02 - ASST 2011 Reaction & SimpleBeam

BALOK SEDERHANA
(SIMPLE BEAM)
Jurusan Teknik Sipil & Lingkungan ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo
Fakultas Teknik, Universitas Gadjahmada Program S1 02 - 01
BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)
Ditinjau sebuah batang AB yang berada bebas dalam bidang y-z:
A B
Translasi
P
A‘
) Rotasi
B‘
Jika pada batang tsb dikenakan gaya (beban) P, maka batang
menjadi tidak stabil karena mengalami translasi dan rotasi ,
dan berpindah menempati posisi A‘B‘.
Untuk menjadi batang yang stabil dan memenuhi persyaratan

statical equilibrium maka translasi dan rotasi tersebut harus
dihilangkan, yaitu dengan memasang tumpuan pada batang tsb.
1
Jika di titik A diberi tumpuan sendi (lihat cat. kuliah sebelumnya),

maka: - translasi tidak terjadi
- rotasi masih terjadi
P
A B
) Rotasi
B‘
Tetapi keadaan ini tetap belum stabil !!!
Catatan:
Sifat-sifat tumpuan sendi:
- Tidak bertlansasi (tidak bergeser dalam arah z dan y)
 mampu menahan reaksi arah z (hors.) maupun arah y (vert.)
- Dapat berputar (berotasi)
 tidak dapat menahan momen, jadi di tempat tsb. MA = 0
- Pada tumpuan sendi timbul dua reaksi: RZ atau RH dan RY atau RV
Contoh tumpuan sendi:

RH RH
RV RV
Pada tumpuan sendi
timbul 2 reaksi: RV dan RH
RH
RV
2
Jika kemudian ditambahkan tumpuan rol di titik B,

maka: - translasi  tidak terjadi
- rotasi  tidak terjadi
P Struktur menjadi stabil !!!
A B
Catatan:
Sifat-sifat tumpuan rol (dg bidang gelincir horisontal):
- Tidak bertlansasi (tidak bergeser) dalam arah vert. (y)
 mampu menahan reaksi arah y (vertikal)  RY atau RV
- Dapat bertlansasi (bergeser) dalam arah z
 tidak menahan reaksi arah z (horisontal)  RZ atau RH = 0
- Dapat berputar (berotasi)
 tidak dapat menahan momen, jadi di tempat tsb. MB = 0
- Pada tumpuan sendi timbul satu reaksi: RY atau RV
Contoh tumpuan rol:
RH
RV R
RV
Pada tumpuan rol timbul

1 reaksi dengan arah
tegak lurus pada bidang
gelincirnya, dan dapat di-
RV uraikan menjadi: RV dan RH
RV
3
Balok sederhana (simple beam) adalah sebuah batang yang

ditumpu pada kedua ujungnya masing-masing dengan sebuah
sendi dan sebuah rol. P
A B
L
Akibat beban yang bekerja pada balok sederhana akan timbul reaksi
tumpuan:
- 2 reaksi pada tumpuan sendi (di A): RAZ dan RAY atau RAH dan RAV
- 1 reaksi pada tumpuan rol (di B): RBY atau RBV
Jadi pada sistim ini terdapat 3 (tiga) unknown (variabel tak diketahui)!
Dalam persyaratan keseimbangan statik, tersedia 3 persamaan:
Fx = 0 Fy = 0 Mz = 0
Jadi: Balok sederhana termasuk sistim statis tertentu dan reaksi-reaksinya
dapat dihitung dengan menggunakan 3 persamaan keseimbangan tsb.

MENGHITUNG REAKSI TUMPUAN
Tiga persamaan keseimbangan statik tsb (Fx = 0, Fy = 0, Mz = 0)
dapat digunakan untuk menghitung reaksi-reaksi tumpuan dan
gaya-gaya dalam, selama struktur tersebut termasuk sistim statis
tertentu.
Pada umumnya penghitungan reaksi-reaksi tumpuan pada suatu
struktur diperlukan dan harus dilakukan sebelum menghitung gaya-
gaya dalam dan deformasi struktur.
Contoh: Sebuah balok sederhana (simple beam dengan beban sbb.)

