Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN
Karya ilmiah sering menjadi masalah tersendiri bagi mahasiswa. Permasalahannya bukan
pada sedikit-banyaknya tugas menulis yang diberikan oleh dosennya, melainkan bagaimana
tatacara penulisannya yang baik dan benar. Diantara karya ilmiah yang mereka harus tulis
selama perkuliahan diantaranya, makalah, proposal penelitian, proposal skripsi, laporan
penelitian dan sebagainya.

Sebagaimana dipahami bahwa kegiatan menulis ilmiah adalah bagian yang tak terpisahkan
dalam seluruh proses belajar yang dialami mahasiswa selama menuntut ilmu di perguruan
tinggi. Pada setiap semester mereka harus menulis karya ilmiah dalam berbagai bentuk dalam
setiap matakuliah yang mereka tempuh. Dengan demikian mereka diharapkan akan memiliki
wawasan yang lebih luas dan mendalam mengenai apa yang disebut dengan karya ilmiah dan
bagaimana tatacara penulisannya.

Namun, dalam menghadapi tugas menulis di atas, banyak mahasiswa yang masih
menganggapnya sebagai beban berat. Anggapantersebut timbul karena kegiatan menulis
memang meminta banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Di samping
itu menuntut keterampilan yang kadang-kadang tidak dimiliki oleh mahasiswa. Ada pula
kelompok yang meragukan kegunaannya, apalagi jika tugas menulis itu dikaitkan dengan
dengan mata kuliah yang bukan mata kuliah di bidangnya.

Dalam praktik penlisan tugas ilmiah tersebut, mahasiswa selalu berupaya semaksimal
mungkin untuk dapat menulis dengan baik. Di satu sisi ada mahasiswa yang sangat tekun dan
berusaha dengan banyak bertanya, dan membaca berbagai literatur serta rajin ke perpustakaan
untuk menghasilakan sebuah karya tulis. Namun sayangnya, sebagian yang lain hanya potong
kompas (short cut) untuk mendapat sebuah tulisan, baik dengan copy paste (copas) tugas
teman maupun sekedar copas dari internet, tanpa menambah atau merubah sedikit pun tulisan
tersebut. Hal ini terjadi tentu dikembalikan kepada individu masing-masing mahasiswa,
mereka menempatkan tugas menulis karya ilmiah itu sebagai sebuah kewajiban ilmiah atau
beban ilmiah.

Pada makalah ini, penulis mencoba memberikan pemahaman konsep dasar hakikat
menulis karya ilmiah. Harapan penulis tentu makalah ini dapat menjadi guidance, petunjuk
bagi mahasiswa untuk memahami konsep dasar karya ilmiah dan bagaimana tatacara
penulisannya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan bahasa selingkung di perguruan
tinggi.
a. Pengertian karya ilmiah

Karya ilmiah adalah hasil pemikiran seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan)
yang ingin mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui
kepustakaan, kumpulan pengalaman, penelitian dan penengatahuan orang sebelumnya
(Setiawan, 2010 : 51).

Dalam wacana yang lain dijelaskan bahwa karya ilmiah adalah hasil pemikiran ilmiah
pada suatu disiplin ilmu tertentu yang disusun secara sistematis, ilmiah, logis, benar dan
bertanggung jawab, serta menggunakan bahasa yang baik dan benar3. Jadi, karya ilmiah
ditulis bukan sekedar untuk mempertangungjawabkan penggunaan sumber daya penelitian
(uang, bahan, dan alat), tetapi juga untuk mempertanggungjawabkan penulisan karya ilmih
tersebut secara teknis dan materi. Hal ini terjadi karena suatu karya ilmiah dibaca dan
dipelajari oleh orang lain dalam kurun waktu yang tidak terbatas sebagai sarana
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Akhadiah, 1991: 24).

Karya ilmiah memenuhi syarat-syarat keilmiahan pada suatu ilmu tertentu yang dikuasai
oleh penulisnya. Hasil penulisan ilmiah harus bersifat sistematis artinya disusun dalam suatu
urutan teratur, sehingga pembaca mudah memahami hasil penulisan tersebut. Tulisan ilmiah
juga harus disusun secara logis dan benar. Oleh karena itu, untuk mencapai keilmiahan yang
logis dan benar itu, seorang penulis karya ilmiah harus memiliki landasan teori yang kuat.
Landasan teori yang kuat akan menyebabkan keilmiahan yang ditampilkan tidak
menyimpang dari suatu disiplin ilmu tertentu, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (Akhadiah, 1988: 20).

Pertanggungjawaban ilmiah tidak hanya berkaitan dengan susunan (teknis) penulisannya.


Penyusunan karya ilmiah harus memenuhi kaidah, antara lain: (1) penyebutan sumber tulisan
yang jelas. Jika penyusun karya ilmiah mengutip pendapat orang lain, maka sumber kutipan
itu harus disebutkan dengan jelas dan lengkap; (2) memenuhi kaidah penulisan kata, frasa,
dan kalimat yang sesuai dengan bahasa yang baik dan benar (Wardani, 2007: 20).

b. Ciri-ciri Karya Ilmiah

Karya ilmiah menggunakan bahasa keilmuan, yaitu ragam bahasa yang menggunakan istilah-
istilah keilmuan yang khusus dan hanya dapat dipahami oleh pakar pada bidang tertentu.
Oleh karena itu penulis karya ilmiah hendaknya mengambil topic permasalahan karya ilmiah
nya sesuai bidang yang ditekuni agar hasil karya-karya ilmiahnya dapat lebih terperinci dan
mendalam.

