Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PSIKOLOGIS

Nama konseli: Fitri Farikha


Nomor kasus: 01
Tempat: Melalui media virtual/dirumah masing-masing
Tanggal evaluasi: 22 Desember 2021
Tanggal dibuat: 24 Desember 2021

TUJUAN EVALUASI

Konseli memiliki keinginan untuk menyelesaikan isu stress atau over thinking terjadi karena
perkuliah, yakni mengenai tugas-tugas, dan kurangnya pemahaman konseli terkait beberapa
mata kuliah tertentu. Untuk masalah tugas, konseli merasa itu hal yang umum memang,
bahwa tugas-tugas yang banyak dan kejadian-kejadian yang tidak terduga datang untuk
menghambat tugas-tugas tersebut diselesaikan. Dan karena konseli tipe orang yang mudah
overthingking, sering kali membuatnya merasa stress. Teman-teman kelompok yang sulit
diajak bekerja sama ketika tugas kelompok, dan hal-hal lainnya yang membuat pengerjaan
tugas menjadi terhambat, membuat konseli merasa khawatir mengenai konseli tidak bisa
menyelesaikan tugas dengan baik. Konseli takut hal itu membuatnya tidak menjalankan
perkuliahan dengan baik, membuat beberapa kesalahan yang dapat menimbulkan
kegagalan dan membuat orang tuanya kecewa

INFORMASI LATAR BELAKANG

Konseli dengan nama Fitri Farikha adalah seorang pribadi yang bisa dikatakan
memiliki kecenderungan introvert, mudah merasa cemas dan khawatir bahkan pada hal-hal
yang mungkin bisa dianggap sepele, mungkin bisa dikatakan rentan mengalami stress.
Konseli pun sangat jarang untuk mencoba bergerak dan berubah menjadi lebih baik karena
kecemasan dan kekhawatiran tersebut. Butuh niat dan usaha yang cukup besar bagi konseli
untuk berusaha memutuskan berubah yang mungkin bisa mendorong konseli menjadi lebih
baik, tak jarang konseli butuh dorongan orang lain. Konseli tidak miliki banyak teman, namun
konseli memiliki beberapa teman dekat, karena menurut konseli lebih baik memiliki sedikit
teman namun berkualitas.
Begitupun dengan teman dari lawan jenis, konseli justru tipe orang lebih sangat
jarang berkomunikasi atau berinteraksi secara langsung dengan lawan jenis, karena entah
mengapa konseli mudah merasa canggung, gugup dan juga bingung ketika berhadapan
dengan mereka. Namun sebisa mungkin konseli mengontrol diri konseli dan mencoba
membiasakan diri konseli agar tidak mudah canggung.
Konseli seorang pendengar yang baik dan mungkin tidak banyak berbicara atau
kebanyakan orang yang tidak mengenal konseli dengan baik akan menganggap bahwa
konseli anak yang pendiam. Yaa, dan memang begitu, namun apabila orang-orang sudah
mengenal konseli dengan baik, konseli sudah merasa nyaman, tidak canggung dan
mempercayai mereka, konseli akan mulai lebih banyak berbicara dan mungkin bisa
dikatakan menjadi sedikit cerewet. Seperti sudah konseli katakan sebelumnya, bahwa
konseli mudah merasa cemas, konseli pun sering merasa khawatir mengenai padangan
orang terhadap diri konseli, seperti apa konseli terlihat aneh, atau bahkan terkadang konseli
bisa berfikir negatif mengenai reaksi atau tanggapan orang mengenai diri konseli, seperti
‘mungkin dia marah pada konseli’, ‘dia tidak suka pada konseli’ dan hal lainnya, walau
konseli juga seringkali berkata pada diri konseli untuk tidak peduli tentang itu dan tetap
mencoba menjadi diri konseli sendiri.