3 kN 5 kN
)60°
0,3 m 0,5 m 0,4 m

1,2 m
4
Sistim struktur dan reaksi tumpuan:
3 kN 5 kN
Mula-mula ditentukan jenis-
)60° jenis reaksi yang akan terjadi
pada masing-masing tumpuan:
0,3 m 0,5 m 0,4 m Pada titik A  tumpuan sendi:

1,2 m terdapat 2 reaksi  RAV & RAH
3 kN 5 kN Pada titik D  tumpuan rol:

RAH A )60° D terdapat 1 reaksi  RDV
B C
Arah dari masing-masing
RAV
0,3 m 0,5 m 0,4 m RDV reaksi tumpuan diasumsikan
1,2 m lebih dahulu, misal spt pd gbr.

3 kN 5 kN
RAH A )60° D Beban PC = 5 kN membentuk

B C sudut 60°, diuraikan terlebih
dahulu menjadi komponen
RAV
0,3 m 0,5 m 0,4 m RDV vertikal & horisontalnya 
1,2 m PCH = 5 . Cos 60° = 2,5 kN
PCV = 5 . Sin 60° = 4,33 kN
Karena satu-satunya tumpuan pada batang tersebut yg dapat me-
nahan gaya horisontal hanya tumpuan sendi di A, maka beban hori-
sontal PCH = 2,5 kN akan ditahan oleh sendi A.
Dari Persm. FX = 0  RAH – PCH = 0  RAH – 2,5 = 0
Jadi: RAH = 2,5 kN  hasil hitungan positif, berarti asumsi arah

reaksi pd gambar di atas sdh benar.
5
3 kN 5 kN
Untuk menghitung RAV dan RDV
RAH A )60° D digunakan MZ = 0. Sebaiknya
B C digunakan MZ = 0 dg
mengacu pada ttk A atau D,
RAV RDV
0,3 m 0,5 m 0,4 m agar reaksi-reaksi yg belum
1,2 m
dihitung pada tumpuan tsb dpt
tereliminasi.
Misalnya digunakan momen thd ttk D: MZ,D = 0, sehingga
RAV x 1,2 – 3 x 0,9 – 4,33 x 0,4 = 0  RAV = 3,70 kN
 hasil hitungan positif, berarti asumsi arah reaksi pd gambar di

atas sdh benar.

3 kN 5 kN
RAH A )60° D
B C
RAV 0,5 m 0,4 m RDV

0,3 m
1,2 m
Selanjutnya RDV dapat dicari dengan Fy = 0 atau dg MZ,A = 0

Dengan MZ,A = 0, sehingga:
– RDV. 1,2 + 3 x 0,3 + 4,33 x 0,8 = 0  RDV = 3,63 kN
 hasil hitungan positif, berarti asumsi arah reaksi pd gambar di atas sdh
benar.
Check:
Fy = 0  RAV – 3 – 4,33 + RDV = 0  OK
6
1. BEBAN TERPUSAT
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L
Y+
Hitung reaksi-reaksi tumpuan

Hitung dan gambarkan gaya-gaya dalamnya:
NFD = Normal Force Diagram
SFD = Shear Force Diagram
BMD = Bending Momen Diagram

1. BEBAN TERPUSAT
1.1 Hitungan reaksi-reaksi tumpuan
Tumpuan A  sendi  terdapat 2 reaksi: RAV & RAH

3 unknown,
Tumpuan B  rol  terdapat 1 reaksi: RBV
Str. Statis
Tertentu!
Arah reaksi-reaksi tumpuan diasumsikan seperti pd gbr berikut ini.

