Anda di halaman 1dari 48

Laporan Tugas Akhir

Coaching, Mentoring, dan Counseling

Oleh Kelompok 19 :

Nur Tsani Chairunnisa 150118377

Dosen Pembimbing :

Dr. Monique Elizabeth Sukamto, S.Psi., M.Si., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SURABAYA

2021
a. Permasalahan Coaching
Manajemen Waktu

Balqis merupakan salah satu mahasiswa semester 6 Universitas Surabaya


yang saat ini sedang mengalami kesulitan untuk mengatur waktu dalam
mengerjakan tugas kuliahnya. Pada saat mengikuti perkuliahan di semester 1-3
ia merasa perkuliahannya menyenangkan dan menikmatinya. Kemudian ketika
menginjak semseter 4 adanya pandemi COVID-19 membuat seluruh sistem
perkuliahan terpaksa dilakukan secara daring. Hal ini rupanya sangat
berpengaruh dalam merubah kebiasaan Balqis ketika dirumah dalam mengikuti
perkuliahan khususnya dalam mengatur waktu dalam mengerjakan tugas. Awal-
awal dilakukannya kuliah daring, Balqis masih berusaha mengikuti perkuliahan,
tetapi lama kelamaan ia mulai merasa kurang mampu mengatur waktu antara
kegiatan rumah, perkuliahan dan aktivitas lainnya dan berdampak menjadi
sering menunda mengerjakan tugas perkuliahannya. Pada semester ini, banyak
jenis tugas yang diberikan secara berkelompok. Ia merasa mengerjakan tugas
kelompok secara daring kurang efektif karena membuatnya sulit untuk
berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu berbagai aktivitas rumah juga
harus dilakukan oleh Balqis ia harus memberesi rumah dan membantu adik
sepupunya yang bersekolah secara online karena membantu orangtuanya yang
bekerja tidak secara WFH ( work from home ). Balqis menjadi semakin tertekan
dan stress karena ia menjadi sangat kesulitan dalam mengatur waktunya. Ia
pernah mencoba untuk mengerjakan tugas di luar rumah untuk mencari suasana
baru, namun hal ini tidak berpengaruh terhadap pengerjaan tugas kuliah Balqis.

➢ Intervensi yang digunakan life coaching.


Balqis merasa kurang mampu mengatur waktu antara kegiatan rumah,
perkuliahan dan aktivitas lainnya yang berdampak menjadi sering menunda
mengerjakan tugas perkuliahannya. Kesulitan dalam mengatur waktu ini
akhirnya membuat Balqis menjadi tertekan dan stress. Kasus ini menggunakan
life coaching karena dapat membantu Balqis untuk memperbaiki mengatur
waktu dalam mengerjakan tugas kuliah dan rumah.
b. Topik Coaching

1. Manajemen waktu
Menurut Macan (dalam Puspitasari, 2013) manajemen waktu
merupakan pengaturan diri dalam menggunakan waktu seefektif dan
seefisien mungkin dengan melakukan perencanaan, penjadwalan,
mempunyai kontrol atas waktu, selalu membuat prioritas menurut
kepentingannya, serta keinginan untuk terorganisasi yang dapat dilihat dari
perilaku seperti mengatur tempat kerja dan tidak menunda-nunda pekerjaan
yang harus diselesaikan (Linda, 2017). Manajemen waktu dibagi menjadi
empat aspek yaitu (1) Goal setting and prioritizing, individu dapat
menetapkan prioritas dan tujuan. (2) Planning and scheduling, individu
dapat mengatur waktu; membuat daftar-daftar yang dapat dilakukan; dan
menggunakan buku agenda. (3) Perceived control of time, individu dapat
mengarah pada efikasi diri terkait pengendalian waktu. (4) Preference for
organisation, terkait keinginan untuk mengorganisasi dan upaya yang
dilakukan dalam menyelesaikan tugas (Nisa, Mukhlis , Wahyudi, & Putri,
2019)
• Klien merasa kurang bisa membagi waktunya dalam mengerjakan tugas
kuliah dan aktivitas di rumah
• Klien sering menunda tugas perkuliahan karena kurang bisa membagi
waktu
2. Coping Strategy Stress
Menurut Lazarus dan Folkman mengatakan bahwa stress adalah
konsekuensi dari adanyan sebuah proses penilaian seseorang serta asesmen
dari sumber daya apakah individu cukup mampu dalam mengatasi tuntutan
lingkungannya. Setiap individu memerlukan sebuah coping untuk
menyelesaikan adanya stress. Coping stress menurut Lazarus dan Folkman
dibagi menjadi dua yaitu problem focused coping (berpusat langsung dalam
masalah) dan emotion focused coping (mengelola emosi yang ditimbulkan).
Aspek dari problem focused coping, yaitu confrontive coping (usaha untuk
mengubah situasi) dan planful problem-solving (mengatasi situasi yang
menekan). Untuk aspek emotion focused coping, yaitu (1) Distancing,
individu berusaha untuk mencari jarak dengan masalah. (2) Self control,
individu berusaha untuk mengelola perasaan. (3) accepting responsibility,
individu menerima bahwa ia memiliki peran dalam masalahnya. (4) escape
avoidance, individu lari dari masalah. (5) seeking social support, individu
mencari simpati terhadap orang lain (Yustinus Joko Dwi Nugroho, 2016)
• Klien merasa tertekan dan stress karena merasa sangat kesulitan dalam
mengatur waktunya

c. Rancangan Skenario
1. Tahap 1 coaching

N/B Verbatim Tahap Ketrerampilan


Coaching Coaching yang
digunakan

HARI KE-1

N Halo selamat siang, apakah suara


saya terdengar jelas?

B Iya selamat siang iya terdengar


jelas

N Sebelumnya kita perkenalan dulu Etika


ya.. Perkenalkan saya Nisa yang
akan membantu anda dalam
proses coaching.

B Oh iya nama saya Balqis saya


sekarang mahasiswa semester 6
Ubaya

N Wah bisa dibilang mahasiswa Rapport


semester akhirn ya, pasti sibuk
sekali ya.

B Iya mbak ( senyum)


N Baik saya panggil kak Balqis saja
ya.

B Iya Kak

N Sebelum saya mau bertanya Etika Attending (Non


apakah boleh percakapan selama verbal dalam
proses coaching saya rekam dan rasa nyaman
saya catat? Rekaman dan catatan terhadap
ini bersifat rahasia mbak, helpee)
hanyaapakah kak Balqis
bersedia?

B Oiya boleh-boleh kak

N kak Balqis saat ini dalam keadaan Etika


yang nyaman dan cukup terjaga (Confidentiality)
privasinya untuk bercerita? Saya Membangun
juga sudah menggunakan headset relasi yang
agar cerita kak balqis hanya saling percaya
terdengar oleh saya

B Nyaman dan cukup private bu

N Baik, kita lanjutkan. Apa yang Attending


bisa saya bantu untuk sesi
coaching ini ya kak Balqis?

B Jadi akhir-akhir ini saya merasa


pekerjaan kuliah saya banyak
yang tertunda

N Kalau boleh diceritakan lebih


lanjut mengapa kak balqis
merasa pekerjaan kuliah kak
Balqis tertunda

B Jadi begini mbak semenjak Tahap 1-A : Listening


adanya COVID-19 perkuliahan cerita masalah
menjadi dilakukan secara daring, klien : “what’s
sehingga semua kegiatan di going on?”
perkuliahan menjadi secara
online. dari pembelajaran,
pengerjaan tugas, kerja
kelompok, ujian, dan bahkan
kegiatan non akademik pun harus
dilakukan secara online. Hal ini
jadi berpengaruh dalam
perubahan kebiasaan saya
dirumah saya menjadi kurang
bisa mengatur waktu antara
pekerjaan rumah dan perkuliahan
serta aktivitas lainnya.

N Seperti itu ya kak, coba Probing


diceritakan bagaimana ya
perbedaan selama kuliah secara
offline dan online kak Balqis?

B Dulu waktu offline yang pastinya Listening


lebih tertata rutinitasnya mbak
kalau pulang kuliah pasti
langsung mengerjakan tugas ,
kalau saya bosen dirumah saya
mengerjakan diluar bersama
teman-teman. Tapi semenjak
online ini kehidupan saya ini
kurang tertata, aktivitas saya
berubah saya jadinya kesulitan
dalam mengatur waktu mbak
apalagi kalau buat ngerjain tugas
kuliah

N Seperti itu ya kak Balqis, tadi kak focusing Pharaprasing


balqis bilang kehidupan kak
balqis ketika kuliah online
kurang tertarta, bisa diceritakan
kegiatan kurang tertata itu seperti
apa?

