Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA FLUIDA II – TL2201


MODUL 07
HIDROLIKA SUNGAI

Nama Praktikan : Zakia Ainun


NIM : 15320061
Kelompok/Shift : 6/A
Tanggal Praktikum : 21 April 2022
Tanggal Pengumpulan : 30 April 2022
PJ Modul : 1. Sharnella Janet Yapfrine (15318086)
2. Vito Sami Fauzan (15319119)
Asisten : 1. Nur Latifa Ristiaramdani (15318028)
2. Nadia Yasmin (15319063)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
I. Tujuan
1. Menentukan profil distribusi kecepatan di seluruh penampang
sungai dalam bentuk 2D dan 3D
2. Menentukan penampang melintang sungai
3. Menentukan jari-jari hidrolis sungai
4. Menentukan debit sungai menggunakan velocity area method

II. Data Awal


Data awal yang didapatkan pada saat melakukan praktikum Modul 07
akan dituliskan pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Data Awal Velocity Area Method

Lebar sungai (m) 0,823


Segmen 1 2 3
Titik Segmen ABC CDE EFG
Titik Tengah Segmen B D F
Lebar segmen (x,m) 0,2743 0,2743 0,2743
Kedalaman sisi kiri (Di, m) 0,006 0,12 0,12
Kedalaman sisi kanan (Dii, m) 0,12 0,12 0,016
Kedalaman sisi tengah segmen (H, m) 0,092 0,122 0,069
0,6 H 0,075 0,075 0,075
vH Putaran (R) 41,333 103,333 128,667
N0,6H (rps)
(m/s) Waktu (s) 30 30 30