Ciri-ciri bahasa keilmuan sebagai media karya ilmiah antara lain:

1) Reproduktif, artinya bahwa maksud yang ditulis oleh penulisnya diterima dengan
makna yang sama oleh pembaca.
2) Tidak ambigu, artinya tidak bermakna ganda akibat penulisnya kurang menguasai
materi atau kurang mampu menyusun kalimat dengan subjek dan predikat yang jelas.
3) Tidak Emotif, artinya tidak melibatkan aspek perasaan penulis. Hal-hal yang
diungkapkan harus rasional, tanpa diberi tambahan pada subjektifitas penulisnya.
4) Penggunaan bahasa baku dalam ejaa, kata, kalimat dan paragraf. Penulis harus
menggunakan bahasa mengikuti kaidah tatabahasa agar tulisannya tidak mengandung
salah tafsir bagi pembaca.
5) Penggunaan istilah keilmuan, artinya penulis karya ilmiah harus mempergunakan
istilah-istilah keilmuan bidang tertentu sebagai bukti penguasaan penulis terhadap
ilmu yang tidak dikuasai oleh penulis pada bidang yang lain.
6) Bersifat dekoratif, artinya penulis dalam karya ilmiah harus menggunakan istilah atau
kata yang hanaya memiliki satu makna.
7) Rasional, artinya penulis harus menonjolkan keruntutan pikiran yang logis, alur
pemikiran yang lancer, dan kecermatan penulisan.
8) Ada kohesi antarkalimat pada setiap paragraf dalam setiap bab.
9) Bersifat straightforward atau langsung ke sasaran. Tulisan ilmiha hendaknya tidak
berbelit-belit, tetapi langsung ke penjelasan atau paparan yang hendak disampaikan
kepada pembaca.
10) Penggunaaan alimat efektif, artinya kalimat itu padat berisi, tidak berkepanjangan
(bertele-tele), sehingga makna yang hendak disampaikan kepada pembaca tepat
mencapai sasaran (Rahayu, 207 : 50).
c. Syarat-syarat Ilmiah

Sebuah karya ilmiah dikatakan sebagai tulisan ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat
penulisan ilmiah sebagai berikut:

1) Komunikatif, artinya uraian yang disampaikan dapat dipahami pembaca.


2) Kata dan kalimat yang disusun penulis hendaknya bersifat denotatif, sehingga tidak
menimbulkan penafsiran ganda bagi pembacanya.
3) Bernalar, artinya tulisan itu harus sistematis, berurutan secara logis, ada kohesi dan
koherensi, dan mengikuti metode ilmiah yang tepat, dipaparkan secara objektif, benar,
dan dapat dipertanggungjawabkan.
4) Ekonomis, artinya kata atau kalimat yang ditulis hendaknya diseleksi sedemikian rupa
sehingga tersusun secara padat berisi.
5) Berdasarkan landasan teoritis yang kuat, artinya suatu hasil karya ilmiah bukan
subjektifitas penulisnya, tetapi harus berlandaskan teori-teori tertentu yang dikuasai
secara mendalam oleh penulis.
6) Tulisan harus relevan dengan ilmu tertentu, artinya tulisan harus ditulis oleh
seseorang yang menguasai suatu bidang ilmu tertentu.
7) Memiliki sumber penopang mutakhir, artinya tulisan ilmiah harus menggunakan
landasan teori berupa teori mutakhir (terbaru).
8) Bertanggung jawab, artinya sumber data, buku acuan dan kutipan harus bertanggung
jawab dengan menyebutkan sumber tulisan dalam karya ilmiahnya (Suparno dan M
Yunus, 2007: 20).
d. Bahasa Baku dalam Karya Ilmiah

Dalam penulisan karya ilmiah, hal yang tidak boleh dilupakan adalah penggunaan bahasa
baku. Bahasa baku merupakan ragamm bahasa orang yang berpendidikan, yaitu bahasa dunia
pendidikan.

Menurut Parera (1993 : 35) bahasa baku memiliki tiga sifat utama, antara lain adanya
kemantapan dinamis, ini diwujudkan melalui kaidah aturan kebahasaan yang bersifat tetap.
Namun, kemantapan bahasa baku juga bersifat dinamis artinya bahasa baku masih
memungkinkan adanya perubahan yang bersistem dan teratur di bidang kosa kata dan
peristilahan serta mengizinkan perkembangan berjenis ragam yang diperlukan dalam
kehidupan modern.

Sifat kedua yang menandai bahasa baku adalah sifat kecendikiaannya. Kecendikian bahasa
berwujud melalui penyusunan kalimat, pargraf, dan kesatuan bahasa yang lebih besar yang
menunjukkan penalaran dan pemikiran yang logis, teratur dan masuk akal. Proses
kecendikiaan bahasa itu penting karena pengenalan ilmu dan teknologi modern, yang kini
umumnya masih bersumber dari bahasa asing, harus dapat dilangsungkan lewat buku bahasa
Indonesia.
Sifat ketiga, yang menandai bahasa baku adalah sifat penyeragaman kaidah. Ada kaidah-
kaidah bahasa yang bersifat tetap, berlaku resmi untuk semua kepentingan resmi, dan
dipahami secara sama oleh pengguna bahasa baku.

e. Penulisan Daftar Pustaka

Daftar Pustaka adalah daftar bacaan yang disarankan untuk dibaca dan tidak diacu dalam
tulisan, baik dalam tesis/disertasi/laporan, tetapi sekedar untuk memperluas wawasan bagi
mereka yang ingin mengetahuinya lebih lanjut. Pada bagian akhir sebuah tulisan ilmiah sudah
dibakukan tersajinya daftar acuan yang dipakai dalam menyusun naskah karangan. Daftar
pustaka merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lainnya yang
dikutip, baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca, tetapi tidak
dikutip tidak dicantumkan dalam daftar acuan, sedangkan semua sumber yang dikutip secara
langsung ataupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar pustaka.