B karena kuliahnya dirumah Tahap I-B Listening


jadinya saya kuliah juga sambil (What’s Really
mengerjakan tugas rumah yang Going On?)
lain nyapu, ngepel dan lain-lain
dan semester ini juga banyak
tugas kelompoknya sehingga
tugas kelompoknya ini juga bikin
saya ini kewalahan mbak

N Kenapa kak dengan tugas


kelompok ketika daring ini?
B Sangat menyulitkan saya untuk
berinteraksi dengan teman kak
selalu ada kendala jaringan atau
kuota, saya jadi jadi semakin
tidak bisa melakukan tugas
kuliah dengan optimal

N Seperti itu ya kak berarti


kendalanya tugas ini pada
jaringan dan kuota ya ketika kerja
kelompok

B Iya mbak betul

N terkait cerita kak Balqis ketika Probing


dirumah tadi, saya juga ingin
tahu apa saja kegiatan kak Balqis
dirumah selain kuliah?

B Saya ini harus nyapu, ngepel,


cuci piring berberes rumah lah
mbak belum lagi harus
membantu dan mendampingi
adik sepupu saya yang masih SD
karena sama-sama sekolah online
karena ibu sama ayah saya
kerjanya tidak WFH jadi
memang saya yang harus
bertanggung jawab mbak..

N Oh gitu ya kak Balqis selain Focusing Probing


harus membantu ibu juga
membantu adik.. kalau boleh tau
selain kesulitan dalam mengatur
waktu apa ada dampak lain ?

B Nah iya mbak… saya itu jadi Blind spot


merasa tertekan gitu aktivitas
saya yang sekarang…saya lebih
mengutamakan tanggung jawab
saya sama orangtua saya nah hal
ini di waktu bersamaan membuat
saya harus mengorbankan waktu
untuk mengerjakan tugas kuliah
saya… saya jadi tertekan dan
stress gitu mbak saya merasa
tidak sanggup melakukan
semuanya secara bersama-
sama..biasanya suka nangis terus
malem-malem karena saya masih
tidak bisa menata rutinitas saya

N Saya mengerti pasti berat ya Rapport


harus bertanggung jawab sebagai
anak dan kakak... jadi kak Balqis
akhirnya menunda pengerjaan
tugas karena lebih
mengutamakan tanggung jawab
sebagai anak dan kakak ya..

B Nah iya kak, mau bilang ke


orangtua rasanya berat sekali jadi
saya ini bener bener stress banget
untuk mengatur waktunya

N Namun apa pernah kak balqis Probing


berupaya untuk mengatasi
kesulitan dalam pengerjaan tugas
saat daring ini?

B Saya itu pernah mencoba untuk


mengerjakan tugas di luar rumah
untuk mencari suasana baru,
tentunya tetap menaati protokol
kesehatan bu. Namun ya tetep
saja ketika dirumah saya masih
kesulitan dalam proses menata
rutinitas pengerjaan tugas saya
bu..

N Hmm begitu ya kak Emphaty


Balqis..Memang dalam keadaan
ini kita harus bisa bersabar ya kak
Balqis semoga pandemi ini
segera berlalu

B Iya aamiin bu

N Jadi untuk sekarang menurut kak


Balqis kenapa kak Balqis bisa
mengalami perubahan?
B Karena saya kesulitan dalam
membagi waktu ya mbak antara
perkuliahan saya dan pekerjaan
rumah yang lainnya

N Nah, dari permasalahan ini apa Tahap I-C Probing


ada tindakan kak Balqis untuk “What Should I
diri kak Balqis kedepannya? Work On?

B Ada sih bu, Mungkin saya ini Blind Spot


harus lebih menyadari bahwa ini
itu karena perubahan kondisi
yang harus saya terima,
harapanya saya dapat lebih bisa
menerima kondisi ini dan dapat
mengatur waktu dengan buku
agenda gitu biar memiliki
rutinitas yang lebih tertata lagi
untuk mengerjakan tugas kuliah
saya.

N Hm… Saya lihat dalam diri kak Active listening


Balqis sudah baik untuk ingin
membuat buku agenda agar lebih
dapat menata waktu kak Balqis

B Iya mbak saya juga menjadi


cukup tersadarkan setelah
bercerita dengan mbak Nisa

N Baik kak balqis, Jadi saya coba Summaraizing


ringkas ya.. jadi Selama kuliah
daring ini kak Balqis kesulitan
dalam mengatur waktu untuk
mengerjakan tugas kuliah karena
kak Balqis juga menjalankan
kewajiban lainnya yaitu berberes
rumah dan membantu adik
sepupu yang juga bersekolah
secara online, Banyaknya
aktivitas ini membuat kak Balqis
merasa tertekan dan stress juga.
Upaya yang sudah kak Balqis
lakukan adalah mencoba suasana
baru diluar rumah, namun ketika
dirumah masih tetap kesulitan
dalam membagi waktu kak
Balqis, apa benar?

B Iya mbak udah tepat sekali

N Baik terimakasih ya kak Balqis


kalau begitu cukup sampai disini
dulu untuk sesi ini. untuk sesi
berikutnya akan saya kabari kak
Balqis melalui chat line. Terima
kasih banyak sudah mau berbagi
dan semoga selalu diberi
kesehatan.

B Baik mbak terima kasih kembali

2. Tahap 2 dan 3 Coaching

N/B Verbatim Tahap Keterampilan


Coaching Konseling yang
Digunakan

Tahap 2

N Baik, selamat pagi kak


Balqis kita bertemu lagi
di sesi coaching

B Selamat pagi juga mbak


Nisa

N Bagaimana kabarnya kak Membangun Rapport


Balqis? Apa saya suara relasi attending
terdengar jelas ya

B Baik alhamdulillah heheh


cukup jelas kok mbak
N Syukurlah, Saya sudah Confidentiality Etika
menggunakan headset ya
untuk mendengarkan
cerita kak Balqis agar
terdengar oleh saya dan
kak Balqis saja. Baik,
apakah kak Balqis
sekarang sudah berada di
posisi yang nyaman
untuk bercerita?

B Sudah cukup nyaman


kok mbak, baik mbak
saya juga pakai headset

N Sebelumnya saya ingin Etika


meminta izin untuk
mencatat dan merekam
selama sesi coaching kali ini
tentunya bersifat rahasia,
apa boleh kak Balqis?

B ohiya mbak boleh kok..

Baik terimakasih, Jadi akan summarizing


saya bahas kembali ya kak
permasalahan kak Balqis di
Sesi sebelumnya kita sudah
ngobrol terkait
permasalahan yang kak
Balqis alami yaitu terkait
perilaku menunda
pengerjaan tugas kuliah, hal
ini ternyata terkait
manajemen waktu yang
menurut kak Balqis merasa
kesulitan dalam
memprioritaskan pekerjaan
rumah dan tugas kuliah, Kak
Balqis juga mengatakan
bahwa kak Balqis sendiri
mengalami penundaan tugas
ini karena lebih
memprioritaskan tanggung
jawab sebagai anak untuk
mengerjakan pekerjaan
rumah. Apa sudah betul?

B Iya mbak Nisa betul banget

N Apakah ada perkembangan Attending


atau perubahan terkait
masalah tersebut?

B Belum ada sih… masih


sama mbak saya tetep
ngerasa susah banget ngatur
waktu untuk pengerjaan
tugas kuliah ini...

N Masih belum ada perubahan attending


yaa.. Baik nanti kita coba
untuk mengatasi
permasalahan kak Balqis ya

B Baik mbak… siap

N Dari permasalahan tadi apa Tahap II-A Brainstorming


saja target atau tujuan yang “What are the
kak Balqis tetapkan seperti possibilities?”
harapan menjadi bisa lebih
seperti apa .. intensitasnya
menjadi lebih bagaimana ...
terkait problem manajemen
waktu pengerjaan tugas
kuliah kak Balqis?

B Oh kalau itu sih tujuan diri listening


saya itu… hmm saya ini kan
sebenarnya biasanya dalam
tiga hari baru bisa
menuntaskan 1 tugas, saya
ingin nantinya menjadi
setidaknya 1 tugas dalam 1-
2 hari gitu mbak

N Berarti menuntaskan satu Probing


tugas paling lambat 2 hari ya
kak.. nah Kalau untuk kurun
waktunya sendiri berapa
lama dari sekarang baru bisa
tercapai?