PROSEDUR DAN HASIL ASESMEN

Individu yang terlibat


Sesi
Waktu Durasi Tempat Sumber data dalam proses
Konseling
konseling
Pertemuan 1 10 47 Whatsapp Psikoautobiografi Konselor(Enggo),
September Menit Video Call Konseli (Fitri), supervisi
2021 (Daring) (mba hilma)
Pertemuan 2 22 30 Zoom Psikoautobiografi, Konselor(Enggo),
November Menit Meeting dan Asesmen Konseli (Fitri), supervisi
2021 (Daring) REBT (mba hilma)

Pertemuan 3 29 30 Zoom Psikoautobiografi, Konselor(Enggo),


November Menit Meeting dan Asesmen Konseli (Fitri) supervisi
2021 (Daring) CBT (mba hilma)

Pertemuan 4 6 30 Zoom Psikoautobiografi Konselor(Enggo),


Desember Menit Meeting dan Asesmen Konseli (Fitri), supervisi
2021 (Daring) Gestalt (mba hilma)

A. Hasil Wawancara Psikoautobiografi


Dalam sesi konseling ini konselor cukup berhasil membangun raport dengan konseli,
selain hal tersebut konselor juga mendapatkan beberapa informasi konseli yang
terkait pada wawancara, yaitu isu yang terjadi pada diri konseli berasal dari masalah
yang dihadapinya. Pada isu cemas atau kecemasan terjadi karena orang tua konseli
tidak paham dengan keadaan konseli yang tidak mudah mengerjakan sesuatu
secara bersamaan, menyuruh konseli membantu sesuatu saat ada kuliah, atau
sedang mengerjakan tugas, dan apabila konseli katakan konseli belum bisa
membantu orang tua konseli akan menjadi sedikit pemarah. Konseli merasa cemas
jika konflik yang terjadi bisa menimbulkan pertengkaran yang hebat nantinya. Dan
ketika ketika orang tua dan kakak konseli mulai berkomunikasi, dan selalu terdengar
tidak mengenakkan membuat konseli bingung dan berfikir entah harus bagaimana
untuk menyelesaikannya.

Pada isu kepercayaan diri atau negatif thinking terjadi karena konsei tipe orang yang
mudah cemas, takut dan khawatir, akan pandangan-pandangan orang lain terhadap
konseli. Seringkali konseli merasa insecure dan tidak percaya diri, terutama apabila
harus dihadapkan pada orang lain yang lebih pintar, lebih cantik atau lebih berani
dibanding diri konseli. Konseli menjadi stuck di zona nyaman yang konseli buat, dan
membuat konseli menjadi pribadi yang kurang berkembang. Tak jarang konseli
memandang rendah dirinya sendiri, walau mungkin hal itu sudah mulai berkurang
sedikit demi sedikit. Ketakutan konseli pada masalah ini sering kali malah
membuatnya semakin tidak berkembang, sering merasa takut dan tidak percaya diri
untuk mencoba sesuatu bahkan sebelum memulainya.

Pada isu stress atau over thinking terjadi karena perkuliah, yakni mengenai tugas-
tugas, dan kurangnya pemahaman konseli terkait beberapa mata kuliah tertentu.
Untuk masalah tugas, konseli merasa itu hal yang umum memang, bahwa tugas-
tugas yang banyak dan kejadian-kejadian yang tidak terduga datang untuk
menghambat tugas-tugas tersebut diselesaikan. Dan karena konseli tipe orang yang
mudah overthingking, sering kali membuatnya merasa stress. Teman-teman
kelompok yang sulit diajak bekerja sama ketika tugas kelompok, dan hal-hal lainnya
yang membuat pengerjaan tugas menjadi terhambat, membuat konseli merasa
khawatir mengenai konseli tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik. Konseli
takut hal itu membuatnya tidak menjalankan perkuliahan dengan baik, membuat
beberapa kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan dan membuat orang
tuanya kecewa