Akhadiah (1991: 87) menjelaskan bahwa pada umumnya, unsur yang ditulis dalam daftar
acuan secara berturut-turut meliputi (1) nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir,
nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan, (3) judul, termasuk
anak judul (subjudul), (4) kota tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit, halaman  (volume
dan nomor halaman untuk jurnal). Unsur-unsur tersebut dapat bervariasi bergantung jenis
sumber pustakanya.

1.Acuan dari Buku

Buku yang berisi satu karangan dan ditulis oleh satu atau lebih dari satu orang. Penulisan
acuan disusun sebagai berikut: Nama penulis ditulis di depan diikuti dengan tahun
penerbitan. Judul buku dicetak miring, dengan huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata
hubung. Edisi atau jilid/cetakan dalam kurung (jika ada). Tempat penerbitan dan nama
penerbit dipisahkan dengan titik dua (:)

Contoh:

Faizal, S. 1992. Format-Format Penelitian Sosial: Dasar-Dasar dan Aplikasi. Jakarta:


Rajawali Press.

Beberapa buku dengan penulis yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama. Nama
penulis ditulis di depan, data tahun penerbitan diikuti oleh lambang a, b, c, dan seterusnya,
yang urutannya ditentukan secara kronologis atau berdarsarkan abjad judul buku-bukunya.
Contoh:

Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and Emerging Issues. Atlanta,
GA: Career Ladder Clearinghouse.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planning Career Ladders: Lessons from the States. Atlanta,
GA: Career Ladder Clearinghouse.

2.Buku yang berisi kumpulan artikel (Ada editornya)

Penulisan acuan sama dengan penulisan acuan dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.)
jika ada satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, di antara nama penulis dan tahun
penerbitan.

Contoh:

Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education: Teaching English As A
Second Language. New York: Praeger.

Aminuddin (Ed.). 1990. Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan
Sastra. Malang: HISKI Komisariat Malang dan YA3.

3.Acuan dari Artikel dalam Jurnal

Nama penulis ditulis paling depan diikuti tahun penerbitan dan judul artikel yang   ditulis
dengan cetak biasa, dan huruf besar pada setiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak
miring, dan huruf awal dari setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata hubung.
Bagian akhir ditulis berturut-turut tahun ke berapa atau volume (kalau ada), nomor berapa
(dalam kurung), dan nomor halaman dari artikel tersebut.

Contoh:

Ahmad, S. 1994. Peranan Ibu dalam Mempersiapkan Generasi Pembangunan Abad XXI.
Bungawellu: Jurnal Kajian Wanita,1(1), 1 - 22.

4.Acuan dari Internet

a) Artikel dalam jurnal

Nama penulis ditulis seperti acuan dari jurnal cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tahun, judul artikel, nama jurnal dicetak miring dengan diberi keterangan dalam kurung
(Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber acuan disertai dengan
keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal
Ilmu Pendidikan, (Online), jilid 5, No. 4, (http://www.malang.ac.id, Diakses 20 Januari
2000).

b) Karya Individual

Nama penulis ditulis seperti acuan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tahun, judul karya dicetak miring dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), dan
diakhiri dengan alamat sumber acuan disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara
tanda kurung.

Contoh:

Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey of STM Online Journals, 1990-95: The
Calm before the Storm (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html, Diakses
1Juni 1996).

c) Bahan Diskusi

Nama penulis ditulis seperti acuan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh
tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama bahan diskusi dicetak miring, dengan diberi
keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber acuan tersebut
disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.

Contoh:

Wilson, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites. NETTRAIN Discussion


List, (Online), (NETTRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, Diakses 22 November 1995).

d) E-mail Pribadi

Nama pengirim (jika ada) ditulis paling depan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-
mail pengirim), diikuti secara berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik isi bahan
(dicetak miring), nama yang dikirimi disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang
dikirimi).

Contoh:
Naga, Dali. S. (ikip-jkt@indo.net.id). 1 Oktober 1997. Artikel untuk JIP. E-mail kepada
Ali Saukah (jippsi@mlg.ywcn.or.id).

5. acuan Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM

Penulisannya pada daftar acuan sama dengan acuan dari artikel dalam jurnal cetak
ditambah dengan penyebutan CD-Romnya dalam kurung.

Contoh:

Krashen, S., Long, M. & Scaecella, R. 1979. Age, Rate and Eventual Attainment in
Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13:573-82 (CD-ROM Quarterly-Digital,
1997).

6.Acuan dari Karya Terjemahan.

Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penerbitan karya asli (kalau tahun
tidak tercantum ditulis "tanpa tahun", judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan,
tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan.