B Hmm... mungkin 1 bulan ya Listening

N Baik berarti penuntasan 1 Paraphrasing


tugas kuliah paling lambat 2
hari dalam kurun waktu satu
bulan, Apakah kurun waktu
satu bulan itu cukup realistis
menurut kak Balqis?

B Menurut saya cukup


realistis sih mbak saya
merasa pasnya segitu sesuai
dengan kemampuan saya ...
jadi nanti di hari yang cukup
luang saya bisa melakukan
aktivitas lain seperti
pekerjaan rumah atau
refreshing gitu..

N okay, dari hal tersebut Tahap II-B Probing


menurut kak Balqis apa “What Is My
manfaat dari target yang Change Agenda?
sudah kak Balqis nyatakan
barusan?

B Kalau manfaat sih pastinya Active Listening


untuk meminimalisir waktu
pengerjaan tugas kuliah ya
mbak dan kegiatan yang lain
juga menjadi tertata …
karena dalam menuntaskan
tugas yang awalnya 3 hari 1
tugas menjadi paling lambat
dua hari untuk satu tugas,
sehingga di hari berikutnya
saya bisa melakukan
kegiatan saya yang lain.

N Seperti itu yaa, nah apa Probing


pernah kak Balqis
melakukan rencana yang
tertentu sebelumnya dalam
mengolah waktu pengerjaan
tugas kuliah ini agar
menjadi lebih tertata?

B Hmm kalau itu belum Active listening


pernah sih… lebih sering
pengalihan aja yang saya
nugas diluar rumah, tapi ya
kalau sudah dirumah tetep
aja dan tidak
menyelesaikan masalah
saya sih..

N mungkin ada tidak Meninjau Model


pengalaman orang lain atau
orang tertentu yang yang
membuat anda ingin
menjadi mampu mengatur
waktu pengerjaan tugas ?

B Kalau pengalaman orang sih


.. saya lebih meminta
bantuan ke teman saya
kayak minta tolong untuk
diingatkan mengerjakan
tugas pada hari yang sama
saat mereka mengerjakan
tugas gitu agar saya biar bisa
menjadi selain fokus pada
pekerjaan rumah juga ke
tugas kuliah… itu aja sih
mbak……

N Jadi selama ini pengalaman Paraphrasing


kak Balqis itu terkait
pengalihan pengerjaan tugas
kuliah diluar rumah dan
diingatkan oleh teman ya..,
Kira Kira apa berdampak
pada manajemen waktu
pengerjaan tugas kuliah kak
Balqis?

B Hmm.. enggak mbak… saya


sampai saat ini masih tetep
kayak gini sih ..

N Nah baik saya ingin Tahap II-C Mengembangkan


bertanya, menurut kak “What Am I Self-Efficacy
Balqis apa saja kelebihan Willing To Pay?
atau kekurangan yang
dirasai pada diri kak Balqis
yang dapat mewujudkan
target kak Balqis?

B Hmm… kalau untuk


sekarang sih saya masih ada
rasa kurang percaya diri
untuk mewujudkan sih
mbak karena belum dicoba
juga.. Takut terdistraksi sih
tentunya kaya hpan atau
nonton tv… Tapi saya
memiliki keinginan yang
kuat buat bisa manajemen
waktu ini…

N Saya ingin tau seberapa kuat Probing


kak Balqis yakin terkait
keinginan dalam pencapaian
target kak Balqis? Bisa
diceritakan?

B Kuat banget mbak , kalo Active Listening


skalain dari 1-10 tuh 9 …
Inisih mbak kalau sudah
bisa terbiasa mengatur
waktu untuk pengerjaan
tugas kuliah itu saya jadi
nggak kecapean atau
kewalahan...bahkan ketika
nanti untuk kedepannya
saya kerja ataupun sudah
berumah tangga jadi lebih
tertata waktunya.

N Nah saya rasa dari skala SEH


keyakinan dan penjelasan
kak Balqis memiliki
keyakinan yang baik saya
yakin anda bisa kok
mencapai target yang kak
Balqis katakan di awal yang
tentunya harus realistis ya
sesuai dengan kemampuan
kak Balqis
Aamiin mbak semoga saya
B bisa!!

N Nah kembali lagi dari target Tahap III-A Probing


anda tadi, strategi atau “What Are The
rencana apa untuk Paths To My
kedepannya yang akan kak Goals?”
Balqis lakukan untuk
merealisasikan target kak
Balqis?

B emmm mungkin setiap Active Listening


harinya saya akan bikin
agenda isinya timelist dalam
mengatur kegiatan saya
sehari hari jadi kayak
mengurutkan kegiatan dari
pagi hingga tidur kemudian
jika sudah saya akan
centang kegiatannya seperti
itu…

N Apakah ada strategi lain Probing


yang ingin anda coba untuk
mencapai target?

B Emm mungkin dengan


alarm hp ya mbak jadi nanti
setiap kegiatannya kan
teratur sesuai dengan dering
alarm hp … itu aja sih

N Baik berarti kak Balqis Pharaprasing


merencanakan 2 strategi yaa
yaitu timelist, dan alarm hp
betul begitu?

B Iya betul mbak

N Nah gini...dari strategi yang III-B Memilih Probing


sudah anda sebutkan strategi yang
tentunya akan kesulitan jika paling cocok
kedua strategi secara “what
bersamaan… jadi alangkah strategies
baiknya untuk dipilih salah make most
satu yang menurut kak sense for me?”
Balqis dapat lebih efektif
jika dilakukan terlebih
dahulu?

B Mungkin saya akan


menggunakan timelist dulu
ya mbak… terus kalau ga
berhasil baru alarm hp ..

N Kenapa kak Balqis merasa


seperti itu?

B Kalau timelist untuk Active listening


percobaan pertama lebih
realistis gitu mbak soalnya
lebih nyantai dengan
mencentang kegiatan yang
sudah saya lakukan setiap
hari di buku agenda gitu kan
mbak.. Soalnya kalau pake
hp tuh pastinya bikin saya
lebih kaget dan terpacu gitu
kan ada nada deringnya
yang keras itu bikin saya
ngerasa ada warning gitu sih
saya mikirnya

N Baik seperti itu ya.. Probing


kemudian bagaimana kak
Balqis mengetahui bahwa
strateginya efektif atau tidak
?

B Hmm.. mungkin saya akan Active listening


pantau dalam waktu 3-4
minggu.. minimal kayak
saya masih sering nunda
tugas kuliah gak ya atau
masih sering nangis karena
kecapean gak ya.. Kalau
masih seperti itu dalam
kurun waktu tersebut berarti
belum efektif sih saya akan
coba strategi kedua.

N okay, sebelumnya kak Probing


Balqis mengatakan bahwa
masi ragu karena mudah
terdistraksi dengan hp atau
nonton tv itu bagaimana
strategi kak Balqis dalam
mengatasi godaan tersebut?

B Hmm itusih saya bakal


matiin hp saya dan tv saya
bakal saya cabut gitu
colokan tvnya dan biar saya
gabisa main hp gitu kalau
waktu mengerjakan tugas
kuliah

N Namun nantinya jika kak III-C Probing


Balqis melanggar hal Menyusun
tersebut atau berhasil rencana
melakukan strategi tersebut praktis “what
apa yang membuat kak does the way
Balqis memiliki keinginan forward look
untuk tetap berubah? like?”

B Nah sepertinya saya harus


ngasih reward and
punishment sih mbak

N Bisa dijelaskan reward and


punishment seperti
bagaimana?

B Misalnya seperti dalam Active listening


seminggu saya bisa
menuntaskan 3-4 timelist
sesuai dengan kegiatan saya
maka saya akan beli
makanan kesukaan saya
kemudian jika saya dalam
seminggu 1-2 kali atau
bahkan tidak sama sekali
menuntaskan timelist saya
maka saya tidak akan
membeli makanan kesukaan
saya sampai saya bisa
menyelesaikan minimal 3
timelist itu tadi si mbak

N Wah berarti kak Balqis Probing


sepertinya suka makan yaaa,
apakah sistem ini berlaku
setiap hari atau ada
offdaynya??

B Hahaa iyaa suka makan..


Menurut saya gaperlu off
day sih mbak soalnya kan
sekarang juga daring jadi
mau gimana juga kegiatan
bakal dirumah gitu..

