Anda di halaman 1dari 87

Safe Working At

Heights Training

Disusun Oleh Fachrudin


Topik Pembahasan
• Introduction
• Dasar hukum
• Memahami istilah-istilah dalam bekerja diketinggian
• Persyaratan bekerja diketinggian
• Potret bahaya bekerja diketinggian
• Mengenal fall prevention
• Mengenal fall protection
• Diskusi
• penutup
Tujuan
Diakhir training ini anda akan dapat untuk :
 Mengenal dan memahami standard dan prosedur serta prinsip
– prinsip dasar bekerja di ketinggiaan
 Melakukan penialaian dan pengendalaian resiko untuk bekerja
diketinggian
 Mengenal sistim perlindungan seperti:
 Primary fall prevention/Pencegah Jatuh
 Secondary fall protection/Pelindung Jatuh
 Mengerti bahaya bekerja diketinggian
 Mengetahui bagaimana cara menggunakan peralatan
pencegah dan pelindung jatuh dari ketinggian
 Dapat mengetahui dan melakukan fall protection 100% tie off
diketinggian.
Sasaran Pelatihan
 Semua pekerja atau karyawan didalan ranka
meningkatkan pengetahuan tentang bahaya bekerja
diketinggian
 Para pekerja rigger/sccaffolder /welder yang
melakukan pekerjaan diketinggian
 Para pengawas yang sedang melakukan
pemeriksaan (QC/SPV) terhadap hasil pekerjaan
ditempat ketinggian
 Para Tamu/vendor yang mendapatkan tugas untuk
melakukan pekerjaan di ketinggian
 Para pengawas K3 ditempat kerja
Introduction

Bekerja di Ketinggian
Perkembangan terbaru mengenai bekerja di ketinggian. Ini adalah
aspek kesehatan dan keselamatan yang menjadi perhatian besar
bagi HSE karena jumlah kecelakaan dan insiden yang masih terjadi.

Sebagai contoh, menurut angka HSE untuk 2003/2004, ada 67


kematian di Inggris dan hampir 4.000 cedera serius yang
berhubungan dengan bekerja di ketinggian. Itu membuat penyebab
utama kematian di tempat kerja di Inggris. Tidak mengherankan,
karena itu, bahwa itu pusat Program Pengurangan HSE Cedera.
Introduction
Kecelakaan kerja di Indonesia
Tahun 2007, menurut Jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang
mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap
dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh
perusahaan yang menjadi anggota Jamsostek dengan jumlah
peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja
Indonesia.

Dengan demikian, angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk


setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu, jumlah
kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan
menurut World Economic Forum tahun 2006, angka kematian akibat
kecelakaan kerja di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000
pekerja (Soehatman, 2010).
Introduction
Apresiaisi ILO terhadap WAH di Indonesia
Hasil penelitian yang diadakan ILO (Organisasi Perburuhan
Internasional) mengenai standar kecelakaan kerja menyatakan bahwa
Indonesia menempati urutan ke-152 dari 153 negara yang
ditelitinya. Ini berarti, begitu buruknya masalah kecelakaan kerja di
Indonesia (Portal Nasional Republik Indonesia, 2010). Sedangkan
sumber lain mengatakan bahwa per Juli 2009, Indonesia duduki
peringkat ke 141 dari 156 negara dalam penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3). Terdapat pula sumber lain yang mengatakan
bahwa pada 2007 saja, angka kecelakaan kerja mencapai 95 ribu
kasus dan angka tersebut menempatkan Indonesia di ranking 52 dunia
(dimungkinkan beda organisasi dan jumlah sampel).
Introduction
Setiap pekerja yang bekerja di ketinggian lebihdari 1,8 m dari atas
permukaan mempunyai resiko jatuh dengan cedera parah. OSHA
menyatakan bahwa resiko terjatuh tersebut tergantung pada
beberapa faktor, diantaranya adalah manusia dan peralatan. Pekerja
dan Perusahaan harus melakukan pelatihan penggunaan peralatan
pelindung jatuh dari ketinggian. Pemilihan peralatan yang sesuai
dan penggunaan alat pelindung dengan tepat dapat mencegah
kecelakaan jatuh dari ketinggian. Pada dasarnya sistem pelindung jatuh
dari ketinggian harus digunakan ketika ada kemungkinan bahaya
jatuh pada suatu pekerjaan, baik untuk mencegah
Dasar Hukum:
 UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
 UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 Permenaker No. 9 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja Dalam Pekerjaan Pada Ketinggian
 Permenakertrans No Per 01/Men/1980 tentang K3 pada konstruksi
bangunan
 Permenaker No Per 05/Men/1985 Tentang pesawat angkat dan angkut
Pasal 35 s/d 48
 Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No. Kep 45/DJPPK/IX/2008 Tentang Pedoman Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja Bekerja Pada Ketinggian Dengan Menggunakan
Akses Tali (Rope Access)
 Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan
No. Kep. 20/PJPPK/2004 Tentang Serifikasi Kompetensi Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Bidang Konstruksi Bangunan
 Kep. DJPPK No. 325 / MEN / XII / 2011 Tentang Penetapan Rancangan
Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Di Sektor
Ketenagakerjaan Bidang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Sub
Bidang Bekerja Di Ketinggian Menjadi Standard Kompetensi Kerja
Nasional Indonesia
Istilah-istilah

