Anda di halaman 1dari 7

NAMA : Febrytha Nayla Rossenda

NIM : 2115401008
KELAS : Reguler 1 Tingkat 2
PRODI : D-III Kebidanan Tanjungkarang

1. Masalah Kesehatan
a. Obesitas
Di Indonesia 13,5% orang dewasa usia 18 tahun ke atas kelebihan berat badan,
sementara itu 28,7% mengalamai obesitas (IMT > 25) dan berdasarkan indicator
RPJMN 2015-2019 sebanyak 15,4% mengalami obesitas (IMT . 27). Sementara
pada anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8%
mengalami obesitas.
Data terakhir situasi obesitas menunjukkan belum terkendali, berdasarkan
SIRKESNAS 2016, angka IMT > 27 naik menjadi 20,7% sementara obesitas
dengan IMT > 25 menjadi 33,5%.

Sumber: FactSheet Obesitas Kit Informasi Obesitas Kemenkes RI

b. Kanker
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan
adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per
1000 penduduk pada tahun 2018. Sedangkan data Global Burden of Cancer Study
(Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat, total kasus kanker di
Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511
kasus.
Berdasarkan grafik dibawah kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi
di Indonesia sebesar 65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker.
Kanker serviks (leher rahim) menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus
atau 9,2% dari total kasus kanker. Kanker paru-paru menyusul di urutan ketiga
dengan jumlah 34.783 kasus (8,8% dari total kasus), lalu kanker hati sejumlah
21.392 kasus (5,4% dari total kasus), dan kanker nasofaring (area di sebelah atas
bagian belakang tenggorokan) sejumlah 19.943 kasus (5% dari total kasus).
Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada
pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian
tertinggi di Indonesia untuk laki - laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per
100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk, yang
diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata
kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan
yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1 per 100.000 penduduk
dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim
sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000
penduduk.
Sumber: https://rsprespira.jogjaprov.go.id/kanker-dan-serba-serbinya-hari-
kanker-sedunia-2022/ dan https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/866/hari-
kanker-sedunia-tahun-2022-close-the-care-
gap#:~:text=Angka%20kejadian%20penyakit%20kanker%20di,di%20Asia%20ur
utan%20ke%2023. dan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/11/kanker-payudara-penyakit-
kanker-paling-banyak-dialami-masyarakat-indonesia

c. Hipertensi
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 prevalensi hipertensi di
Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 260 juta adalah 34,1%. Provinsi Banten
pada tahun 2019, persentase yang mengalami hipertensi sebesar 29,47%.
(Kemenkes RI, 2018; Ministry, 2018)
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menyatakan prevalensi hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia ≥18 tahun sebesar 34,1%,
tertinggi di Kalimantan Selatan (44.1%), sedangkan terendah di Papua
sebesar (22,2%). Estimasi jumlah kasus hipertensi di Indonesia sebesar
63.309.620 orang, sedangkan angka kematian di Indonesia akibat hipertensi
sebesar 427.218 kematian.

Sumber: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat: Program Intervensi Pencegahan


Peningkatan Kasus Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindang Jaya dan
https://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/hari-hipertensi-sedunia dan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/09/24/hipertensi-jadi-penyakit-
penyerta-tertinggi-kematian-covid-19-indonesia
d. Jantung
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukan tren
peningkatan penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018.
Tercatat, ada 11 provinsi yang memiliki prevalensi penyakit jantung di atas rata-
rata nasional tersebut. Kalimantan Utara memiliki prevalensi penyakit jantung
tertinggi di Indonesia sebesar 2,2%.
DI Yogyakarta dan Gorontalo menyusul dengan prevalensi penyakit jantung
masing-masing sebesar 2%. Kemudian, Kalimantan Timur, DKI Jakarta, dan
Sulawesi Tengah masing-masing memiliki prevalensi penyakit jantung sebesar
1,9%. Kemudian, prevalensi penyakit jantung di Sulawesi Utara sebesar 1,8%.
Sementara itu, sebesar masing-masing 1,6% prevalensi penyakit jantung berasal
dari Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Adapun prevalensi penyakit jantung terendah di Indonesia yakni berada di Nusa
Tenggara Timur. Prevalensinya yakni sebesar 0,7%.
Sumber:https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-
media/20220929/0541166/penyakit-jantung-penyebab-utama-kematian-
kemenkes-perkuat-layanan-primer/ dan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/01/26/prevalensi-penyakit-
jantung-di-provinsi-ini-paling-tinggi-di-indonesia