N Okay tidak ada offdaynya ya paraphrasing


kak berarti sistem ini
dilakukan setiap hari

B Iya mbak..

N Baik tak terasa ya ternyata Summarizing


sesi coaching kali ini hampir
selesai, jadi saya ringkas
lagi ya hasil percakapan hari
ini, dari permasalahan
manajemen waktu terkait
penundaan tugas kuliah kak
Balqis, anda ingin memiliki
waktu pengerjaan tugas
kuliah yang lebih efisien dan
tertata yaitu 1 tugas kuliah
paling lambat dikerjakan 2
hari dengan pencapaian
dalam kurun waktu satu
bulan. Kak balqis juga
merencanakan 2 strategi
yaitu timelist dan alarm hp,
jika berhasil atau gagal
dalam melakukan strategi
yang sudah kak Balqis
rencanakan kak Balqis
memberlakukan sistem serta
reward and
punishment agar dapat
mempertahankan perubahan
pada diri kak Balqis.

B Ya betul tepat sekali mbak

N sudah bagus kok menurut Empathy


saya cara-cara kak Balqis
dalam menyusun strategi
hanya bagaimana kak Balqis
konsisten dalam
menjalankannya. Setelah ini
kak Balqis dapat
mengaplikasikan
strateginya ya..

B Iya mbak amiin semoga


saya konsisten

N Baik jika begitu proses


coachingnya saya akhiri
sampai disini Mohon maaf
jika ada kesalahan kata dan
perbuatan saya selama
proses ini

B Iya mbak saya juga


terimakasih banyak sudah
membantu dan saya minta
maaf jika ada kesalahan
selama proses coaching ini

N Baik.. selamat siang kak


sehat selalu
B Iyaa siang dan sehat selalu
juga

d. Pelaksanaan Coaching
1. Tahap 1
Sesi coaching pada tahap 1 ini bertujuan untuk menjalin relasi serta
membahas dan memperjelas permasalahan yang sedang dialami oleh klien.
Pelaksanaan ujian roleplay tahap satu berjalan dengan baik dan lancer,
pertanyaan dan jawaban coach dan klien sesuai dengan topik permasalahan.
Waktu yang digunakan dalam proses coaching juga baik karena tidak
melebihi batas waktu yang sudah ditentukan. Progress klien dalam tahap 1
sesi coaching ini dibahas menjadi 3 tahap yaitu tahap I-A “what’s going
on?”, tahap I-B“what’s really going on?” dan tahap I-C “what’s should I
work on?”.
Pada tahap satu “what’s going on?”: klien bercerita terkait
permasalahan yang dirasakan yaitu penundaan pengerjaan tugas kuliah,
klien dapat menceritakan dengan baik namun hanya secara umum saja dan
kurang mendalam. Pada tahap I-B“what’s really going on?” : klien terlihat
lebih enjoy dan lancar dalam menceritakan permasalahan beserta
aktivitasnya secara lebih rinci dan mendalam. Pada tahap I-C “what’s
should I work on?” : Klien merasa lebih sadar terhadap penyebab perubahan
yang terjadi pada dirinya dan memiliki rencana terhadap untuk mengatasi
permasalahan menunda tugas kuliah.
2. Tahap 2&3
Sesi coaching pada tahap II terdiri atas 3 bagian yaitu II-A, II-B, dan
II-C. Tahap dua ini saling terkait untuk membantu klien mengeksplorasi,
merancang, dan mengembangkan masa depan yang lebih baik. Pada tahap
II-A (Mengelola Kemungkinan) klien dapat merancang target yang hendak
dicapai yaitu mampu menuntaskan tugas kuliah paling lambat 2 hari dalam
kurun waktu pencapaian satu bulan, kemudian untuk tahap II-B Tahap II-B
(Tujuan, Hasil, dan Dampak) klien mengatakan bahwa dengan target
tersebut ia dapat lebih dapat meminimalisir waktu pengerjaan tugas kuliah
dan kegiatan lainnya dapat dijalankan dengan lebih tertata, namun klien
belum pernah melakukan usaha/upaya apapun baik dari pengalaman diri
sendiri maupun dari oranglain sebelumnya. Pada tahap II-C (Komitmen)
klien menyatakan bahwa ia memiliki keinginan yang kuat untuk berubah
walaupun mungkin terdistraksi oleh kegiatan lain ketika ingin mencapai
target seperti bermain hp atau mentonton tv.
Pada tahap III proses coaching membahas aktivitas yang dibutuhkan
untuk mencapai target yang telah di rencanakan pada tahap II. Selama sesi
ini berjalan dengan baik, klien memahami pertanyaan helper tanpa meminta
pengulangan pertanyaan. Pada tahap III-A, klien merencanakan 2 strategi
untuk mencapai target yaitu timelist dan alarm HP. Karena tidak
memungkinkan dilakukan secara bersama sama, pada tahap III-B, klien
memilih salah satu strategi yang dianggap lebih efektif jika dilakukan
terlebih dahulu yaitu timelist. Pada tahap III-C Klien menjelaskan bahwa ia
juga menerapkan system reward and punishment untuk dirinya agar lebih
konsisten dalam pelaksanaan strategi yang telah dirancang selama sesi
coaching. Selama tahap II dan III berjalan dengan lancer dan membutuhkan
waktu kurang dari 15 menit.
e. Refleksi helper saat menjalankan sesi
1. Tahap 1
Menurut saya, ketika menjadi coach lebih sulit dari pada menjadi
klien karena pertanyaan yang diberikan harus dapat membuat klien
menceritakan sesuai dengan topik permasalahan tanpa menggali masalalu
klien. Kemudian dalam menjalin rapport juga cukup sulit karena dilakukan
secara daring yang membuat saya kurang leluasa untuk melihat Bahasa non-
verbal klien ketika bercerita. Saya juga sempat merasa gugup dan bingung
untuk melanjutkan pertanyaan agar tetap membahas topik permasalahan
namun lama-kelamaan saya merasa lebih santai karena klien juga dapat
menceritakan permasalahannya dengan baik walaupun sempat merasa
gugup juga.
Selain itu, dalam tiap tahap sesi 1 ini juga perlu menggunakan
keterampilan-keterampilan yang awalnya membuat saya cukup gugup dan
kurang percaya diri dalam melakukan keterampilan tersebut, namun dengan
latihan rutin dan serius saya dapat melakukan keterampilan-keterampilan
tersebut dengan lebih baik dan membantu saya dalam melakukan
penggalian cerita klien dalam tahap pertama proses coaching.
2. Tahap 2&3
Ketika menjadi Helper dalam sesi coaching ini saya merasa lebih
sulit dibanding ketika saya menjadi helpee pada sesi konseling. Karena,
saya harus menggali target/tujuan serta upaya yang hendak klien capai
kedepannya. Selain itu, dalam menggali tersebut saya perlu merancang
pertanyaan yang fokus terkait problem klien karena saya terkadang mudah
terdistraksi untuk bertanya menyinggung kegiatan pribadi klien.
Kesulitan dalam mengerjakan sesi II adalah ketika menspesifikkan
target dari klien, namun saya merasa mampu untuk melakukan hal tersebut.
Saya merasa lebih kesulitan pada tahap III dibanding tahap II. Karena, saya
merasa kebingungan untuk bertansisi dan membedakan antara pertanyaan
strategi dengan tujuan. Selain itu, klien juga memiliki distraksi ketika
menjalankan target sehingga saya juga melontarkan pertanyaan yang dapat
membuat klien mampu mengatasi distraksi yang ia alami. Selain itu, etika,
bahasa verbal dan non verbal serta penerapan Teknik coaching juga saya
pelajari dengan sungguh-sungguh saya berlatih berkali-kali agar dapat
melaksanakan sesi coaching kali ini dengan baik dan lancar.
PUSTAKA ACUAN

Linda. (2017). Pengantar rancangan modul pelatihan manajemen waktu pada


himpunan mahasiswa program studi psikologi universitas "X". Jurnal
Psikologi Psibernetika , 10(1), 1-8.