Bekerja Pada Ketinggian adalah kegiatan atau aktifitas pekerjaan


yang dilakukan oleh Tenaga Kerja pada tempat kerja dipermukaan
tanah atau perairan yang terdapat perbedaan ketinggian dan
memiliki potensi jatuh yang menyebabkan Tenaga kerja cidera atau
meninggal dunia atau menyebabkan kerusakan harta benda -
Permenaker No. 9 Tahun 2016
– Sasaran:
• Manusia
• Material
• Mesin
• Lingkungan Kerja
Istilah-istilah

Bekerja pada ketinggian (Working At Heights) adalah


pekerjaan yang membutuhkan pergerakan tenaga kerja
untuk bergerak vertical naik, maupun turun dari suatu
platform - Kep. 45 /DJPPK/ IX / 2008

Bekerja diketinggian tidak hanya dibutuhkan kesehatan


fisik yang prima namun juga keberanian yang ditunjang
dengan keahlian berdasarkan standard kompetensi
nasional bukan keberanian yang ceroboh.
Istilah-istilah
Terminology;

Bekerja di Atas Ketinggian, Merupakan suatu kegiatan /aktifitas


yang dikategorikan sebagai "Class 1 Risk Activities", Berdasarkan
laporan Labour Force Survey (LFS2) UK, Salah satu penyebab
terjadinya kecelakaan kerja yang berdampak pada cidera serius dan
kematian adalah terjatuh dari atas ketinggian (31%) dan sebagian
besar terjadi pada pekerja bidang konstruksi (11%).

Bekerja di Atas Ketinggian adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang


dilakukan object dalam hal ini adalah pekerja yang mempunyai resiko jatuh
dari atas ketinggian yang apabila diukur dari base elevation/lantai dasar ke
titik jatuh 1.8 meter.

Lihat selengkapnya http://www.hse.gov.uk/statistics/causinj/kinds-


of-accident.htm dan sebagai informasi pada tahun 2007 Indonesia
merupakan negara peringkat 2 setelah Cina pada kecelakaan yang
berupa jatuh dari atas ketinggian dengan 7 Kematian per hari.
Syarat-syarat bekerja diketinggian
• Adminstrasi;
– Ada prosedur bekerja diketinggian
– Ada SIKA/PTW dan JSA
– Ada SOP, dll
• Secara personal;
– Memiliki kopetensi di bidangnya
– Sehat secara jasmani maupun rohani
– Berkepribadian safety / BBS
– Dll.
Syarat-syarat bekerja diketinggian
• Primary Fall Prevention System;
– Semua peralatan/sarana pendukung kerja untuk mencegah
agar pekerja terhindar dari bahaya jatuh telah tersedia.

• Scondary Fall Protection System;


– Semua peralatan pendukung penahan jatuh telah tersedia
sesuai dengan persyaratan standard dan telah dilakukan
pemeriksaan secara regular.
Bahaya bekerja diketinggian

• Jatuh dari Ketinggian; scaffold, tangga, atau vehicles


• Jatuh ketika berjalan di atas atap
• Jatuh ke dalam galian atau lubang yang tidak diproteksi
dengan pagar
• Kejatuhan material dari ketinggian
• Kondisi cuaca
Penyebab kecelakaan bekerja diketinggian