B. Laporan Konseling REBT


Dalam sesi konseling ini konselor cukup berhasil membangun raport dengan konseli,
selain hal tersebut konselor juga mendapatkan beberapa informasi konseli yang
terkait pada wawancara, yaitu isu yang terjadi pada diri konseli berasal dari masalah
yang dihadapinya. Berikut hasil konseling menggunakan asesmen REBT :
Activating Event Kejadiannya Konseli memiliki permasalahan mengenai
(A) A1 : overthingking, hal ini dikarenakan konseli merasa tugas
kuliahnya disemester 5 ini semakin banyak dan konseli
merasa dirinya tidak lebih baik dari temannya atau
tidak memiliki banyak pengalaman, sehingga konseli
mengikuti kegiatan volunteer di luar kampus namun
hal tersebut malah mempertambah pikiran konseli
karena konseli kebingungan dalam mengatur jadwal
hariannya. saat pandemi kegiatan perkuliahan
dilakukan dari jarak jauh atau online namun kedua
orang tua konseli merasa konseli tidak begitu sibuk
pada kegiatan perkuliahan sehingga orangtua konseli
menyuruh konseli untuk menjaga warung, hal tersebut
makin menambah beban pikiran konseli. Tidak hanya
tugas perkuliahan, menjaga warung dan
membandingkan diri dengan orang lain, konseli juga
seorang pendengar yang baik hal ini menjadikan teman
konseli datang kepada konseli untuk bercerita,
sebelumnya konseli tidak bermasalah ketika temannya
datang untung bercerita namun saat saat ini konseli
sedang merasa banyak pikiran sehingga cerita dari
teman teman konseli menambah beban pikiran
konseli. Konseli sudah sempat melakukan konseling
dan menurut konseli hal tersebut cukup membantu
dan konseli sudah mencoba mengatur jadwal
hariannya dan hal itu pun membantu juga namun
konseli saat saat ini sudah tidak mengatur jadwalnya
sehingga setiap harinya konseli merasa sibuk sekali dan
menjadi beban pikiran.
kesimpulan Konseli merasa banyak pikiran dan menjadi
konseli atas overthingking.
kejadian
tersebut
A2 :
Konsekuensi (C) Perasaan : Merasa overthinking, Ngerasa kurang dari orang lain,
merasa stuck, merasa kesal dengan bapak. (Irrasional)

Tidak menjadi overthingking dan tidak menjadi panic.


(Rasional)
Tingkahlaku Merenenung, membandingkan diri dengan orang lain.
: (Irrasional)

Bisa mengatur waktu menjadi rileks atau tidak panic.


(Rasional)
Belief (B) Bagaimana Mereka lebih baik daripada aku. Kesal, dan pusing.
evaluasi (Irrasional)
konseli
mengenai
“A” ?

C. Laporan Konseling CBT


Anteseden/Activating event :
Konseli memiliki permasalahan mengenai overthingking, hal ini dikarenakan konseli merasa
tugas kuliahnya disemester 5 ini semakin banyak dan konseli merasa dirinya tidak lebih baik
dari temannya atau tidak memiliki banyak pengalaman, sehingga konseli mengikuti kegiatan
volunteer di luar kampus namun hal tersebut malah mempertambah pikiran konseli karena
konseli kebingungan dalam mengatur jadwal hariannya. saat pandemi kegiatan perkuliahan
dilakukan dari jarak jauh atau online namun kedua orang tua konseli merasa konseli tidak
begitu sibuk pada kegiatan perkuliahan sehingga orangtua konseli menyuruh konseli untuk
menjaga warung, hal tersebut makin menambah beban pikiran konseli. Tidak hanya tugas
perkuliahan, menjaga warung dan membandingkan diri dengan orang lain, konseli juga
seorang pendengar yang baik hal ini menjadikan teman konseli datang kepada konseli untuk
bercerita, sebelumnya konseli tidak bermasalah ketika temannya datang untung bercerita
namun saat saat ini konseli sedang merasa banyak pikiran sehingga cerita dari teman
teman konseli menambah beban pikiran konseli. Konseli sudah sempat melakukan
konseling dan menurut konseli hal tersebut cukup membantu dan konseli sudah mencoba
mengatur jadwal hariannya dan hal itu pun membantu juga namun konseli saat saat ini
sudah tidak mengatur jadwalnya sehingga setiap harinya konseli merasa sibuk sekali dan
menjadi beban pikiran.

