Anda di halaman 1dari 30

BAB 1

FUNGSI PEUBAH BANYAK


Pada bab-bab sebelumnya (di semester pertama), kita telah membahas fungsi dengan
variabel bebas tunggal. Di dalam bab ini, kita mempelajari fungsi dengan beberapa
peubah bebas yang banyak dijumpai di bidang rekayasa seperti usaha yang dilakukan
oleh gaya ( W  fs ) dan volume sebuah tabung ( V  r 2 h ) . Pada pasal-pasal berikutnya
kita akan membahas limit, diferensial parsial, aturan rantai, ekstrim, dan pemakaian
ekstrim fungsi dari dua peubah bebas serta pengali lagrange.

1.1 Fungsi Dua Peubah dan Grafik


Misalkan D merupakan kumpulan pasangan berurut dari bilangan riil. Jika
masing-masing pasangan berurut dalam D menetapkan suatu aturan yang unik f ( x , y )
ke suatu daerah R, maka f disebut suatu fungsi dari x dan y. Kumpulan D disebut daerah
asal (domain) dari f dan hubungan dari nilai untuk f ( x , y ) di R disebut daerah hasil
(range) dari f. Jika f suatu fungsi dari dua variabel bebas, biasanya disebut variabel bebas
x dan y dan variabel terikat z, dan daerah asal dari f sebagai daerah pada bidang xy
seperti Gambar (1.1).

Gambar (1.1). Diagram untuk fungsi z  f ( x, y ).

Sifat-sifat operasi aritmatika untuk fungsi dua peubah sama seperti operasi
aritmetika untuk satu peubah, yaitu;
1.  f  g ( x , y )  f x , y   g x , y 
2.  fg ( x , y )  f x , y g x , y 
3.
f
x , y   f x , y  , g x , y   0 .
g g x , y 
Kita tidak dapat menentukan komposit dari fungsi dua peubah. Akan tetapi, jika h
adalah suatu fungsi dua peubah dan g suatu fungsi peubah tunggal, maka bentuk fungsi
komposit g  h x , y  adalah

1
g  h x , y   g hx , y 
Daerah asal fungsi komposit mengandung semua  x , y  dalam domain h sedemikian rupa
sehingga h( x , y ) dalam daerah asal g .

Untuk menggambarkan suatu fungsi dua peubah z  f ( x, y ) dalam R 3 , yang


gambarnya berupa suatu permukaan dalam ruang berdimensi tiga perlu ditinjau sifat-sifat
khusus dari fungsi yang akan digambarkan tersebut. Kekhususan tersebut antara lain
menyangkut:
1. Daerah asal
2. Kesimetrisan
3. Perpotongan dengan bidang koordinat:
1. z  0, diperoleh perpotongan dengan bidang xy
2. y  0, diperoleh perpotongan dengan bidang xz
3. x  0, diperoleh perpotongan dengan bidang yz
4. Perpotongan dengan sebarang bidang yang sejajar dengan bidang koordinat,
khususnya dengan bidang yang sejajar dengan bidang xy. dalam hal ini,
persamaan bidang tersebut dinamakan dengan z  z 0 , dengan z 0 suatu konstanta.
Perpotongan permukaan dengan bidang ini disebut dengan kurva ketinggian dari
permukaan. Jika kurva ketinggian diproyeksikan terhadap bidang xy maka akan
didapatkan suatu peta yang dinamakan ketinggian kurva atau garis kontur (level
curves atau counter line).

1.1.1 Irisan Kerucut


Irisan kerucut dapat diperoleh dengan memotong kerucut seperti pada Gambar 1.5.
Beberapa bentuk yang diperoleh dari irisan tersebut seperti berikut ini.
1. Parabola
Sebuah parabola dengan titik puncak (h,k) dan focus p memiliki bentuk
persamaan baku dan bentuk grafik seperti pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Grafik Parabola.

2
2. Ellips

Sebuah ellips dengan pusat a, b berjari-jari tegak (vertikal) d dan berjari-jari
mendatar (horizontal) c memiliki persamaan baku:
x  a 2   y  b 2  1
c2 d2
Bentuk grafiknya seperti pada Gambar 1.3 di bawah ini.

Gambar 1.3. Grafik Ellips.


3. Hiperbola

Sebuah hiperbola dengan pusat a, b dengan gradien garis asimtot d/c atau – d/c
memiliki persamaan baku
x  a 2   y  b 2  1.
c2 d2
Bentuk grafik hiperbola seperti pada Gambar 1.4 berikut.

Gambar 1.4. Grafik Hiperbola.

3
4. Lingkaran
Sebuah lingkaran berpusat di titik a, b berjari-jari r memiliki persamaan
baku:
x  a 2   y  b 2  r 2 .

Gambar 1.5. Bentuk Irisan Kerucut.

1.1.2 Jenis-jenis Permukaan Dimensi Tiga


Jenis-jenis permukaan berdimensi tiga dapat disederhanakan dalam bentuk
persamaan permukaan kuadratik dalam bentuk berikut.
Ax2  By 2  Cz 2  Dxy  Exz  Fyz  Gx  Hy  Iz  J  0
dengan A,B,C,...,J adalah konstanta.
Berikut ini adalah beberapa jenis permukaan berdimensi tiga beserta grafiknya.
1. Parabola berbentuk Elips (Elliptic Paraboloid)
Persamaan baku Elliptic Paraboloid dengan pusat (0,0,0) adalah
x2 y2
z 2  2
a b
Proyeksi pada bidang xy adalah berupa titik tetapi perpotongan bidang yang sejajar
bidang xy dengan permukaan membentuk ellips. Proyeksi pada bidang xz dan bidang
yz adalah parabola. Grafik jenis Elliptic Paraboloid dapat dilihat pada Gambar 1.6
(kiri atas).
2. Paraboloid Hiperbola (Hiperbolic Paraboloid)

Persamaan baku paraboloid hiperbola dengan pusat (0,0,0) adalah


x2 y2
z 2  2
a b

4
Proyeksi pada bidang xy berupa sepasang garis saling berpotongan tetapi proyeksi
bidang yang sejajar dengan bidang xy membentuk hiperbola. Proyeksi pada bidang xz
dan bidang yz adalah parabola. Grafik jenis paraboloid hiperbola dapat dilihat pada
Gambar 1.6 (tengah atas).
3. Elipsoida (Ellipsoid)

Persamaan baku Ellipsoid dengan pusat (0,0,0) adalah


x2 y2 z 2
  1
a2 b2 c2
Proyeksi pada bidang xy, xz, dan yz berupa ellips. Grafik jenis elipsoida seperti pada
Gambar 1.6 (kanan atas).
4. Hiperboloid Lembar Satu (Hyperboloid of One Sheet)

Persamaan baku Hyperboloid of One Sheet dengan pusat (0,0,0) adalah


x2 y2 z 2
  1
a2 b2 c2
Proyeksi pada bidang xy adalah ellips, sedangkan proyeksi pada bidang xz dan yz berupa
hiperbola. Gambar jenis hiperboloid lembar satu dapat dilihat pada Gambar 1.6 (kiri
tengah).
5. Hiperboloid Lembar Dua (Hyperboloid of Two Sheets)
Persamaan baku Hyperboloid of Two Sheets dengan pusat (0,0,0) adalah
x2 y2 z2
  1
a2 b2 c2
Proyeksi pada bidang xy dan xz adalah hiperbola, sedangkan proyeksi pada bidang xz
tidak ada, tetapi perpotongan bidang yang sejajar yz dengan permukaan akan membentuk
elips. Gambar jenis hiperboloid lembar dua dapat dilihat pada Gambar 1.6 (tengah
tengah).
6. Kerucut Elips (Elliptic Cone)

Persamaan baku Elliptic Cone berpusat di (0,0,0) adalah


x2 y2 z2
  0
a2 b2 c2
Proyeksi di bidang xy berupa titik tetapi proyeksi bidang yang sejajar dengan xy adalah
ellips. Proyeksi di bidang xz dan bidang yz adalah sepasang garis yang perpotongan.
Grafik jenis Elliptic Cone dapat dilihat pada Gambar 1.6 (kiri bawah).
7. Bidang

Bentuk umum persamaan bidang adalah


ax  by  cz  d
Grafik jenis bidang dapat dilihat pada Gambar 1.5 (kiri bawah).
8. Permukaan Silinder (Cylindrical surface)
Bentuk umum persamaan Cylindrical Surface adalah x 2  y 2  a 2 . Grafik jenis
permukaan silinder dapat dilihat pada Gambar 1.6 (tengah bawah).
9. Silinder Parabola (Parabolic cylinder).