 Lubang yang terbuka yang tidak diketahui atau terlindungi


 Sistem penahan jatuh dan alat pencegah jatuh yang digunakan
tidak benar
 Perlengkapan, alat-alat, sampah di area kerja, dll
 Faktor lain yang mungkin disebabkan adanya bahan kimia atau
listrik
 Perpindahan dari satu permukaan ke yang lainnya
 Permukaan tidak mampu untuk menyangga beban
 Terlepas dari pegangan
 Tepi yang tidak diberi pelindung/handrail
 Permukaan/platform yang licin atau bergerak
 Kondisi cuaca yang buruk
Faktor – faktor umum yang berkontribusi pada risiko
seseorang terjatuh dari atas ketinggian :

• Adimistrasi (Tidak ada Kontrol Risiko);


– Prosedur serta SOP tidak tersedia,
– SIKA/PTW tdan JSA idak ada, gagal menilai resiko
– Organisasi yang tepat
• People (Manusia);
– Kurang Pengetahuan, Keahlian dan kemampuan terbatas,
– Kondisi tidak fit untuk bekerja, lelah, mengambil jalan pintas,
– berprilaku tidak aman
– Tidak pengawas yang capable dibidangnya
• Equipment/peralatan pendukung;
– Tidak tersedianya peralatan penahan jatuh yang cukup
– Tidak tersedianya sarana peralatan/pelindung diri yang cukup
• Environment (Lingkungan);
– Kondisi cuaca, permukaan licin dan berserakan dan tidak bersih, jenis
pekerjaan berpindah-pindah, kondisi peralatan dan perlengkapan
mekanik dsb.
Faktor Pendukung /Sebab-Akibat dari Bekerja
Diketinggian (2004 - 2007)

Near Miss Baket pekerja


Fatality First Aid
Tangga
MTI
64% Lantai tidak
Scaffolding berpagar
79%
SITUASI KERJA
LTI RWI

TINGKAT KEPARAHAN CIDERA


Ya, dan
Dikaitkan Ya, Tapi tidak
dikaitkan

Tidak
51% diketahui
Tidak
+

Menggunakan full body harness?


Potret Unsafe Condition Bekerja Diketinggian

Situasi tempat kerja yang


tidak didukung dengan
pencegah jatuh maupun
pelindung jartuh
Potret Unsafe Condition Bekerja Diketinggian

Ketidakpedulian
pekerja terhadap
risiko yang akan
terjadi atau karena
ketidaktahuan
tentang bahaya
diketinggian
Menilai Resiko

Sudahka alat pelindung dasar telah


dipasang……???????
Potret Unsafe Condition
Bekerja Diketinggian

Hal yang masih terjadi di


dunia Konstruksi, bahwa K3
belum menjadikan sebagai
kebutuhan untuk mengantar
masa depan yang lebih baik
Potret Unsafe Action dan
unsafe Condition Bekerja
Diketinggian

Peraturan K3 sebagai
payung hukum belum
dimaksimalkan untuk
digunakan sebagai
sarana perlindungan
tenaga kerja
Post Contact; merupakan kerugian dari semua
pihak

Post Contact/Kecelakaan Kerja


merupakan akibat kelalaian
bekerja diketinggian
Post Contact

• Jatuh dari ketinggian dipengaruhi oleh tiga (3) faktor


yaitu;
– Jarak-Ketinggian
– Posisi pekerja saat jatuh
– Aibat/consequency setelah jatuh
• Fatality
• Luka serius
Tahapan-tahapan Umum bekerja diketinggian

• Perencanaan kerja
• Persiapan sebelum bekerja
• Tahapan ketika bekerja di atas
• Tahapan setelah bekerja di atas
Perencanaan Bekerja diketinggian
• Memperhatikan kondisi cuaca apakah memungkinkan dapat bekerja dengan
aman. Cuaca yang kurang bersahabat misalnya hujan, angin kencang, dan
salju sebaiknya dihindari untuk bekerja di tempat yang tinggi.
• Melakukan pengecekan bahwa tempat kerja yang tinggi tersebut dapat
dijangkau dan aman untuk dijadikan tempat kerja. Setiap tempat yang akan
digunakan untuk bekerja pada ketinggian perlu dicek setiap waktu sebelum
digunakan.
• Mencegah material atau benda jatuh dari tempat tinggi tersebut. Perlu
diperhatikan agar tidak ada benda yang jatuh dari tempat tersebut untuk
mencegah melukai orang lain yang ada di bawahnya. Jadi saat bekerja atau
menempatkan benda-benda harus berhati-hati sehingga tidak terjatuh.
• Merencanakan proses penyelematan jika terjadi kecelakaan. Sebelum
melakukan pekerjaan di tempat tinggi maka perlu direncanakan terlebih dahulu
prosedur evakuasi yang bisa dilakukan jika benar-benar terjadi kecelakaan.
• Menempatkan material atau benda dengan aman sehingga tidak akan
menyebabkan luka atau kerusakan jika jatuh atau tersenggol. Saat bekerja di
tempat tinggi dengan menggunakan material tertentu maka pastikan
menempatkan benda tersebut dengan aman.
Tahapan Melakukan pekerjaan di atas