P
RAH A B
Z+
C
RAV RBV
Y+
7
1. BEBAN TERPUSAT
P
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L
Y+
FH = 0  RAH + 0 = 0  RAH = 0
MB = 0  RAV · L + RAH · 0 – P · 0,4·L + RBV · 0 = 0  RAV = 0,4 P

Hasil bernilai positif  asumsi arah reaksi sudah benar!
MA = 0  RAV · 0 + RAH · 0 + P · 0,6·L – RBV · L = 0  RBV = 0,6 P

Hasil bernilai positif  asumsi arah reaksi sudah benar!
Cek: FH = 0  P – RAV – RBV = P – 0,4P – 0,6P = 0  OK


1. BEBAN TERPUSAT
1.2 Hitungan gaya-gaya dalam: NF, SF, BM
Pada sistim struktur tsb tidak ada komponen beban aksial

(normal)  sehingga tidak ada gaya normal  NF = 0, untuk seluruh
panjang balok.
Ditinjau sebuah penampang pada potongan I-I di sebelah kiri beban P

berjarak z dari A:
P Ditinjau bag. struktur di seb.
I BM
kiri pot. I-I  dibuat
A B
NF Z+ Diagram
Z+ benda bebas
z C (Free Body Diagram, FBD)
SF Syarat: Bag.Struktur tetap
RAV = 0,4P RBV
I
dlm keadaan seimbang statik
Y+ Agar tetap seimbang, maka pd pot. harus ada gaya-
gaya dalam. Asumsi: arah & nilainya positif (+).
8
1. BEBAN TERPUSAT
P
I BM
A B
NF Z+ Z+
z C
SF
RAV = 0,4P RBV
I
Y+ Penjelasan akan
diberikan dalam kuliah !
FH = 0  NFI = 0
FV = 0  SFI – RAV = 0

SFI – 0,4.P = 0  SFI = + 0,4.P (Positif)
M = 0  BMI – RAV . z = 0
BMI – (0,4.P) . z = 0  BMI = + 0,4.P.z (Positif)

1. BEBAN TERPUSAT
P
I BM
A B
NF Z+ Z+
z C
SF
RAV = 0,4P RBV
I
Y+
Posisi  z = 0 (titik A) z = 0,6.L umum, Ket.
(tepat di seb kiri beban P) sembrg. z
Gaya2
dalam:
NF NFA = 0 NFC,ki = 0 NFz = 0 Nol
SF SFA = + 0,4 P SFC,ki = + 0,4P SFz = + 0,4P Konstan +0,4P
BM BMA = 0 BMC,ki = + 0,24.PL BMz = + 0,4P.z Positif,

linier dlm z
9
1. BEBAN TERPUSAT
Ditinjau potongan II-II di sebelah kanan beban P berjarak z dari A:
Dengan x ≥ 0,6.L
P
II BM Agar tetap seimbang, maka
A B pd pot. harus ada gaya-gaya
NF Z+ Z+ dalam.
z C Asumsi: nilainya positif (+).
SF
RAV = 0,4P RBV
II
Y+ FH = 0  NFII = 0
FV = 0  SFII – RAV + P = 0

SFII – 0,4.P + P = 0  SFII =  0,6.P (Negatif)
M = 0  BMII – RAV . z + P.(z – 0,6L)= 0 dg.: 0,6 ≤ z ≤ L

BMII – (0,4.P).z + P.z – 0,6.P.L = 0
 BMII = + 0,6.P(L-z) (Pos.)

1. BEBAN TERPUSAT
P
II BM
A B
NF Z+ Z+
z C
SF
RAV = 0,4P RBV
II
Y+
Posisi  z = 0,6L (Cka) z = L (ttk B) umum, Ket.
(tepat di seb kanan beban P) sembrg. z
Gaya2
dalam:
NF NFC,ka = 0 NFB = 0 NFz = 0 Nol
SF SFC,ka =  0,6.P SFB=  0,6.P SFz =  0,6.P Konstan -0,6P
BM BMC,ka = + 0,24.PL BMB = 0 BMz = + 0,6P.(L-z) Positif.,

linier dlm z
10
1. BEBAN TERPUSAT
GAMBAR DIAGRAM GAYA-GAYA DALAM
P (kN)
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L (m)
Y+
DIAGRAM GAYA NORMAL (NORMAL FORCE DIAGRAM, NFD)
Satuan !!!
NF = 0 [kN]