Contoh:

Berg, A. & Muscat, R. 1975. Faktor Gizi. Terjemahan oleh Sediaoetama, A. D. 1987.
Jakarta: Bhratara Karya.

Boserup, E. 1970. Peranan Wanita dalam Perkembangan Ekonomi. Terjemahan oleh


Joebhaar, M. & Sunarto. 1984. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

7. Acuan dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi

Nama penyusun paling awal, diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi atau
disertasi dicetak biasa diikuti dengan pernyataan  Skripsi, Tesis atau Disertasi dicetak miring,
kemudian pernyataan  Tidak diterbitkan.  Nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama
fakultas serta nama perguruan tinggi.

Contoh:

Pangaribuan, T. 1992.  Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa Inggris


di LPTK. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP Malang.

8. Acuan dari Buletin


Nama penulis diikuti tahun penerbitan, judul artikel, kemudian nama Buletin dicetak
miring, dan nomor terbitan, tahun keberapa, dan halaman artikel.

Contoh:

Suyono, H. 1994. Membangun Keluarga Sejahtera Ikut Mengentaskan Kemiskinan. Buletin


KB Nasional, No.2. Tahun I, 3 - 4.

9. Acuan dari Laporan

Nama laporan ditulis paling awal, diikuti tahun, judul artikel, kota penerbitan, nama
lembaga yang menerbitkan (mengeluarkan laporan).

Contoh:

Population Report. 1995. More Evidence in the Cancer Debate. Baltimore, MD: The Johns
Hopkins School of Hygiene and Public Health, Population Information Programs, Center for
Communication Programs.

10. Acuan dari Prosiding/Risalah

Penulisan identitas acuan dimulai dengan nama penulis, diikuti tahun, judul artikel.
Diikuti kata "Dalam" kemudian nama penyunting atau editor (kalau ada), nama prosiding/
risalah dicetak miring, nomor halaman artikel dalam kurung, kota tempat berlangsungnya
kegiatan, dan lembaga penyelenggara kegiatan (atau kota penerbitan dan nama penerbit).

Contoh:

Achir, Y. A. & Wirosuhardjo, K. 1995.  Pengembangan Sikap Menyukai Makanan


Tradisional Melalui Pendidikan. Dalam F. G. Winarno., N. L. Puspitasari. & F. Kusnandar,
(Eds.) Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional (259-264). Jakarta:
Kantor Menteri Negara Urusan Pangan RI.

11. Acuan dari Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, Lokakarya

Nama penyusun ditulis paling awal, diikuti tahun penyajian, judul makalah, diikuti
pernyataan Makalah disajikan dalam (nama pertemuan dicetak miring), lembaga
penyelenggara, tempat, dan tanggal penyelenggaraan.

Contoh:
Suhardjo. 1992. Pengorganisasian Pengajaran Berdasar Teori Elaborasi. Makalah disajikan
dalam Seminar Nasional Teknologi Pendidikan dan Kongres II Ikatan Profesi Teknologi
Pendidikan Indonesia. IKIP Malang, Malang, 17 - 19 November.

12. Acuan dari Dokumen Resmi Pemerintah tanpa nama Penulis

a) Dokumen yang Diterbitkan oleh suatu Penerbit Tanpa Lembaga

Judul atau nama dokumen ditulis paling awal dengan cetak miring, diikuti tahun
penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.

Contoh:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1989. Jakarta: PT Kresiasi Jaya Utama.

b) Dokumen yang Ditulis Atas Nama Lembaga dengan atau Tanpa Penerbit

Nama lembaga penanggung jawab ditulis paling awal, diikuti dengan tahun, judul
karangan yang dicetak miring, nama tempat penerbitan, dan nama lembaga yang
bertanggungjawab atas penerbitan karangan tersebut, atau nama penerbit (kalau ada)

Contoh:

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1992. Undang-Undang Republik


Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1991. Peraturan Pemerintah Republik


Indonesia Nomor 30 Tahun 1991 tentang Pendidikan Tinggi. Jakarta: Balai Pustaka. (Parera,
1993: 34 – 40)

Sebagai catatan, kaidah penulisan daftar pustaka dalam penulisannya tetap mengacu pada
bahasa selingkung di perguruan tingi masing-masing. Maksudnya, bahwa setiap perguruan
tinggi memiliki acuan tersendiri yang biasanya tercantum di dalam buku panduan penulisan
skripsi, tesis maupun disertasi. Dengan demikian mahasiswa dalam penulisan notasi ilmiah
maupun daftar pustaka harus berpegangan dari buku acuan tersebut. Adapun kaidah di atas
adalah kaidah umum yang bisa dipakai diberbagai perguruan tinggi.

f. Perbedaan artikel ilmiah penelitian dengan artikel ilmiah konfensional


Artikel Konseptual Artikel konseptual adalah hasil pemikiran penulis atas suatu
permasalahan, yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dalam upaya untuk menghasilkan
artikel jenis ini penulis terlebih dahulu mengkaji sumber-sumber yang relevan dengan
permasalahannya, baik yang sejalan maupun yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan
oleh penulis. Sumber-sumber yang dianjurkan untuk dirujuk dalam rangka menghasilkan
artikel konseptual adalah juga artikel-artikel konseptual yang relevan, hasil-hasil penelitian
terdahulu, disamping teori-teori yang dapat digali dari buku-buku teks. Bagian paling vital
dari artikel konseptual adalah pendapat atau pendirian penulis tentang hal yang dibahas, yang
dikembangkan dari analisis terhadap pikiranpikiran mengenai masalah yang sama yang telah
dipublikasikan sebelumnya. Jadi, artikel konseptual bukanlah sekedar kolase cuplikan-
cuplikan dari sejumlah artikel, apalagi pemindahan tulisan dari sejumlah sumber, tetapi hasil
pemikiran analitis dan kritis penulisnya. Artikel konseptual biasanya terdiri dari beberapa
unsur pokok, yaitu judul, nama penulis, abstrak dan kata kunci, pendahuluan, bagian inti atau
pembahasan, penutup dan daftar rujukan. Uraian singkat tentang unsur-unsur tersebut
disampaikan di bawah ini.