Tahapan Persiapan
• Sebelum melaksanakan pekerjaan diketinggian, pastikan SIKA/Ijin
Kerja telah ada dan diketahui oleh pihak yang berwenang
• Sebelum melaksanakan pekerjaan, pastikan anda telah melakukan
analisa resiko/JSA terhadap lokasi dan pekerjaan yang anda
lakukan.
• Pastikan anda menggunakan APD berupa full body harness double
lanyard untuk bekerja di ketinggian.
• Periksa kesehatan anda dan pastikan anda dalam keadaan fit untuk
bekerja diketinggian.
• Pastikan scaffolding yang anda gunakan dalam bekerja diketinggian
dalam kondisi aman dan telah di inspeksi oleh HSE.
• Jika anda menggunakan scaffolding, berikut panduan bekerja yang
aman:
Tahapan Melakukan pekerjaan di atas
Tahapan Persiapan
• Pastikan sambungan, ikatan, kuncian
scaffolding telah kuat.
• Pastikan terpasang tangga dan handrail.
• Pastikan anda memberi tanda atau informasi
bahwa anda sedang ada pekerjaan di atas
• Pastikan pekerja yang ditugaskan merupakan
pekerja yang berkopetensi/berkualifikasi
• Pastikan peralatan telah sesuai dengan
standard
• Pastikan pipa dan flatform scaffolding dalam
kondisi baik, dan tidak retak atau bengkok.
• Pastikan scaffolding didirikan pada lantai atau
tanah yang stabil
Tahapan Alat Pelindung Diri

• Full body harness double book.


• Hand Gloves
• Coverall
• Safety Shoes (anti slip)
• Safety Glasses
• Safety Helmet
Tahapan Ketika Bekerja
• Ada pengawas yang berkompeten
dibidangnya untuk mengawasi jalannya
pekerjaan diketinggian dengan aman
• Ketika bekerja di ketinggian, pastikan anda
mengaitkan full body harness anda pada
media yang kokoh.
• Sisihkan semua peralatan atau material
apapun yang menghalangi akses bekerja.
• Jika terjadi gerimis dan atau hujan, jangan
lanjutkan pekerjaan, segera turun dan
berlindung.
• Jangan membawa peralatan terlalu banyak
ketika baik dan turun tangga.
Tahapan Setelah Bekerja

• Ketika selesai bekerja, pastikan lokasi


telah bersih dan rapi kembali.
• Jika memakai perancah segera
dibongkar kembali.
• Jangan lupa untuk melakukan
penutupan ijin kerja.
Sarana Pendukung Bekerja Diketinggian

• Primary fall prevention dan scondary fall protection


merupakan kebutuhan yang harus dilengkapi
pengusaha/pengurus sebagai sarana wajib/mandatory
didalam merekasa pekerjaan dan mengkontrol sebuah
risiko. Salah satu penegndalian risiko yang dimaksud
dapat dilakukan bila pekerjaan diketinggian telah
disediakan/disiapkan.
Primary Fall Prevention

• Pengurangan bahaya jatuh memalui penyediaan


pagar/guardrail/handrail, penyediaan/pemasangan lantai
kerja/scaffolding serta dengan sarana jalannya atau
dapat melalui cara/metode lain dengan
merangkai/assembly dibawah
– Scaffolding/temporary lantai kerja
– Guardrail system (sistim pengamanan)
– Ladder/Tangga
– Covers/Penutup
– Warning Lines
– Personal Restrain System
Scaffolds

 Scaffolds/lantai kerja sementara:

• Supported scaffold

• Guardrail Systems

• Access ladders

• Powered work
platforms
• The role of the competent
person during erection
Incomplete scaffolds