5
Bentuk umum Parabolic cylinder adalah y  ax 2 .
Grafik jenis silinder parabola dapat dilihat pada Gambar 1.6 (kanan bawah).

Gambar 1.6. Grafik Jenis-jenis Permukaan Dimensi Tiga

6
x 2  y 2  36
Contoh 1. Tentukan daerah asal fungsi f x , y   .
y
Penyelesaian.
Fungsi f terdefinisi untuk semua titik x , y  sedemikian bahwa y  0 dan
x  y  36.
2 2

Contoh 2. Nyatakan fungsi f ( x , y )  25  9 x 2  y 2 sebagai fungsi komposit.


Penyelesaian.
Misalkan hx , y   25  9 x 2  y 2 dan fungsi peubah tunggal g u   u . Daerah asal
fungsi adalah kumpulan semua titik yang terletak pada dan di dalam elips 9 x 2  y 2  25.

Contoh 3. Tentukan daerah hasil f ( x , y )  25  9 x 2  y 2 .


Penyelesaian. Daerah asal fungsi di atas adalah 25  9 x 2  y 2  0. Daerah asal fungsi
9x 2 y 2
adalah kumpulan semua titik yang terletak pada dan di dalam elips   1. Daerah
25 25
hasil f adalah semua nilai z  f ( x, y ) sedemikian sehingga 0  z  25 atau 0  z  5.

Contoh 4. Gambarkan grafik permukaan dengan persamaan: z  9 x 2  y 2


Penyelesaian. Dari persamaan diketahui bahwa persamaan tidak pernah negatif, untuk
x  0, y  0,  z  0 maka bentuk permukaan terletak di atas dan tegak lurus bidang
xy , titik puncaknya di ( 0,0 ). Jadi daerah asalnya adalah seluruh bidang xy , dan daerah
hasilnya seluruh bilangan riil z yang lebih besar atau sama dengan nol z  0. Kurva
ketinggian dari permukaan ini, didapat dengan memotongkan permukaan dengan z  c,
persamaan kurva ketinggiannya adalah 9 x 2  y 2  c , c = konstanta positif. Yang
merupakan persamaan elips yang terletak pada bidang z  c, sumbu panjangnya sejajar
dengan sumbu y, dan sumbu pendeknya sejajar dengan sumbu x, berpusat di sumbu z.
Perpotongan dengan bidang-bidang koordinat:
a. z  0, dititik ( 0,0 )
b. y  0, diperoleh persamaan z  9x 2 berupa parabola pada bidang
xz dengan puncak di (0,0) dan terbuka ke atas.
c. x  0, diperoleh persamaan z  y 2 berupa parabola pada bidang
yz dengan puncak di (0,0) dan terbuka ke atas.
Gambar persamaan di atas dapat dilihat pada Gambar (1.7).

7
10

0
1
0.5 1
0 0.5
0
-0.5 -0.5
-1 -1

Gambar 1.7. Grafik Fungsi z  9 x 2  y 2

Contoh 5. Gambarkan persamaan f ( x , y )  z  64  x 2  y 2


Penyelesaian. Bentuk permukaan tidak pernah implicit ( z  0 ) , untuk
x  0, y  0,  z  8 , maka titik puncak permukaan 0 ,0 ,8 . Daerah asal adalah seluruh
bidang xy ,daerah hasil adalah seluruh bilangan riil z z  0 . .
Ketinggian kurva diperoleh dengan memotongkan permukaan dengan
z  c ,  64  x 2  y 2  c , ( 0  c  8 ) berupa titik atau persamaan lingkaran. Ketinggian
kurva dan bentuk permukaannya dapat dilihat pada Gambar 1.8.

8
8

7.95

7.9

7.85
1
0.5 1
0 0.5
0
-0.5 -0.5
-1 -1

Gambar 1.8. Grafik Fungsi f ( x, y )  z  64  x 2  y 2


1 2
Contoh 6. Gambarkanlah persamaan z  y  x2
2
Penyelesaian. Karena persamaan z dinyatakan dalam x dan y maka permukaan simetris
terhadap bidang xz dan bidang yz. Daerah asal adalah seluruh nilai x dan y riil, serta
daerah hasil adalah seluruh nilai z riil.
1. Untuk menentukan ketinggian kurva untuk permukaan ini dipandang secara
terpisah; z  0, z  0, z  0.
Kasus 1: z  0. Ambil z  c 2 , c  0 maka ketinggian kurva berupa parabola
dengan persamaan
1 2
2
y  x 2  c 2 , bertitik puncak 0, 2c , c 2  dan fokusnya
0, 
3c , c 2 . Hiperbola yang dimaksud dapat di lihat pada gambar ketinggian
kurva, yakni yang memotong sumbu y.
1 2 1  1 
Kasus 2: z  0,  y  x2  0   2 y  x  2 y  x   0 didapat sepasang
2  2  2 
garis y   2 x yang melalui titik nol dan terletak di bidang xy.
Kasus 3: z  0. Ambil  z  c 2 , c  0 maka ketinggian kurva berupa parabola
dengan persamaan x 2 
1 2
2
y  c 2 , bertitik puncak  c,0,c  2
dan fokusnya
 
3c ,0,c 2 . Hiperbola yang dimaksud dapat di lihat pada gambar ketinggian
kurva, yakni yang memotong sumbu x.
2. Perpotongan permukaan dengan bidang-bidang koordinat:
 y  0,  z   x 2 , parabola pada bidang xz.

9
1 2
 x  0,  z  y , parabola pada bidang yz.
2
 Perpotongan permukaan dengan sebarang bidang parallel dengan bidang
1
xz. Untuk y  c  z   x 2  c 2 dengan nilai c sebarang. Setiap parabola
2
 1 
terbuka ke bawah dengan titik puncak  0, c , c 2  dan simetris terhadap
 2 
perpotongan permukaan dengan bidang yz.
 Perpotongan permukaan dengan sebarang bidang parallel dengan bidang
1 2
yz. Untuk x  c  z  y  c 2 dengan nilai c sebarang. Setiap parabola
2
 
terbuka ke atas dengan puncak parabola z   x 2 pada bidang xz.
Grafik permukaan dapat dilihat pada Gambar 1.9.

0.5

-0.5

-1
1
0.5 1
0 0.5
0
-0.5 -0.5
-1 -1

1 2
Gambar. 1.9. Grafik Fungsi z  y  x2
2

Contoh 7. Tentukan jenis persamaan permukaan persamaan kuadratik berikut.


 16 x 2  4 y 2  64 z  64  0
Penyelesaian.  16 x 2  4 y 2  64 z  64  0  64 z  64  4 y 2  16 x 2 kedua ruas dibagi
dengan 64, diperoleh
y2 x2
z 1   merupakan permukaan paraboloid hiperbola berpusat di (0,0,1).
16 4
Contoh 8. Tentukan jenis persamaan permukaan persamaan kuadratik berikut.
36 x 2  16 y 2  9 z 2  72 x  32 y  36 z  16  0
Penyelesaian.