1. Judul

Judul artikel konseptual hendaknya mencerminkan dengan tepat masalah yang dibahas.
Pilihan kata-kata harus tepat, mengandung unsur-unsur utama masalah, jelas dan setelah
disusun dalam bentuk judul harus memiliki daya tarik yang cukup kuat bagi pembaca. Judul
dapat ditulis dalam bentuk kalimat berita atau kalimat tanya. Salah satu ciri penting judul
artikel konseptual adalah "provokatif", dalam arti merangsang pembaca untuk membaca
artikel yang bersangkutan. Hal ini penting karena artikel konseptual pada dasarnya bertujuan
untuk membuka wacana diskusi, argumentasi, analisis dan sintesis pendapat-pendapat para
ahli atau pemerhati bidang tertentu. Perhatikan juduljudul artikel di bawah ini, dan lakukan
evaluasi terhadap judul-judul tersebut untuk melihat apakah kriteria yang disebutkan di atas
terpenuhi. Membangun Teori melalui Pendekatan Kualitatif (Forum Penelitian Kependidikan
Tahun 7, No. 1) Repelita IV: A Cautious Development Plan for Steady Growth
(Kaleidoscope International Vol. IX NO 1) Interpreting Student's and Teacher's Discourse in
Science Classes: An Underestimated problem? (Journal of Research in Science Teaching Vol.
33,No.2) Contoh-contoh judul di atas tercermin ciri-ciri yang diharapkan ditunjukkan oleh
artikel konseptual seperti provokatif, argumentatif, dan analitik.

2. Nama Penulis
Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar profesional yang
lain. Jika dikehendaki gelar kebangsawanan atau keagamaan boleh disertakan. Nama lembaga
tempat penulis bekerja ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika penulis lebih dari
dua orang, hanya nama penulis utama saja yang dicantumkan disertai tambahan dkk. Nama
penulis lain ditulis dalam catatan kaki atau di tempat lain jika tempat catatan kaki tidak
mencukupi.

3. Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak artikel konseptual adalah ringkasan dari isi artikel yang dituangkan secara padat;
bukan komentar atau pengantar penulis. Panjang abstrak biasanya 50-75 kata yang disusun
dalam satu paragraf, diketik dengan spasi tunggal. Format lebih sempit dari teks utama
(margin kanan dan kiri menjorok masuk beberapa ketukan. Dengan membaca abstrak
diharapkan (calon) pembaca segera memperoleh gambaran umum dari masalah yang dibahas
di dalam artikel. Ciri-ciri umum artikel konseptual seperti kritis dan provokatif hendaknya
juga sudah terlihat di dalam abstrak ini, sehingga (calon) pembaca tertarik untuk meneruskan
pembacaannya. Abstrak hendaknya juga disertai dengan 3-5 kata kunci, yaitu istilahistilah
yang mewakili ide-ide atau konsep-konsep dasar yang terkait dengan ranah permasalahan
yang dibahas dalam artikel. Jika dapat diperoleh, kata-kata kunci hendaknya diambil dari
bidang ilmu terkait. Perlu dicatat bahwa kata-kata kunci tidak hanya dapat dipetik dari judul
artikel, tetapi juga dari tubuh artikel walaupun ide-ide atau konsep-konsep yang diwakili
tidak secara eksplisit dinyatakan atau dipaparkan di dalam judul atau tubuh artikel.

4. Pendahuluan

Bagian ini menguraikan hal-hal yang dapat menarik perhatian pembaca dan memberikan
acuan (konteks) bagi permasalahan yang akan dibahas, misalnya dengan menonjolkan hal-
hal yang kontroversial atau belum tuntas dalam pembahasan permasalahan terkait dalam
artikel-artikel atau naskah-naskah lain yang telah dipublikasikan terdahulu. Bagian
pendahuluan ini hendaknya diakhiri dengan rumusan singkat (1-2 kalimat) tentang hal-hal
pokok yang akan dibahas dan tujuan pembahasan Seperti tiga segmen bagian pendahuluan
dalam contoh di bawah ini. Partisipasi masyarakat merupakan unsur yang penting sekali bagi
keberhasilan program pendidikan. Catatan sejarah pendidikan di negara-negara maju dan
dikelompok-kelompok masyarakat yang telah berkembang kegiatan pendidikannya
menunjukkan bahwa keadaan dunia pendidikan mereka sekarang ini telah dicapai dengan
partisipasi masyarakat yang sangat signifikan di dalam berbagai bentuk. Di Amerika Serikat
dalam tingkatan pendidikan tinggi dikenal apa yang disebut "Land grant universities." dst.
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para ahli yang berkaitan dengan menurunnya
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Sebagian ahli berpendapat bahwa
sistem politik yang kurang demokratis dan budaya masyarakat paternalistik telah
menyebabkan rendahnya partisipasi. Sementara itu penulispenulis lain lebih memfokus pada
faktorfaktor ekonomi.