Hari gene masih nginjak


handrail…..belum training kali…..????
Penggunaan tangga

• Jangan naik dengan membawa


material
• Yakinkan tangga dalam kondisi
aman sebelum naik
• Selalu hati-hati dan konsentrasi
pada saat naik maupun turun
• Yakinkan tempat pijakan/step
dalam kondisi bersih
• Hati terhadap lubang atas yang
terbuka
Penggunaan tangga
Penggunaan tangga
Ladders
Ladders
Ladders
Ladders
Ladders
Stairway

Unsafe stairway
Powered Work Platform

Powered platforms
termasuk:
• man-baskets placed
on a forklift,

• aerial lifts, and

• scissor lifts.
Guardrail System

Guardrail systems
harus memiliki
komponen atas
dan tengah serta
toe board.
The top rail tidak
kurang dari 42”
(90-110 cm) dari
lantai kerja
Guardrail System

 Semua guardrail
systems harus
dibangun yg terdiri dari
atas dan tengan.
 Top rail harus mampu
menahan minimal 200
lbs. untuk mencegah
bahaya jatuh
 The mid rail harus
mampu menahan tidak
kurang dari 150 lbs
Guardrail System
Cable Guardrails

• Clamps/Wire clips harus digunakan pada kawat baja


dengan benar
Dead end
U-bolt

Saddle

Dead end
Warning Lines

 Warning lines
digunakan untuk
menjaga jalan
tempat bekerja dari
bahaya tepi/pinggir
yg tidak aman.

 Warning line harus


dipasang tidak
kurang dari 6’ dari
tepi/pinggir
Warning Lines

 Warning lines mampu


menahan 16 lbs. dari
gaya/kekuatan balik.
 Warning lines harus
terawat.
 Laporkan bila ada
kerusakan/kondisi tidak
aman pada atasan anda
 Warning line harus
terpasang tidak kurang dari
34” dari lantai kerja.
Floor Covers

 The cover must be marked


to make sure everyone
knows it is a safety device.
 The cover must be marked
to make sure everyone
knows it is a safety device.
 Never sit, stand, or place
any materials .
Floor Covers

 Pier holes must be


guarded or protected.
 Either a guard rail system
or floor hole cover can be
used.
Secondary Fall Protection

• Utilitas/peralatan keselamatan kerja sebagai pendukung/pelengkap


dari bahaya jatuh yang berkelanjutan dari sistim perlindungan dasar
apabila dianggap gagal atau terjadinya suatu incident
– Full Body Harness and Shock Absorbent Lanyards
– Anchorage Points
– Lifeline system
• Lifeline Placement and Installation
• Horizontal Lifeline
• Vertical Lifeline
• Retractable Lifeline System
– Safety Nets
– Connector
– Concrete form Anchorage Point
Mengenal Perlengakapan Bekerja Diketinggian

Personal fall-arrest system/ sistem penahan jatuh pribadi


Sistem ini terdiri dari 3 Komponen utama diantaranya adalah :
1. Anchorage Connector (Konektor)
2. Body Wear (Alat yang dipakai di Tubuh)
3. Connecting Device (Peralatan Penghubung)
Body Wear

• Body wear Alat yang dipakai atau digunakan untuk penangkapan


jatuh adalah Full Body Harness,
• Terdapat Dorsal-D atau D-ring : Minimum berbahan zinc plated,
forged alloy steel & Telah di uji 3.600 lbf (16 kN) dengan Kekuatan
putus minimum adalah 5.000 lbf (22,2 kN).
• Harness rated for 1,800 pounds of arresting forces
• Buckles and adjusters
• Terbuat dari bahan baja yang telah ditempa, Kekuatan putus
minimum adalah 4.000 lbf (17,8 kN).
Connection Device/ Peralatan penghubung
Sebuah peralatan /perangkat yang digunakan untuk menghubungkan
Anchorage Connector dengan body wear contohnya (shock-absorbing lanyard,
fall limiter, self-retracting lifeline, rope grab, etc.)
Lanyard (Tali Pengikat)
• Lanyard adalah komponen yang fleksibel yang
memmungkinkan koneksi antara harness dan
anchorage dan shock absorber ( penyerap energi)
(AS/NZS 1891.1 Clause 1.4.8). Polyester webbing is
1.75 in (44
mm) lebar nominal dengankekuatan putus 6000 lbf (24.
5 kN) ketika baru