Nisa, N. K., Mukhlis , H., Wahyudi, D. A., & Putri, R. H. (2019). Manajemenwaktu
dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa keperawatan. Journal of
Psychological Perspective, 1(1), 29-34.
Laporan Tugas Akhir

Coaching, Mentoring, dan Counseling

Oleh Kelompok 19 :

Balqis Permata H. 150118375

Dosen Pembimbing :

Dr. Monique Elizabeth Sukamto, S.Psi., M.Si., Psikolog

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SURABAYA

2021
1. Permasalahan Konseling

Low Self-Esteem

Nisa adalah seorang perempuan berusia 20 tahun suku jawa yang saat ini
sedang menempuh perkuliahan semester 6 di Universitas Surabaya, ia adalah
anak kedua dari dua bersaudara. Karena sudah merasa semester akhir ia merasa
memiliki ia ingin bisa memperluas relasi pertemanannya dan ingin
mengembangkan potensi yang ia miliki namun ia merasa kesulitan dalam
melakukan hal tersebut. Ketika hendak memulai percakapan, ia sering merasa
minder dan kurang percaya diri. Perasaan ini akan muncul dalam beberapa
situasi di lingkungan sosialnya. Hal ini bermula pada saat ia SMP Ia pernah
dibully oleh beberapa teman laki-lakinya karena penampilan fisiknya sehingga
ia merasa kurang percaya diri untuk berbicara dan menunjukkan potensi yang
ia miliki. Ketika berhadapan dengan orang lain, Nisa cenderung tidak dapat
menatap mata lawan bicaranya dan mengalihkan wajahnya karena ia merasa
malu ketika berbicara terlalu intens dengan orang baru. Ia selalu meragukan
potensi yang ia miliki untuk bisa dikembangkan seperti orang lain. Ketika
mulai merasa minder, ia akan mengalihkan perasaannya tersebut dengan
bermain game.
Ketika berbicara didepan orang banyak ia akan merasa cemas, malu dan
gugup. Ketika diminta untuk mengikuti organisasi ataupun lomba ia akan
menolak karena merasa tidak terlalu percaya diri meskipun orang lain merasa
dirinya memiliki potensi untuk hal tersebut. Nisa sudah mencoba mengikuti
saran teman untuk latihan memperluas relasi dengan teman baru di dunia online
namun, menurutnya hal tersebut tidak merubah apapun dalam kehidupan
nyatanya. Ia bingung apa yang terjadi pada dirinya karena merasa bahwa ia
sudah melakukan upaya namun masih tetap kesulitan dalam menjalin relasi
dengan orang baru dan mengembangkan potensinya
➢ Intervensi yang digunakan adalah konseling. Konseling adalah intervensi
yang menolong Nisa untuk mengatasi hambatan-hambatan pribadi yang ia
rasakan khususnya mengenai perasaan kurang percaya diri dengan mencapai
pertumbuhan pribadi secara optimal serta mengelola masalah yang Nisa
rasakan.

2. Topik Konseling
a. Self-Esteem
Menurut Rosenberg (1965), self-esteem mengacu pada evaluasi
positif individu secara keseluruhan terhadap diri sendiri. Self-esteem
berkaitan dengan keyakinan pribadi terkait keterampilan, kemampuan dan
hubungan sosial individu. Tinggi rendahnya self-esteem remaja dipengaruhi
oleh tiga komponen penting yang terlibat dalam proses evaluasi dirinya,
yakni umpan balik dari significant others; pengetahuan tentang siapa dirinya
dan perasaan terhadap identitas dirinya, value yang dimiliki, keyakinan akan
value pribadi; serta kesadaran akan tingkat kompetensi dan mengapresiasi
prestasinya (Febrina, Suharso, & Saleh, 2018).

b. Positive body image


Citra tubuh positif menurut Wood Barcalow (2010) merupakan rasa
cinta dan menghargai tubuh secara menyeluruh. dalam konsep multi
dimensinya mempresentasikan (1) Body appreciation, mensyukuri bentuk
tubuh. (2) Body acceptance and love, rasa cinta dan nyaman atas tubuh
meski tidak seluruhnya merasa puas dengan bagian tubuh. (3) Broadly
conceptializing beauty, definisi cantik dapat didapatkan dari berbagai jenis
penampilan. (4) Adaptive appereance investment, cenderung merawat diri
yang mempresentasikan style personal dan kepribadiannya. (5) Filtering
information in body-protective manner, dapat mengelolah informasi terkait
kritik tentang penampilan mereka (Kumalaningtyas & Sadasri, 2018).
3. Rancangan Skenario
a. Tahap 1

