Anda di halaman 1dari 4

1.

Menurut Pasal 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP), bahwa hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk mengadili.Kata “mengadili” sebagai rangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak dalam sidang
perkara pidana. Hakim sebagai orang yang menegakkan hukum demi keadilan ketika hendak
menjatuhkan putusan tetap berlandaskan pada aturan yang berlaku dalam undang-undang dan
memakai pertimbangan berdasarkan alat bukti yang sah serta para saksi yang telah disumpah di depan
persidangan.seharusnya majelis hakim mendasarkan vonisnya pada bukti-bukti primer dalam hal ini dua
alat bukti yang sah dan berkekuatan hukum, bukan atas keyakinannya. Jika majelis hakim hanya
mengandalkan keyakinan, maka kekhawatiran atas vonis terhadap terdakwa terkesan sebagai selera
pribadi masing-masing anggota majelis hakim.Seharusnya, fakta persidangan menjadi dasar atau bahan
untuk menyusun pertimbangan sebelum majelis hakim membuat analisis hukum yang kemudian
memperoleh keyakinan untuk menilai apakah terdakwa dapat dipersalahkan dan patut dihukum atau
tidak.

Hakim di tuntut untuk menegakkan hukum dan keadilan bukan memenangkan perkara-perkara yang
berorientasi pada nilai ekonomi, pragmatis, sehingga dapat mendistorsi moral, nilai etis, teks Undang-
Undang, pembelokan pada nilai kebenaran, logika rasionalitas yang berpijak pada penalaran hukum
pada azas legalitas formal.Seorang hakim yang sangat bebas, tidak bersifat memihak dalam menjalankan
tugas memutus suatu perkara di peradilan. Kebebasan hakim merupakan kewenangan penting yang
melekat pada individu hakim dimana hakim berfungsi sebagai penerapan teks Undang-Undang kedalam
peristiwa yang kongkrit, tidak sekedar sustantif, tetapi juga memberikan penafsiran yang tepat tentang
hukum dalam rangka meluruskan peristiwa hukum yang kongkrit sehingga Hakim dapat bebas
memberikan penilaian-penilaian dan penafsiran hukumnya.

Secara konstitusional sebagaimana disebutkan dalam UUD 1945 pasal 28D “Setiap orang berhak atas
pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di
hadapan hukum.”Dasar konstitusi ini sangatlah jelas setiap negara memiliki hak dan perlakuan yang
sama di muka hukum. Tidak ada deskriminasi dalam proses penegakan hukum. Negara, dalam hal ini
aparat penegak hukum memiliki kewajiban dalam memberikan keadilan hukum yang tidak diskriminatif.
Baik untuk orang besar yang berkuasa mauppun untuk orang kecil yang tidak memiliki akses politik,
kekuasaan dan ekonomi.

Keadilan merupakan salah satu tujuan dari setiap sistem hukum, bahkan merupakan tujuannya yang
terpenting. Masih ada tujuan hukum yang lain yang juga selalu menjadi tumpuan hukum, yaitu kepastian
hukum, kemanfaatan dan ketertiban. Disamping tujuan hukum, keadilan juga dapat dilihat suatu nilai
(value). Bagi suatu kehidupan manusia yang baik, ada empat yang merupakan fondasi pentingnya, yaitu:
(1) keadilan, (2) kebenaran, (3) hukum dan (4) moral. Akan tetapi dari keempat nilai tersebut, menurut
filosof besar bangsa Yunani, yaitu plato, keadilan merupakan nilai kebajikan yang tertinggi.

Jaminan terhadap kebebasan hakim dalam mengadili yang sangat memadai dalam konstitusi dan
peraturan perundang-undangan, sudah seharusnya di pergunakan secara proporsional, jangan
menonjolkan sikap arrogance of power, memperalat kebebasan untuk menghalalkan cara, maka di
gunakan dengan acuan :

1) Menerapkan hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang tepat dan benar
dalam menyelesaikan kasus perkara yang sedang di periksanya, sesuai dengan asas dan status law must
prevail (ketentuan undang-undang harus di unggulkan)

2) Menafsirkan hukum yang tepat dengan cara-cara pendekatan yang dibenarkan (penafsiran sistematic,
sosiologis, bahasan analogis dan a contrario) atau mengutamakan keadilan dari pada peraturan
perundang-undangan, apabila ketentuan undang-undang tidak potensial melindungi kepentingan
umum. Penerapan yang demikian sesuai dengan doktrin equity must prevail (keadilan harus di
unggulkan)

3) Kebebasan untuk mencari dan menemukan hukum (rect vinding), dasar-dasar dan asas hukum
memalui doktrin ilmu hukum, norma hukum tidak tertulis (hukum adat), yurisprudensi maupun melaui
pendekatan “relisme” yakni mencari dan menemukan hukum yang terdapat pada nilai ekonomi, moral,
agama kepatuhan dan kelaziman.