10
36 x 2  16 y 2  9 z 2  72 x  32 y  36 z  16  0 dengan menggunakan prinsip
melengkapkan kuadrat pada masing-masing variabel x,y, dan z diperoleh
36 x 2  72 x  16 y 2  32 y  9 z 2  36 z  16  0
36( x 2  2 x)  16( y 2  2 y)  9( z 2  4 z )  16
36( x 2  2 x  (1) 2 )  16( y 2  2 y  (1) 2 )  9( z 2  4 z  (2) 2 )  16  36  16  36
36( x  1) 2  16( y  1) 2  9( z  2) 2  0 kedua ruas dibagi 144
( x  1) 2 ( y  1) 2 ( z  2) 2
   0 merupakan permukaan kerucut elips berpusat di
22 32 42
(1,1,2).

1.2 Limit dan Kekontinuan

Limit fungsi dua peubah merupakan pengembangan dari limit fungsi tunggal.
Dalam fungsi tunggal dikatakan suatu fungsi f(x) dikatakan mempunyai suatu limit L
untuk x menuju a (a disebut titik limit), yaitu:
lim f ( x)  L, jika untuk setiap sebarang   0 sekitar L terdapat sebuah   0
x a
sekitar a sedemikian rupa sehingga untuk setiap x berlaku:
0  x  a   maka berlaku f ( x)  L   .
Definisi di atas sama sekali tidak menyinggung tentang nilai f (x) di x  a. Jadi
agar lim f ( x) ada, f (x) tidak harus terdefinisi di x  a.
x a
Misalkan f suatu fungsi dua peubah yang terdefinisi pada x0 , y 0  , atau kecuali
mungkin pada x0 , y 0  , dan L bilangan riil. Maka
lim f ( x , y )  L jika untuk setiap   0, terdapat   0 sedemikan rupa
 x , y  x0 , y0 
sehingga
f ( x , y )  L   berlaku 0   x  x 0 2   y  y 0 2 .
Seperti konsep limit pada fungsi peubah tunggal, maka agar suatu limit ada maka fungsi
tersebut mencapai suatu nilai yang sama dari segala arah pendekatan yang ditempuh
menuju x0 , y 0  . Masalahnya bila pada limit fungsi peubah tunggal hanya ada 2 arah
yaitu kiri dan kanan untuk mencapai batas x, maka pada fungsi dua peubah ada banyak
sekali bahkan tak hingga cara untuk menuju x0 , y 0  seperti diilustrasikan pada Gambar
1.9 berikut.
Dengan perkataan lain, untuk menunjukkan apakah limit suatu fungsi dua peubah ada
atau tidak secara teknis perlu di cek melalui cara yang tak berhingga. Tetapi dengan
menggunakan konsep kekontinuan/kesinambungan fungsi hal tersebut tidak perlu
dilakukan.

11
y

y0

x0 x

Gambar 1.9. Ilustrasi Limit Fungsi Dua Peubah

Suatu fungsi f dua peubah dikatakan kontinu pada titik x0 , y 0  dalam daerah
terbuka R, jika memenuhi
1. f ( x0 , y0 )
2. lim f ( x, y) ada
 x , y  x0 , y0 
3. lim f ( x , y )  f x 0 y 0 .
 x , y  x0 , y0 
Jika k bilangan riil dan f dan g kontinu di x0 , y 0  , maka fungsi-fungsi berikut
juga kontinu di x0 , y 0  :
1. perkalian dengan scalar k f 2. Penjumlahan dan pengurangan f  g
f
3. perkalian fg , jika g ( x 0 , y 0 )  0.
4. Pecahan
g
Jika h kontinu di x0 , y 0  dan g kontinu di hx0 , y 0  , maka fungsi komposisi
g  h x , y   g hx , y  juga kontinu di x0 , y 0  , yaitu
lim g ( h( x , y ))  g( hx 0 y 0  ).
 x , y  x0 , y0 

Contoh 1. Tunjukkan bahwa lim 3x  2 y  7.


 x , y 1,2 
Penyelesaian. Misalkan f ( x , y )  3x  2 y dan L  7. Akan ditunjukkan bahwa untuk
setiap   0, terdapat  di sekitar ( 1,2 ) sedemikian rupa sehingga

12
f ( x , y )  L  3x  2 y  7   berlaku untuk titik-titik di dalam suatu lingkaran dengan
radius  terkecuali di pusat ( 1,2 ) . Dari 0  x  12   y  22   menunjukkan bahwa
f ( x , y )  L  3x  2 y  7    ( x  1 ) 2  ( y  2 ) 2  ( x  1 ) 2  ( y  2 ) 2   .
Kita pilih    , dan limit terverifikasi.

2x 2 y
Contoh 2. Hitunglah lim .
 x , y 1,2  x 2  y 2
Penyelesaian. Berdasarkan sifat-sifat limit tentang perkalian, penjumlahan, dan
pembagian diperoleh
2x 2 y 4
lim  .
 x , y 1,2  x 2  y 2 5

2x 2 y
Contoh 3. Hitunglah lim f ( x , y ) untuk f ( x , y ) 
 x , y 0 ,0  x2  y2
Penyelesaian. Pada kasus ini, limit pembilang dan penyebut masing-masing 0. Fungsi
didefinisikan di setiap titik di bidang xy terkecuali di titik asal.
Misalkan S1 adalah himpunan semua titik pada sumbu x, yang berlainan dari titik asal,
maka:
lim f ( x, y)  lim 0 y 2  0  0
 x , y 0, 0  x 0
 
Misalkan S 2 adalah himpunan semua titik pada sebarang garis yang melalui titik nol,
maka untuk semua titik ( x , y ) di S 2 , y  mx .
3x 2 ( mx ) 3( mx )
lim f ( x , y )  lim  lim  0.
 x , y 0 ,0  x 0 x 2  m 2 x 2 x 0 1  m 2

Jadi lim f ( x , y )  0.
 x , y 0 ,0 

2x 2 y
Contoh 4. Hitunglah lim f ( x , y ) untuk f ( x , y ) 
 x , y 0 ,0  x4  y2
Penyelesaian. Pada kasus ini, limit pembilang dan penyebut masing-masing 0. Fungsi
didefinisikan di setiap titik di bidang xy terkecuali di titik asal.
Misalkan S1 adalah himpunan semua titik pada sumbu x atau y, jadi jika  x , y  di S1 ,
xy  0 , maka:
lim f ( x , y )  0.
 x , y 0 ,0 
Misalkan S 2 adalah himpunan semua titik pada sebarang garis yang melalui titik nol,
maka untuk semua titik ( x , y ) di S 2 , y  mx , maka
2 x 2 ( mx ) 2( mx )
lim f ( x , y )  lim  lim 2  0.
 x , y 0 ,0  x 0 x 4  m 2 x 2 x 0 x  m 2

Jadi lim f ( x , y )  0.
 x , y 0 ,0 

13
Misalkan S 3 adalah himpunan semua titik pada sebarang garis yang melalui titik nol,
maka untuk semua titik ( x , y ) di S 3 , y  x 2 , maka
2x 2 ( x 2 ) 2x 4
lim f ( x , y )  lim  lim  1. .
 x , y 0 ,0  x 0 x 4  x 4 x 0 2 x 4

Jadi lim f ( x , y )  1.
 x , y 0 ,0 
Karena lim f ( x , y )di S1   lim f ( x , y )di S 2   lim f ( x , y )di S 3  , hal ini
 x , y 0 ,0   x , y 0 ,0   x , y 0 ,0 
berarti lim f ( x , y ) tidak ada.
 x , y 0 ,0 

