Anda di halaman 1dari 15

HADIS PENDIDIKAN KAUM MINORITAS

Di Susun
Oleh:

Kelompok

FAUZIAH
YUSMAINI

Semester :I
Jurusan : PAI
Fakultas : Tarbiyah
Mata Kuliah : Hadis Tematik PAI
Dosen Pembimbing : Dr. Asrar Mabrur Faza, S.Th.I, M.A

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN LANGSA


TAHUN AJARAN 2023

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Tugas makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat.

Langsa, Januari 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................... 2
A. Pengertian pendidikan Kaum Minoritas....................................... 2
B. Problema Minoritas....................................................................... 4
C. Menghargai Kelompok Minoritas.................................................. 4
D. Hadis Pendidikan Kaum Minoritas................................................

BAB III PENUTUP................................................................................. 11


A. Kesimpulan .................................................................................. 11
B. Saran.............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu persoalan fiqh yang sampai saat ini masih ramai menjadi bahan
perdebatan adalah soal hak minoritas. Hak minoritas merupakan persoalan pelik
yang dihadapi oleh kaum muslim dan Islam dalam konteks kekinian. Bahkan,
kalangan orientalis menganggap Islam tak mengenal konsep hak-hak minoritas di
dalam kehidupan.
Hal ini diperparah dengan praktik intoleransi dan kekerasan oleh
sekelompok masyarakat tertentu terhadap beberapa kelompok minoritas yang
banyak terjadi akhir-akhir ini dan menghiasi pemberitaan di media nasional dan
internasional. Sehingga mereka berkesimpulan bahwa hak minoritas hanya ada
pada negara-negara barat sekuler, bukan Islam. Sepanjang sejarah kelompok
minoritas menjadi entitas sosial yang tak dapat dinafikan keberadaannya. Hampir
di tiap negara, kehadiran minoritas jadi semacam keniscayaan yang tak
terbantahkan di tengah hegemoni kelompok mayoritas.
Menurut Abul A’la Al-Maududi sebelum membahas tentang hak-hak
minoritas (non muslim) dalam negara Islam, ada satu hal yang perlu diingat, yakni
negara Islam merupakan negara yang berdiri di atas dasar agama (teokrasi),
berbeda dengan negara nasional demokrasi. Perbedaan bentuk inilah yang sedikit
banyak memberikan pengaruh pada penyelesaian masalah hak-hak minoritas.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kaum Minoritas


Pendidikan secara etimologi berasa dari bahasa Yunani yang terdiri dari
kata“pais” artinya seseorang, dan “again” diterjemahkan membimbing. Jadi
pendidikan (paedogogie) artinya bimbingan yang diberikan pada seseorang.
Sedangkan secara umum pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. 1
Oleh karena itu, pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang
memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama. Istilah tarbiyah berakar pada tiga kata, raba yarbu yang
berarti bertambah dan tumbuh, yang kedua rabiya yarba yang berarti tumbuh dan
berkembang, yang ketiga rabba yarubbu yang berarti memperbaiki, menguasai,
memimpin, menjaga, dan memelihara. Kata al rabb juga berasal dari kata tarbiyah
dan berarti mengantarkan pada sesuatu kesempurnaannya secara bertahap atau
membuat sesuatu menjadi sempurna secara berangsur-angsur. Oleh karena itu,
pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu. Pendidikan berlangsung sepanjang
hayat dan bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Istilah “minoritas” (aqalliyah) yang sekarang sering digunakan dalam
berbagai ranah seperti kebudayaan, sosial, hingga politik, sebenarnya adalah
istilah impor dari pemikiran Barat. Istilah “minoritas” ini datang dari pemikiran
Barat untuk mengomentari peristiwa budaya dan sosial yang terjadi di dunia
Timur, khususnya Islam, sejak terjadinya hubungan antara peradaban Islam dan
peradaban Barat.Dalam kerangka pemikiran Barat, istilah “minoritas” ini
memiliki berbagai makna yang terkandung di dalamnya seperti rasisme, etnis,
kesukuan yang biasa dipergunakan didalam masyarakat Barat.
Minoritas merupakan suatu golongan atau kelompok sosial yang jumlah
warganya lebih sedikit apabila dibandingan dengan kelompok atau golongan