e. Diabetes
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan jumlah penderita diabetes
di Indonesia dapat mencapai 28,57 juta pada 2045. Jumlah ini lebih besar 47%
dibandingkan dengan jumlah 19,47 juta pada 2021.
Jumlah penderita diabetes pada 2021 tersebut meningkat pesat dalam sepuluh tahun
terakhir. Penderita diabetes tercatat meroket 167% dibandingkan dengan jumlah
penderita diabetes pada 2011 yang mencapai 7,29 juta.
Peningkatan jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan
antara 2000 hingga 2011. Dalam periode tersebut, jumlah penderita diabetes
meningkat 29% dari 5,65 juta pada 2000.
Pada 2021, jumlah kematian yang diakibatkan oleh diabetes di Indonesia mencapai
236.711. Jumlah ini meningkat 58% jika dibandingkan dengan 149.872 pada 2011
lalu.
Secara umum, IDF memperkirakan jumlah penderita diabetes di dunia dapat
mencapai 783,7 juta orang pada 2045. Jumlah ini meningkat 46% dibandingkan
jumlah 536,6 juta pada 2021.

Sumber:https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/11/24/jumlah-penderita-
diabetes-di-indonesia-diproyeksikan-capai-2857-juta-pada-2045
2. Masalah Pada Ibu Hamil
a. Anemia
Indonesia kejadian anemia pada ibu hamil cenderung mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi anemia
ibu hamil sebesar 37,1% meningkat menjadi 48,9% di tahun 2018. Hasil Riskesdas
tahun 2018 juga menunjukkan bahwa 84,6% ibu hamil yang berumur kurang dari
25 tahun mengalami anemia dan 57,6% ibu hamil yang berumur lebih dari atau
sama dengan 35 tahun mengalami anemia (Kemenkes RI, 2018).
Kemudian prevalensi anemia pada ibu hamil di Sulawesi Tenggara tahun 2020
sebesar 10,5% dimana prevalensi tertinggi adalah di Kabupaten Muna sebesar
40,69%, Kabupaten Buton sebesar 23,5% dan Kabupaten Muna Barat sebesar
20,3% (Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara, 2020).
Sumber: Jurnal Ilmiah Obsgin Ilmu Kebidanan dan Kandungan: Analisis Faktor
Risiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

b. Kehamilan dengan KEK


Riskesdes Tahun 2018 mengemukakan persentase Kurang Energi Kronis pada ibu
hamil di Indonesia berdasarkan umur (tahun) 15-19 tahun 33,5%,20-24 tahun
23,3%,25-29 tahun 16,7%,30-34 tahun 12,3%,35-39 tahun 8,5%,40-44 tahun
6,5%,45-49 tahun 11,1% (Riskesdes, 2018)
Persentase Kurang Energi Kronis pada ibu hamil di Sulawesi Selatan sebanyak
17,2% hal ini menunjukkan bahwa persentase Kurang Energi Kronis pada ibu hamil
di Sulawesi Selatan masih tinggi (Riskesdes , 2018).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Barru persentase ibu hamil
KEK di dapatkan 16,75%. Data yang di peroleh dari Puskesmas Ralla, persentase
ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK) mencapai 32,92% (105) orang dalam kurun
waktu 1 tahun yaitu pada tahun 2019.
Sumber: Jurnal Ilmiah: Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kenaikan Berat
Badan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kronis Di Puskesmas Ralla Kabupaten
Barru Oleh Rismawati, dkk.
c. Diabetes Mellitus
Prevalensi Diabetes Mellitus Gestasional di Indonesia sebanyak 1,9-3,6% pada
kehamilan, sedangkan prevalensi ibu hamil dengan riwayat keluarga sebanyak
1,5%. Sekitar 3-5% ibu hamil yang mengalami Diabetes Mellitus setiap tahunnya.
Prevalensi diabetes yang tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur (2,3%) (Riskesdes, 2017).

d. Hipertensi pada Kehamilan (preeklampsi)


Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2017, dalam sehari
ada empat ibu di Indonesia yang meninggal akibat melahirkan, dengan kata lain,
ada satu ibu yang meninggal setiap enam jam. Angka ini menempatkan Indonesia
dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi kedua di Asia Tenggara. Urutan
pertama adalah Negara Laos dengan 359/100.000 KH. Bila dibandingkan dengan
Singapura dan Malaysia, AKI di Indonesia masih sangat besar. Negara Singapura,
AKI pada tahun 2015 adalah 7/100.000 KH, sedangkan Malaysia adalah 24/100.000
KH (WHO, 2015).
Penyebab kematian ibu yang paling umum di Indonesia yaitu perdarahan 28%,
preeklampsi/eklampsi 24% dan infeksi 11% (WHO, 2015).
Sumber: Jurnal Ilmiah: Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Preeklampsia Pada Ibu Hamil Trimester III Program Studi S1 Kebidanan, Fakultas
Kebidanan Dan Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang.

