0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan2 halaman
Mircea Eliade adalah seorang filsuf dan sejarawan agama Rumania yang mengkaji mistisisme dan simbolisme agama. Ia menolak pendekatan reduksionis terhadap agama dan mendukung pendekatan humanistik yang menjelaskan agama dalam konteks agama itu sendiri. Eliade memandang pentingnya pengalaman sakral dan simbol dalam kehidupan spiritual manusia.
Mircea Eliade adalah seorang filsuf dan sejarawan agama Rumania yang mengkaji mistisisme dan simbolisme agama. Ia menolak pendekatan reduksionis terhadap agama dan mendukung pendekatan humanistik yang menjelaskan agama dalam konteks agama itu sendiri. Eliade memandang pentingnya pengalaman sakral dan simbol dalam kehidupan spiritual manusia.
Mircea Eliade adalah seorang filsuf dan sejarawan agama Rumania yang mengkaji mistisisme dan simbolisme agama. Ia menolak pendekatan reduksionis terhadap agama dan mendukung pendekatan humanistik yang menjelaskan agama dalam konteks agama itu sendiri. Eliade memandang pentingnya pengalaman sakral dan simbol dalam kehidupan spiritual manusia.
Lahir di Bucharest, ibukota Rumanira, pada tanggal 9 Maret
1907. Mircea Eliade merupakan anak dari seorang pegawai militer Rumania. Eliade disebutkan termasuk anak yang introvert di masa kecilnya, dia menyukai ilmu pengetahuan, sains, sejarah, dan suka menulis. Dikatakan Eliade muda, pada saat berumur 18 tahun telah merayakan penerbitan artikel nya yang ke 100.
Saat dewasa, Eliade menempuh studi di Universitas Bucharest
dan Italia, disana Eliade menitik beratkan pada kajian mistik Platonis dari tokoh tokoh Renaissance Italia. Disanalah dia bertemu dengan seorang pemikir Hindu dari India yang membuat dia tertarik dan pergi ke India untuk melakukan pengamatan. Dari hasil kajiannya di India, Eliade menemukan 3 hal : Pertama, jalan hidup dapat berubah disebabkan dengan yang dinamakannya pengalaman sakramental. Kedua, simbol adalah kunci utama memasuki kehidupan spiritual. Ketiga, semua hal yang disebutkan sebelumnya, hanya dapat dipelajari di anak benua India (Bengal) karena disana terdapat warisan agama rakyat yang sangat kaya dan teramat kuat. Diakhir hidupnya, Eliade mendedikasikan diri menjadi dosen sekaligus professor di Chicago University.
Sejak awal, Eliade memang sudah mengambil jalan yang
berseberangan dengan teori reduksionis (diantara teori ini adalah teori Freud, Durkheim, dan Marx), sebab teori ini menurut Eliade merupakan kesalah pahaman paling fatal dalam memahami peranan agama bagi kehidupan manusia.
Berlawanan dengan teori reduksionis diatas, Eliade
mendukung pendekatan humanistik yang menjabarkan bahwa agama harus selalu dijelaskan dengan terma-terma agama itu sendiri. Dari sekian banyak pemikiran yang di tuangkan oleh Mircea Eliade, ada 3 poin yang perlu benar benar kita perhatikan.
1. Kritik Terhadap Kaum Reduksionisme. Disamping Eliade
mengakui akan faktor psikologis, sosial, dan ekonomi yang memang berperan penting dalam agama. Eliade menolak keras akan pendapat yang mengatakan bahwa agama tergantung pada hal-hal tersebut, apalagi sampai di dominasi olehnya. 2. Komparasi Menyeluruh. Tidak hanya sebatas teoritikus yang mencoba mengumpulkan data dari berbagai sumber, Eliade dibilang sangat serius jika dibandingkan dengan teoritikus lainnya. Tidak berhenti dalam usahanya dalam menjadi sejarawan dalam pengumpulan data, Eliade juga merupakan sosok yang ambisius dalam menjadi fenomenolog. Cakupan penilitiannya sangat luas. Bahkan pasca dia pensiun pun masih terus menulis, diantaranya adalah sebuah buku besar yang berjudul The History of Religius Ideas yang hampir diselesaikan sebelum Eliade wafat. 3. Pertentangan Filosofis Kontemporer. Sebagai seorang teoritikus yang memiliki pengetahuan tentang masa lalu, Eliade berusaha menggambarkan isu-isu filosofis yang ada (di masa lalu) dalam masyarakt masa kini (kontemporer).
Pada akhirnya, pertentangan pertentangan teori akan
masyarakat dan agama yang terjadi di berbagai era, dan dibahas oleh banyak sekali antropolog maupun filsuf selalu menuai banyak sekali perbedaan dan kritik. Karena memang pada dasarnya masyarakat dan juga agama merupakan sesuatu hal yang bersifat abstrak, dan tidak pasti. Berbeda halnya dengan matematika dan sains, yang paten dan mutlak.
Sebagai manusia, seharusnya kita menyadari akan satu hal,
akan esensi agama dan masyarakat itu sendiri, baik melalui pendapat kita, ataupun para ahli yang telah mengkajinya. Alangkah baiknya jika apa yang telah kita pelajari tersebut, dapat membawa efek positif dalam aplikasinya kelak di kehidupannya bersama masyarakat.