Dari kajian terhadap berbagai tulisan dan hasil penelitian yang disebutkan di muka
terlihat bahwa masih terdapat beberapa hal yang belum jelas benar atau setidak-tidaknya
masih menimbulkan keraguan mengenai sebab-sebab menurunnya mutu partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan. Dalam artikel ini akan dibahas kemungkinan-
kemungkinan menurunnya partisipasi masyarakat tersebut berdasarkan analisis ekonomi
pendidikan.

Diharapkan, dengan analisis ini kekurangan analisis terdahulu dapat dikurangi dan dapat
disusun penjelasan baru yang lebih komprehensif. Di dalam petikan bagian pendahuluan di
atas dapat dilihat alur argumentasi diikuti penulis untuk menunjukkan masih adanya
perbedaan pandangan tentang menurunnya partisipasi masyarakat di dalam pengembangan
pendidikan. Tinjauan dari berbagai sudut pandang telah menghasilkan kesimpulan yang
beragam, yang membuka kesempatan bagi penulis untuk menampilkan wacana penurunan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan pendidikan dari sudut pandang yang lain.

5. Bagian Inti

Isi bagian ini sangat bervariasi, lazimnya berisi kupasan, analisis, argumentasi,
komparasi, keputusan dan pendirian atau sikap penulis mengenai masalah yang dibicarakan.
Banyaknya subbagian juga tidak ditentukan, tergantung kepada kecukupan kebutuhan
penulis untuk menyampaikan pikiranpikirannya. Di antara sifat-sifat artikel terpenting yang
seharusnya ditampilkan di dalam bagian ini adalah kupasan yang argumentatif, analitik dan
kritis dengan sistimatika yang runtut dan logis, sejauh mungkin juga berciri komparatif dan
menjauhi sifat tertutup dan instruktif. Walaupun demikian, perlu dijaga agar tampilan bagian
ini tidak terlalu panjang dan menjadi bersifat enumeratif seperti diktat. Penggunaan
subbagian dan sub-subbagian yang terlalu banyak juga akan menyebabkan artikel tampil
seperti diktat. Berikut ini contoh petikan bagian artikel. Perubahan atau penyesuaian
paradigma dan praktekpraktek pendidikan adalah suatu keharusan jika dunia pendidikan
Indonesia tidak ingin tertinggal dan kehilangan perannya sebagai wahana untuk menyiapkan
generasi masa datang. Ironisnya, kalangan pendidikan sendiri tidak dengan cepat
mengantisipasi, mengembangkan dan mengambil inisiatif inovasi yang diperlukan, walaupun
kesadaran akan perlunya perubahanperubahan tertentu sudah secara luas dirasakan. Hesrh
dan Mckibbin (1983:3) menyatakan bahwa sebenarnya banyak pihak telah menyadari
perlunya inovasi(dari Ibnu, 1996:2) Contoh bagian inti artikel konseptual di atas dapat dilihat
dengan jelas bagian yang paling vital dari jenis artikel ini yaitu posisi atau pendirian penulis,
seperti terlihat di dalam kalimat: Perubahan atau penyesuaian paradigma dan praktek-praktek
pendidikan adalah suatu keharusan jika.

6. Penutup atau Simpulan

Penutup biasanya diisi dengan kesimpulan atau penegasan pendirian penulis atas masalah
yang dibahas pada bagian sebelumnya. Banyak penulis yang berusaha menampilkan segala
apa yang telah di bahas di bagian terdahulu, secara ringkas. Sebagian penulis menyertakan
saran-saran atau pendirian alternatif. Jika memang dianggap tepat bagian terakhir ini dapat
disajikan dalam subbagian tersendiri. Contoh untuk bagian ini dapat dilihat pada berbagai
artikel jurnal. Walaupun mungkin terdapat beberapa perbedaan gaya penyampaian, misi
bagian akhir ini pada dasarnya sama: mengakhiri diskusi dengan suatu pendirian atau
menyodorkan beberapa alternatif penyelesaian seperti contoh di bawah ini. Konsep
pemikiran tentang Demokrasi Ekonomi pada prinsipnya adalah khas Indonesia.

Menurut Dr. M.Hatta dalam konsep Demokrasi Ekonomi berlandaskan pada tiga hal,
yaitu: (a) etika sosial yang tersimpul dalam nilai-nilai Pancasila; (b) rasionalitas ekonomi
yang diwujudkan dalam perencanaan ekonomi oleh negara; dan (c) organisasi ekonomi yang
mendasarkan azas bersama/koperasi. Isu tentang pelaksanaan Demokrasi Ekonomi dalam
sistem perekonomian Indonesia menjadi ramai dan menarik pada era tahun 90-an.

Hal tersebut terjadi sebagai reaksi atas permasalahan konglomerasi di Indonesia. Perlu
diupayakan hubungan kemitraan yang baik antar pelaku ekonomi dalam sistem
perekonomian Indonesia. Pada saat ini nampak sudah ada political will dari pemerintah kita
terhadap kegiatan ekonomi berskala menengah dan kecil. Namun demikian kemauan politik
saja tidak cukup tanpa disertai keberanian politik. Semangat untuk berpihak pada
pengembangan usaha berskala menengah dan kecil perlu terus digalakkan, sehingga tingkat
kesejahteraan seluruh masyarakat dapat ditingkatkan.