1. BEBAN TERPUSAT
P (kN)
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L (m)
Y+
DIAGRAM GAYA GESER (SHEAR FORCE DIAGRAM, SFD)
0,4P [kN]
(+)
(-)
0,6P [kN]
11
1. BEBAN TERPUSAT
P (kN)
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L (m)
Y+
DIAGRAM MOMEN LENTUR (BENDING MOMEN DIAGRAM, BMD)
(+)
0,24 P L [kNm]

P (kN)
RAH A B
Z+
C
Cara praktis menen-
RAV 0,4 L RBV tukan notasi +/- pada
0,6 L
NFD, SFD, BMD
L (m)
dijelaskan dlm kuliah.
Y+
NF = 0 [kN]
NFD
0,4P [kN] Posisi titik dg Mmax
SFD RAV (+) bersesuaian dg
lokasi titik SF = 0
P (-) RBV
0,6P [kN]
BMD
Gambarkan BMD (+)
pada sisi tertarik Mmax pada balok AB
0,24PL [kNm]
12
P (kN)
RAH A B
Z+
C
RAV 0,4 L RBV
0,6 L
L (m)
Y+
Deformasi struktur:
A B
Balok melengkung ke bawah,

terjadi momen positif.
Serat pada permukaan atas tertekan
Serat pada permukaan bawah tertarik.
Bentuk deformasi struktur & notasi gaya-gaya dalam
13
2. BEBAN TERPUSAT MIRING
RAH A B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+


RAH A B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+
Beban miring:
dinyatakan dalam sudut miring, misal  = 60o
atau dg perbandingan kemiringan komponen vertikal dan horisontalnya,
misal:
untuk memudahkan hitungan, beban miring
2 diuraikan menjadi komponen horisontal dan
1 vertikalnya.
14
PV = 4/5 P P
4
34
RAH A P
3 H = 3/5 P B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+
P diuraikan menjadi PH dan PV

Reaksi2 tumpuan diasumsikan mempunyai arah spt pada gambar.
Dengan cara seperti diuraikan di muka, diperoleh:

RAH = 3/5 P dg arah: 
RAV = PV . (b/L) = 4/5P.(b/L)
RBV = PV . (a/L) = 4/5P.(a/L) Check: ... (OK)!

PV = 4/5 P P
4
RAH A P
3 H = 3/5 P B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+
3/5P
NFD (kN) () 0
Segmen AC dari balok AB mengalami gaya aksial tekan

sebesar PH = 3/5P  NFD negatif,
sedang segmen CB tidak mengalami gaya aksial NFD = 0
15
PV = 4/5 P P
4
RAH A P
3 H = 3/5 P B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+
SFD (kN)
4/5P.(b/L)
RAV = 4/5P. (b/L) (+)
PV = 4/5P (-) RBV = 4/5P. (a/L)
4/5P.(a/L)

PV = 4/5 P P
4
RAH A P
3 H = 3/5 P B
Z+
C
RAV b RBV
a
L
Y+
BMD (kN)
(+)
Mmax pada balok AB
MC = 4/5P.(a.b/L)
16
3. BEBAN MERATA PENUH
Misalnya akibat:
- Berat sendiri balok
- Berat dinding di atas balok
- Beban plat lantai
q (kN/m)
RAH A B
Z+
RAV RBV
L (m)
Y+

q R = q.L
RAH A B
Z+
C
0,5.L 0,5.L
RAV RBV
L
Y+
REAKSI TUMPUAN:
Untuk memudahkan dalam menghitung reaksi tumpuan, beban
merata q dapat dipusatkan pada resultannya R = q.L (kN) yang
terletak di tengah-tengah bentang balok AB.
FH = 0  RAH = 0 kN
MB = 0  RAV.L – (q.L).(0,5.L) = 0  RAV = 0,5.qL (kN)
MA = 0  – RBV.L + (q.L).(0,5.L) = 0  RBV = 0,5.qL (kN)
Check: ... OK!
17
I q
RAH A B
Z+
z I
RAV RBV
L
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
Ditinjau pot. I-I sejauh z dari A  untuk menjaga keseimbangan
q P statik dari FBD, maka pada
I BM
A Bpot. I-I terdapat gaya-gaya
RAH = 0 NF Z+ dalam: NF, SF, BM.
z C
SF
RAV = 0,5qL
I Diasumsikan
RBV nilai NF, SF, BM
tsb positif, dg arah spt pada
Y+ gambar.