Shock Absorber
• Absorber Energi Sebuah perangkat ditempatkan secara
tunggal dengan horisontal lifeline untuk menyerap
energi dan mengurangi kekuatan di garis memanjang
ketika anda terjatuh. (AS / NZS 1891,2 Ayat
1.3.83) lanyards (yang hanya dapat digunakan untuk
menahan diri) Panjang : 1 mtr / 1,1 mtr/Perlengkapan
yang didisain untuk mengurangi hentakan yang terjadi
akibat tertahan saat jatuh
Snaphook
• Sebuah konektor menempel pada line
atau lanyard terdiri dari hook berbentuk
kait dengan self closing atau self
locking gate yang dirancang untuk
menerima titik lampiran yang
kompatibel. (AS / NZS 1891,1
Klausal1.4.17), Auto Locking & Self
Locking Snap Hook
Carabiner
Sebuah konektor memiliki spring loaded gate dimuat dengan mekanisme
penguncian sekunder dirancang untuk menghubungkan ke konektor lain atau
titik sambungan. (AS / NZS1891,1 Klausul 1.4.71). Secara umum, bagian-
bagian carabiner bisa dibedakanmenjadi Gate, Frame Ujung Atas, Frame
Ujung Bawah, Spine Frame

Tipe Carabiner
Berdasarkan bentuknya
Carabiner Oval, Carabiner “D”, Carabiner Asy
mmetrical “D”,Carabiner Pear

Berdasarkan pilihan bentuk gerbang (gate), car


abiner dapat dibedakan
menjadi: Carabiner Dengan Gerbang (Gate) Lu
rus, Carabiner Bent Gate, LockingCarabiner,
Wire Gate Carabiner
Personal Full Body Harness

 Komponen fall arrest


system terdiri dari:

• body harness,

• lanyard, and

• anchorage point.
Penggunaan Personal Full Body Harness

Tali di dada harus lebih tinggi dari


pada dada dan terikat terikat kokoh
untuk mencegah strap dipundak
terlepas

The Dorsal D-Ring harus


terletak di antara 2 tulang
belikat

Tali kaki harus terikat kuat tapi


tetap nyaman

Tali di pinggul harus terletak


tepat di bawah pinggul

Tip Penggunaan Full Body


Harness-Video
Penggunaan Personal Full Body Harness

 Body harness must be:

• inspected before use,

• adjusted to fit the


worker, and

• free from other visible


damage.
Kecepatan Tubuh yang Jatuh

Waktu (Detik) Ketinggian (Meter)


0.5 1.2
1.0 5
1.5 11
2.0 20
Personal Fall Arrest Systems

• Pemilihan:
– Safety Belt
– Full Body Harness tanpa shock absorbent
– Full Body Harness dengan shock absorbent
Safety Belt

 Safety Belt
 6-ft Lanyard
 Tidak Menggunakan
Shock Absorber

Potensi Consequence
• Jatuh dengan Beltnya
• Luka Serius
• Dapat berpotensi sesak
nafas/Asphyxiation
Full Body Harness Tanpa Shock Absorbent

 Full Body Harness


 1,8m Tali/Lanyard
 Tanpa Shock Absorber
 Menggunakan Full Body
Harness dengan Benar

Potensi tekanan ke badan


1500 kg
Full Body Harness Dengan Shock Absorbent

• Full Body Harness


• 1,8m Tali/Lanyard
• Dengan Shock Absorber
• Menggunakan Full Body
Harness dengan Benar

Potensi tekanan ke badan


<408 kg
Merencanakan jarak yang benar

• Tali penghubung(umumnya

Total tinggi yang dibutuhkan


1.8meter) Panjang
Tali
 Shock Absorber (biasanya up to 1,8m
1 meter, tergantung dari
pabriknya)
Shock
 Tinggi badan absorber
1m

Tinggi
manusia
1,8m

Jarak
aman 1m

Kaitkan setinggi mungkin


Pertolongan di ketinggian

Trauma Keadaan tergantung

1. Pusing dalam waktu setelah 3


Menit

2. Hilang kesadaran setelah 5


Menit

3. Meninggal setelah 10 Menit


Rescue
Pertolongan di ketinggian
9 Juli, 2008 Fujian Refinery

25 M di atas tanah
Hal terakhir terbaik yang telah dilakukan sesuai prosedur adalah
harness dikaitan 100%
( Juli, 2008 Fujian Refinery)