N/B Verbatim Tahap Keterampilan


Konseling Konseling yang
Digunakan
HARI KE 1
B Halo kak, Selamat pagi apakah
suara saya terdengar jelas?
N Selamat pagi juga, iya terdengar
jelas mbak
B Iya, bagaimana kabarnya hari ini? Menjalin
rapport
N Baik hehehehe
B Baik ya, sebelumnya saya akan Etika
perkenalan terlebih dahulu. Nama
saya Balqis yang akan membantu
anda selama konseling.
N Iya mbak Balqis salam kenal saya
Nisa mahasiswa semester 6
psikologi UBAYA
B Semester 6 ya kak Nisa berarti kak Menjalin
Nisa lagi sibuk-sibuknya kuliah rapport
ya?
N Iya mbak Balqis tapi gak papa di
nikmati aja prosesnya
B Kalau begitu salam kenal juga kak Etika
Nisa, Sebelum proses berlanjut saya
mau menjelaskan bahwa selama
proses konseling ini akan dibagi
dalam beberapa sesi.. dan tiap sesinya
kurang lebih 15-20 menit agar proses
konseling
berjalan dengan efektif
N Iya mbak Balqis
B Dan selama sesi konseling ini apakah
kak Nisa berkenan jika prosesnya
saya rekam dan saya catat? Semua
rekaman dan catatan
ini tentu saja bersifat rahasia.
N Iya boleh
B Baik sebelum kita memulai apakah kak
Nisa sekarang sudah berada dalam
keadaan yang menurut kak Nisa
nyaman untuk melakukan proses
konseling?
N Cukup nyaman kok mbak Balqis
B Baik, saya juga menggunakan headset Etika
untuk mendengarkan cerita kak Nisa
agar komunikasinya hanya terdengar
oleh kak Nisa dan saya ya
N Baik mbak Balqis
B Sekarang kak Nisa bisa Tahap 1-A Attending
mengungkapkan apa (what’s going on)
permasalahan yang sedang kak Nisa
rasakan sehingga kak Nisa
mendatangi saya
N Nah jadi begini mbak, saya itu kan Listening
sudah semester 6 sudah hampir mau
mau lulus jadi saya pingin bisa
menjalin relasi dengan orang banyak
biar nantinya mudah menjalin koneksi
untuk bekerja atau lainnya. Selain itu,
saya juga ngerasa bahwa menggali
potensi saya lebih dalam juga penting
biar saya bisa fokus sama apa yang
saya bisa dan tidak bisa, tapi saya
ngerasa saya nggak bisa melakukan
kedua hal tersebut
dengan baik gitu mbak
B Tidak bisa melakukan dengan baik itu Membantu klien Attending
bagaimana kak Nisa ? mengurutkan
cerita masa lalu
secara produkti
guna constructive
action
N Jadi saya itu kalau berhadapan dengan
orang saya itu gabisa menatap mata
lawan bicara
dengan lama dan cenderung
memalingkan wajah gitu mbak Balqis
B Apa yang membuat kak Nisa tidak Probing
bisa menatap lama mata lawan bicara
kak Nisa kalau boleh tahu?
N Soalnya saya itu ngerasa kurang
percaya diri dan minder mbak sampai
terkadang merasa cemas,
malu, dan gugup gitu
B Kalau boleh tau kejadian ini bermula Cerita/masalah Probing
dari kapan ya ? yang sebenarnya
(Whats really
going on?)
N Jadi saat SMP saya pernah di bully Blind spot Listening
mbak sama beberapa teman laki-laki
saya karena penampilan fisik saya.
Memang dulu waktu SMP saya itu
hitam, jelek, pendek, gendut gitu
mbak jadiny temen laki-laki saya suka
ketawa kalua melihat saya. Beberapa
dari mereka juga bilang seperti “kamu
lo kuntet, kok bisa ya hahaa” gitu.
B Terus gimana tanggepan kak Nisa
tentang omongan-omongan teman
kak Nisa pada saat itu ?
N Ya awalnya ikutan ketawa tapi
lama-lama jadi ngerasa minder kok
saya diketawain terus
B Berarti yang menyebabkan kak nisa Paraphrasing
menjadi tidak percaya diri dan minder
ini karena olokan- olokan dari teman-
teman ya? dibilang kuntet bisa apa.
Apakah betul?
N Iya si mbak jadi saya minder
dengan penampilan fisik saya
B Penampilan fisik apa sih yang akhirnya Focusing
membuat kak Nisa menjadi merasa
kurang percaya diri ?
N Bentuk tubuh sih mbak, soalnya dulu Blind spot
saya itu jelek kuntet gendut gitu terus
jadinya dipanggil panggil nama tokoh
tokoh kartun yang lucu loucu kaya
jarwo jarwo gitu. Terus mereka juga
menjadi melihat saya itu dengan
tatapan seperti mau ditertawakan gitu
kak
B Wah hati kak Nisa pasti terluka bagai Emphaty / SEH
ditusuk duri karena ucapan mereka.
kan setiap manusia pasti juga memiliki
keunikan sendiri.. Apa kak Nisa
awalnya merasa penampilan fisik kak
nisa baik- baik saja sebelum
diperlakukan seperti itu oleh teman kak
Nisa?
N Iya kak awalnya sebelum di bully itu
saya ngerasa saya biasa-biasa aja sih
mbak tapi jadinya kurang percaya diri
setelah kejadian
tersebut.
B Nah dari cerita kak Nisa tadi, apakah Probing
sampai sekarang teman- teman di
kampus kak Nisa juga melakukan bully
terhadap kak Nisa?
N Enggak mbak Balqis, mereka selalu Blind spot
memuji potensi saya dan selalu ingin
saya untuk ikut organisasi atau lomba-
lomba gambar atau nyanyi gitu, tapi ya
gitu mbak saya gak ikut.
B Berarti kak Nisa sudah tidak mendapat Probing
perkataan negatif ya dari teman-teman
kak Nisa, tapi apa si yang membuat kak
Nisa masih merasa kurang percaya
diri?
N Gak tau ya mbak, mungkin karena
perkataan teman-teman saya di SMP
jadi kebawa terus sampek sekarang
jadi kayak terbayang- bayang gitu.
B Terbayang-bayang kayak gimana
ya ?
N Saya takut org menilai saya buruk lagi Blind spot
gitu kak soalnya dulukan penampilan
fisik saya mungkin
jelek
B Kalau saya lihat kamu baik-baik aja
kok tidak ada yang aneh dari bentuk
tubuh kak Nisa sekarang
ini
N Iya mungkin saya harus berusaha
untuk bersyukur kak terhadap apa yg
saya punya ya
B Apakah kak Nisa Sudah pernah
melakukan upaya apa untuk
mengurangi rasa percaya diri ?
N Sudah biasanya saya lebih dengan
mengalihkan bermain game gitu atau
saya untuk menjalin relasi dengan
orang baru itu saya sekarang mencoba
saran teman untuk berteman melalui
sosial media secara online.
B Apakah upaya tersebut
berpengaruh untuk mengurangi
permasalahannya kak Nisa?
N Hm...menurut saya tetep sama aja sih
mbak di dunia nyata ini saya masih
sering ngerasa minder dan
kurang percaya diri.
B Nah apa harapan kak Nisa terhadap diri Tahap 1-C
kak Nisa kedepannya untuk Memilih
permasalahan ini? masalah/cerita
yang tepat
(What should i
work on?)
N Sepertinya dalam menatap orang gitu
pinginbanget bisa gak ngerasa
cemas dan malu gitu, terus juga
meningkatkan rasa percaya diri saya
sih mbak soalnya itu sudah termasuk
untuk membangun relasi dan potensi
yang saya miliki
B Baik kak Nisa, kalau begitu coba saya Summaraizing
ringkas ya koreksi jika ada yang
kurang tepat. Nah jadi kak Nisa ini
merasa kurang percaya diri terhadap
penampilan fisik khususnya dibagian
berat badan. Hal ini akhirnya membuat
kak Nisa merasa cemas, gugup, dan
malu ketika harus berhadapan dengan
orang lain
N Iya betul mbak Balqis kurang lebihnya
seperti itu
B Jadi bagaimana perbedaan setelah kak
Nisa bercerita pada saya?
N Jadi saya sekarang itu lebih lega sih
mbak.. saya ingin lebih menyadari
bahwa penampilan fisik saya sekarang
ini sudah menjadi lebih baik dan nggak
kuntet lagi, saya ingin lebih bersyukur
terhadap apa yang saya
punya saat ini ya mbak Balqis
B Baik kalau begitu kak Nisa..
terimakasih sudah banyak
menceritakan permasalahan kak Nisa
kepada saya.. mungkin sesi saat ini bisa
diakhiri disini terlebih dahulu.. untuk
sesi selanjutnya akan saya
informasikan melalu line. Saya harap
disesi selanjutnya kak Nisa bisa
menjelaskan permasalahan secara
terbuka seperti sesi satu ini ya
kak..terimakasih banyak kak Nisa
semoga sehat selalu
N Baik mbak semoga sehat selalu
juga

b. Tahap 2 dan 3

N/B Verbatim Tahapan Keterampilan


Coaching yang
Digunakan

B Selamat pagi kak Nisa, apakah suara


saya terdengar jelas?

N Pagi mbak Balqis, iya terdengar jelas

B Baik terima kasih, kalau boleh tau


bagaimana kabar kak Nisa hari ini?

N Baik hehe

B Alhamdulillah baik ya kak Nisa, nah Rapport


seperti sesi yang sebelumnya saya
minta izin untuk merekam sesi kita
hari ini dan kak Nisa tidak perlu
khawatir karena ini bersifat rahasia
N Iya gapapa mbak

B Terima kasih kak Nisa, kemudian


apakah kak Nisa sudah berada pada
posisi yang nyaman untuk melakukan
sesi konseling kali ini ? oh iya saya
juga sudah menggunakan earphone
agar hanya terdengar oleh saya dan
kak Nisa saja

N Sudah mbak

B Baik mungkin bisa kita mulai


sekarang ya sesi kali ini

N Iya mbak

B Nah jadi sesi kali ini kita akan Summaraizing


melanjutkan pertemuan kemarin yah.
Sebelumnya kita sudah mengobrol ya
bahwa permasalahan yang Kak Nisa
alami ini terkait perasaan kurang
percaya diri terhadap penampilan
fisik khususnya pada berat badan.
Permasalahan ini membuat akhirnya
Kak Nisa menjadi merasa gugup,
cemas, dan malu jika harus
berhadapan dengan orang lain. Nah
masalah yang menyebabkan Kak Nisa
menjadi kurang percaya diri karena
mendapatkan perkataan negatif dari
teman kak Nisa waktu masih SMP.
Apakah dari yang sudah saya
sampaikan mungkin ada
perkembangan baru atau mungkin
perubahan baru kak Nisa?

N Tidak mbak masih tetap sama seperti


kemaren
B Nah menurut kak Nisa bagaimana sih Tahap II-A brainstorming
kehidupan kak Nisa kalau misal kak “What are the
Nisa dapat menjadi percaya diri possibilities?”
terhadap penampilan fisik kak Nisa?

N Iya mbak jadi kalau misal saya bisa listening


percaya diri saya itu bisa enggak
merasa cemas, gugup, dan malu lagi
buat berhadapan dengan orang lain
terutama orang baru yang gak saya
kenal … agar jadinya bisa
membangun relasi yang banyak

B Membangun relasi yang seperti apa


ya kalau boleh tau kak Nisa?

N Relasi dengan orang banyak. biar


nantinya saya mudah menjalani
koneksi untuk bekerja atau hal lainnya
gitu mbak

B Berarti relasi dalam arti pertemanan


ya kak Nisa. Nah apakah kak Nisa
pernah nih memiliki pemikiran
tentang gambaran kak Nisa kalau
percaya diri itu akan menjadi seperti
apa?

N Pernah si kayak kepikiran buat gak


memalingkan wajah dan menatap
mata lawan bicara saya gitu mbak
kalau diajak berbicara

B Baik kak Nisa. Nah dari permasalahan Tahap II-B Probing


kak Nisa atau penjelasan kak Nisa “What Is My
tadi, apasih kira-kira target yang Change
ditetapkan oleh Kak Nisa untuk Agenda?
mengatasi permasalahan tersebut?
N Saya itu pingin bisa menjadi orang
yang memiliki rasa percaya diri yang
tinggi mbak jadinya saya enggak
merasa cemas dan minder kalau
berhadapan dengan orang lain

B Nah kira-kira bagaimana sih kak probing


Nisa mentargetkannya, seperti
intensitasnya, durasinya atau menjadi
seperti apa?