P
q I BM
I
A B
RAH = 0 NFI Z+
z C
SFI
RAV = 0,5qL RBV
I
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
Gaya Normal/Aksial (NF): Fz = 0  RAH + NFI = 0
0 + NFI = 0
 NFI = 0
0
NFD (kN)
18
P
q I BM
I
A B
RAH = 0 NFI Z+
z C
SFI
RAV = 0,5qL RBV
I
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
Gaya Geser (SF): FY = 0   RAV + q.z + SFI = 0
 0,5qL + q.z + SFI = 0
Fungsi linier dlm. z SFI = 0,5qL  q.z = q.(0,5.L  z)
0,5qL
0 di z = 0,5L
(+)
SFD (kN) SF = 0
()
0,5qL

q P
I BM
I
A B
RAH = 0 NFI Z+
z C
SFI
RAV = 0,5qL RBV
I
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
Momen Lentur (BM): MI = 0  BMI  RAV.z + (q.z).(0,5z) = 0
BMI = RAV..z  0,5.q.z2
Fungsi kuadrat dlm. z BMI = 0,5.q.L.z  0,5.q.z2
0,5L
(+) M max = di z = 0,5.L

BMD (kNm) 1/8.q.L2 BM max = 1/8.q.L2
19
q (kN/m)
RAH A B
Z+
C
RAV RBV
L (m)
RESUME: Y+
Posisi z =0 z = 0,5 L z=L z sembarang
(Titik A) (Titik C, Tengah (Titik B)
Gaya Dalam bentang.)
NF NFA = 0 NFC = 0 NFB = 0 NFZ = 0
SF SFA = + 0,5.qL SFC = 0 SFB = - 0,5.qL SFz = q.(0,5L-z)

Linier
BM BMA = 0 BMC = 1/8.q.L2 BMB = 0 BMz = 0,5qLz -
0,5.q.z2)
Kuadratik

q (kN/m)
RAH A B
Z+
C
0,5L
RAV RBV
RESUME:
L (m)
Y+
0
NFD (kN)
0,5qL
0
(+)
SFD (kN) ()
0,5qL
BMD (kNm)
(+) M max =
1/8.q.L2
20
4. BEBAN MERATA TIDAK PENUH
a c b
q
RAH A B
Z+
RAV RBV
L
Y+


a c b
q kN/m
RAH A B
Z+
C D
a+0,5.c R
RAV RBV
L (m)
Y+
REAKSI TUMPUAN:
Resultan beban merata q adalah R = q.c (kN), yang terletak di tengah-
tengah segmen balok CD, atau (a+0,5.c) dari A.
FH = 0  RAH = 0 kN
MB = 0  RAV.L – (q.c).(b+0,5.c) = 0  RAV = (q.c).(b+0,5.c)/L (kN)
MA = 0  – RBV.L + (q.c).(a+0,5.c) = 0  RBV = (q.c).(a+0,5.c)/L (kN)
Check: ... OK!
21
a c b
I q kN/m
RAH A B
Z+
C D
z
RAV
I RBV
L (m)
Pos. & linier dlm. z
Y+ konstan
GAYA-GAYA DALAM: nol
(1) Segmen AC: Ditinjau pot. I-I sejauh z dari A
P FH = 0  NFI = 0
I BM
I
A B
RAH = 0 NFI Z+ FV = 0  SFI – RAV = 0
z C SFI = RAV
SFI
RAV = q.c.(b+0,5c)/L RBV
I M = 0  BMI – RAV.z= 0
Y+ BMI = RAV.z

a c b
II q kN/m
RAH A B
Z+
C D
z
II
RAV RBV
L (m)
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
(2) Segmen CD: Ditinjau pot. II-II sejauh z dari A
q kN/m II BM
II
A B
RAH = 0 NFII Z+
z C
SFII
a II
Y+
22
q kN/m II BM
II
A B
RAH = 0 NFII Z+
C C
z
SFII
a II
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
FH = 0  NFII = 0 nol
FV = 0  SFII – RAV + q(z–a) = 0  SFII = RAV – q.(z–a) linier dlm. z,

bisa + atau 
Pada z = a  SFC,ka = RAV – q.(0) = RAV  positif
Pada z = a+c  SFD,ki = RAV – q.(a + c – a) = RAV – q.c


negatif
q kN/m II BM
II
A B
RAH = 0 NFII Z+
C C
z
SFII
a II
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
M = 0  BMII – RAV.z + 0,5.q.(z–a)2 = 0