1
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991, hal. 69

2
lainnya dalam tatanan masyarakat. Oleh karena jumlahnya yang sedikit, golongan
minoritas sering mendapat deskriminasi di masyakat.
Kaum minoritas adalah kelompok atau masyarakat yang memiliki jumlah
yang lebih sedikit dibandingkan kelompok masyarakat lain yang memiliki jumlah
yang lebih banyak dan memiliki kekuasaan. Pendidikan kaum minoritas adalah
bimbingan yang untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
menghargai kaum atau kelompok masyarakat yang lebih sedikit jumlahnya.
Di negara Barat, istilah “minoritas” ini telah banyak digunakan untuk
menunjukkan: sekelompok orang-orang yang menganggap bahwa diri mereka
atau dianggap orang lain menjadi bagian dari beberapa hal yang menjadi sesuatu
ciri-ciri kekhususan yang berbeda dengan banyak kelompok lainnya didalam suatu
masyarakat, namun mampu berkembang dengan ciri kekhususannya itu.
Minoritas adalah sekelompok orang yang secara jumlah lebih sedikit
dibandingkan seluruh populasi suatu Negara, yang berada dalam posisi tidak
dominan, yang anggota-anggota kelompok tersebut merupakan warga negara,
dengan karakter etnis, agama, bahasa, yang berbeda dari anggota masyarakat
lainnya, dan menunjukkan, meskipun tidak terlihat nyata, ikatan solidaritas, yang
diserahkan untukmemelihara budaya, tradisi, agama, dan bahasa mereka.
Kelompok minoritas menjadi etintas sosial yang tidak dapat dinafikan
keberadaannya. Hampir di tiap negara, kehadiran minoritas jadi semacam
keniscayaan yang tak terbantahkan di tengah hemegoni kelompok mayoritas.
Keminoritasan jamak dimaknai karena keberadaan dari yang mayoritas atas dasar
identitas baik agama,bahasa, etnis, budaya atau pilihan orientasi seksual.
Jumlahnya pun biasanya tak banyak bila dibandingkan dengan penduduk disuatu
desa. Oleh karenya ia berada pada posisi yang tidak dominan. Posisinya yang
subordinat ini membuat hubungan solidaritas antar anggota amat kuat guna
mempertahankan identitas mereka, lebih lebih entitas minoritas acap kali
mengalami segregasi. Pelabelan kelompok minoritas merupakan imbas dari
menguatnya politik identitas. Politik identitas seolah menemukan kekuatan dalam
politik teori pluralisme. Dalam politik teori pluralisme, keberadaan minoritas
berubah dari didiamkan dan dinafikan menjadi dipertanyakan sekaligus di
perjuangkan.

3
B. Problematika Minoritas
Pendekatan otoritas keagamaan yaitu bahwa kaum minoritas selalu berada
dalam posisi marginal, diidentikkan sebagai lawan kaum mayoritas. Hal ini terjadi
bukan hanya dalam pemikiran,tetapi juga dalam aksi. Bahkan, jauh lebih kental
dalam pendekatan politik demokrasi. Suara terbanyak itu yang dinyatakan
benar,berlaku dan menjadi keputusan. Oleh sebab itu, kaum minoritas selain
merasa dimarginalkan juga merasa ditindas oleh kaum mayoritas.Kaum mayoritas
selalu menjalin kesatuan dengan kekuasaan, yang selanjutnya melakukan
penolakan dan marginalisasi terhadap kecenderungan heterodoksi. Penolakan
penolakan seringkali terjadi pada tingkat represif dari pihak mayoritas kepada
minoritas. Dengan demikian, kaum minoritas sepanjang jalan hidupnya
berhadapan dengan problematika kekuasaan. Protes terus digulirkan seperti bola
salju yang tidak pernah berhenti menggelinding ke berbagai bidang kehidupan
manusia. Akibatnya, lambat laun kaum minoritas menggalang dukungan agar
kelak menjadi mayoritas. Setelah menjadi mayoritas tentu akan ada minoritas-
minoritas lainnya. Demikian seterusnya, sehingga tidak pernah selesai
problematika minoritas dalam realitas seperti tersebut di atas.

