Anda di halaman 1dari 20

Strategi Nasional Untuk

Pencegahan Stunting di
Indonesia

Dr. Elvina Karyadi, MSc, PhD, SpGK


Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik (PDGMI) DKI Jakarta

NGOPI Sesi 5, 20 Mei 2020


Indonesia sudah stabil dalam reformasi ekonomi
dalam 10 tahun terakhir

Stable ~5.5% economic


growth for the last 10 year Lower poverty rate
Indonesia GDP growth (annual %) Poverty headcount ratio at $1.90 a day (2011
10 PPP) (% of population)
80

5 70 66.7

60

0 -89,2%
50
1995 2000 2005 2010 2015 2020
40
-5
30
5,5%
20
-10
10 7.2

0
-15
1998 2015
Stunting Masalah Prioritas Nasional
Stunting menurunkan pertumbuhan & meningkatkan “inequality”

10.5% GDP Menurunkan Kemiskinan inter-


penalty pendapatan 20% generasi
dan kelangsungan
penghasilan 10%
Mengapa Konvergensi penting?

Kualitas pelayanan Kesehatan dan Gizi Keamanan Pangan dan Gizi

Water dan Sanitasi


Adekuat pengasuhan dan stimulasi

Stunting adalah multi-dimensional dan tidak dapat


dicegah dengan fokus pada 1 atau 2 tali
Kemajuan dan kelemahan dalam menjangkau faktor
mendukung pencegahan stunting
1. Poor caregiving practices
• 60% of children 0-6 months not exclusively
breastfed
• 2 out of 3 children 0-24 months not receiving
appropriate complementary feeding
2. Limited quality health and early learning services
• 1 out of 3 of children 3-6 years not enrolled in PAUD*
• 2 out of 3 pregnant women did not consume adequate iron supplementation
• Declining attendance of children in Posyandu (from 79% in 2007 to 64% in 2013)

3. No access to nutritious food


• 1 out of 3 pregnant mothers are anemic
• Healthy foods are expensive**
4. Poor water & sanitation
• 1 out of 5 households still defecate in the open
• 1 out of 3 households does not have access to
potable drinking water
Masih rendah upaya
konvergensi
Percentage of Children by Convergence

38

30

Implikasi untuk stunting:


23

- Hanya 1 paket: 5.2%


kemungkinan tidak stunting
8
- Hanya 2 paket: 9% kemungkinan 1
tidak stunting NONE ADEQUATE IN ADEQUATE IN ADEQUATE IN ADEQUATE IN
1 OF 4 2 OF 4 3 OF 4 ALL 4
- Bila 3 pakaet: 13% kemungkinan
tidak stunting
Akses konvergensi Layanan Gizi Baduta
(0-2 tahun)
Cakupan Layanan Konvergensi Cakupan Layanan

Imunisasi dasar 35.6 35


30 28.7
ASI Eksklusif 60.2
25.4
Keragaman konsumsi 32.5 25
20 18.8
Air minum 74.2
15 12.4
Sanitasi 68
10 8.5
PAUD 8.4 4.3
5
Skor kerawanan pangan 11.9 0.1 1.2
0
Akte kelahiran 83.1

0 20 40 60 80 100

Source: World Bank staff calculations based on SUSENAS 2017.


Kendala Penyelenggaraan
Percepatan Pencegahan Stunting

1 | Belum optimalnya koordinasi antar pemangku kepentingan,


baik dari sisi pemerintah dan non-pemerintah, untuk bersama-
sama menangani masalah stunting
2 | Belum optimalnya advokasi, kampanye, dan strategi perubahan
perilaku terkait pencegahan stunting
3 | Minimnya keterpaduan program/intervensi gizi spesifik dan
sensitif di semua tingkatan, dimulai pada tahap perencanaan
dan penganggaran, dan pelaksanaan.
4 | Kendala akses pada pangan bergizi terkait ketersediaan,
keterjangkauan dan pengetahuan.
5 | Belum efektifnya sistim pemantauan dan evaluasi untuk
perbaikan kebijakan dan program
Komitmen Presiden dan Wakil Presiden

Wakil Presiden memimpin Rapat Koordinasi Tingkat Menteri (Ratas) dan


memutuskan bahwa pencegahan stunting penting dilakukan dengan
12 Juli pendekatan multi-sektor melalui konvergensi program di semua tingkatan.
2017

9 Wakil Presiden memimpin Ratas yang menetapkan


Agustus 5 Pilar Percepatan Pencegahan Stunting:
2017

5 Rapat terbatas tentang pencegahan stunting (kerdil) yang dipimpin oleh


April Presiden
2018
Pilar Penanganan Stunting

PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5

Kampanye
Nasional Berfokus Konvergensi,
Komitmen dan
pada pemahaman, Koordinasi, dan Mendorong Pemantauan
Visi Pimpinan
perubahan Konsolidasi Program Kebijakan dan Evaluasi
Tertinggi Negara
perilaku, Nasional, Daerah, “Nutritional
komitmen politik dan Masyarakat Food Security”
dan akuntabilitas
8 Aksi Konvergensi
Penguatan
Konvergen di
tingkat Kabupaten

Fokus pada 3 area fokus:

- Implementasi aksi konvergensi


- Penilaian kinerja kabupaten oleh
Provinsi
- Fasilitasi Pembelajaran dari
Kabupaten Lain dan “recognition”
Dampak
COVID-19
?
Dampak Utama COVID
• Kehilangan pekerjaan
(Sekitar 43 juta kehilangan pekerjaan)

• Kenaikan harga makanan


(Harga komoditi makanan meningkat, distribusi makanan terganggu )

• Pelayanan Kesehatan tidak optimal/terganggu


(Kapasitas sistim Kesehatan fokus pada COVID, Pelayanan Posyandu tertunda
karena social distancing)

• Penurunan budget untuk pelayanan Kesehatan dasar non-Covid


(Sumber nasional dan sub-nasional dialokasikan untuk COVID)
Bagaimana Mitigasi menghadapi Covid-19?
• Kehilangan pekerjaan
Perluasan Program Bantuan Sosial, Prioirtas pada 1000 HPK pada program dgn pemanfaatan BLT Desa
.
• Kenaikan harga makanan
Perluasan program bantuan social (Sembako program), memonitor harga pasar, keamanan pangan RT.
Pemanfaatan Pekarangan, Cash for Work Program

• Pelayanan kesehatan tidak optimal/terganggu


Pedoman untuk social distancing sesuai protokol Kesehatan dan melanjutkan pelayanan Posyandu,
Puskesmas, PAUD
Pelaksanaan pelayanan dengan target sesuai daerah (bukan berlaku seluruh nasional)
Melaksanakan konseling dan stimulasi melalui digital (on-line) – contohnya eHDW

• Penurunan budget untuk pelayanan kesehatan dasar non-Covid


Penyusunan pedoman untuk budget dengan strategi yang umum di kabupaten dan desa
Mengarahkan sumber yang ada untuk mempertahankan layanan cakupan – pemeliharaaan, dana subsidi
Mendorong masyarakat bersukarela dan kontribusi secara in-kind
Dana stunting tetap prioritas – SK Menkeu S-302/MK/02/2020

Anda mungkin juga menyukai