III. Pengolahan Data


3.1 Menentukan Panjang Melintang Sungai
Data panjang melintang sungai dapat dihitung menggunakan
persamaan di bawah ini.
𝑚 = [(𝐷𝑖𝑖 − 𝐷𝑖)2 + 𝑥 2 ]0,5
di mana m merupakan panjang melintang sungai dalam satuan meter,
Dii merupakan kedalaman di sisi kanan dalam satuan meter, Di
merupakan kedalaman di sisi kiri dalam satuan meter, dan x adalah lebar
segmen dalam satuan meter.
Berdasarkan persamaan di atas, panjang melintang sungai pada
segmen 1 dapat dihitung. Berikut ini perhitungannya.
𝑚1 = [(0,12 − 0,006)2 + (0,2743)2 ]0,5
𝑚1 = 0,297077 𝑚
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan panjang melintang untuk segmen
kedua dan ketiga adalah 0,274333 m dan 0,293385 m.
Panjang melintang total didapatkan dengan menjumlahkan panjang
melintang tiap segmen, berikut ini perhitungannya.
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,297077 𝑚 + 0,274333 𝑚 + 0,293385 𝑚
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,864795
3.2 Menentukan Luas Penampang Sungai
Data luas penampang sungai tiap segmen dapat dihitung
menggunakan persamaan di bawah ini.
(𝐷𝑖 + 𝐷𝑖𝑖)𝑥
𝐴𝑖 = [ ]
2
di mana Ai merupakan luas penampang sungai tiap segmen dalam
satuan meter persegi, Dii merupakan kedalaman di sisi kanan dalam
satuan meter, Di merupakan kedalaman di sisi kiri dalam satuan meter,
dan x adalah lebar segmen dalam satuan meter.
Berdasarkan persamaan di atas, luas penampang sungai pada
segmen 1 dapat dihitung. Berikut ini perhitungannya.
(0,006 + 0,12) × 0,2743
𝐴1 = [ ]
2
𝐴1 = 0,017283 𝑚2
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan luas penampang sungai untuk
segmen kedua dan ketiga adalah 0,03292 m2 dan 0,018655 m2.
Luas penampang sungai total didapatkan dengan menjumlahkan
luas penampang tiap segmen, berikut ini perhitungannya.
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,017283 𝑚2 + 0,03292 𝑚2 + 0,018655 𝑚2
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,864795
3.3 Menentukan Kecepatan Propeller
Data kecepatan putaran propeller di tiap segmen dapat dihitung
menggunakan persamaan di bawah ini.
𝑅
𝑁=
𝑡
Berdasarkan persamaan di atas, berikut ini perhitungan kecepatan
propeller pada segmen 1.
41,333
𝑁1 =
30
𝑁1 = 1,3778 𝑟𝑝𝑠
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan kecepatan propeller untuk segmen
kedua dan ketiga adalah 3,4444 rps dan 4,2889 rps.
3.4 Kecepatan pada Kedalaman Tertentu
Data kecepatan pada kedalaman tertentu di tiap segmen dapat
dihitung menggunakan persamaan di bawah ini.
𝑣𝐻 = (0,1023 × 𝑁) + 0,016, 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑁 ≤ 9,33
𝑣𝐻 = (0,1008 × 𝑁) + 0,030, 𝑗𝑖𝑘𝑎 9,33 ≤ 𝑁 ≤ 19,54
Sehingga dengan menggunakan data kecepatan putaran propeller
pada segmen 1 dengan nilai kedalaman 0,6 dari titik tengah segmen
kurang dari 9,33, maka perhitungannya adalah sebagai berikut.
𝑣0,6𝐻 = (0,1023 × 1,3778) + 0,016
𝑣0,6𝐻 = 0,156947 𝑚/𝑠
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan kecepatan pada kedalaman 0,6 dari
titik tengah segmen kedua dan ketiga adalah 0,368367 m/s dan 0,454753
m/s.
Oleh karena data kecepatan pada kedalaman 0,2 dan 0,8 dari titik
tengah segmen tidak ada, maka nilai kecepatan rata-rata tiap segmen
sama dengan nilai kecepatan pada kedalaman 0,6 dari titik tengah
segmen.
3.5 Menentukan Error
Perhitungan error didapatkan dari persamaan di bawah ini.
𝑣𝑟 − 𝑣2
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100%
𝑣𝑟
di mana vr merupakan kecepatan rata-rata dalam satuan m/s dan v2
merupakan kecepatan pada titik 0,6 H.
Berdasarkan persamaan di atas, perhitungan error pada segmen 1
adalah sebagai berikut.
0,156947 − 0,156947
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = × 100%
0,156947
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0%
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan error untuk segmen kedua dan
ketiga adalah 0%.
3.6 Menentukan Debit Sungai
Data debit sungai pada tiap segmen dapat dihitung menggunakan
persamaan di bawah ini.
𝑄𝑖 = 𝐴 × 𝑣𝑟
di mana A merupakan luas penampang tiap segmen dalam satuan meter
persegi dan vr merupakan kecepatan rata-rata dalam satuan m/s.
Berdasarkan persamaan di atas, debit sungai pada segmen 1 dapat
dihitung. Berikut ini perhitungannya.
𝑄1 = 0,017283 𝑚2 × 0,156947 𝑚/𝑠
𝑄1 = 0,002712509 𝑚3 /𝑠
Untuk segmen kedua dan ketiga dilakukan perhitungan yang sama
seperti di atas, sehingga didapatkan debit untuk segmen kedua dan
ketiga adalah 0,012126631 m3/s dan 0,008483272 m3/s.
Debit sungai total didapatkan dengan menjumlahkan debit tiap
segmen, berikut ini perhitungannya.
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,002712509 + 0,012126631 + 0,008483272
𝑄𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 0,023322412 𝑚3 /𝑠
3.7 Menentukan Jari-Jari Hidrolis
Jari-jari hidrolis dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah
ini.
𝐴𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑅ℎ =
𝑚𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
di mana A merupakan luas penampang sungai total dalam satuan meter
persegi dan m merupakan panjang melintang total dalam satuan meter.
Berdasarkan persamaan di atas, jari-jari hidrolis sungai dapat
dihitung. Berikut ini perhitungannya.
0,068858 𝑚2
𝑅ℎ =
0,864795 𝑚
𝑅ℎ = 0,079623 𝑚

IV. Data Akhir


Berikut ini tabel data akhir yang merupakan data-data hasil pengolahan
data pada bagian sebelumnya.
Tabel 4.1 Data Akhir Perhitungan Velocity Area Method

Segmen 1 2 3
Titik segmen ABC CDE EFG
Titik tengah segmen B D F
Lebar segmen (x,m) 0,2743 0,2743 0,2743
Jarak ke titik tengah segmen (xH, m) 0,137167 0,4115 0,685833
Kedalaman sisi kiri (Di, m) 0,006 0,12 0,12
Kedalaman sisi kanan (Dii, m) 0,12 0,12 0,016
Kedalaman sisi tengah segmen (H, m) 0,092 0,122 0,069
0,6 H 0,075 0,075 0,075
Panjang melintang sungai (m, m) 0,297077 0,274333 0,293385
Luas tiap segmen (Ai, m2) 0,017283 0,03292 0,018655
N0,6H (rps) 1,3778 3,4444 4,2889
Kecepatan di Kedalaman Tertentu (v0,6H)
0,156947 0,368367 0,454753
(m/s)
Kecepatan rata-rata (vr) (m/s) 0,156947 0,368367 0,454753
Error 2 (%) 0 0 0
Debit (Qsegmen) (m3/s) 0,002712509 0,012126631 0,008483272
Debit Total (Qtotal) (m3/s) 0,023322412
Luas Penampang Total (Atotal) (m2) 0,068858
Panjang Melintang Total (mtotal) (m) 0,864795
Jari-jari hidrolis (Rh) (m) 0,079623

V. Analisis A
5.1 Analisis Cara Kerja
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran sungai menggunakan
metode velocity area method. Langkah yang dilakukan pertama kali
adalah suhu awal fluida pada aliran sungai diukur. Selanjutnya sebuah
tali dibentangkan pada penampang melintang menyebrangi sungai
dengan cara merawas. Lalu, penampang sungai dibagi menjadi tiga
segmen dengan lebar tiap segmen adalah sama, yaitu sebesar 0,274333
meter. Selanjutnya kedalaman pada tiap segmen diukur, yaitu
kedalaman di sisi kiri, kedalaman di sisi kanan, dan kedalaman di tengah
segmen. Data kedalaman di sisi kanan dan kiri segmen nantinya
digunakan dalam perhitungan penampang aliran sungai, sedangkan data
kedalaman di tengah segmen akan digunakan untuk pengukuran
kecepatan aliran sungai. Kecepatan aliran pada sungai diukur
menggunakan currentmeter tipe propeller pada tiap segmen yang
dilakukan pada titik kedalaman 0,2, 0,6, dan 0,8 dari titik tengah
segmen. Namun, karena sungai yang diukur hanya berbentuk model
sungai, maka kecepatan propeller yang diukur hanya pada titik
kedalaman 0,6 dari titik tengah segmen saja. Pengukuran kecepatan
seharusnya dilakukan pada 3 titik kedalaman tersebut agar hasil
percobaan yang didapat lebih akurat dan presisi. Propeller harus
diletakkan dengan menghadap ke hilir sungai dan beberapa hal yang
harus diperhatikan adalah:
1. Posisi pengukur harus berada di hilir alat pengukur dan tidak
boleh menyebabkan berubahnya garis aliran pada jalur vertical
yang diukur.
2. Posisi alat ukur harus berada di depan pengukur agar tidak
mengganggu aliran sungai (BSN, 2015)
Besar kecepatan yang diukur pada propeller memiliki satuan rotasi
per detik (rps). Jika pengukuran kecepatan sudah selesai, langkah
terakhir adalah suhu akhir fluida pada aliran sungai diukur kembali.
5.2 Analisis Grafik
5.2.1 Grafik Penampang Melintang Sungai
Berikut ini grafik penampang melintang sungai, yaitu grafik
kedalaman terhadap bentang sungai.

Bentang Sungai (m)


0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
0

0,02

0,04
Kedalaman (m)

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

Grafik 5.2.1.1 Grafik Penampang Melintang Sungai


Pada grafik di atas dapat dilihat fluktuasi kedalaman sungai
pada segmen 1, 2, dan 3. Pada segmen 1, semakin besar bentang
sungai, maka semakin besar juga kedalaman. Pada segmen 2, yaitu
di bagian tengah sungai kedalaman relatif konstan, tidak ada
perubahan yang signifikan. Selanjutnya pada segmen 3, semakin
besar bentang sungai, maka kedalaman akan semakin mengecil.
Grafik ini sudah sesuai dengan kontur sungai yang diukur pada saat
percobaan.
Selain itu, grafik ini dapat dibandingkan dengan penampang
melintang sungai menurut referensi sebagai berikut.
Gambar 5.2.1.2 Penampang Melintang Sungai Ideal
Sumber: personal.utdallas.edu
Berdasarkan referensi, pada tepi-tepi sungai kedalaman akan
lebih dangkal, sedangkan pada bagian tengah, kedalaman sungai
akan semakin dalam. Hal ini dikarenakan pada bagian tengah tidak
begitu dipengaruhi oleh daratan. Proses sedimentasi lebih sedikit
terjadi dan energi aliran tidak perlu melakukan erosi lateral, hanya
ke dasar sungai saja. Antara penampang melintang sungai percobaan
dengan referensi sudah cukup sesuai sehingga data yang dihasilkan
oleh praktikan cukup akurat.
5.2.2 Grafik Kecepatan terhadap Bentang Sungai
Berikut ini grafik kecepatan pada titik kedalaman 0,6 dari
titik tengah segmen terhadap bentang sungai.
0,5

0,45

0,4

Kecepatan 0,6H (m/s)


0,35

0,3

0,25

0,2

0,15

0,1

0,05

0
0,137166667 0,4115 0,685833333
Bentang Sungai (m)

Gambar 5.2.2.1 Grafik Kecepatan terhadap Bentang Sungai


Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui kecepatan
tertinggi berada di segmen 3 dengan kecepatannya sebesar
0,4547533 m/s, selanjutnya kecepatan menurun pada segmen 2 yaitu
sebesar 0,3683667 m/s, dan menurun lagi di segmen 1 dengan
kecepatan sebesar 0,15694667 m/s. Hasil ini kurang sesuai dengan
referensi yang seharusnya kecepatan tertinggi berada di segmen 2.
Pada segmen 1 dan 3 kecepatan seharusnya lebih kecil daripada
segmen 2 dikarenakan pada kedua segmen tersebut dekat dengan
dinding sungai sehingga akan terjadi gesekan yang akan
menurunkan kecepatan. Sedangkan segmen 2 berada di posisi tengah
yang jauh dengan dinding sungai sehingga seharusnya memiliki
kecepatan yang paling tinggi karena tidak adanya gesekan dengan
dinding sungai. Perbedaan antara hasil dengan referensi ini
merupakan kesalahan yang akan dianalisis pada bagian selanjutnya.
5.2.3 Kontur Distribusi Kecepatan Aliran Sungai
Berikut ini kontur distribusi kecepatan aliran sungai dalam
bentuk 2D dan 3D yang dibentuk menggunakan aplikasi Surfer.
Gambar 5.2.3.1 Kontur Distribusi Kecepatan Aliran Sungai
Berdasarkan grafik di atas, sumbu x merupakan bentang sungai
dalam satuan meter, sumbu y merupakan kedalaman dalam satuan
meter, dan sumbu z yang merupakan kecepatan dalam satuan m/s. Pada
grafik tersebut dapat dilihat distribusi kecepatan berdasarkan kedalaman
dan bentang sungai. Kecepatan tertinggi berada di segmen 3, yaitu
dengan jarak bentang sungai 0,6858 m dari titik A dengan besar
kecepatan sebesar 0,4547533 m/s dan berada pada kedalaman 0,069 m.
Kecepatan maksimum tersebut dapat terlihat pada kontur yang
ditunjukkan dengan warna yang cenderung putih. Hasil ini kurang
sesuai dengan referensi karena seharusnya kecepatan tertinggi berada di
segmen 2 yang jauh dari dinding sungai sehingga tidak adanya gesekan
dan terhindar dari daratan yang mengandung sedimen dan hambatan lain
seperti bebatuan atau kerikil.
5.3 Analisis Kesalahan
Pada percobaan modul 07 ini terdapat beberapa kesalahan yang
dapat menyebabkan galat pada perhitungan dan menyebabkan
ketidakakuratan pada data. Berikut ini beberapa kesalahannya.
1. Sungai hanya dibagi menjadi 3 segmen, sedangkan pada SNI
8066:2015 seharusnya sungai dibagi menjadi 7 segmen. Hal ini
dikarenakan lebar sungai yang tidak begitu besar sehingga
sungai hanya dibagi menjadi 3 segmen.
2. Titik pengukuran kecepatan pada kedalaman tertentu hanya
dilakukan pada kedalaman 0,6 dari titik tengah segmen. Hal ini
dikarenakan kedalaman sungai cukup dangkal sehingga
pengukuran kecepatan pada titik 0,2 dan 0,8 tidak bisa
dilakukan.
3. Alat ukur kedalaman yang digunakan oleh praktikan hanya
penggaris sederhana sehingga dapat menimbulkan kesalahan
pembacaan kedalaman oleh praktikan yang akan menyebabkan
profil melintang pada aliran sungai kurang akurat.