Contoh 5. Diketahui
0 jika x , y   0

f ( x, y )   2x 2 y jika x , y   0
 x2  y2

Selidikilah apakah f kontinu di 0,0.
2x 2
Penyelesaian. Karena lim f ( x, y )  lim  0 dan f ( 0,0 )  0 , maka dipenuhi
 x , y 0 ,0   x , y 0 ,0  x 2  y 2
syarat kontinu f di 0,0. yaitu lim f ( x , y )  f x 0 y 0 . .
 x , y  x0 , y0 
Contoh 6. Diketahui
0 jika x , y   0

f ( x , y )   2 xy jika x , y   0
 x2  y2

Selidikilah apakah f kontinu di 0,0.
2x 2 y
Penyelesaian. Karena lim f ( x, y ) 
 tidak ada dan f ( 0,0 )  0 , maka
lim
 x , y 0 ,0   x , y 0 ,0  x 2  y 2
tidak dipenuhi syarat kontinu f di 0,0. (diskontinu) yaitu lim f ( x , y )  f x 0 y 0 . .
 x , y  x0 , y0 

1.3 Turunan parsial


Jika z  f ( x, y ), maka turunan parsial pertama dari f terhadap x dan y masing-
f f
masing disimbolkan dengan dan atau f x dan f y didefinisikan oleh
x y

f f ( x  h, y )  f ( x , y ) f f ( x, y  k )  f ( x, y )
 f x  lim , dan  f y  lim
x h 0 h y k 0 k
jika limit ada. Sering ditulis h  x, k  y. Sebagai catatan bahwa f / x adalah
turunan fungsi f terhadap x dengan y suatu kontanta, dan f / y adalah turunan fungsi f
terhadap y dengan x suatu kontanta. Turunan pertama di atas dapat juga disimbolkan
sebagai f x dan f y . Pada kasus f x (a, b) dan f y ( a, b) merupakan nilai turunan parsial
pada (a,b).

14
Nilai turunan parsial pertama f / x dan f / y suatu fungsi z  f ( x, y ) di titik
x0 , y 0 , z 0  berturut-turut dinamakan mplicit permukaan dalam arah x dan y.
Turunan yang lebih tinggi dapat didefinisikan seperti [turunan orde ke-dua]:

  f   2 f   f   2 f   f   2 f   f   2 f
  ,   ,   ,   .
x  x  x 2 x  y  xy y  x  yx y  y  y 2

Turunan kedua di atas dapat juga disimbolkan masing-masing sebagai f xx , f xy , f yx , f yy .


Hasil turunan parsial f xy dan f yx sama jika f kontinu.
Jika z  f ( x, y ) , x dan y berturut-turut adalah pertambahan dari x dan y, dan
pertambahan dari z adalah
z  f ( x  x , y  y )  f ( x , y ).
Diferensial dari peubah x dan y berturut-turut adalah
dx  x dan dy  y
dan diferensial total dari peubah z adalah
z z f f
dz  dx  dy atau df  dx  dy
x y x y

Contoh 1. Tentukan f x dan f y untuk f ( x , y )  2 xy 2  3x 2 y 3  x 3


Penyelesaian.
Turunan parsial terhadap x dengan menganggap y suatu konstanta, maka
f x x , y   2 y 2  6 xy 3  3x 2 .
Turunan parsial terhadap y dengan menganggap x suatu konstanta, maka
f y x, y   4 xy  9 x 2 y 2 .

2
Contoh 2. Diketahui f ( x, y )  ye xy , tentukan f x dan f y , dan nilainya di titik (ln 5,1 ).
Penyelesaian.
Turunan parsial terhadap x dengan menganggap y suatu konstanta, maka
f x x, y   ye xy ( y 2 )  y 3 e xy  f x ln 5,1  e ln 5  5 .
2 2

Turunan parsial terhadap y dengan menganggap x suatu konstanta, maka


f y x , y   ye xy ( 2 xy )  e xy [menggunakan turunan perkalian dua fungsi:
2 2

y  uv  y   uv   u v ]. Sehingga f y ln 5,1  e ln 5 ( 2 ln 5 )  e ln 5  10 ln 5  5.

x2 25
Contoh 3. Tentukan implicit permukaan fungsi f ( x , y )    y2  pada titik
2 8
1 
 , 1,  dalam arah x dan y.
2 
Penyelesaian. Turunan parsial pertama f terhadap x dan y masing-masing adalah
f x ( x , y )   x dan f y ( x , y )  2 y.

15
1 1
Gradien dalam arah x adalah f x ( ,1 )   dan implicit dalam arah y adalah
2 2
1
f y ( ,1 )  2.
2

Contoh 4. Jika f ( x, y)  4 x 2  2 xy  3 y 2 , tentukan (a) f (1,2) (b) f x (1,2) (c) f y (1,2)


(d) f xx (1,2) (e) f xy (1,2) (f) f yx (1,2) (g) f yy (1,2).
Penyelesaian.
(a) f (1,2)  4(1) 2  2(1)( 2)  3(2) 2  4
f
(b) f x ( x, y )   8 x  2 y. Maka f x (1,2)  8(1)  2(2)  12
x
f
© f y ( x, y )   2 x  6 y. Maka f y (1,2)  2(1)  6(2)  10
y
2 f   f 
(d) f xx ( x, y)      8. Maka f xx (1,2)  8.
x 2
x  x 
 f
2
  f 
(e) f xy ( x, y )      2. Maka f xy (1,2)  2.
xy x  y 
2 f   f 
(f) f yx ( x, y)      2. Maka f yx (1,2)  2.
yx y  x 
2 f   f 
(g) f yy ( x, y )      6. Maka f yy (1,2)  6.
yy y  y 
Contoh 5. Jika f ( x, y)  cos( x 2  3xy) , tentukan (a) f x , (b) f y , (c) f xx ,(d) f xy (e) f yx
(f) f yy
Penyelesaian.

(a) f x 
x
 
cos( x 2  3xy)  (2 x  3 y ) sin( x 2  3xy)

(b) f y 
y
 
cos( x 2  3xy)  3x sin( x 2  3xy)


(c) f xx  [(2 x  3 y ) sin( x 2  3xy)]  (2 x  3 y )
x

x

sin( x 2  3xy) 

 sin( x 2  3 xy) 

x
 (2 x  3 y)

=  (2 x  3 y) 2 cos( x 2  3xy)  2 sin( x 2  3xy) 
(d) f xy 

x
fy 

x
 
3x sin( x 2  3xy)  3x

x

sin( x 2  3xy) 

+ sin( x 2  3 xy) 

x
(3 x)


= (6 x 2  9 xy) cos( x 2  3xy)  3 sin( x 2  3xy) 

16
(e) f yx 

y
fx 

y
 
 (2 x  3 y ) sin( x 2  3xy)  (2 x  3 y)

y
sin( x 2  3xy) 
  
+ sin( x 2  3xy) [(2 x  3 y )]
y

= (6 x  9 xy) cos( x 2  3xy) +3 sin( x 2  3xy)
2

(f) f yy 

y
fy 

y
 
3x sin( x 2  3xy)  9 x 2 cos( x 2  3xy)

Contoh 6. Jika f ( x, y)  2 x 2  3xy  4 y 2 , tentukan df .

Penyelesaian.
f f
Cara 1. df  dx  dy  (4 x  3 y )dx  (3x  8 y)dy
x y

Cara 2. df  d (2 x 2 )  d (3xy)  d (4 y 2 )
= 4 xdx  3( xdy  ydx)  8 ydy  (4 x  3 y )dx  (3x  8 y )dy.