N Oh.. kalau itunya sih mbak mungkin


dari saya yang selalu kalau bertemu
dengan orang tidak bisa menatap mata
dan sering memalingkan wajah
menjadi bisa menatap mata lawan
bicara yang awalnya cuma 10 detik an
menjadi minimal 1 menit pada 1
orang yang saya temui

B Kira-kira nih dalam waktu sebulan probing


apakah kak Nisa sudah bisa menatap
mata dan tidak memalingkan wajah
saat berbicara dengan orang?

N Dua bulan mungkin ya mbak hehe

B Baik kak Nisa, menurut saya cukup probing


realistis ya kalau minimal 1 menit
untuk 1 orang. Nah menurut kak Nisa
sendiri apa sih manfaat dari target
yang kak Nisa sebutkan tadi?

N Hmm… manfaatnya sih pertama Active listening


tentunya dapat membantu saya untuk
menjalin relasi ya mbak apalagi di
semester ini menjalin relasi itu
menurut saya hal sangat penting.
Kemudian kedua juga pastinya
membuat saya lebih percaya diri
terhadap keadaan fisik saya yang
sebelumnya pernah di bully.

B Iya betul sekali kak Nisa rasa percaya


diri dan membangun relasi itu
memang sangat diperlukan. Nah
apakah sebelumnya kak Nisa pernah
melakukan rencana tertentu agar
meningkatkan kepercayaan diri kak
Nisa?

N Dulu pernah sih mbak kayak ngikutin


saran temen buat menjalin relasi
dengan orang lain melalui media
sosial, tapi ternyata juga gak berhasil
mbak kayak di dunia nyata ya tetap
aja gitu gak percaya diri.

B Atau mungkin adakah orang tertentu Meninjau role


atau teman kak Nisa yang membuat model
kak Nisa terinspirasi untuk bisa
seperti itu?

N Ada sih mbak saya itu punya teman


yang aktif banget di kampus, nah dia
itu sering mengikuti banyak
organisasi dan hal tersebut membuat
dia selain memiliki banyak skill
pastinya teman-temannya juga jadi
banyak mbak, saya itu akhirnya
merasa ingin juga seperti dia.

B Seperti itu ya kak berarti ada nih Tahap II-C


temen yang kak Nisa mau seperti dia.. Mengembangka
“What Am I
Kemudian nih kalau boleh tau, apakah n Self-Efficacy
Willing To
Pay?
ada yang membuat target kepercayaan
diri kak Nisa menjadi terhambat?

N Ada mbak, saya itu sering merasa


kalau saya gak bisa buat percaya diri
gitu mbak. Memang hari ini bisa
percaya diri gitu, tapi besok udah gak
percaya diri lagi.

B Jadi begini kak Nisa, memang belajar


buat percaya diri itu tidak gampang
perlu adanya proses. Tetapi kak Nisa
harus memiliki keyakinan sama diri
sendiri bahwa kak Nisa mampu
melakukannya dengan begitu
otomatis kak Nisa bisa menjadi
seorang yang percaya diri. Kuncinya
harus yakin sama diri bahwa kak Nisa
bisa melakukannya

N Hehe bener banget si mbak, saya


harus bisa jadi lebih percaya diri

B Iya kak Nisa harus percaya sama


kemampuan diri sendiri. Nah kalau
boleh tau apa si kelebihan yang
dirasa pada diri kak Nisa yang dapat
membantu merealisasikan rencana ini
tadi?

N Sebelum dapat perkataan negatif dari


teman saya itu dulunya sangat percaya
dengan diri saya sendiri mbak kayak
mudah self love banget. Nah mungkin
saya bisa mencintai diri saya sendiri
kembali, terus gak berpikiran negatif
lagi dan mencoba kayak mensyukuri
apapun yang terjadi supaya nantinya
saya bisa menjadi percaya diri

B Wah hebat itu kak Nisa berarti SEH


sebelumnya kak Nisa pernah bisa
mencintai diri sendiri, tapi memang
terkadang perkataan orang lain bisa
merubah segalanya. Semoga kak
Nisa bisa kembali mencintai diri kak
Nisa lagi ya

N Iya mbak bener aamiin..

B Dari penjelasan kak Nisa menurut


saya target yang kak Nisa buat sudah
bagus ya, yaitu yang sebelumnya
kesulitan dalam berhadapan dengan
orang lain menjadi ingin bisa menatap
atau setidaknya tidak memalingkan
wajah ketika selama setidaknya 1
menit untuk 1 orang lawan bicara, hal
ini kak Nisa ingin capai dalam kurun
waktu 2 bulan, ini kak Nisa lakukan
agar kak Nisa bisa mempunyai rasa
percaya diri lagi dan bisa membangun
relasi dengan orang banyak. Apakah
benar yang saya simpulkan kak Nisa ?

N Iya betul mbak detilnya seperti itu

B Baik kak Nisa, setelah kak Nisa sudah Tahap III-A Probing
menetapkan target yang akan dicapai,
“What Are The
kira-kira cara apa yang kak Nisa
Paths To My
lakukan untuk mencapai target Goals?”
tersebut?

N Saya bisa mencoba untuk bergabung


dengan kegiatan-kegiatan sosial gitu
biar bisa kenal sama orang-orang
baru.

B Lalu bisa kak Nisa jelaskan lebih Probing


lanjut bagaimana cara kak Nisa
melakukannya?

N Mungkin saya awalnya mencari tau Active listening


dulu informasi terkait organisasi atau
komunitas kegiatan sosial gitu yang
berpengaruh baik pada diri saya
kemudian saya bergabung dengan
orang-orang tersebut jadinya saya
bisa mendapatkan motivasi yang bisa
membuat saya menjadi percaya diri
dan juga menjalin relasi dengan orang
baru gitu ya mbak.

B Baik seperti itu ya, lalu bagaimana


cara tersebut dapat berhasil membuat
kak Nisa menjadi percaya diri?

N Kalau dari segi komunitas itu tadi Active listening


mungkin dengan cara kayak saya itu
pingin banget gitu memberanikan diri
bisa buat membuka obrolan terlebih
dahulu sama orang lain atau mungkin
ketika saya sendirian pun juga dapat
menyapa dan ngobrol dengan orang
disebelah saya gitu mbak, terus waktu
ngobrol juga saya bisa menatap mata
lawan bicara saya sedikit lebih lama.
Dengan saya gabung di kegiatan-
kegiatan gitu mungkin bisa melatih
saya berlahan-lahan menjadi percaya.
Apalagi kalau lingkungannya
mendukung dan orang-orang yang
bisa positif.
B Baik kak Nisa, apa mungkin ada lagi
kak Nisa?

N Emm kurang lebih seperti itu aja si


mbak

B Baik kak Nisa, semua yang sudah kak Tahap III-B probing
Nisa ceritakan mengenai cara-cara
Memilih
kak Nisa ingin memulai untuk
strategi yang
percaya diri menurut saya sudah
paling cocok
bagus ya untuk langkah awal. Apakah
“what
dengan cara tersebut kak Nisa merasa
strategies make
bisa seperti teman kak Nisa yang kak
most sense for
Nisa sebutkan tadi?
me?”

N Oiya bener sih mbak samanya tuh Active listening


kayak dalam organisasi itu bisa punya
banyak teman dan berpengaruh baik
untuk saya dalam skill dan khususnya
rasa percaya diri saya. Nah saya
melihatnya kayaknya kalau ikut
organisasi gitu bisa punya banyak
teman terus juga mungkin perlahan-
lahan bisa membuat saya belajar buat
mengobrol dan menatap mata lawan
bicara saya terus akhirnya saya bisa
menjadi percaya diri dan membangun
relasi dengan orang banyak tanpa rasa
cemas.

B Apakah menurut kak Nisa cara


tersebut efektif?

N Kalau menurut saya efektif sih mbak

B Baik jika memang menurut kak Nisa Tahap III-C probing


efektif. Nah kalau boleh tau nih Menyusun
bagaimana kak Nisa mempertahankan rencana praktis
“what does the
melakukan strategi kak sudah kak way forward
Nisa rencanakan? look like?”

N Saya mungkin harus ada reward dan


punishment gitu

B Bisa diceritakan bagaimana maksud ?