C. Menghargai Kaum Minoritas


Menghargai kelompok minoritas merupakan ajaran Islam. Dasarnya
banyak ditemukan di dalam Al-Qur'an dan Hadis, serta banyak dipraktekkan pada
zaman Nabi dan sahabat. Satu contoh
Safwan ibn Sulaiman meriwayatkan sebuah hadis yang menceritakan Nabi
Muhammad Saw pernah bersabda: "Barangsiapa yang mendhalimi seorang
muhad (orang yang pernah melakukan perjanjian damai) atau melecehkan
mereka, membebani beban di luar kesanggupan mereka, atau mengambil
harta tanpa persetujuan mereka, saya akan menjadi lawannya nanti di hari
kiyamat". (HR. Abu Daud).
Hadis ini luar biasa. Nabi dengan begitu tegas memberikan pemihakan
kepada kaum yang tertindas, terdhalimi, dan terlecehkan, tanpa membedakan jenis
kelamin, etnik, agama, dan kepercayaan. Hadis ini sebenarnya sejalan dengan

4
semangat ayat: Walaqad karramna Bani Adam (Dan sesungguhnya telah Kami
muliakan anak-anak Adam). (Q.S. Al-Isra’/17:70).
Yang manarik dari hadis dan pengalaman shabat Nabi di atas ialah
pemberian bantuan dan pertolongan di dalam Islam ialah lintas agama dan
budaya. Bantuan dan pertolongan dari umat Islam bukan hanya diaddreskan ke-
pada kelompok muslim tetapi juga kepada kelompok non-muslim, sebagaimana
ditunjukkan oleh Nabi dan Khulafaur Rasyidin, khususnya Umar ibn Khaththab.
Kemiskinan dan keterbelakangan itu tidak hanya terjadi di kalangan umat Islam
tetapi juga oleh kelompok agama lain. Siapapun mereka jika memerlukan bantuan
dan pertolongan punya hak untuk dibantu, walaupun harus diambilkan dari kas
Negara (Bait al-Mal), sebagaimana ditunjukkan oleh Umar ibn Khaththab.2
Di dalam kitab-kitab fikih banyak dibahas tentang fikih minoritas.
Salahsatu kewajiban umat Islam terhadap umat manusia, tanpa membedakan
agama dan etniknya, ialah menyelamatkan mereka dari lokasi musibah dan
penderitaan.

D. Hadis Pendidikan Kaum Minoritas


1. Bunyi Hadis Pendidikan Kaum Minoritas

Artinya:
Sa’id bin Manshur, Abu ar-Rabi’ al-’Ataki, dan Qutaibah bin Sa’id
menuturkan kepada kami. Mereka mengatakan; Hammad (yaitu Ibnu Zaid)
menuturkan kepada kami dari Ayyub dari Abu Qilabah dari Abu Asma’ dari
Tsauban, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan senantiasa ada sekelompok orang di antara umatku yang menang di

2
L.Carl Brown dalam Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas Fiqh al-Aqalliyat dan
Evolusi Maqashid al- Syari’ah dari Konsep ke Pendekatan (Yogyakarta: LKiS, 2010), hal. 41

5
atas kebenaran, tidaklah membahayakan mereka orang lain yang menyia-
nyiakan mereka hingga datang ketetapan Allah sementara mereka
senantiasa berada dalam keadaan demikian.” Sedangkan di dalam
haditsnya Qutaibah tidak disebutkan kata-kata, “Sementara mereka
senantiasa berada dalam keadaan demikian.” (HR. Muslim)

2. Pohon Hadis

6
3. Sumber Hadis
 Hadis riwayat Muslim
 Hadis dalam Kitab al-Imarah
 Hadis no. 1920.
 Lihat Syarh Nawawi [6/544]