Belief :
- Autometic thought : ketika saya keteteran dengan tugas kuliah saya, itu dikarenakan
saya tidak bisa mengatur jadwal saya dan saya pemalas.

- Intermediete :
• Aturan : Saya harus bisa ngerjain tugas,usaha dan bisa coba mengatur diri dan
jadwal.
• Asumsi : Saya kurang baik dari orang lain yang bisa ngehandle banyak hal.

- Distorisi kognitif :
• “Should” and “must” : Saya harus bisa mengatur jadwal dan diri agar bisa
menghandle banyak hal dan berkembang.
- Core belief :
• Defectiveness : aku gagal
• Abandonment : aku tidak lebih baik dari orang lain.

- Schema :
• Defectiveness : im a filure
• Abandonment : im not as good as other people
Consequences :
- Emosi : Merasa overthinking, Ngerasa kurang dari orang lain, merasa stuck, merasa
kesal dengan bapak kamu, kebingungan.

- Perilaku : Merenenung, membandingkan diri dengan orang lain, mencari hiburan.


- Respon Fisiologis : Pusing kepala, migraine.

D. Laporan Konseling Gestalt


Dalam sesi konseling ini konselor cukup berhasil membangun raport dengan konseli,
selain hal tersebut konselor juga mendapatkan beberapa informasi konseli yang
terkait pada wawancara, yaitu isu yang terjadi pada diri konseli berasal dari masalah
yang dihadapinya. Berikut hasil konseling menggunakan asesmen Gestalt :
Kejadian : Konseli memiliki permasalahan mengenai overthingking, hal ini
dikarenakan konseli merasa tugas kuliahnya disemester 5 ini semakin banyak dan
konseli merasa dirinya tidak lebih baik dari temannya atau tidak memiliki banyak
pengalaman, sehingga konseli mengikuti kegiatan volunteer di luar kampus namun
hal tersebut malah mempertambah pikiran konseli karena konseli kebingungan
dalam mengatur jadwal hariannya. saat pandemi kegiatan perkuliahan dilakukan dari
jarak jauh atau online namun kedua orang tua konseli merasa konseli tidak begitu
sibuk pada kegiatan perkuliahan sehingga orangtua konseli menyuruh konseli untuk
menjaga warung, hal tersebut makin menambah beban pikiran konseli. Tidak hanya
tugas perkuliahan, menjaga warung dan membandingkan diri dengan orang lain,
konseli juga seorang pendengar yang baik hal ini menjadikan teman konseli datang
kepada konseli untuk bercerita, sebelumnya konseli tidak bermasalah ketika
temannya datang untung bercerita namun saat saat ini konseli sedang merasa
banyak pikiran sehingga cerita dari teman teman konseli menambah beban pikiran
konseli. Konseli sudah sempat melakukan konseling dan menurut konseli hal
tersebut cukup membantu dan konseli sudah mencoba mengatur jadwal hariannya
dan hal itu pun membantu juga namun konseli saat saat ini sudah tidak mengatur
jadwalnya sehingga setiap harinya konseli merasa sibuk sekali dan menjadi beban
pikiran. Dari beberapa masalah penyebab overthingking yang dialami konseli
memanajemen waktu menjadi penyebab utama timbulnya overthingking, hal ini
diperparah karena tuntutan dari orangtua konseli yang menginginkan konseli bisa
mengatur waktu dengan baik, namun tuntutan tersebut dating juga dari diri perilaku.
Saat ini tuntutan untuk bisa memanajemen waktu dengan baik yang lebih dominan
berasal dari dirinya sendiri. Memanajemen waktu di sini seperti, konseli merasa
dirinya memiliki jadwal yang padat yaitu harus kuliah dan mengerjakan tugas namun
orang tua konseli sering kali menyuruh konseli untuk membantu menjaga warung.
Saat menjaga warung konseli tidak bisa atau sulit sekali melakukan kegiatan lainnya
seperti mengerjakan tugas, jadi konseli harus mengerjakan tugas saat setelah
menjaga warung. Namun saat konseli sudah senggang konseli merasa lelah dan
ingin sekali beristirahat sambil bermain social media, namun saat bermain social
media dan konseli tidak sengaja melihat ‘Jerome’ konseli menjadi ke trigger dan
langsung mematikan handphonenya, konseli ketrigger karena konseli mennganggap
Jerome seorang yang bisa memanajemen waktu sangat baik dan hal tersebut adalah
suatu keinginan konseli. Saat konseli memikirkan tugas yang belum diselesaikan
konseli biasanya memberikan hukuman pada dirinya sendiri seperti membenturkan
kepala dan berbicara pada diri sendiri, namun hukuman membenturkan kepala
sudah tidak dilakukan oleh konseli, konseli lebih sering berbicara kepada diri sendiri.