1.4 Aturan Rantai

Aturan Rantai untuk Fungsi Beberapa Peubah

Misalkan w  f ( x, y ) , dengan f adalah fungsi diferensial dari fungsi x dan y. Jika


x  g( t ) dan y  h( t ), dengan g dan h fungsi diferensial dari t, maka w adalah fungsi
diferensial dari t, dan
dw w dx w dy
  .
dt x dt y dt
Aturan rantai di atas dapat diperluas. Misalkan masing-masing x i adalah fungsi
diferensial dari peubah t , maka untuk w  f x1 , x 2 , , x n  diperoleh
dw w dx1 w dx2 w dxn
   .
dt x1 dt x2 dt xn dt
Misalkan w  f ( x, y ) , dengan f adalah fungsi diferensial dari fungsi x dan y. Jika
x  g( s ,t ) dan y  h( s ,t ), sedemikian hingga semua nilai x / s , x / t , y / s , dan
y / t ada, maka w / s dan w / t ada dan didefinisikan
w w x w y w w x w y
  dan   .
s x s y s t x t y t
Misalkan w  f ( x, y ) , adalah fungsi diferensial dari n peubah x1 , x 2 , , x n dengan x i
adalah fungsi diferensial dari m peubah t1 , t 2 , , t m , maka untuk w  f x1 , x 2 , , x n 
diperoleh

17
w w x1 w x 2 w x n
  
t1 x1 t1 x 2 t1 x n t1
w w x1 w x 2 w x n
  
t 2 x1 t 2 x2 t 2 xn t 2

w w x1 w x2 w x n
  
t m x1 t m x2 t m xn t m

Fungsi Implisit
Misalkan F ( x , y )  0 mendefinisikan y secara implicit sebagai fungsi x,
misalkan y  f ( x ), tetapi fungsi f sukar atau tidak mungkin ditentukan, kita tetap masih
dapat menentukan dy / dx. yang telah dibahas pada bagian sebelumnya. Berikut ini akan
digunakan aturan rantai sebagai metode alternatif. Misalkan w  F ( x , y )  F ( x , f ( x )) ,
maka
dw dx dy
 Fx ( x , y )  Fy ( x , y ) .
dx dx dx
Karena w  F ( x , y )  0 untuk setiap x dalam daerah asal f, dw / dx  0 dan
dx dy
Fx ( x , y )  Fy ( x , y )  0.
dx dx
Jika Fy ( x , y )  0, dan dx / dx  1, maka diperoleh
dy F ( x, y )
 x .
dx Fy ( x , y )
Jika z suatu fungsi implicit dari x dan y didefinisikan oleh persamaan
F ( x , y , z )  0 , maka
z F ( x, y , z ) z Fy ( x , y , z )
 x dan  , Fz ( x , y , z )  0.
x Fz ( x , y , z ) y Fz ( x , y , z )

Contoh 1. Misalkan w  2 x 2 y  y 3 , dengan x  sin t dan y  e t . Tentukan dw / dt untuk


t  0.
Penyelesian. Berdasarkan aturan rantai diperoleh
dw w dx w dy

dt x dt y dt
  
 4 xycos t   2 x 2  3 y 2 e t .

dw
Untuk t  0, x  0, dan y  1, maka  0  3  3.
dt
Cara lain. w  2 x 2 y  y 3  2(sin t ) 2 ( e t )  ( e t )3 ,
maka dw / dt  4 sin t cos t  e t  2 sin 2 t  e t  3e 3t , untuk t  0, x  0, dan y  1, maka
dw
 0  0  3  3.
dt

Contoh 2. Misalkan w  x 2 y 2 dengan x  3t dan y  t 3 . Tentukan dw / dt .


Penyelesaian.

18
dw w dx w dy
   2 xy 2 3  2 x 2 y( 3t 2 )  6( 3t )( t 3 )2  6( 3t ) 2 ( t 3 )( t 2 )
dt x dt y dt
 18t 7  54t 7  72t 7 .
Cara lain. w  x 2 y 2  ( 3t )2 ( t 3 )2  9t 8  72t 7 .

Contoh 3. Misalkan w  x 2 y  y  xz, dengan x  cost , y  sin t , dan z  t 2 . Tentukan


dw / dt dan hitung nilainya di t  0.
Penyelesaian.
dw w dx w dy w dz
    ( 2 xy  z )(  sin t )  ( x 2  1 )(cost )  ( x )( 2t )
dt x dt y dt z dt
 2 cos t sin 2 t  t 2 sin t  cos 3 t  cos t  2t cos t .
Untuk t  0, maka dw / dt  1  1  2.

Contoh 4. Misalkan bahwa sebuah tabung lingkaran tegak pejal dipanasi, radiusnya
bertambah pada laju 0,1 sentimeter per jam dan tingginya bertambah pada laju 0,2
sentimeter per jam. Tentukan laju pertambahan luas permukaan terhadap waktu pada saat
radius sama dengan 20 sentimeter dan tinggi sama dengan 50 sentimeter.
Penyelesaian. Total luas permukaan sebuah tabung adalah
S  2rh  2r 2 ,
maka
dS S dr S dh
 2h  4r   2r 
dr dh
 
dt r dt h dt dt dt
Dikatahui dr / dt  0,1, dh / dt  0,2 dan r  20, h  50, diperoleh
 2h  4r   2r   2  50  4  200,1  2  200,2  26 cm persegi
dS dr dh
dt dt dt
per jam.

Contoh 5. Dua partikel bergerak mengikuti bentuk elips dengan parameter;


x1  4 cos t dan y1  2 sin t
x 2  2 sin 2t dan y 2  3 cos 2t
Tentukan laju perubahan jarak antara kedua partikel ketika t   .
Penyelesaian.
Jarak dua partikel adalah s  x 2  x1 2   y 2  y1 2 , dan untuk t   , diperoleh
x1  4, y1  0, x 2  0, y 2  3, dan s  0  42  3  02  5.
Jika t   , turunan parsial s adalah
s  x 2  x1 
 
1
0  4   4
x1 x 2  x1    y 2  y1 
2 2 5 5
s   y 2  y1 
 
1
3  0   3
y1 x 2  x1 2   y 2  y1 2 5 5

19
s x 2  x1 
 
1
0  4  4
x 2 x 2  x1 2   y 2  y1 2 5 5
s  y 2  y1 
 
1
3  0  3
y 2 x 2  x1 2   y 2  y1 2 5 5
Jika t   , turunan x1 , x 2 , y1 , dan y 2 adalah
dx1 dx2 dy1 dy2
 4 sin t  0,  4 cos 2t  4,  2 cos t  2,  6 sin 2t  0.
dt dt dt dt

Dengan menggunakan aturan rantai diperoleh


s s dx1 s dx2 s dy1 s dy2
   
t x1 dt x 2 dt y1 dt y 2 dt
 4 4  3  3 22
   ( 0 )   ( 4 )    ( 2 )   ( 0 )  .
 5 5  5 5 5

Contoh 6. Tentukan w / s dan w / t jika w  5xy, dengan x  s 2  2t 2 dan y  s / t ,


untuk t  1, dan s  1.
Penyelesaian. Substitusikan x  s 2  2t 2 dan y  s / t ke persamaan w  5 xy diperoleh
 s3 
w  5  2st .
 t 
Maka untuk t  1, dan s  1 diperoleh
w  3s 2  15 s 2  10t 2
 5  2t    25
s  t  t t  1, s  1
w   s 3   5s 3  10 st 2
dan  5 2  2s    5.
t  t  t2 t  1, s  1

Contoh 7. Jika z  3x 2  y 2 dengan x  2s  7t dan y  2st , tentukan z / t untuk


s  1, t  0.
Penyelesaian. Untuk s  1, t  0 diperoleh
z z dx z dy
 
t x dt y dt
 ( 6 x )( 7 )  ( 2 y )( 2s )  42( 2s  7t )  4s( 2st )  84 s  294t  8s 2 t  84

Contoh 8. Jika w  x 2  y 2  z 2  xy, dengan x  st , y  s  t , dan z  s  2t tentukan


w / t untuk t  1, s  1.
Penyelesaian. Untuk t  1, s  1, diperoleh

20
w w dx w dy w dz
  
t x dt y dt z dt
 ( 2 x  y )( s )  ( 2 y  x )( 1 )  ( 2 z )( 2 )
 2st  s  t ( s )  2s  2t  st ( 1 )  2s  4t ( 2 )
 2s 2 t  s 2  2st  2s  10t  13.