N Kalau saya bisa nih ngajak bicara dan Active listening


menatap mata lawan bicara saya
sesuai strategi tadi setidaknya 5 orang
dalam seminggu saya akan
menghadiahi diri saya akan belanja
barang barang lucu yang saya
inginkan tapi kalau saya berhasil
melakukan kurang dari 5 orang atau
bahkan tidak sama sekali maka saya
akan membeli barang yang saya suka
saya ini soalnya suka sekali beli beli
barang lucu gitu mbak...

B Wah kak Nisa memiliki hobi belanja


ya,

N Iya mbak

B Nah kemudian apa sih keuntungannya


kak Nisa melakukan ini untuk
kedepannya?

N Iya itu sih mbak jadinya saya nanti Listening


kan lama-lama kebiasaan buat bisa
berbicara dengan orang lain dan
menjadi terbiasa juga buat menatap
mata lawan bicara jadi gak merasa
cemas dan minder lagi gitu mbak

B Jadi menurut kak Nisa harus gak si ya


strategi ini dilakukan?
N Iya mbak dengan cara itu sepertinya
saya dapat melatih untuk menatap
mata orang lain

B Baik kak Nisa sudah bagus kok Emphaty


menurut saya cara-cara kak Nisa
dalam menyusun strategi tinggal
bagaimana kak Nisa menjalankannya.
Jika kak Nisa dapat fokus untuk
mencapai tujuan yang kak Nisa buat
saya yakin kak Nisa nantinya bisa
menjadi percaya diri

N Iya mbak

B Baik sudah tidak terasa ya kak Nisa


sudah selesai waktu kita untuk
konseling.Kalau begitu sesi kali ini
sudah selesai ya kak Nisa, saya minta
maaf jika terjadi kesalahan kata atau
jaringan saya yang mungkin terputus-
putus.

N Baik mbak terima kasih mbak

B Iya terima kasih juga kak Nisa,


selamat siang

N Selamat siang

4. Pelaksanaan Konseling
a. Tahap 1
Selama konseling, konselor berperan mendorong helpee untuk dapat
menceritakan masalah yang membuat ia tidak mampu menatap lama mata
lawan bicara karena merasa kurang percaya diri. Helpee dapat bercerita
dengan santai dan terbuka menceritakan permasalahan yang menyebabkan
ia kurang percaya diri. Konselor berusaha terus menggali blindspot pada
helpee, sehingga dapat membantu helpee untuk membantu mencapai
harapan yang diinginkan. Pelaksanaan konseling ini dibagi menjadi
beberapa sesi, paada sesi tahap 1 konselor telah menemukan tujuannya yaitu
menemukan permasalahan yang dialami oleh helpee. Saat sesi tahap 1
sedikit memiliki kendala pada sinyal yang tiba-tiba suara helpee menjadi
seperti robot, selebihnya masih dirasa baik tidak ada kendala dengan helpee
yang tertutup atau malu-malu untuk bercerita tentang masalahnya.
Helpee memiliki tujuan untuk bisa menjalani relasi dengan orang
banyak dan menjadi percaya diri, seperti bisa menatap mata lawan bicara
tanpa perlu merasa cemas dan malu. Kendala yang dirasakan helpee, bahwa
ia tidak bisa mneatap lama mata lawam bicara karena merasa kurang
percaya diri dan minder yang terkadang hingga merasa cemas, malu, dan
gugup. Faktor yang menyebabkan helpee menjadi kurang percaya diri
karena adanya tindakan bully di masa SMP oleh teman laki-laki helpee.
b. Tahap 2
Sesi konseling pada tahap dua yaitu bertujuan untuk membantu klien
mengeksplorasi, merancang, dan mengembangkan masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan ujian role play pada tahap dua ini berjalan dengan lancar, klien
dapat menetapkan target untuk permasalahannya. Target yag di inginkan klien
yaitu bisa memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga ia mampu untuk
menatap mata lawan bicaranya dengan lama tanpa adanya rasa cemas, gugup,
dan minder. Klien juga mengatakan jika ia bisa menatap mata lawan bicaranya
dengan lama tanpa rasa cemas nantinya juga dapat membangun relasi dan
memiliki banyak teman. Klien juga memiliki keinginan menjadi seperti
temanya yang dapat memiliki banyak teman dan skill karena mengikuti
kegiatan organisasi di kampus. Kendala yang dirasakan klienyaitu terkadang
klien sudah merasa percaya diri, tetapi keesokan harinya klien menjadi tidak
percaya diri lagi.
Pada tahap tiga klien mulai menyusun strategi untuk mencapai target yang
sudah ditetapkan. Klien memiliki strategi dengan mencoba untuk
bergabung dengan kegiatan-kegiatan sosial agar dapat berkenalan dengan
orang baru. Klien beranggapan jika bergabung dengan kegiatan-kegiatan sosial
dapat melatih ia untuk dapat membuka obrolan terlebih dahulu dengan orang
yang ada di sebelahnya dan dapat berlatih perlahan-lahan melihat mata lawan
bicaranya minimal 1 menit. Apalagi jika lingkunganya mendukung, menurut
klien hal itu dapat menjadikannya secara berlahan-lahan dapat percaya diri.

5. Refleksi helper saat menjalankan sesi


a. Tahap 1
Perasaan saya ketika menjadi helper ternyata lebih susah daripada
menjadi helpee. Ketika menjadi helper harus bisa menjaga melakukan kontak
mata dan mendengarkan dengan baik saat helpee bercerita. Hal ini dilakukan
agar helpee merasa di dengarkan dan tidak diabaikan sehingga dapat
membangun kepervayaan dengan helpee. Berbeda ketika saya menjadi helpee,
seperti bebas untuk bercerita tanpa harus berpikir untuk menggali blindspot dan
tinggal menjawab pertanyaan dari helper. Dari sini saya belajar bahwa menajdi
helper sangat tidak mudah, harus bisa memiliki etika yang baik, rasa empati, dan
menjadi pendengar yang baik agar proses konseling berjalan lancar.
Pada tahap I-A (what’s going on?) tugas saya sebagai helper bertanya
kepada helpee tentang permasalahan apa yang dialami helpee. Pada tahap ini
helpee hanya bercerita jika ingin bisa menjalin relasi dengan orang banyak,
tetapi tidak bisa melakukannya. Tugas helper bertanya lebih dalam apa yang
membuat ia tidak bisa melakukannya. Selanjutnya pada tahap I-B (what’s really
going on) tugas helper bertanya awal mula terjadinya permasalahan yang
dialami. Helper bertanya lebih dalam tentang permasalahan untuk mendapatkan
blindspot. Jika helper belum menemuka blindspot dari permasalahan, maka
helper harus terus bertanya dan menggali. Pada tahap I-C (what should I work
on) helper telah mengetahui masalah helpee dengan jelas dan fokus terhadap
penyebab mana yang harus diselesaikan.
b. Tahap 2 & 3
Perasaan saya ketika menjadi helper ternyata lebih susah daripada menjadi
helpee. Ketika menjadi helper harus bisa menjaga melakukan kontak mata dan
mendengarkan dengan baik saat helpee bercerita. Hal ini dilakukan agar helpee
merasa di dengarkan dan tidak diabaikan sehingga dapat membangun
kepercayaan dengan helpee. Apalagi sesi dua dan tiga ini menurut saya menjadi
helper sangatlah susah. Pada tahap dua dan tiga menurut susah karena harus
bisa membedakan mana strategi dan mana target, awal-awal saya selalu
tercampur antara target dan strategi dari klien. Menjadi helper juga harus bisa
membuat target yang disebutkan klien menjadi semakin spesifik dan membantu
target yang dibuat klien dapat relevan untuk dijalankan. Dari mata kuliah ini
saya belajar bahwa menjadi helper sangat tidak mudah, dibutuhkan etika yang
baik, rasa empati yang tinggi, dan harus bisa menjadi pendengar yang baik agar
proses konseling berjalan lancar.
PUSTAKA ACUAN

Febrina, D. T., Suharso, P. L., & Saleh, A. Y. (2018). Self-Esteem Remaja Awal:
Temuan Baseline Dari Rencana Program Self-Instructional Training
Kompetensi Diri. Jurnal Psikologi Insight, 43-56.
Kumalaningtyas, N., & Sadasri, L. M. (2018). Citra tubuh positif perempuan dalam
iklan video digital (studi femvertising pada iklan dove real beauty). Diakom:
Jurnal Media Dan Komunikasi, 62-73.

Anda mungkin juga menyukai