BMII = RAV.z –0,5.q.(z–a)2 Fungsi kuadrat dlm. z,
Gbr BMD berupa garis lengkung.
Pada z = a  BMC,ka = RAV.a  positif
Pada z = a+c  BMD,ki = RAV.(a+c) – 0,5.q.(a + c – a)2

= RAV.(a+c) – 0,5.q.c2  positif
23
a c b
q kN/m III
RAH A B
Z+
C D
z
RAV III RBV
L (m)
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
(3) Segmen DB: Ditinjau pot. III-III sejauh z dari A
q kN/m III BM
III
A B
RAH = 0 NFIII Z+
C D
z
SFIII
a III
c
Y+

q kN/m III BM
III
A B
RAH = 0 NFIII Z+
C D
z
SFIII
a III
c
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
FH = 0  NFIII = 0 nol
FV = 0  SFIII – RAV + q.c = 0  SFIII = RAV – q.c = – RBV Konstan, neg.
24
q kN/m III BM
III
A B
RAH = 0 NFIII Z+
C D
z
SFIII
a III
c
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
M = 0  BMIII – RAV.z + q.c.(z–a–0,5.c) = 0
BMIII = RAV.z – q.c.(z–a–0,5.c) Fungsi linier dlm. z,
Gbr BMD berupa garis lurus.
Pada z = a+c  BMD,ka = RAV.(a+c) – 0,5.q.c2
Pada z = L  BMB = RAV.(L) – q.c.(L – a – 0,5.c)

= q.c.(b+0,5.c) – q.c.(b + 0,5.c) = 0

a c b
q kN/m
RAH A B
Z+
C D
RAV
L (m) RBV
RESUME: Y+
Posisi z =0 z=a z = a+c z =L
(Titik A) (Titik C) (Titik D) (Titik B)
Gaya Dalam
NF NFA = 0 NFC = 0 NFD = 0 NFB = 0
SF SFA = + RAV SFC,ki = +RAV SFD,ki = RAVqc SFB = 

SFC,ka = +RAV SFD,ki = RAVqc RBV
BM BMA = 0 BMC,ki = +RAV.a BMD,ki = RAV.(a+c) BMB = 0

BMC,ka = +RAV.a 0,5.q.c2
BMD,ka = BMD,ki
25
a c b
q kN/m
RAH A B
Z+
C D
RAV
L (m) RBV
Y+
0 BMmax terjadi di titik
NFD (kN)
konstan linier dg SF = 0, yaitu di
RAV m = RAV / q = …
0
(+)
SFD (kN) m
() RBV
BMmax terjadi di
daerah Pot.II-II:
konstan
BMD (kNm)
(+) linier
BMmax = RAV.(a+m)
 0,5 q.m2
BM max
linier
BMC BMD
Lengkung,kuadratis

5. BEBAN SEGITIGA qB (kN/m)
qA=0 (kN/m)
A B
RAH Z+
RAV RBV
L (m)
Y+

26
qA=0 (kN/m)
A B
RAH Z+
2/3L 1/3L
RAV RBV
L (m) R
Y+
REAKSI TUMPUAN:
Resultan beban segitiga adalah R = ½.qB.L (kN), yang terletak di 2/3L
dari A.
FH = 0  RAH = 0 kN
MB = 0  RAV.L – ½ (qB.L).(1/3.L) = 0  RAV = 1/6.qB.L (kN)
MA = 0  – RBV.L + ½ (qB.L).(2/3.L) = 0  RBV = 2/6.qB.L (kN)
Check: ... OK!

