Anda di halaman 1dari 2

REVIEW PEMIKIRAN MIRCEA ELIADE

HAKIKAT DARI YANG SAKRAL

Penyusun Review : Muhammad Rikza Muktafa (22105030050)

Dosen Pengampu : Imas Lu'ul Jannah, M.A. (19940113 000000 2 101)

Mata Kuliah : Islam dan Sosial Humaniora

Lahir di Bucharest, ibukota Rumanira, pada tanggal 9 Maret


1907. Mircea Eliade merupakan anak dari seorang pegawai militer
Rumania. Eliade disebutkan termasuk anak yang introvert di masa
kecilnya, dia menyukai ilmu pengetahuan, sains, sejarah, dan suka
menulis. Dikatakan Eliade muda, pada saat berumur 18 tahun telah
merayakan penerbitan artikel nya yang ke 100.

Saat dewasa, Eliade menempuh studi di Universitas Bucharest


dan Italia, disana Eliade menitik beratkan pada kajian mistik Platonis dari
tokoh tokoh Renaissance Italia. Disanalah dia bertemu dengan seorang
pemikir Hindu dari India yang membuat dia tertarik dan pergi ke India
untuk melakukan pengamatan. Dari hasil kajiannya di India, Eliade
menemukan 3 hal : Pertama, jalan hidup dapat berubah disebabkan
dengan yang dinamakannya pengalaman sakramental. Kedua, simbol
adalah kunci utama memasuki kehidupan spiritual. Ketiga, semua hal
yang disebutkan sebelumnya, hanya dapat dipelajari di anak benua India
(Bengal) karena disana terdapat warisan agama rakyat yang sangat kaya
dan teramat kuat. Diakhir hidupnya, Eliade mendedikasikan diri menjadi
dosen sekaligus professor di Chicago University.

Sejak awal, Eliade memang sudah mengambil jalan yang


berseberangan dengan teori reduksionis (diantara teori ini adalah teori
Freud, Durkheim, dan Marx), sebab teori ini menurut Eliade merupakan
kesalah pahaman paling fatal dalam memahami peranan agama bagi
kehidupan manusia.

Berlawanan dengan teori reduksionis diatas, Eliade


mendukung pendekatan humanistik yang menjabarkan bahwa agama
harus selalu dijelaskan dengan terma-terma agama itu sendiri. Dari sekian
banyak pemikiran yang di tuangkan oleh Mircea Eliade, ada 3 poin yang
perlu benar benar kita perhatikan.

1. Kritik Terhadap Kaum Reduksionisme. Disamping Eliade


mengakui akan faktor psikologis, sosial, dan ekonomi yang
memang berperan penting dalam agama. Eliade menolak keras
akan pendapat yang mengatakan bahwa agama tergantung pada
hal-hal tersebut, apalagi sampai di dominasi olehnya.
2. Komparasi Menyeluruh. Tidak hanya sebatas teoritikus yang
mencoba mengumpulkan data dari berbagai sumber, Eliade
dibilang sangat serius jika dibandingkan dengan teoritikus lainnya.
Tidak berhenti dalam usahanya dalam menjadi sejarawan dalam
pengumpulan data, Eliade juga merupakan sosok yang ambisius
dalam menjadi fenomenolog. Cakupan penilitiannya sangat luas.
Bahkan pasca dia pensiun pun masih terus menulis, diantaranya
adalah sebuah buku besar yang berjudul The History of Religius
Ideas yang hampir diselesaikan sebelum Eliade wafat.
3. Pertentangan Filosofis Kontemporer. Sebagai seorang teoritikus
yang memiliki pengetahuan tentang masa lalu, Eliade berusaha
menggambarkan isu-isu filosofis yang ada (di masa lalu) dalam
masyarakt masa kini (kontemporer).

Pada akhirnya, pertentangan pertentangan teori akan


masyarakat dan agama yang terjadi di berbagai era, dan dibahas oleh
banyak sekali antropolog maupun filsuf selalu menuai banyak sekali
perbedaan dan kritik. Karena memang pada dasarnya masyarakat dan juga
agama merupakan sesuatu hal yang bersifat abstrak, dan tidak pasti.
Berbeda halnya dengan matematika dan sains, yang paten dan mutlak.

Sebagai manusia, seharusnya kita menyadari akan satu hal,


akan esensi agama dan masyarakat itu sendiri, baik melalui pendapat kita,
ataupun para ahli yang telah mengkajinya. Alangkah baiknya jika apa
yang telah kita pelajari tersebut, dapat membawa efek positif dalam
aplikasinya kelak di kehidupannya bersama masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai