat yang aman, petugas harus:
1) Membaca instruksi dokter di rekam medis (catatan pemberian obat untuk
pasien rawat inap)
2) Membaca ukuran dan singkatan dengan hati-hati
3) Periksa perhitungan dosis obat
4) Untuk pemberian obat high alert, perawat yang memberikan obat harus telah
melakukan pengecekan ganda kepada perawat lain.
d. Benar rute/cara pemberian
1) Cara pemberian obat diantaranya adalah:
a) Oral
b) Nasogastric
c) Rectal
d) Vaginal
e) Intradermal
f) Intramuscular
g) Intravenous
h) Subcutaneous
i) Spinal
j) Epidural
k) Intravesical
l) Intra-arterial
m) Topical
n) Inhalasi
o) Ocular
p) Intranasal
q) Aural
2) Obat diberikan dengan rute/cara pemberian sesuai instruksi dokter yang
meresepkan. Apabila instruksi cara pemberian obat tidak biasa, maka
konsultasikan kepada apoteker. Apoteker akan mengkaji sesuai referensi dan
mengkonfirmasikan kepada penulis resep.
3) Untuk status pasien yang berpuasa, perawat akan menghubungi dokter untuk
menanyakan jika ada obat-obatan yang harus diberikan secara oral.
e. Benar waktu pemberian
1. Obat rutin harus diberikan pada waktu yang rutin. Jika obat rutin telah
digunakan sebelum pasien rawat inap, harus dikonfirmasikan kepada pasien
waktu minum rutinnya.
2. Obat diberikan sesuai waktu yang direkomendasikan, yaitu
1. Obat oral
38
Obat oral rawat inap diberikan menyesuaikan dengan waktu efektif
obat serta jadwal makan pasien.
Jadwal makan pasien yaitu:
i. Pagi : pukul 05.00-06.00 WIB
ii. Siang : pukul 11.30-12.30 WIB
iii. Malam : pukul 17.00-18.00 WIB
2. Obat parenteral
Jadwal pemberian obat sesuai frekuensi
Frekuensi Waktu 1x sehari Pagi 08 1x sehari Siang 12 1x sehari Sore 16 1x
sehari Malam 20 2x sehari (tiap 12 jam) 3x sehari (tiap 8 jam) 4x sehari (tiap
6 jam)
G. Pengendalian
1. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan oleh instalasi Farmasi bersama dengan Panitia Farmasi
dan Terapi (PFT) di Rumah Sakit, yang dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai
2. Tujuan pengendalian persediaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan
medis habis pakai adalah untuk:
Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit, yang dievaluasi
setiap
bulan
Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi
Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa dan kehilangan serta
40
pengembalian
pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.
3. Pengendalian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan
dengan cara:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan
berturut-turut (death stock)
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala yaitu setiap 3
bulan sekali.
4. Pengendalian Obat mendekati expired date dilakukan secara berkala dengan
cara:
a. Melakukan pelabelan obat yang mendekati expired date, dengan
ketentuan:
Near ED 1, yaitu obat dengan ED 9 bulan sejak bulan tersebut, di
tandai dengan stiker kecil berwarna kuning
Near ED 2, yaitu obat dengan ED 6 bulan sejak bulan tersebut, ditandai
dengan stiker kecil warna hijau
Near ED 3, yaitu obat dengan ED 3 bulan sejak bulan tersebut, ditandai
dengan stiker kecil warna merah
b. Data Obat mendekati ED dilaporkan oleh Kepala Unit Farmasi Rawat Jalan,
Kepala Unit Farmasi Rawat Inap, dan Kepala Gudang Farmasi kepada kepala
Sub Seksi Farmasi setiap tiga bulan.
c. Manajer Farmasi bekerja sama dengan apoteker klinis mengkomunikasikan
daftar Obat dengan kategori near ED 1 dan 2 kepada dokter agar obat tersebut
dapat digunakan
d. Obat dengan kategori ED 3 dikembalikan kepada PBF masing-masing sesuai
dengan ketentuan yang disepakati
e. Obat yang sudah terlanjur melewati batas ED dikumpulkan di Gudang Farmasi
untuk selanjutnya diserah terimakan kepada bagian IPAL untuk dimusnahkan.
5. Pengendalian yangperlu diperhatikan dalam pelayanan kefarmasian adalah
sebagai berikut:
Catatan pemberian obat
Catatan pemberian obat adalah formulir yang digunakan perawat untuk
menyiapkan obat sebelum pemberian.Pada formulir ini perawat memeriksa
obat yang akan diberikan pada pasien. Dengan formulir ini perawat dapat
langsung merekam/mencatat waktu pemberian dan aturan yang sebenarnya
sesuai petunjuk.
Pengembalian obat yang tidak digunakan
Semua perbekalanf armasi yang belum diberikan kepada pasien rawat tinggal
harus tetap berada dalam kotak obat. Hanya perbekalan farmasi dalam
kemasan tersegel yang dapat dikembalikan ke farmasi.
41
H. Pelayanan Farmasi Klinik
1. Pengertian Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan
langsung oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome
terapi dan meminimalkan terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan
keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of
life) pasien terjamin.
2. Jenis Pelayanan Farmasi Klinik
a. Pengkajian dan Pelayanan resep
1) Seluruh resep yang dilayani oleh instalasi Farmasi dikaji terlebih dahulu
oleh apoteker
2) Pengkajian resep didokumentasikan dalam bentuk checklist yang sudah
tercetak permanen di setiap lembar resep
3) Petugas yang melakukan telaah resep membubuhkan paraf pada kolom
yang tersedia
4) Setiap resep yang masuk ke instalasi Farmasi diberi nomor urut sesuai
kedatangan resep
5) Resep dilayani sesuai dengan nomor urut, kecuali resep CITO untuk
dilayani terlebih dahulu
6) Kriteria resep CITO
i. Pasien dengan kondisi gawat darurat
ii. Pasien yang akan dirujuk di fasilitas kesehatan lain
iii. Pasien yang dinyatakan boleh pulang
iv. Pasien dengan kondisi lain yang mengharuskan untuk segera
mengkonsumsi obat
7) Setiap resep yang dilayani harus dicek ulang oleh petugas yang berbeda
sebelum diserahkan
8) Pengecekan ulang didokumentasikan dengan mengisi kolom yang sudah
tercetak permanen pada lembar resep
b. Rekonsiliasi Obat
1) Adalah membandingkan rejimen obat yang sedang atau akan digunakan
pasien
dengan instruksi pengobatan sebelumnya (sebelum masuk rumah sakit atau
saat transfer antar unit perawatan dalam rumah sakit).
2) Tujuan rekonsiliasi adalah mendapatkan dan memelihara informasi yang akurat
dan lengkap tentang obat pasien, dan menggunakan informasi tersebut sepanjang
pasien mendapatkan perawatan untuk menjamin penggunaan obat yang aman dan
efektif.
3) Kegiatan rekonsiliasi adalah
a) Rekonsiliasi obat saat di UGD
b) Rekonsiliasi obat saat transfer
c) Konseling obat saat pasien akan pulang
42
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
1) PIO yang dilakukan bersifar aktif dan pasif
2) Kegiatan PIO aktif meliputi:
i. Menerbitkkan leaflet
ii. Melakukan penyuluhan terkait kefarmasian dengan kerjasama Tim
Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
iii. Menyediakan informasi terkait obat bagi tenaga kesehatan lain
iv. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian
3) Kegiatan PIO pasif berupa menjawab pertanyaan dari tenaga kesehatan lain
4) kegiatan PIO pasif didokumentasikan dalam formulir yang telah tersedia
d. Konseling
1) konseling dilakukan terhadap pasien rawat inap atau rawat jalan yang
membutuhkan
2) Kriteria pasien yang perlu mendapatkan konseling
a. pasien kondisi khusus (geriatri, pediatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil
dan menyusui)
b. pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis
c. pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
d. pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
e. pasien yang menggunakan banyak obat
f. pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan yang rendah
3) Konseling dilakukan di ruangan khusus yang menjamin privasi pasien oleh
apoteker yang bertugas
4) Konseling yang dilakukan didokumentasikan dengan mengisi formulir yang
sudah disediakan yang berisi ringkasan konseling.
e. Visite
1) Visite dilakukan oleh apoteker kepada pasien rawat inap
2) Visite dilakukan untuk memantau terapi obat yang dijalankan pasien
3) Visite dapat dilakukan secara mandiri ataupun bersama dengan tenaga
kesehatan yang lain
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
1) Pemantauan Terapi Obat (PTO) adalah suatu proses yang mencakup kegiatan
untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi
pasien.Tujuan pemantauan terapi obat adalah meningkatkan efektivitas
terapi dan meminimalkan risiko ROTD. Kriteria pasien yang dilakukan
pemantauan terapi adalah pasien dengan diagnosa diabetus mellitus, dengan
hipertensi dan gagal jantung.
2) Kegiatan:
a) Pengkajian pemilihan obat,dosis,cara pemberian obat,respons terapi, reaksi
obat yang
tidak dikehendaki (ROTD)
b) Pemberian rekomendasi penyelesaiamasalah terkait obat.
c) Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat
43
3) Tahapan Pemantauan Terapi Obat
Pengumpulan data pasien
Identifikasimasalah terkait obat
Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
Mengetahui
Ka.bid.YanJang kepala instalasi farmasi
45
LAPORAN SUPERVISI PELAYANAN FARMASI
BULAN JANUARI - MARET
NO JENIS SUPERVISIKETERANGAN RTL
1 HAM, NORUM `1. Pada bulan januari untuk 1. Perlu
HAM dan NORUM banyak ditingkatkan
ditemukan ketidaksesuaian pada ketertiban petugas
kartu stok ( 10 item ) ini ketika mengambil
menunjukkan bahwa ketertiban obat digudang dan
peyigas, baik petugas pelayanan mengisi lengkap
dan petugas gudang kurang tertib kartu stok
( tidak mengisi kartu stok) 2. Diperlukan
2. Untuk pengisian nomor batch kerjasama petugas
pada kartu stok ( ada 10 item pelayanan dan
yang tidak terisi pada kartu petugas gudang
stok ) dalam pelabelan
Permasalahan ini kemungkinan HAM NORUM
disebabkan ketidaktertiban 3. Diperlukan SIM
petugas gudang dalam menulis RS yang bisa
kartu stok mendeteksi
3. Untuk penyimpanan HAM pengeluaran obat
NORUM ditemuksn 10 item dari gudang dan
penyimpanan tidak sesuai, ini mendetaksi yang
terjadi dipelayanan. akan kadaluarsa,
Permasalahan ini disebabkan semisal warna
ketidaktertiban petugas merah pada SIM
pelayanan dalam menyimpan RS untuk obat yang
HAM NORUM akan kadaluarsa 6
4. Untuk pelabelan obat HAM bulan ke depan
NORUM ditemukan 10item obt 4. Diperlukan
tidak terlabel, ini disebabkan tempat khusus
kurang telitinya petugas gudang untuk penyimpanan
karena obat yang sudah dilabel HAM NORUM
dengan yang belum dilabel tidak supaya tidak
dipisah tercecer
5. Ditemukan obat kadaluarsa
sebanyak 10 item, ini disebabkan
karena obat tersebut obat slow
moving , tetapi rumah sakit
harus menyediakan
2 NARKOTIKA , Kartu sebagian besar telah terisi 1. Kerertiban
PSIKOTROPIKA baik jumlah maupun nomor mengisi kartu stok
batch ( stok Napsa) untuk staf
2. Melakukan
double cek setiap
pengeluaran dan
pemasukkan
NAPSA
3. Perlu adanya
CCTV disetiap
penyimpanan
NAPSA untuk
mencegah
pencurian
3 GAS MEDIK 1. gas medik yang dikirim 1, diperlukan
SESUAI yang dipesan , ini adanya pembuatan
dikarenakan kelangkaan bahan gas sentral rumah
baku sudah teratasi sakit
2. Rumah sakit belum
mempunyai gas sentral
3. Tabung gas yang dikirim
rata2 tabung ukuran besar,
tabung kecil sangat terbatas
4. Rumah sakit belum
mempunyai tabung likuid
Kepada Yth.
Direktur Rumah Sakit Islam Banjarnegara
Assalamu’alaikum WarohmatullohiWabarokatuh
Dengan hormat kami laporkan hasil pertemuan rapat Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit
Islam Banjarnegara yang diselenggarakan pada :
Hari/ tanggal : Jumat, 13 Mei 2022
Waktu : 09.00 - Selesai
Tempat : Ruang Rapat Lt.1
Agenda : 1. Finalisasi Formularium tahun 2022
2. Evaluasi Kepatuhan Peresepan Obat Formularium
Dengan kesimpulan hasil rapat sebagai berikut :
1. Usulan obat baru ada beberapa yang disetujui masuk dalam Formularium RSI
Banjarnegara dan ada yang ditolak dengan alasan sudah tersedia sebelumnya dengan zat
aktif yang sama
2. Obat baru yang disetujui antara lain
a. Tiopol (Trial dulu dan batasi stok)
b. Tiopental (Trial dulu dan batasi stok)
c. Uriest : silodosin 4 mg
d. Uritos :imidatarasin 0,1mg
e. Pramipexol ER, (pramipexol)
f. Acetazolamid
g. Glucosamin 500 mg
h. Symbicort rapihaler ( budesonide 160/4,5)
i. Spiriva (batasi stok)
j. Gaforin ED: gatifloxacin TM (penggunaan dikendalikan)
k. Fervit drop
l. Lanos drop (hanya untuk pasien umum dan rawat inap)
m. Microlac
n. Quetiapin 200 mg
o. Lamiros : lamotrigine , mersifarma
p. Lovenox: enoxaparin inj
q. Bernoflox: ciprofloxacin infus 200 mg
r. Plantacid forte
s. Mg 40 sirup:Magestrol acetat sirup (hanya untuk pasien umum dan rawat inap)
3. Obat yang dikeluarkan dari Formularium antara lain
a. Aerane
b. Etorvel 60 mg
c. Recalus
d. Glaucon
e. osteotin 250 mg
f. dulcolac supo 5 mg
g. Glutrop
h. Diane
i. Interxantin
j. Nufapreg
k. Osfit dha
l. Ossovit
m. Inbion
4. Ada beberapa obat yang harus dikonsultasikan ke dokter pengusul resep seperti Lanos
drop dan Labumin
5. Evaluasi kepatuhan peresepan obat Formularium diambil dari data mutu Farmasi jika
tidak memenuhi standar maka dibuat evaluasinya.
6. Untuk kesalahan obat agar segera ditindak lanjuti
Atas kesimpulan hasil rapat sebagaimana tersebut diatas, kami merekomendasikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Membuat surat pemberitahuan kepada dokter yang telah memberikan usulan obat
2. Rapat bersama tim pengadaan
3. Buat laporan evaluasi kepatuhan peresepan obat Formularium
4. Untuk kesalahan obat agat segera ditindaklanjuti
Demikian laporan hasil rapat yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya, kami haturkan
terima kasih.
Wassalamu’alaikum WarohmatullohiWabarokatuh
Ketua PFT
Kronologi kejadian:
Pada tanggal 21-3-2022, sekitar pkl. 21.00 perawat jaga perina N menyetorkan resep zidovudin 2x12
mg ke satelit rawat inap. Zidovudin sediaanya berbentuk kapsul warna orange dengan kekuatan 100 mg.
Perawat A mengambil resep ke satelit rawat inap jam 05.00. Kedua petugas (petugas farmasi dan
perawat) tidak melakukan double cek bersama-sama. Perawat A mengira sediaan sudah benar karena
sudah berbentuk capsul
Pada pukul 06.00 perawat A memberikan zidovudin ke pasien. Pada pukul 08.00 petugas farmasi
memberitahu perawat perina bahwa zidovudin kelebihan dosis (dosis yang diberikan 100 mg). Setelah
diketahui bahwa obat salah dosis, perawat R(kepala ruang perina) melaporkan kepada DPJP dr. Sp A.
Dokter Sp A memeriksa kondisi pasien dan memberitahukan kepada perawat R bahwa kondisi bayi tidak
memburuk (monitoring kemungkinan terburuk yaitu kejang dan diare) akibat kesalahan dosis obat.