I
qA=0 (kN/m)
A B
RAH Z+
z
RAV I RBV
L (m)
Y+
GAYA-GAYA DALAM:
Ditinjau potongan I-I, I
sejauh z dari A sbb.: BMI
A B
RAH NFI Z+ Z+
z
SFI
RAV I RBV
Jurusan Teknik Sipil & Lingkungan

Fakultas Teknik, Universitas Gadjahmada
Y+ ANALISIS STRUKTUR STATIS TERTENTU
Program S1
Dr.-Ing. Ir. Djoko Sulistyo
02 - 52
27
5. BEBAN SEGITIGA
qz = z/L.qB I
BMI
A B
RAH=0 NFI Z+ Z+
z
SFI SF = 0 terjadi di
RAV=1/6qBL I RBV
z = 0,577.L
(coba dihitung sendiri!)
Y+
Fungsi kuadrat dlm. z,
GAYA-GAYA DALAM: SFD berupa grs.lengkung
FH = 0  NFI = 0 nol
FV = 0  SFI – RAV + ½.qz.z = 0  SFI = 1/6.qB.L1/2.z/L.qB.z

SFI = 1/6.qB.L1/2.qB/L.z2
Pada z = 0  SFA = 1/6.qB.L = RAV  positif

Pada z = L  SFB = 2/6.qB.L= RBV  negatif

5. BEBAN SEGITIGA
qz = z/L.qB I
BMI
A B
RAH=0 NFI Z+ Z+
z
SFI
RAV=1/6qBL I RBV
Y+
Fungsi pkt.tiga dlm. z,
GAYA-GAYA DALAM: BMD berupa grs.lengkung
M = 0  BMI – RAV.z + (1/2.qz.z).(1/3.z) = 0

BMI = 1/6.qB.L.z – ½.(qB.z/L).z.(1/3.z) = 1/6.qB.L.z – 1/6.(qB/L).z3
Pada z = 0  BMA =0 BMmax terjadi pada titik dg SF = 0

Pada z = L  BMB =0  pada z = 0,577.L
BMmax = 0,0641.q.L2 (coba dihitung sendiri!)
28
qA=0 (kN/m)
A B
RAH Z+
RAV L (m) RBV
Y+
0
NFD (kN)
0,577L SF=0 RBV = 2/6.qB.L
()
SFD (kN)
RAV = 1/6.qB.L (+)
Grs.lengkung, kuadratis
()
BMD (kNm) BMmax =
(+)
0,0641.qB.L2
Grs.lengkung, pkt. tiga

6. BEBAN SEGITIGA
a c b
q (kN/m)
RAH A B
Z+
RAV RBV
L (m)
Y+
29
6. BEBAN SEGITIGA
a c b
q (kN/m)
RAH A B
Z+
RAV RBV
L (m)
Y+
Reaksi tumpuan:
Resultan dari beban segitiga R = ½.q.c,
dg posisi (a+2/3.c) dari A atau (b+1/3.c) dari B.
RAH = 0
RAV = (½.q.c).(b+1/3.c) / L Cek: OK!
RBV = (½.q.c).(a+2/3.c) / L

6. BEBAN SEGITIGA
a c b
q (kN/m)
RAH A B
Z+
RAV L (m) RBV
0
NFD (kN) Y+ konstan
() RBV
0
SFD (kN)
RAV (+) grs. lengkung, kuadratis
konstan
SFD (kN)
RAV.a (+) RBV.b
linier
BMmax linier
grs. lengkung, pkt. tiga
30
7. BEBAN KOMBINASI
RAH A B
Z+
RAV RBV
L
Penjelasan terinci
Y+ diberikan dalam kuliah

7. BEBAN KOMBINASI
RAH A B
Z+
RAV RBV
L
Penjelasan terinci
Y+ diberikan dalam kuliah
Cara Penyelesaian:
Struktur dapat dianalisis secara terpisah untuk tiap jenis beban,
selanjutnya hasil akhir dapat diperoleh dg menjumlahkan efek
dari masing2 beban tersebut (prinsip SUPERPOSISI).
31
KESIMPULAN
Bentuk NFD, SFD dan BMD