4. Takhrij Hadis
 Tsauban hampir selalu bersama Nabi di rumah atau dalam perjalanan.
Setelah Nabi wafat, Tsauban tinggal selama beberapa tahun di Suriah dan
kemudian untuk beberapa waktu di Mesir. Ia juga hadir pada saat
kemenangan di Mesir. Tsauban akhirnya meninggal dunia pada usia 51
tahun
 Abu Qilabah merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang banyak
meriwayatkan hadits. Nama lengkapnya adalah 'Abdullah bin Zaid al-
Jarmi. Sepanjang hayatnya, sosok dari Basrah tersebut dikenal sebagai ahli
ibadah yang zuhud. Ia wafat di Suriah pada tahun 104 hijriah.
 Abu Ayyub al-Anshari (‫ )أبو أي وب األنص اري‬adalah seorang sahabat Nabi
Muhammad yang paling tua sekali. Di antara kemuliaannya adalah
singgahnya Nabi Muhammad selama kurang lebih tujuh bulan di
rumahnya ketika datang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Abu Ayyub al-
Anshari meninggal pada tahun 52 H di usia 80 tahun sebagai
seorang mujahid..
 Hammad bin Zayd (98 - 179 Hijriri) nama lengkanya Hammad bin Zayd
bin Dirhm, budak yang dibebaskan dari keluarga Jareer bin Haazm al-
Jahdami. Kunyahnya Abu Ismaeel dan berjulukan al-Azraq.

5. Hadis Pendukung
Shahih Al-Bukhari hadits nomor 7311

7
‫ َع ِن‬،‫س‬ ٍ ‫ َع ۡن قَ ۡي‬،‫ َما ِعي َل‬WWW‫ َع ۡن ِإ ۡس‬:‫ى‬WWW‫وس‬
َ ‫ ُد هللاِ ۡب ُن ُم‬WWW‫ َّدثَنَا ُعبَ ۡي‬WWW‫ َح‬- ٧٣١١
،‫ين‬ َ ‫ (اَل يَ َزا ُل طَاِئفَةٌ ِم ۡن ُأ َّمتِي‬:‫ال‬
َ ‫ظا ِه ِر‬ َ َ‫ َع ِن النَّبِ ِّي ﷺ ق‬،َ‫ير ِة ۡب ِن ُش ۡعبَة‬ َ ‫ۡال ُم ِغ‬
 .]٣٦٤٠ :‫ [طرفه في‬.)‫ُون‬ َ ‫ظا ِهر‬ َ ۡ‫َحتَّى يَ ۡأتِيَهُمۡ َأمۡ ُر هللاِ َوهُم‬

7311. ‘Ubaidullah bin Musa telah menceritakan kepada kami dari Isma’il,
dari Qais, dari Al-Mughirah bin Syu’bah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Beliau bersabda, “Ada sekelompok dari umatku senantiasa unggul
(di atas kebenaran) hingga ketetapan Allah datang kepada mereka dalam
keadaan mereka tetap unggul.”

6. Syarah Hadis
Hadits yang mulia ini menunjukkan berbagai pelajaran penting bagi kaum
muslimin, di antaranya :
 Hadis ini menjelaskan tentang Kewajiban mengimani sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan perkara
gaib yang menyangkut perkara yang telah lalu maupun yang akan
datang
 Allah ta’ala menjaga agama ini dari perusakan dan penyimpangan
dengan menghidupkan para pembela kebenaran, meskipun banyak
orang yang memusuhi mereka
 Barisan terdepan pembela kebenaran tersebut adalah para ulama,
terlebih khusus lagi para ulama ahli hadits di sepanjang perjalanan
masa. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, “Seandainya
mereka itu bukanlah ahli hadits maka aku tidak tahu lagi siapa yang
dimaksud dengan mereka itu.” al-Qadhi
‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan ucapan
Ahmad adalah ahlus sunnah wal jama’ah dan orang-orang yang
meyakini madzhab ahli hadits.” (Syarh Nawawi [6/545])
 Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan ahli hadits dan
bahwasanya mengikuti jalan mereka merupakan jalan keselamatan di
tengah badai fitnah dan kerancuan pemahaman yang tersebar di
tengah-tengah umat