Contoh 9. Tentukan w / s dan w / t jika w  xy  yz  xz dengan


x  s  cost , y  s  sin t , dan z  t untuk s  1, dan t   / 2.
Penyelesaian.
w w dx w dy w dz
  
s x ds y ds z ds
 ( y  z )(cost )  ( x  z )(sin t )  ( y  x )( 0 )
 ( y  z )(cost )  ( x  z )(sin t )
Jika s  1, dan t   / 2 , diperoleh x  0, y  1, dan z   / 2. Sehingga w / s   / 2.
w w dx w dy w dz
  
t x dt y dt z dt
 ( y  z )(  s  sin t )  ( x  z )( s  cos t )  ( y  x )( 1 )
Jika s  1, dan t   / 2 , maka w / t  1   / 2 11  0   / 210  1  01   / 2 .

Contoh 10. Tentukan dy / dx jika 2 x 3  xy 2  5 y 4  0.


Penyelesaian. Misalkan F ( x , y )  2 x 3  xy 2  5 y 4 , maka
dy F ( x, y ) 6x 2  y 2
 x  .
dx Fy ( x , y ) 2 xy  20 y 3

Contoh 26. Tentukan dy / dx jika 2 y 3  y 2  5 y  x 3  10  0.


Penyelesaian. Misalkan F ( x , y )  2 y 3  y 2  5 y  x 3  10 , maka
dy F ( x, y )  3x 2
 x  2 .
dx Fy ( x , y ) 6y  2y  5

Contoh 11. Tentukan z / x dan z / y , jika F x , y , z   x 3 e y  z  y sinx  z   0


mendefinisikan z secara mplicit sebagai fungsi x dan y.
Penyelesaian.
z F ( x, y , z ) 3x 2 e y  z  y cosx  z 
 x   3 y z
x Fz ( x , y , z ) x e  y cosx  z 
dan
z Fy ( x , y , z ) x 3 e y  z  sinx  z 
   3 y z
y Fz ( x , y , z ) x e  y cosx  z 

Contoh 12. Tentukan z / x dan z / y , dari fungsi 3x 2 z  x 2 y 2  z 3  5 yz  10  0 .

21
Penyelesaian. Misalkan F ( x , y , z )  3x 2 z  x 2 y 2  z 3  5 yz  10 , maka
Fx ( x , y , z )  6 xz  2 xy 2 , Fy ( x, y , z )  2 x 2 y  5z , dan Fz ( x , y , z )  3x 2  3z 2  5 y sehingga
z F 2 xy 2  6 xz z Fy 2x 2 y  5z
 x  2 dan    .
x Fz 3 x  3 z 2  5 y y Fz 3 x 2  3 z 2  5 y

1.5 Nilai Ekstrim untuk Fungsi Dua Peubah

Misalkan z  f ( x, y ) fungsi dua peubah yang kontinu di daerah D, titik x0 , y 0  di


D, maka
1. Fungsi f disebut mencapai nilai relative minimum di x0 , y 0  jika
f ( x , y )  f ( x0 , y 0 ) untuk setiap ( x , y ) pada lingkungan dari titik x 0 , y 0  .
2. Fungsi f disebut mencapai nilai relative maksimum di x0 , y 0  jika
f ( x , y )  f ( x0 , y 0 ) untuk setiap ( x , y ) pada lingkungan dari titik x 0 , y 0  .
Jika f mencapai minimum atau maksimum di x0 , y 0  , maka dikatakan f mencapai
nilai ekstrim di x0 , y 0  . Titik yang menjadi titik ekstrim dapat juga disebut titik kritis.
Titik x0 , y 0  disebut titik kritis jika f memenuhi salah satu dari ketiga syarat berikut.
1. titik batas dari D
2. f x ( x0 , y 0 )  0 dan f y ( x0 , y 0 )  0
3. f x ( x 0 , y 0 ) atau f y ( x0 , y 0 ) tidak ada.
Jika fungsi z  f ( x, y ) kontinu dan mempunyai turunan parsial kedua pada daerah
terbuka yang memuat titik a ,b  yang mana f x ( a ,b )  0 dan f y ( a ,b )  0, maka berlaku
 2 f ( a ,b )  2 f ( a ,b )
1. Jika   0 dan  0 atau  0 maka f ( x , y ) mencapai nilai
x 2 y 2
maksimum di a , b .
 2 f ( a ,b )  2 f ( a ,b )
2. Jika   0 dan  0 atau  0 maka f ( x , y ) mencapai nilai
x 2 y 2
minimum di a , b .
3. Jika   0, maka f ( x , y ) tidak mencapai nilai ekstrim di a ,b  dan titik
a ,b, f ( a ,b ) disebut titik sadel (saddle point).
4. Jika   0, maka kita tidak dapat menarik kesimpulan apa-apa,
dengan   f xx ( a,b ) f yy ( a,b )   f xy ( a,b )2 yang disebut diskriminan dari f(x,y) di
titik (x,y).

Contoh 1. Tentukan nilai-nilai maksimum dan minimum (jika ada) dari fungsi
f ( x , y )  x 3  y 3  12 x  3 y  10 , tentukan juga titik ekstrimnya.
Penyelesaian.

22
Titik kritis diperoleh dari f x  3x 2  12  0  x  2, f y  3 y 2  3  0  y  1, sehingga
titik-titik kritisnya A( 2,1 ), B( 2,1 ), C( 2,1 ), dan D( 2,1 ).
f 2 f f 2 f 2 f
 3x 2  12;  6x ,  3 y 2  3;  6y dan  0. Sehingga
x x 2 y x 2 xy
diperoleh   f xx ( a,b ) f yy ( a,b )   f xy ( a,b )2  36 xy. Kemudian akan ditentukan nilai 
disetiap titik kritis.
 2 f ( 2,1 )
 Titik 2,1    36.2.1  72  0, dan  6.2  12  0 jadi di titik 2,1
x 2
mencapai nilai minimum; f ( 2,1 )  8.
 Titik 2,1    36.2.( 1 )  72  0, jadi di titik 2 ,1 , f ( x , y ) tidak mencapai
nilai ekstrim atau disebut titik saddle (pelana).
 Titik  2,1    36.( 2 ).1  72  0, jadi di titik  2,1 , f ( x , y ) tidak mencapai
nilai ekstrim atau disebut titik saddle (pelana).
 2 f ( 2,1 )
 Titik  2,1    36.( 2 ).( 1 )  72  0, dan  6.( 2 )  12  0 jadi
x 2
di titik  2,1 mencapai nilai maksimum; f ( 2,1 )  28.

Contoh 2. Tentukan ekstrim relative persamaan f ( x , y )  2 x 2  y 2  12 x  10 y  20.


Penyelesaian. Dari persamaan diperoleh
f x ( x , y )  4 x  12  f x ( x , y )  0  x  3
dan f y ( x , y )  2 y  10  f y ( x , y )  0  y  5
sehingga titik kritis terjadi di  3,5.
f xx ( x , y )  4 , f yy ( x , y )  2, dan f xy ( x , y )  0, maka
  f xx ( a ,b ) f yy ( a ,b )   f xy ( a ,b )2  8.
 2 f ( 3,5 )
Karena di titik  3,5 berlaku   8  0 dan  4  0,
x 2

Contoh 3. Akan dibuat sebuah bak tanpa tutup atas dengan volume 108 m 3 . Tentukan
ukuran bak tersebut agar mempunyai luas permukaan yang paling kecil.
Penyelesaian.
Misalkan x = panjang bak , y = lebar bak, dan z = tinggi bak, maka isi bak
V  xyz  108, sehingga diperoleh hubungan z
108
x  0, y  0, z  0
xy

A x B

23
Luas permukaan bak:
L = luas ABCD + 2. Luas ABEF + 2. Luas BCGF.
= xy + 2xz + 2yz
108 216 216
= xy +2(x+y)z = xy + 2(x+y) = xy  
xy y x
Sehingga berlaku:
L 216 L
 y 2 ;  0  x 2 y  216
x x x
L 216 L
 x 2 ;  0  xy 2  216
y y y
Dari hubungan x 2 y  216 dan xy2  216 diperoleh x 3  216 , y 3  216 , atau x  6 ,
y  6 dan z  3, sehingga titik kritis dari L adalah di (6,6,3).
Untuk menentukan jenis ekstrimnya seperti berikut ini.
 2 L 432 2L
 , sehingga di ( 6, 6,3) berlaku 0
x 2 x3 x 2
 2 L 432 2L
 , sehingga di ( 6, 6,3) berlaku 0
y 2 y3 y 2
sehingga L mencapai nilai minimum di (6,6,3).

Contoh 4. Tentukan ekstrim relatif fungsi f ( x , y )   x 3  4 xy  2 y 2  5.


Penyelesaian.
Titik kritis diperoleh dari f x  3x 2  4 y  0, f y  4 x  4 y  0, diperoleh y  x  0
dan y  x  4 / 3, sehingga titik-titik kritisnya A( 0,0 ), dan B( 4 / 3, 4 / 3 ). Karena
f xx  6 x , f yy  4, dan f xy  4 , maka untuk titik kritis ( 0,0 ) diperoleh nilai
  f xx ( 0,0 ) f yy ( 0,0 )   f xy ( 0,0 )2  16  0. Dengan demikian titik ( 0,0,5 ) dinamakam titik
4 4
pelana. Sedangkan untuk titik kritis  ,  diperoleh
3 3
 
  f xx ( 4 / 3,4 / 3 ) f yy ( 4 / 3,4 / 3 )  f xy ( 4 / 3,4 / 3 ) 2  8( 4 )  16  16  0
dan
f xx  6( 4 / 3 )  8  0. Maka disimpulkan bahwa pada titik tersebut mempunyai
maksimum relatif.

1.6 Metode Pengali Lagrange

Atau dalam bentuk lain seperti berikut.


Andaikan f ( x, y ) dan g ( x, y ) mempunyai turunan parsial yang kontinu pada daerah
terbuka yang mengandung titik ( x0 , y0 ). Jika g ( x, y )  0 (constraint condition) dan
f ( x, y ) mempunyai nilai ekstrim di titik ( x0 , y0 ) dan jika f ( x0 , y0 )  g ( x0 , y0 ) .
Konstanta  disebut pengali Lagrange dan metodenya disebut metode pengali Lagrange.

24
Jika fungsi peubah lebih dari dua, f ( x, y, z ) dan dua constraint condition g ( x, y, z )  0
dan h ( x, y , z )  0 dengan menyelesaikan secara simultan
f ( x, y, z )  g ( x, y, z )  h( x, y, z ) untuk kedua konstanta pengali Langrange  dan
.
Catatan. Jika f ( x, y, z ) maka f ( x, y, z )   f x , f y , f z  . Lambang  disebut gradient.

Contoh 1. Tentukan dimensi relatif dari kotak tanpa tutup, agar luas permukaan
minimum contoh 31 [selesaikan dengan metode pengali Lagrange].
Penyelesaian.
Misalkan: x = panjang dasar kotak
y = lebar dasar kotak
z = kedalaman dari kotak
S = luas permukaan kotak
V = Volume kotak.
( x, y, z ) pada interval (0, ) , maka
f ( x, y, z )  S ( x, y, z )  xy  2 xz  2 yz dan constraint condition
 ( x, y, z )  xyz  V . Misalkan
h( x, y, z )  f ( x, y, z )   ( x, y, z )
= xy  2 xz  2 yz   ( xyz  V )
maka
h / x  y  2 z  yz  0 (1)
h / y  x  2 z  xz  0 (2)
h / z  2 x  2 y  xy  0 (3)
 ( x, y, z )  xyz  V = 0. (4)
Dari persamaan (2) dan (1) dikurangkan didapat
1
y  x  z ( y  x)  0  ( y  x)(1  z )  0 diperoleh: y  x atau    . Hasil
z
ini disubstitusikan ke persamaan (2) diperoleh: x  2 z  x  0,  z  0 hasil ini di luar
interval (0, ) . Substitusikan y  x ke persamaan (3) diperoleh 2 x  2 x  x 2  0
 x(4  x)  0 karena x  0 diperoleh   4 / x .
Untuk   4 / x maka persamaan (2) menjadi x  2 z  (4 / x)( xz)  0  z  x / 2, hasil
disubstitusikan ke persamaan (4) didapat: 0,5 x 3  V  0,  x  3 2V . Dari y  x dan
z  x / 2 diperoleh y  3 2V dan z  0,53 2V .
Contoh 2. Tentukan jarak minimum dari titik asal ke hiperbola dengan
persamaan: x  8 xy  7 y 2  225, z  0.
2

Penyelesaian.
Kita harus menentukan nilai minimum dari x 2  y 2 yakni jarak kuadrat dari titik nol ke
parabola. Dengan menggunakan pengali Lagrange:
g ( x, y, z )  x 2  8xy  7 y 2  225   ( x 2  y 2 ) , maka
g x  2 x  8 y  2x  0 atau (  1) x  4 y  0 (1)

25
g y  8 x  14 y  2y  0 atau 4 x  (  7) y  0 (2)
Dari (1) dan (2) untuk ( x, y )  (0,0) maka diperoleh
 1 4
 0  2  8  9  0    1 dan   9.
4  7
Untuk   1 , dari persamaan (1) atau (2) didapat x  2 y dan disubstitusikan ke
x 2  8xy  7 y 2  225  5 y 2  225 , tidak ada jawab riil.
Untuk   9 , dari persamaan (1) atau (2) didapat y  2 x dan disubstitusikan ke
x 2  8xy  7 y 2  225  45x 2  225  x 2  5 dan y 2  4 x 2  20, jadi
x 2  y 2  25 . Jadi jarak minimum yang dimaksud adalah 25  5.

Contoh 3. Tentukan nilai maksimum dari f ( x , y )  4 xy, x  0, y  0 dengan syarat


x2 y2
  1.
9 16
Penyelesaian.
x2 y2
Misalkan  ( x , y )    1, dan h( x , y )  f ( x , y )   ( x , y ) maka
9 16
 x2 y2 
h( x , y )  4 xy      1 , sehingga
 9 16 
2
h / x  4 y  x  0 (1)
9
1
h / y  4 x  y  0 (2)
8
x2 y2
( x, y )   1 0 . (3)
9 16
Dari persamaan (1) diperoleh   18 y / x, kemudian disubstitusikan ke persamaan (2)
1  18 y  9 2
diperoleh 4 x   y  x 
2
y .
8 x  16
Kemudian disubstitusikan ke persamaan (3) diperoleh
1 9 2 1 2
 y  y  1  y 2  8  y  2 2 . Karena y  0, pilih y  2 2 maka nilai
9  16  16

x
3
2
2 . Sehingga nilai maksimum fungsi adalah f 
3
 2
 3
2 ,2 2   4
  2

2  2 2  24.

 
Contoh 4. Tentukan titik-titik pada ellipsoida 4 x 2  9 y 2  36 z 2  36 yang paling dekat ke
titik asal.
Penyelesaian.
Misalkan jarak terdekat ke titik asal adalah fungsi f ( x, y, z )  x 2  y 2  z 2 (harus
minimum) sebagai syarat, (constraint) g ( x, y, z )  4 x 2  9 y 2  36 z 2  36  0. Maka
f ( x, y, z )   f x , f y , f z   (2 x,2 y,2 z ) dan g ( x, y, z )  g x , g y , g z   8 x,18 y,72 z .