VI. Analisis B
Berikut ini aplikasi Modul 07 di bidang Teknik Lingkungan.
1. Pengukuran debit aliran sungai sangat penting untuk irigasi. Dengan
mengetahui debit aliran sungai, maka dapat dihitung dan
diperkirakan distribusi air pada lahan pertanian sehingga air yang
dialirkan dapat digunakan secara efektif.

Gambar 6.1 Pengukuran Debit Sungai Velocity Area Method


Sumber: personal.utdallas.edu
2. Pengukuran potensi debit andalan sungai digunakan untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). PLTMH
merupakan pembangkit listrik yang dibangkitkan dengan
menggunakan energi aliran sungai dengan debit aliran sungai yang
kecil.

Gambar 6.2 Skema Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro


Sumber: Campbell, 2010

VII. Kesimpulan
1. Berikut ini kontur distribusi kecepatan di seluruh penampang sungai
dalam bentuk 2D dan 3D
2. Berikut ini penampang melintang sungai yang dihasilkan pada saat
percobaan

Bentang Sungai (m)


0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9
0

0,02

0,04
Kedalaman (m)

0,06

0,08

0,1

0,12

0,14

3. Jari-jari hidrolis sungai didapatkan dari perhitungan luas penampang


sungai total dibagi dengan penjang melintang sungai, sehingga nilai
jari-jari hidrolis yang didapatkan adalah sebesar 0,079623 m
4. Debit sungai total yang didapatkan pada percobaan ini adalah
sebesar 0,023322412 m3/s.

VIII. Daftar Pustaka


Dr. T. Brikowski. (2003). Measuring velocity. University of Texas at
Dallas. https://personal.utdallas.edu/~brikowi/Teaching/Field_
Methods/Measuring_Velocity.html
Salim, S. (2017). Listrik Mikro Hidro Berdasarkan Potensi Debit
Andalan Sungai, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik
Universitas Negeri Gorontalo.
Campbell J.R. (2010). Small Hydro and Low-Head Hydro Power
Technologies and Prospects, Congressional Research Service.
Badan Standardisasi Nasional. SNI 8066:2015 Tata Cara Pengukuran
Debit Aliran Sungai dan Saluran Terbuka Menggunakan Alat
Ukur Arus dan Pelampung.
IX. Lampiran
1. Penampang Melintang Sungai Ideal

2. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro

3. SNI 8066:2015

Anda mungkin juga menyukai