Hakim yang baik itu dilahirkan dari dirinya sendiri yang mempunyai nilai dan norma jati diri bangsa dari
segala aspek ketuhanan, bukan dibentuk oleh sistem dan rekrutmen serta doktrin-doktrin diluar kaidah
Pancasila dan UUD 1945.

2. Putusan Pengadilan Negeri Depok No 1036/Pid/B/2008/PN.DPK

Nama : VERY IDAM HENYANSYAH Al ias RYAN Bin AHMAD

Tempat Lahi r : Jombang, Jawa Timur

Umur/Tanggal Lahi r : 31 Tahun/01 Februar i 1978

Jenis Kelamin : Laki - laki

Diketahui Ryan melakukan pembunuhan kejam terhadap 11 korbannya. Pada 12 Juli 2008, aksinya
terungkap setelah ditemukan 7 potongan tubuh di lahan kosong di Jalan Kebagusan Raya, Jakarta
Selatan. Salah satu potongan tubuh yang ditemukan adalah kepala. Setelah ditelusuri, korban tersebut
bernama Heri Santoso. Polisi yang menyelidiki kasusnya menetapkan Ryan sebagai tersangka. Ia
ditangkap di salah satu rumah di Pesona Khayangan, Depok, Jawa Barat, 15 Juli 2008. Ryan membunuh
Heri di apartemen Margonda Garden Residence, kamar 309, Jalan Margonda Raya, Depok. Ryan tega
membunuh Heri dan memutilasinya karena cemburu. Dari kasus mutilasi korban Heri, polisi
mengungkap ada 10 jasad pembunuhan Ryan lainnya yang ditanamnya di belakang rumahnya di
Jombang, Jawa Timur. Ditambah Heri Santoso, total Ryan menghabisi 11 orang. Korban yang ditanam di
belakang rumah Ryan adalah:

1. Grady
2. Vincentius Yudhy Priyono alias Vincent (30)

3. Grendy

4. Guruh Setyo Pramono alias Guntur

5. Agustinus F Setiawan alias Wawan (28)

6. Nanik Hidayati (31)

7. Sylvia Ramadani Putri (anak Nanik yang berusia 3 tahun)

8. Aril Somba Sitanggang (34)

9. Muhammad Akhsoni alias Soni (29)

10. Zaenal Abidin alias Zeki (21).

bahwa selama pemeriksaan Majelis Hakim tidak menemukan adanya alasan- alasan pembenar ataupun
alasan- alasan pemaaf yang dapat menghapuskan sifat melawan hukum dari perbuatan Terdakwa dan
kesalahan Terdakwa, maka Terdakwa harus mempertangggungjawabkan atas segala perbuatan yang
telah di lakukannya; akhirnya Pengadilan berkesimpulan dan berkeyakinan bahwa Terdakwa telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Pembunuhan Berencana” ;

Majelis Hakim menjatuhkan Pidana atas diri Terdakwa perlu dipertimbangkan tentang hal hal yang
memberatkan hal - hal yang meringankan menjadi bahan pertimbangan dalam menjatuhkan putusan;

Hal- hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa sangat sadis dan tidak berperi kemanus iaan ;

- Perbuatan Terdakwa meresahkan masyaraka t ;

- Terdakwa sama sekal i t i dak mengharga i kehidupan sebagai anugerah dar i Tuhan;

- Perbuatan Terdakwa menimbulkan kesedihan yang mendalam bagi keluarga Korban teru tama is t r i
dan anak Korban yang masih keci l yang harus kehi l angan ayahnya;

- Terdakwa t i dak menunjukkan penyesalannya ;

- Terdakwa menyatakan di muka pers idangan pernah melakukan serangka ian pembunuhan di
Jombang, JawaTimur ;

Hal- hal yang meringankan;

- Tidak ada hal - hal yang meringankan bagi Terdakwa;

Menyatakan Terdakwa VERY IDAM HENYANSYAH Al ias RYAN Bin AHMAD te lah terbuk t i secara sah dan
meyakinkan bersa lah melakukan t i ndak pidana “Pembunuhan Berencana” berdasarkan Pasal 340
KUHP. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa VERY IDAM HENYANSYAH Al ias RYAN Bin AHMAD atas
perbuatan tersebu t dengan pidana M A T I ;

Anda mungkin juga menyukai