26
Misalkan f  g maka (2 x,2 y,2 z )   (8 x,18 y,72 z ) ,yaitu
2 x   (8 x), 2 y  18 y , 2 z   72 z yang ekivalen dengan
x(4  1)  0, y (9  1)  0, z (36  1)  0 yaitu x  0 atau   1 / 4, y  0 atau
  1 / 9, dan z  0 atau   1/ 36.
Untuk x  0, y  0, z  0 tidak memenuhi ke persamaan 4 x 2  9 y 2  36 z 2  36 .
Kasus 1. Untuk   1 / 4, y  0, z  0 diperoleh 4 x 2  36  x 2  9, x  3. Oleh
karena itu, x 2  y 2  z 2  9  3.
Kasus 2. Untuk   1 / 9, x  0, z  0, diperoleh 9 y 2  36  y 2  4, y  2. Oleh
karena itu, x 2  y 2  z 2  4  2.
Kasus 3. Untuk   1 / 36, x  0, y  0, diperoleh 36 z 2  36  z 2  1, z  1. Oleh
karena itu, x 2  y 2  z 2  1  1.
Dalam hal ini jarak terdekat ke titik asal adalah 1, dicapai pada titik-titik 0,0,1, dan
0,0,1.
Contoh 5. Tentukan titik titik pada bola berbentuk x 2  y 2  z 2  1 berjarak terjauh dari
titik 2, 1, 2.
Penyelesaian.
Pada kasus ini, kita harus memaksimumkan f ( x, y, z )  ( x  2)2  ( y  1)2  ( z  2)2
dengan syarat (constraint) g ( x, y, z )  x 2  y 2  z 2  1  0
f ( x, y, z )   f x , f y , f z   (2( x  2), 2( y  1), 2( z  2).
g ( x, y, z )  g x , g y , g z   2 x, 2 y, 2 z .
f  g  (2( x  2), 2( y  1), 2( z  2)  (2x, 2y, 2z ) atau
2( x  2)  2x  x(1   )  2
2( y  1)  2y  y (1   )  1
2( z  2)  2z  z (1   )  2
Dalam hal ini 1    0, x  2 /(1   ), y  1 /(1   ), z  2 /(1   ) disubstitusikan ke
persamaan syarat (constraint) diperoleh
4 1 4 9
  1  1  (1   ) 2  9  1    3    4,   2.
(1   ) 2
(1   ) 2
(1   ) 2
(1   ) 2

Untuk kasus   4.  x  2 / 3, y  1 / 3, z  2 / 3 dan jaraknya adalah


64 16 64 144
( x  2)2  ( y  1)2  ( z  2)2 
    4.
9 9 9 9
Untuk kasus   2.  x  2 / 3, y  1 / 3, z  2 / 3 dan jaraknya adalah
16 4 16 36
( x  2)2  ( y  1)2  ( z  2)2      2.
9 9 9 9
 2 2
Dengan demikian jarak terjauh dari titik 2, 1, 2 adalah titik   ,  ,  .
1
 3 3 3

27
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Tentukan daerah asal dan hasil dari fungsi berikut.
a) f ( x, y )  4  x 2  y 2 b) f ( x, y )  4  x 2  4 y 2
x y xy
c) z  d) z 
xy x y
2. Sketsa grafik permukaan dari fungsi berikut.
a) f ( x, y )  6  2 x  3 y b) z  4  x 2  y 2
c) z  x 2  y 2 d) f ( x, y )  y 2

3. Sketsa tingkat (level) permukaan f ( x, y, z )  c pada fungsi berikut.


a) f ( x, y, z )  x  2 y  3z di c  6
b) f ( x, y, z )  4 x  y  2 z di c  4
c) f ( x, y, z )  x 2  y 2  z 2 di c  9
d) f ( x, y, z )  4 x 2  4 y 2  z 2 di c  0
4. Tentukan limit dan kekontinuan dari fungsi berikut.
a) lim x  3 y 2
 x , y ( 2,1)
 b) lim 5x  3xy  y  1
 x , y ( 0,0)
x y x
c) lim d) lim
 x , y ( 2, 4 ) x y  x , y (1,1) x y

e) lim
sin x 2  y 2   f) lim
xy 2
 x , y ( 0, 0 ) x 2  y 2  x , y ( 0, 0 ) x 2  y 2

g) lim
x
 y3 3
h)
 lim
x2 y2  
 x , y ( 0, 0 ) x 2  y 2  x , y ( 0, 0 ) x 2  y 2

5. Tentukan turunan parsial pertama terhadap x dan y dari fungsi berikut.


x y
a) z  x y b) z  x 2 e 2 y c) z  ln d) z  e y sin xy
x y
x2 4y2
e) z  tan 2 x  y  f) z  xe
xy
x/ y
g) z   h) f ( x, y )  2
2y x x  y2
Tentukan turunan pertama terhadap x , y, dan z dari fungsi berikut
xy 1
i) w j) G ( x, y, z ) 
x yz 1 x  y2  z2
2

k) H ( x, y, z )  sin( x  2 y  3z ) l) F ( x, y, z )  ln x 2  y 2  z 2
Tunjukkan bahwa f xyy , f yxy , dan f yyx sama untuk fungsi berikut
x
m) f ( x, y, z )  e  x sin yz n) f ( x, y, z ) 
yz
 2z 2z 
Tunjukkan bahwa fungsi berikut memenuhi persamaan Laplace  2  2  0 
 x y 

28
o) z 
1 y
2
 
e  e  y sin x p) z  e x sin y
y
q) z  arctan .
x
Tunjukkan bahwa fungsi berikut memenuhi persamaan gelombang
 2z 2z 
 2  c 2 2 
 t x 

r) z  sin x  ct  s) z  sin ct sin x

6. Tentukan w / t dari fungsi berikut.


a) w  x 2  y 2 , x  e t , y  e t b) w  x 2  y 2 , x  sin t , y  e t
Tentukan nilai w / t dan w / s di titik yang titetapkan.
c) w  x 2  y 2 , x  s  t , y  s  t pada titik s  2, t  1
d) w  y 2  3x 2 y, x  e s , y  e t pada titik s  2, t  1

7. Tentukan nilai ekstrim dari fungsi berikut ini pada domain yang ditetapkan.
a) g ( x, y )  x  1   y  3 b) g ( x, y )  9  x  3   y  2
2 2 2 2

c) f ( x, y)  2 x 2  2 xy  y 2  2 x  3 d) f ( x, y)  x 2  y 2  2 x  4 y  4
e) f ( x, y)  x 3  3xy  y 3 f) f ( x, y)  y 3  3 yx 2  3 y 2  3x 2  1
8. Gunakan metode pengali Lagrange untuk menentukan nilai ekstrim. Diasumsikan
x dan y adalah positip.
a) Maksimum f ( x, y)  x 2  y 2 , pembatas : y  x 2  0
b) Maksimum f ( x, y )  2 x  2 xy  y, pembatas : 2 x  y  100
c) Maksimum f ( x, y )  6  x 2  y 2 , pembatas : x  y  2  0
d) Minimum f ( x, y, z )  x 2  y 2  z 2 , pembatas : x  y  z  6  0
e) Minimum f ( x, y, z )  2 x  y  2 z, pembatas : x 2  y 2  z 2  4
9. Tentukan titik pada ellips 4 x 2  9 y 2  36, dengan syarat terjauh dari titik 0,0.
10. Tentukan jarak dari titik (1,2,3) ke garis perpotongan bidang x  2 y  3z  4
dan 2 x  y  3z  5.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Ayres, F. 1972. Theory and Problems of Differential and Digital Calculus. 2nd
Edition. McGraw-Hill, Inc. New York.
2. Johnson, R.E. and F.L. Kiokemeister. 1978. Calculus With Analytic Geometry.
Third Edition. G.D. Makhija at India Offset Press, New Delhi.
3. Larson, E. R. et al. 1994. Calculus With Analytic Geometry. D.C. Heath and
Company. Lexington, Massachusetts Toronto.
4. Leithol, Louis. 1995. The Calculus With Analitic Geometry. 6 th Edition. Harper &
Son Publishers, San Fransisco.
5. Piskunov, N. 1981. Differential and Integral Calculus. Second Edition. MIR
Publishers, Moscow.
6. Thomas, B. George. 1984. Calculus and Analytic Geometry. 2nd Edition. McGraw
Hill Book Company, New York.

30

Anda mungkin juga menyukai