Top Dog : Konseli harus mengerjakan tugas kuliahnya setelah membantu orang tua
menjaga warung.
Under Dog : Konseli ingin istirahat sambil bermain social media.

ANALISIS HASIL ASESMEN

Berdasarkan 3 asesmen yang sudah dilakukan analisis dari ketiga asesmen itu hamper
sama hasilnya karena dalam ketiga asesmen tersebut dapat menyelesaikan masalah
konseli terutama pada masalah overthinking yang berasal dari tugas kuliah, konseli juga
merasa dirinya kurang berkembang dari pada orang lain dan di saat konseli sibuk kuliah
namun orang tua konseli menyuruh konseling membantu menjaga warung.
RENCANA PENERAPAN TEKNIK

Cormier (1985), memberikan tahaptahap dalam strategi pengelolaan diri (SelfManagement)


sebagai berikut :
Tahap 1 : Klien mengidentifikasi, mencatat sasaran perilaku dan mengontrol penyebab serta
akibatnya.
Tahap 2 : Klien mengidentifikasi perilaku yang diharapkan arah perubahannya.
Tahap 3 : Konselor menjelaskan kemungkinan strategi pengelolaan diri.
Tahap 4 : Klien memilih satu atau lebih strategi pengelolaan diri.
Tahap 5 : Klien menyatakan secara verbal persetujuan untuk menggunakan tahap kedua
dan tahap keempat.
Tahap 6 : Konselor memberi instruksi dan model strategi yang dipilih.
Tahap 7 : Klien mengulangi pemahaman strategi yang dipilih.
Tahap 8 : Klien menggunakan strategi yang dipilih.
Tahap 9 : Klien mencatat penggunaan strategi serta tingkat perilaku sasaran.
Tahap 10 : Data klien diperiksa oleh konselor dan klien, kemudian klien melanjutkan dan
membuat revisi program.
Tahap 11 : Membuat catatan dan penyajian data pada diri sendiri dan penguat demi
kemajuan klien.(Putro & Muis, 2013)

Refrensi

https://digilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-marinisety-412-2-babii.pdf
Damayanti, E. (2019). Manajemen Diri Mahasiswa Yang Aktif Berorgansasi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 1–18.
Putro, C., & Muis, T. (2013). Penerapan strategi pengelolahan diri untuk mengurangi
insomnia pada siswa kelas viii a di Smp Pgri 7 Sedati Sidoarjo. Jurnal Mahasiswa
Bimbingan Konseling, 1(1), 1–9.

Anda mungkin juga menyukai