8
 Hadits ini juga mengandung perintah untuk tetap istiqomah di atas
kebenaran hingga ajal tiba
 Yang dimaksud dengan datangnya ‘ketetapan Allah’ di
dalam hadits ini adalah bertiupnya angin yang akan mencabut nyawa
setiap mukmin dan mukminah -menjelang kiamat besar- (Syarh
Nawawi [6/544])
 Hadits ini juga membantah orang-orang Liberal dan Pluralis yang
mengatakan bahwa kebenaran itu relatif, bahkan kebenaran itu jelas
dan mutlak yaitu yang bersumber dari al-Kitab dan as-Sunnah dengan
pemahaman yang benar
 Permusuhan antara kebenaran dan kebatilan akan terus berlangsung
hingga menjelang kiamat tiba
 Hidup ini adalah cobaan, barangsiapa yang tetap tegak di atas perintah
Allah dan tidak melarutkan dirinya dalam penyimpangan maka Allah
akan berikan kebahagiaan dan kemenangan yang sejati kepadanya.
 Kewajiban untuk mengimani takdir dan bahwasanya Allah
menghendaki dakwah Sunnah harus menemui berbagai rintangan dan
hambatan
 Hadits ini juga menunjukkan bahwa pendapat dan kemauan orang
bukanlah ukuran kebenaran, namun yang menjadi ukuran adalah
kesesuaian dengan al-Kitab dan as-Sunnah
 Kemenangan yang sejati hanya akan diperoleh oleh orang-orang yang
mengikuti pemahaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
para sahabatnya. Hadits ini juga mengisyaratkan wajibnya kaum
muslimin untuk kembali kepada para ulama Sunnah ketika menghadapi
problematika umat
 Hadits ini juga mengisyaratkan kewajiban untuk menuntut ilmu syar’i
bagi kaum muslimin agar bisa mengetahui mana yang benar dan mana
yang salah.
 Hadits ini juga mengisyaratkan bahwa perselisihan di antara kaum
muslimin merupakan Sunnatullah yang tidak bisa dipungkiri dan

9
sebuah problematika yang hanya bisa diatasi dengan kembali kepada
ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang murni
 Hadits ini juga menunjukkan bahwa di antara ciri kelompok yang
menyimpang adalah kebencian mereka dan permusuhan mereka
kepada para ulama ahli hadits.3
 Hadits ini juga menunjukkan wajibnya bersabar menghadapi tekanan
yang dilancarkan oleh musuh-musuh dakwah salafiyah

3
Taj al-Sirr Ahmad Harran, Hadhira al-Alam al- Islami (Riyad: Maktabah Rusyd, 2007),
hal. 143-147

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kaum minoritas adalah kelompok atau masyarakat yang memiliki jumlah
yang lebih sedikit dibandingkan kelompok masyarakat lain yang memiliki jumlah
yang lebih banyak dan memiliki kekuasaan. Pendidikan kaum minoritas adalah
bimbingan yang untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang
menghargai kaum atau kelompok masyarakat yang lebih sedikit jumlahnya.
Hadis ini menjelaskan tentang Kewajiban mengimani sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menceritakan perkara gaib yang
menyangkut perkara yang telah lalu maupun yang akan dating. Allah ta’ala
menjaga agama ini dari perusakan dan penyimpangan dengan menghidupkan para
pembela kebenaran, meskipun banyak orang yang memusuhi mereka

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1991.

Brown, L.Carl dalam Ahmad Imam Mawardi, Fiqh Minoritas Fiqh al-Aqalliyat
dan Evolusi Maqashid al- Syari’ah dari Konsep ke Pendekatan.
Yogyakarta: LKiS, 2010.

Taj al-Sirr Ahmad Harran, Hadhira al-Alam al- Islami. Riyad: Maktabah Rusyd,
2007.

12

Anda mungkin juga menyukai