3. Masalah Pada Anak


a. Stunting
Target prevalensi stunting pada Balita untuk tahun 2020 adalah 24,1% (5.543.000
Balita), sementara laporan ePPGBM SIGIZI (per tanggal 20 Januari 2021) dari 34
provinsi menunjukkan bahwa dari 11.499.041 balita yang diukur status gizinya
berdasarkan tinggi badan menurut umur (TB/U) terdapat 1.325.298 balita dengan
TB/U <-2 SD atau dapat dikatakan 11,6% balita mengalami stunting. Dari
perhitungan tersebut diketahui bahwa indikator persentase balita stunting
melampaui target yang telah ditetapkan. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa
pencapaian persentase stunting tahun ini on track.

Dari grafik tersebut terlihat bahwa provinsi dengan persentase balita stunting
terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung sebesar 4.6%, sementara Nusa
Tenggara Timur adalah provinsi dengan prevalensi balita stunting tertinggi, yaitu
24,2%. Kondisi tersebut sejalan dengan hasil survey Riskesdas tahun 2018 yang
menunjukkan bahwa provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk ke dalam
provinsi dengan prevalensi balita stunting terendah begitu pula dengan provinsi
NTT yang masuk dalam kelompok provinsi dengan persentase balita stunting yang
cukup tinggi.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan,
prevalensi stunting Balita Indonesia mencapai 24,4% pada 2021. Artinya, hampir 1
dari 4 Balita mengalami stunting. Dengan demikian prevalensi stunting Indonesia
termasuk dalam kelompok sedang menurut standar World Health Organizations
(WHO).
Di beberapa provinsi, prevalensi stunting balita bahkan masih berada di atas
30%.Provinsi tersebut adalah Nusa Tenggara Timur/NTT dengan prevalensi
stunting sebesar 37,8%, Sulawesi Barat sebesar 33,8%, Aceh sebesar 33,2%, Nusa
Tenggara Barat/NTB sebesar 31,4%, Sulawesi Tenggara sebesar 30,2%, serta
Kalimantan Selatan sebesar 30%.
Sedangkan prevalensi di Provinsi Bali, DKI Jakarta, dan Daerah Istimewa
Yogyakarta tercatat paling rendah. Ini terlihat dari peta wilayahnya terlihat paling
terang dibandingkan dengan provinsi lainnya.
Prevalensi stunting Balita di Indonesia terus menunjukkan tren turun. Pada 2018,
prevalensi Balita stunting masih sebesar 30,8%. Kemudian, turun menjadi 27,7
pada 2019 dan terus turun menjadi 24,4% pada SSGI 2024. Pemerintah bahkan
menargetkan turun menjadi 14% hingga akhir 2024.
Sumber: Laporan Kinerja Kementerian Kesehatan Tahun 2020 dan
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/08/01/prevalensi-balita-stunting-
di-6-provinsi-ini-masih-tinggi

b. Obesitas
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8%. Pada
anak usia 5-12 tahun, sebanyak 18,8% kelebihan berat badan dan 10,8% mengalami
obesitas.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) pada tahun
2018, jumlah anak yang berusia 5-12 tahun mengalami masalah berat badan
berlebih sebesar 18,8 % yang terdiri dari kategori gemuk 10,8 % dan obesitas
sebesar 8,8 %. Pada usia 5-12 tahun juga terdapat masalah kekurusan sebesar 11,2
% terdiri dari 7,2% kurus dan 4,0 % sangat kurus.
Berdasarkan data Riskesdas Kalimantan Selatan (2018) jumlah anak umur 5-12
tahun yang mengalami kegemukan berjumlah 10,91 % dan yang mengalami
obesitas berjumlah 12,69 %.
Sumber: FactSheet Obesitas Kit Informasi Obesitas Kemenkes RI, Jurnal Ilmiah:
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Selama Masa
Pandemi Covid-19 Di Sdn Karang Mekar 9 Kota Banjarmasin dan
https://www.bps.go.id/indicator/30/1761/1/persentase-balita-obesitas-bb-tb-
kelompok-umur-0-59-bulan-menurut-provinsi.html

Anda mungkin juga menyukai