Pertolongan oleh 2 orang


teman kerja dalam
waktu 2 menit
Anchorage Connector (Konektor)
Anchorage: Sering disebut sebagai titik tie-off (Ex: I-beam,
rebar, perancah, Lifeline, dll)

Dibagi menjadi 2 Ada Macam:


1) Anchorage point
2) Anchorage Connector
Anchorage point (Tempat Menyangkutkan Hook)
Anchorage point/ titik tie off ;
Merupakan posisi yang terletak pada struktur independen dimana pengikat
jatuh atau talinya diikatkan dengan aman.

a)Anchor points harus mampu menahan gaya sekitar dari 5000 Pounds / 2267
Kilogram per pekerja yang terkait.
b)Anchorages untuk personal fall arrest
systems harus memiliki kekuatan yang mampu mendukung beban statis sekura
ng-kurangnya: (a) 3.600 lbf (16 kN) ketika ada sertifikasi, atau (b)
5.000 lbf (22,2 kN) tanpa adanya sertifikasi
c)Anchorpoints tersebut harus ditentukan agar membatasi sehingga jatuh tdk le
bih dari 6 meter

Supervisor harus dapat memastikan posisi penempatananchorage point


sehingga potensi risiko terjadinya Swing Down dan Swing Back dapat dihindari
Definisi/Istilah

Anchorage point (Tempat Kaitan)


Posisi atau tempat yang aman untuk memasang /
menyangkutkan alat Pelindung bahaya jatuh atau tali
pengikat (lanyard) atau tali pencegah jatuh (restrain
line) yang aman.

Anchorage Line (Jalur Kaitan)


Rel yang kuat atau jalur fleksibel yang aman sebagai
tempat kaitan perlengkapan penahan jatuh tipe 1

Attachment hardware (perangkat untuk


Penyangkutan)
Ring, hook, karabiner atau perlengkapan untuk
menyangkutkan yang diletakkan pada posisi yang
kuat untuk menahan berat beban secara keseluruhan
Anchorage Connector

• Anchorage Connector:Digunakan menjadi satu bagian


dengan perangkat yang menghubungkan ke anchorage
Contoh:
– cross-arm strap, (type 1, 2, 3, 4, 5)
– beam anchor (type 1, 2, 3, 4)
– D-bolt
– hook anchor, dll) type (1, 2, 3, 4)
Anchorage Point and Tied Off 100%

Bekerja di atas tangga yang


berpotensi untuk jatuh harus
menggunakan Retractable Fall
Arrester
Anchorage Point and Tied Off 100%

Scaffolding gantung

Personal lift
Anchorage Point and Tied Off 100%

Pada personal basket

Hook FBH harus dikaitkan 100% ke block crane dengan


menggunakan tali wire rope sebagai vertical life line
Anchorage Point and Tied Off 100%

Hook FBH harus dikaitkan


100% ke retractable fall
arrester dengan melalui
achorage point atau
horizontal lifeline maupun
vertical lifeline

Pekerjaan roofing
Anchorage Point and Tied Off 100%

 Anchorage point selalu


ditempatkan dimana anda
akan mengkaitkan hook
FBH.

 Anchorage point harus


mampu menahan beban
jatuh pekerja.
Anchorage Point and Tied Off 100%

 A life line serta hook yang


terkait harus selalu
digunakan dan jangan
pernah melepas ketika
anda akan pindah melalui
antar tempat kerja
Anchorage Point and Tied Off 100%

 Jangan pernah menkaitkan


hook FBH ke kayu, pipa steel
structure, electrical kable
atau tempat yang tidak di
design sebagai anchroge
point
Reference:

• OSHA general industry 29 CFR 1926 Subpart M construction


standard for fall protection
• OSHA general industry 29 CFR 1910.25 and 1910.28
• ANSI A10.8 1988: Scaffold safety requirement
• BS 5974 1992 (Amendment 7068 1992): Temporary installed
suspended scaffold and access equipment
• BS 5973 1993: Code of practice for access and working scaffold and
special structure in steel
• Height safety handbook, bullivants handling safety
• Best practice guidelines Safe Use Of The Safety Nets, Work Safe
New Zealand
TERIMA KASIH
“IKUTI ATURAN DAN ANDA SELALU SELAMAT”

“SEMOGA TETAP AMAN DAN


TIDAK ADA YANG CIDERA”

Anda mungkin juga menyukai