7. Daftar Rujukan

Bahan rujukan yang dimasukkan dalam daftar rujukan hanya yang benar-benar dirujuk di
dalam tubuh artikel. Sebaliknya, semua rujukan yang telah disebutkan dalam tubuh artikel
harus tercatat di dalam daftar rujukan. Penulisan daftar rujukan dilakukan pada halaman
terakhir artikel, tidak pada halaman baru. Tata aturan penulisan daftar rujukan bervariasi,
tergantung gaya selingkung yang dianut. Walaupun demikian harus senantiasa diperhatikan
bahwa tata aturan ini secara konsisten diikuti dalam setiap nomor penerbitan.

Artikel Ilmiah Laporan penelitian sebelum ditampilkan sebagai artikel dalam jurnal,
laporan penelitian harus disusun kembali agar memenuhi tata tampilan karangan sebagaimana
yang dianjurkan oleh dewan penyunting jurnal yang bersangkutan dan tidak melampaui batas
panjang karangan. Jadi, artikel hasil penelitian bukan sekedar bentuk ringkas atau
"pengkerdilan" dari laporan teknis, tetapi merupakan hasil kerja penulisan baru, yang
dipersiapkan dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tetap menampilkan secara lengkap
semua aspek penting penelitian, tetapi dalam format artikel yang jauh lebih kompak dan
ringkas daripada laporan teknis aslinya.

Bagian-bagian artikel hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal adalah judul, nama
penulis, abstrak dan kata kunci, bagian pendahuluan, metode, hasil penelitian, pembahasan,
kesimpulan dan saran, dan daftar rujukan. Kajian pustaka lazim disajikan untuk mengawali
artikel dan sekaligus merupakan suatu pembahasan tentang rasional pentingnya masalah yang
diteliti. Bagian awal ini berfungsi sebagai latarbelakang penelitian. Penulisan artikel untuk
publikasi menggunakan sistimatika tanpa angka ataupun abjad.

Berikut ini disajikan uraian tentang isi artikel hasil penelitian secara umum berlaku untuk
hasil penelitian kuantitatif ataupun kualitatif.

1. Judul

Judul artikel hendaknya informatif, lengkap, tidak terlalu panjang atau terlalu pendek,
yaitu antara 5-15 kata. Judul artikel memuat variabel-variabel yang diteliti atau kata kunci
yang menggambarkan masalah yang diteliti. Perlakukan sebagai suatu label bukan kalimat.
Hindari singkatan berupa jargon. Berikut ada beberapa contoh penulisan judul. Refleksi
kritis terhadap program JPS (Jaring Pengaman Sosial) studi kasus Proyek PDM-DKE (Jurnal
JKAP Vol 3 Nomor 1 (juli 1999) Dampak program transmigrasi terhadap pendapatan dan
distribusi pendapatan petani Peran pendapatan asli daerah (PAD) dalam anggaran
pendapatan dan belanjar daerah (APBD) Jika dibandingkan dengan judul-judul di atas, akan
segera tampak perbedaannya dengan judul artikel nonpenelitian, terutama dengan terlihatnya
variabelvariabel utama yang diteliti.

2. Nama Penulis

Nama penulis artikel ditulis tanpa disertai gelar akademik atau gelar lain apapun. Nama
lembaga tempat bekerja penulis ditulis sebagai catatan kaki di halaman pertama. Jika lebih
dari dua peneliti, hanya peneliti utama saja yang dicantumkan di bawah judul, nama peneliti
lain ditulis dalam catatan kaki.

3. Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak berisi pernyataan ringkas dan padat tentang ide-ide yang paling penting. Abstrak
memuat masalah dan tujuan penelitian, prosedur penelitian (untuk penelitian kualitatif
termasuk deskripsi tentang subjek yang diteliti), dan ringkasan hasil penelitian (bila
dianggap perlu, juga kesimpulan dan implikasi). Tekanan diberikan pada hasil penelitian.
Hal-hal lain seperti hipotesis, pembahasan, dan saran tidak disajikan. Abstrak hendaknya
ditulis dalam bahasa Inggris. Terjemahan judul artikel berbahasa Indonesia dimuat pada
baris pertama abstrak berbahasa Inggris. Panjang Abstrak tidak lebih dari 200 kata dan
ditulis dalam satu paragraf. Abstrak diketik dengan spasi tunggal dengan menggunakan
format yang lebih sempit dari teks utamanya (margin kanan dan kiri menjorok masuk 1,2
cm). Kata kunci adalah kata pokok yang menggambarkan daerah masalah yang diteliti atau
istilah-istilah yang merupakan dasar pemikiran gagasan dalam karangan asli, berupa kata
tunggal atau gabungan kata. Jumlah kata kunci sekitar 3-5 buah. Kata kunci diperlukan untuk
komputerisasi sistem informasi ilmiah. Dengan kata kunci dapat ditemukan judul-judul
penelitian abstraknya dengan mudah.