Beban
Terpusat Merata Segitiga
Diagram
Gy.Dalam
NFD konstan linier kuadratis

f(x0) f(x1) f(x2)
SFD konstan linier kuadratis

f(x0) f(x1) f(x2)
BMD linier kuadratis pangkat tiga

f(x1) f(x2) f(x3)
32

02 - ASST 2011 Reaction &amp; SimpleBeam

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

02 - ASST 2011 Reaction &amp; SimpleBeam

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

BALOK SEDERHANA

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Ditinjau sebuah batang AB yang berada bebas dalam bidang y-z:

Untuk menjadi batang yang stabil dan memenuhi persyaratan

Jika di titik A diberi tumpuan sendi (lihat cat. kuliah sebelumnya),

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Contoh tumpuan sendi:

Jika kemudian ditambahkan tumpuan rol di titik B,

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Contoh tumpuan rol:

Pada tumpuan rol timbul

Balok sederhana (simple beam) adalah sebuah batang yang

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Contoh: Sebuah balok sederhana (simple beam dengan beban sbb.)

0,3 m 0,5 m 0,4 m

Sistim struktur dan reaksi tumpuan:

0,3 m 0,5 m 0,4 m Pada titik A  tumpuan sendi:

3 kN 5 kN Pada titik D  tumpuan rol:

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

RAH A )60° D Beban PC = 5 kN membentuk

Dari Persm. FX = 0  RAH – PCH = 0  RAH – 2,5 = 0

Jadi: RAH = 2,5 kN  hasil hitungan positif, berarti asumsi arah

Misalnya digunakan momen thd ttk D: MZ,D = 0, sehingga

RAV x 1,2 – 3 x 0,9 – 4,33 x 0,4 = 0  RAV = 3,70 kN

 hasil hitungan positif, berarti asumsi arah reaksi pd gambar di

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

RAV 0,5 m 0,4 m RDV

Selanjutnya RDV dapat dicari dengan Fy = 0 atau dg MZ,A = 0

Hitung reaksi-reaksi tumpuan

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Tumpuan A  sendi  terdapat 2 reaksi: RAV & RAH

Arah reaksi-reaksi tumpuan diasumsikan seperti pd gbr berikut ini.

MB = 0  RAV · L + RAH · 0 – P · 0,4·L + RBV · 0 = 0  RAV = 0,4 P

MA = 0  RAV · 0 + RAH · 0 + P · 0,6·L – RBV · L = 0  RBV = 0,6 P

Cek: FH = 0  P – RAV – RBV = P – 0,4P – 0,6P = 0  OK

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Pada sistim struktur tsb tidak ada komponen beban aksial

Ditinjau sebuah penampang pada potongan I-I di sebelah kiri beban P

FV = 0  SFI – RAV = 0

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

NF NFA = 0 NFC,ki = 0 NFz = 0 Nol

SF SFA = + 0,4 P SFC,ki = + 0,4P SFz = + 0,4P Konstan +0,4P

BM BMA = 0 BMC,ki = + 0,24.PL BMz = + 0,4P.z Positif,

FV = 0  SFII – RAV + P = 0

M = 0  BMII – RAV . z + P.(z – 0,6L)= 0 dg.: 0,6 ≤ z ≤ L

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

NF NFC,ka = 0 NFB = 0 NFz = 0 Nol

SF SFC,ka =  0,6.P SFB=  0,6.P SFz =  0,6.P Konstan -0,6P

BM BMC,ka = + 0,24.PL BMB = 0 BMz = + 0,6P.(L-z) Positif.,

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Balok melengkung ke bawah,

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

Bentuk deformasi struktur & notasi gaya-gaya dalam

Hitung reaksi-reaksi tumpuan

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

P diuraikan menjadi PH dan PV

Dengan cara seperti diuraikan di muka, diperoleh:

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

NFD (kN) () 0

Segmen AC dari balok AB mengalami gaya aksial tekan

RAV = 4/5P. (b/L) (+)

PV = 4/5P (-) RBV = 4/5P. (a/L)

BALOK SEDERHANA (SIMPLE BEAM)

02 - ASST 2011 Reaction & SimpleBeam

02 - ASST 2011 Reaction & SimpleBeam