4. Pendahuluan
Pendahuluan tidak diberi judul, ditulis langsung setelah abstrak dan kata kunci. Bagian ini
menyajikan kajian pustaka yang berisi paling sedikit tiga gagasan: (1) latar belakang atau
rasional penelitian, (2) masalah dan wawasan rencana pemecahan masalah, (3) rumusan
tujuan penelitian (dan harapan tentang manfaat hasil penelitian) Sebagai kajian pustaka,
bagian ini harus disertai rujukan yang bisa menjamin otoritas penulisnya. Jumlah rujukan
harus proporsional (tidak terlalu sedikit atau tidak terlalu banyak). Pembahasan kepustakaan
harus disajikan secara ringkas, padat, dan langsung mengenai masalah yang diteliti. Aspek
yang dibahas dapat mencakup landasan teorinya, segi historisnya atau segi lainnya. Penyajian
latar belakang atau rasional penelitian hendaknya sedemikian rupa sehingga mengarahkan
pembaca ke rumusan masalah penelitian yang dilengkapi dengan rencana pemecahan masalah
dan akhirnya ke rumusan tujuan. Untuk penelitian kualitatif di bagian ini dijelaskan juga
fokus penelitian dan uraian konsep yang berkaitan dengan fokus penelitian.

5. Metode

Pada dasarnya bagian ini menyajikan bagaimana penelitian itu dilakukan. Uraian disajikan
dalam beberapa paragraf tanpa subbagian, atau dipilah-pilah menjadi beberapa subbagian.
Hanya hal-hal pokok saja yang disajikan. Uraian tentang rancangan penelitian tidak perlu
diberikan. Materi pokok bagian ini adalah bagaimana data dikumpulkan, siapa sumber data,
dan bagaimana data dianalisis. Apabila uraian ini disajikan dalam subbagian, maka subbagian
itu antara lain berisi keterangan tentang populasi dan sampel (atau subjek), intrumen
pengumpulan data, rancangan penelitian (terutama jika digunakan rancangan yang cukup
kompleks seperti rancangan eksperimental), dan teknik analisis data. Untuk penelitian
kualitatif perlu ditambahkan perian mengenai kehadiran peneliti, subjek penelitian dan
informan beserta cara-cara menggali data penelitian, lokasi penelitian, dan lama penelitian.
Selain itu juga diperlukan mengenai pengecekan keabsahan hasil penelitian. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan observasi
partisipatori. Peneliti terjun langsung ke dalam kehidupan masyarakat desa, ikut serta
melakukan berbagai aktivitas sosial sambil mengumpulkan data yang dapat diamati langsung
di lapangan atau yang diperoleh dari informan kunci. Pencatatan dilakukan tidak langsung
tetapi ditunda sampai peneliti dapat "mengasingkan diri" dari anggota masyarakat sasaran.
Informasi yang diberikan oleh informan kunci diuji dengan membandingkannya dengan
pendapat nara sumber yang lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan
Rancangan eksperimen pretest-posttest control group design digunakan dalam penelitian ini.
Subjek penelitian dipilih secara random dari seluruh siswa kelas 3 kemudian secara random
pula ditempatkan ke dalam kelompok percobaan dan kelompok kontrol. Data diambil dengan
menggunakan tes yang telah dikembangkan dan divalidasi oleh lembaga pengembangan tes
Nasional. Analisis data dilakukan dengan.

6. Hasil

Bagian hasil adalah bagian utama artikel ilmiah, dan oleh karena itu biasanya merupakan
bagian terpanjang. Bagian ini menyajikan hasil-hasil analisis data atau yang dilaporkan
adalah hasil bersih. Proses analisis data (seperti perhitungan statistik) tidak perlu disajikan.
Proses pengujian hipotesispun tidak perlu disajikan, termasuk perbandingan antara koefisien
yang ditemukan dalam analisis dengan koefisien dalam tabel statistik. Yang dilaporkan
adalah hasil analisis dan hasil pengujian hipotesis. Hasil analisis boleh disajikan dengan tabel
atau grafik. Tabel ataupun grafik harus diberi komentar atau dibahas. Pembahasan tidak
harus dilakukan per tabel atau grafik. Tabel atau grafik digunakan untuk memperjelas
penyajian hasil secara verbal. Apabila hasil yang disajikan cukup panjang, penyajian bisa
dilakukan dengan memilah-milah menjadi subbagian-subbagian sesuai penjabaran masalah
penelitian. Apabila bagian ini pendek, bisa digabung dengan bagian pembahasan. Untuk
penelitian kualitatif, bagian hasil memuat bagianbagian rinci dalam bentuk subtopik-
subtopik yang berkaitan langsung dengan fokus penelitian.

Bagian ini adalah bagian terpenting dari keseluruhan isi artikel ilmiah. Tujuan
pembahasan adalah: (a) menjawab masalah penelitian atau menunjukkan bagaimana tujuan
penelitian itu dicapai, (b) menafsirkan temuan-temuan, (c) mengintegrasikan temuan
penelitian ke dalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan, dan (d) menyusun teori baru
atau memodifikasi teori yang ada. Dalam menjawab masalah penelitian atau tujuan
penelitian, harus disimpulkan hasil-hasil penelitian secara eksplisit.

DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta:
Erlangga.

________, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

J.D. Parera. 1993. Bahasa Indonesia Sebagai Matakuliah Dasar Umum. Jakarta: Erlangga.
Keraf, Gorys. 1978. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende: Nusa Indah.

Minto Rahayu. 2007. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian. Jakarta: PT. Grasindo.

Setiawan, Budhi. 2010. Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa. Salatiga: Widyasari Press.

Suparno dan M. Yunus. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai