Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PEMBAHASAN

A. Analisis Pelaksanaan Konseling Qur’ani Untuk Mengatasi Karakter Buruk Siswa


MTs Nurul Iman NW Lokok Beru.

Bimbingan dan konseling qur’ani merupakan sebuah konsep bimbingan dan


konseling yang bertujuan untuk membantu setiap individu mengoptimalkan potensidiri
yang dimiliki dan membantu menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapiklien
melalui pendekatan Al-Qur’an. Kehadiran bimbingan dan konseling sangatpenting dalam
dunia pendidikan, baik itu di sekolah atau pun di perguruan tinggi,seiring dengan
perkembangan teknologi yang kian hari semakin cepat mengakibatkanterjadinya
perubahan dalam berbagai bidang, salah satunya di keagamaan.1
1. Pelaksanaan Konseling Qur’’ani
Konsling Qur’ani memiliki tujuan jangka pendek yang diharapkan bisa dicapai

melalui konseling model ini adalah terbinanya fitrah-iman individu hingga

membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang benar, dan bisa di

implementasikan dalam kehidupan sehari hari hususnya di dalam lingkungan

madrasah maupun di luar madrasah.

Upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh para siswa yang memiliki

karakter buruk, maka kami melakukan penggalian sumber permasalahan yang

dihadapi, setelah menemukan sumber permasalahan bimbingan konseling Qur’ani

supaya para koseli yang memiliki permasalahan dapat ditangani dan diselesaikan

secara tuntas.

Konseling Qur’ani adalah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pelajaran,

dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana

seharusnya seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,

kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika

hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang bersumber

kepada Al-Qur’an.

1
Zulkifli A, Nurus Sa’adah, Desi Alawiyah, “Analisis Layanan dan Bimbingan Konseling Qur’ani Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Beragama Peserta Didik di Sekolah”, Vol. 8, Nomor 1, 2022.
Proses konseling Qur’ani memiliki dampak yang signifikan terhadap

perkembangan konseli. Hal ini dikarenakan dalam konseling tatap muka, Guru BK

perlu berusaha memperbaiki sikap siswa dengan cara berinteraksi dalam jangka waktu

tertentu dengan mengadakan pertemuan tatap muka. Perbaikan untuk membawa

bahkan saran. Baik pikiran, perasaan, sikap maupun tindakan.

Setiap tahapan proses konseling Qur’ani membutuhkan keterampilan-

keterampilan khusus seperti salah satunya adalah rasa empati. sehingga proses

konseling berjalan dengan baik, dengan demikian proses konseling sejak awal hingga

akhir dirasakan sangat bermakna dan berguna.

Selanjutnya proses tahapan pelaksanaan konseling Qur’ani dibagi menjadi tiga

bagian yaitu:

a) Tahap awal konseling.


Tahap ini terjadi sejak mulai ke empat konseli menemui Guru BK sampai

berjalan proses konseling hingga Guru BK dan konseli menemukan definisi

masalah konseli, kepedulian, atau masalah konseli itu sendiri artinya dalam tahap

awal adalah proses pendefinisian masalah konseli . Adapun proses konseling

tahap awal adalah membangun hubungan konseling.

Keberhasilan proses konseling Qur’ani sangat ditentukan oleh keberhasilan


pada tahap awal. Kunci keberhasilannya konseling Qur’ani adalah terletak pada :
(pertama) keterbukaan Guru BK. (kedua) keterbukaan klien, artinya dia dengan
jujur mengungkapkan isi hati, perasaan, harapan harapannya. (ketiga) Guru BK
mampu menghargai dan memahami konseli dalam proses konseling. Karena
dengan demikian, maka proses konseling Qur’ani akan lancar dan dapat mencapai
tujuan konseling Qur’ani.
Kemudian selanjutnya adalah Memperjelas dan mendefinisikan masalah.

Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana konseli telah

melibatkan diri, berarti kerjasama antara Guru BK dengan konseli akan dapat

mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada konseli. Walaupun para

konseli mengetahui gejala dan masalah-masalah yang di alamiya, namun konseli


tidak begitu mudah menjelaskan masalahnya, oleh Karena itu sangat penting

peran Guru BK untuk membantu memperjelas dan membantu mendefinisikan

masalahnya bersama-sama.

Selanjutnya menegosiasikan kontrak, Kontrak perjanjian antara Guru BK

dengan konseli yang disepakatinya yaitu: kontrak waktu dimana waktu yang

disepakati pada setiap pertemuan yaitu selama 45 menit, selain itu juga kontrak

kerjasama dalam proses konseling, yaitu saling menghargai sesama konseli

ataupun sama Guru BK

Pada tahap ini juga dapat dijelaskan kondisi awal keempat konsli adalah
sebagai berikut, semua konseli mulai dari konsli pertama sampai keempat
mengalamai permasalahan yang berbeda beda akan tetapi pada saat dilaksanakan
proses konsling yang pertama mereka terlihat gugup, takut dan terlihat gelisah
karna dipanggil keruangan bimbingan konsling.
Setelah dilakukan pendekatan dan penjelasan kenapa mereka dipanggil
keruangan bimbingan konsling mereka para konseli mulai tenang dan bersedia
mematuhi kontrak bimbingan konsling yaitu 45 menit setiap pertemuan yang di
dilaksanakan selama empat kali pertemuan.
Keempat konsli juga mulai ramah dan merasa nyaman setelah dilakukan
penjelasan penjelasan maksut dan tujuan dilaksanakan bimbingan konsling oleh
konselor.
b) Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Kita melihat bahwa masalah-masalah yang di alami para konseli telah di
bahas dan disepakati pada tahap awal yaitu ke empat konseli menunjukkan
karakter buruk seperti sering datang terlambat, sering bolos, kurang menghargai
teman-temannya, kemudian kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada
menggali penyebab terjadinya masalah tersebut, Setelah menggali informasi
terkait dengan permasalahan dan yang melatarbelakanginya, maka bantuan atau
layanan yang diberikan berdasarkan permasalahannya adalah layanan konseling
Qur’ani. Kemudian target dari tahapan ini adalah dimana sasaran perilaku konseli
agar lebih baik dalam mematuhi aturan atau tata tartib dan berkomitmen
berperilaku baik.
Dalam tahap ini Guru BK meminta konseli untuk meceritakan masalahnya

dengan rinci dan menganalisa, kemudian memberikan motivasi serta dukungan

kepada konseli agar konseli tersebut bisa lebih semangat.


c) Tahap akhir konseing
Setelah di laksanakannya proses konseling dari awal hingga tahap kerja,
maka pada tahap akhir dari proses konseling, adalah Guru BK menilai perubahan
yang terjadi pada para konseli, apakah masih sama dari sebelumnya atau sudah
ada perubahan.
Pada akhir dari proses konseling, Guru BK menilai para konseli mulai ada

perubahan, Oleh karena itu mengakhiri proses konseling, Guru BK meminta

konseli membuat kesimpulan-kesimpulan mengenai hasil proses konseling yang

telah selesai dilakukannya.

Pada tahap ahir peneliti dapat menjelaskan perubahan-perubahan yang dialami

oleh konseli sebagai berikut:

Wawan setelah mengikuti konseling Qur’ani di sesi akhir, wawan memiliki


perubahan dalam beberapa hal seperti, lebih rajin dari sebelumnya yang suka telat
datang ke sekolah menjadi lebih awal dan tidak telat lagi datang ke sekolah,
perkataannya juga sudah bisa di kontrol dan lebih sopan dari sebelumnya yang
sering ngomong kasar tidak sopan karena faktor bermain Game Online, dan dalam
pergaulannya sehari-hari disekolah sudah membaik tidak lagi sering mengganggu
teman-temannya.
Arfin setelah mengikuti Konseling Qur’ani di sesi akhir ini, Arrfin memiliki
perubahan dalam beberapa hal seperti, lebih rajin dari sebelumnya yang biasanya
datang ke sekolah telat bahkan sering juga malas sekolah karena faktor
pergaulannya dengan teman-temannya yang usianya sudah di atas usia Arfin,
yang kebiasaan nongrong di warung dan di pinggir jalan sampe larut malam yang
membuat Arfin telat bangun pagi dan mebuatnya sering malas datang ke sekolah,
dan sekarang Arfin sudah jarang terlihat terlambat ke sekolah, dan juga Arfin
sekarang sudah mulai rapi sesuai dengan aturan sekolah, yang sebelumnya sering
memakai sendal, lupa memakai peci ke sekolah karena bangun kesiangan dan
terburu-buru berangkat ke sekolah.
Neva Italia setelah mengikuti konseling Qur’ani di sesi akhir ini, Neva Italia
memiliki perubahan dalam beberapa hal seperti, semangat untuk sekolah
sebelumnya karena latar belakang keluarganya yang berpisah (bercerai) Neva
Itali menjadi lalai akan tugasnya sebagai seorang penuntut ilmu dikarenakan
kurangnya motivasi dan dukungan penuh dari orang tuanya yang sudah bercera,
dan dalam pergaulanya sekarang sudah mulai terkontrol, yang awalnya sulit di
kontrol sampe lupa waktu, bahkan sampai ikut-ikutan mengechat rambutnya.
Seri setelah mengikuti konseling Qur’ani di sesi akhir ini, Seri memiliki
perubahan dalam beberapa hal seperti, lebih rajin dan bisa membagi waktu dari
sebelumnya yang biasanya sering telat datang ke sekolah karena faktor keluarga
yang sudah berpisah (bercerai), membuat Seri kurang dapat perhatian dari orang
tuanya terlebih lagi harus mengantar adeknya terlebih dahulu ke sekolah PAUD
yang membuatnya sering terlambat ke sekolah, tapi sekarang seri bisa membagi
waktunya dan sudah tidak terlambat lagi datang ke sekolah, dan juga akhlaknya
kepada Guru lebih baik dari sebelumnya dan Seri juga sekarang sudah ikut belajar
mengaji lagi.
Hal ini juga senada dengan penelitian yang pernah di lakukan oleh: Zulkifli A,

Nurus Sa’adah, dan Desi Alawiyah dalam jurnalnya.

“Konseling Qur’ani mampu mengubah pola pikir, perilaku, dan


meningkatkan kesadaran beragama konseli (sebutan untuk orang yang di
konseling), layanan bimbingan dan Konseling Qur’ani ini bertujuan agar
peserta didik dapat memahami hakikatnya dan keberadaannya sebagai hamba
Allah SWT”.2

Dalam penyelesaian kasus yang dihadapi, Guru BK menemukan kendala-

kendala seperti sulitnya memperoleh atau menemukan sumber permaslahan yang

dihadapi oleh para konseli dikarenakan adanya sedikit rasa malu untuk

menceritakan masalah yang terjadi. namun permaslahan tersebut dapat

terseesaikan secara perlahan-lahan walaupun membutuhkan waktu yang cukup

lama.

2. Pembacaan Ayat-Ayat Suci Al-Qur’an

Setelah peroses konseling Qur’ani dilakukan, di hari berikutnya dilakukan


tahapan membaca al-Quran dalam meningkatkan kesadaran agar konseli lebih taat
kepada aturan dan selalu ingat pada Tuhannya. Al-Qur’an adalah murni wahyu dari
Allah Swt, Al-Quran menurut aturan-aturan kehidupan manusia di dunia.adalah Al-
Quran merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa.
Sebagaiaman yang terdapat dalam Al-quran surah Al-Baqaraha ayat tiga yaitu:

‫ْب ۛ فِ ْي ِه ۛ هُ ًدى لِّ ْل ُمتَّقِي ۙ َْن‬ َ ِ‫ٰذل‬


َ ‫ك ْال ِك ٰتبُ اَل َري‬
Artinya; Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa, (QS Al-Baqarah.2)3
Dari ayat di atas dapat kita pahami dan simpulkan bahwa Al-Quran adalah
petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan tentu takwa tersebut akan dating
sengan cara kitamendekatkan diri kepada-Nya dan juga al-Quran,sehingga Al-Quran

2
Zulkifli A, Nurus Sa’adah, Desi Alawiyah, “Analisis Layanan dan Bimbingan Konseling Qur’ani Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Beragama Peserta Didik di Sekolah”, Vol. 8, Nomor 1, 2022.
3
Qur’an Surah Al-Baqarah [2] 2.
sangat tepat menjadi terapi atau penyembuhan, segala bentuk penyakit,terutama bagi
hati yang sedang lalai.
Pembacaan Al-Qur’an ini adalah untuk para konseli bertujuan untuk
menghidupkan hati, membukakan pikiran yang sedang bermasalah, dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena dengan membaca Al-Qur’an, maka kita
mengingat Tuhan, dan dengan mengingat Tuhan hati menjadi tenang sebagaimana
firman Allah Swt. yang terdapat dalam Al-Quran surah arra’ad ayat 28 yaitu:

ْ َ‫ط َمِئ ُّن قُلُوبُهُم ِب ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ۗ َأاَل بِ ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ت‬ ۟ ُ‫ين َءامن‬


ْ َ‫وا َوت‬
‫ط َمِئ ُّن‬ َ َ ‫ٱلَّ ِذ‬
ُ‫ْٱلقُلُوب‬
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenang (QS Arra’ad 28)4

selanjutnya ada beberapa tahapan yang dilaksanakan dalam pelaksanaan


pembacaan Al-Qur’an, yaitu konseli diharapkan memahami dan menerima kondisinya
atas permasalahan yang ada alam dirinya, dan Guru BK selalu memberikan motivasi,
memberikan semangat, dukungan kepada konseli
Tahap selanjutnya yaitu tahap inti bahwa konseli diharapkan mampu
menyelesaikan pembacaan Al-Quran Fungsinya menenangkan hati, mampu berpikir
jernih dan dapat melangkah ke arah yang lebih positif.
Penerapan yang dilakukan dalam pembacaan AlQur’an terhadap ke empat
konseli adalah dengan beberapa tahapan juga. Tahap pertama yaitu konseli
mensucikan diri dengan cara berwudhu, kemudian tenangkan hati dan pikiran,
dilakukan dengan membaca Ta’awwuz, membaca Basmallah dan cara membacanya
dengan tartil serta membacanya dengan membaguskan suara. Setelah tahap kedua
selesai maka selanjutnya tahap terakhir yaitu memikirkan makna yang terkandung
dalam ayat-ayat yang dibacanya dan meresapi makna dan maksud ayat-ayatnya
Penerapan pembacaan Al-Qur’an dilakukan untuk setiap responden selama
kurang lebih 40 menit. Pertama-tama menyucikan dengan cara berwudhu kemudian
membaca AlQur’an beserta artinya sampai Guru BK memberikan pemahaman dan
motivasi agar mampu memberikan konseli ketenangan dan pemahaman kepada
konseli.
Pelaksanaan pembacaan Al-Qur’an ini dilakukan sebayak empat kali

pertemuan, dan setelah dilakukannya pembacaan Al-Qur’an, mereka terlihat lebih

tenang, lebih percaya diri.

Setelah di lakukannya konseling Qur’ani dan pembacaan Al-Quran, para


konseli terlihat mulai ada perubahan pada diri mereka, hal ini juga disampaikan oleh
para konseli bahwa setelah dilakukaknnya konseling Qur’ani dan terapi membaca Al-
4
Quran Surah Arra’ad [19] 28
Quran mereka lebih percaya diri, dan berkomitmen untuk selalu menjaga diri menjaga
diri dari pergaulan yang melalaikannya serta, menjaga aturan atau tata tartib marasah.
khusyuk dan penuh hormat. Setelah tahap awal selesai, maka dilanjut pada tahap
berikutnya atau tahap inti yaitu pada saat membaca Al-Qur’an.
Hal ini juga senada dengan hasil penelitian yang di laksanakan oleh Rio

ramadhan

“Hasil dari pemberian terapi yang menggunakan ayat motivasi untuk


menumbuhkan rasa percaya diri pada konseli menunjukkan perubahan yang
positif. Konseli dapat kembali beraktifitas seperti biasa di lingkungannya
tanpa ada perasaan canggung dan pesimis serta tidak takut untuk tidak
dihargai atas berbagai usahanya. Konseli juga dapat kembali menjalin
interaksi sosial dengan teman di sekolahnya dengan baik.5

B. Anaslisis Hambatan-Hambatan Penerapan Konseling Qur’ani Untuk Mengatasi


Karakter Buruk Siswa MTs Nurul Iman NW Lokok Beru.
Dalam pelaksanaan konsling Qur’ani yang di laksanak di MTs Nurul Iman NW Lokok
Beru tidak terlepas dari beberapa hambatan yang di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor dari Luar Sekolah
a) Faktor keluarga

Dari hasil pengumpulan data baik yang dilakuakn dengan cara observasi dan

wawancara, keluarga memiliki pearan yang sangat penting dalam membentuk

karakter yang baik terhadap anak, karena orang tualah Guru pertama bagi seorang

anak, yang membimbing dan mengajarinya dari anak yang belum bisa apa-apa

bahkan berjalanpun perlu di bimbing dan di tuntun sampai menjadi seorang anak

yang mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh di lakukan, walaupun

di madrasah telah dilaksanakan konsling dan pembinaan akan tetapi tanpa bantuan

keluarga hususnya orang tua wali dari anak maka hasil nya akan tetap kurang

maksimal.

Seperti yang di jelaskan peneliti dalam hasil observasinya dapat di simpulkan

bahwa ke-4 konseli ini terkena dampak dari faktor keluarganya, dari keluarganya

yang berpisah (bercerai) sampe keluarga yang kurang berpendidikan untuk

5
Rio Ramadhan“Konseling qur’ani dengan ayat Motivasi untuk menumbuhkan rasa Percaya diri kepada remaja
di Kecamatan waru sidoarjo” (Sekeripsi, FDIK UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2020), hlm. 90
mendidik anaknya, faktor keluaraga menjadi salah satu faktor yang menjadi

hambatan dalam mengatasi karakter buruk siswa.

Wawan salah satu siswa MTs Nurul Iman NW Lokok Beru yang terkena
dampak dari keluarganya, orang tuanya yang terlalu memanjakan anaknya dan
kurang mengontrol pergaulan anaknya, karena kesibukan orrang tuanya yang
menjadi pembisnis sehingga waktu untuk mengontrol pergaulan anaknya sangat
minim, dan apapun yang diminta anaknya selalu di turuti tampa melihat dampak
bagi anaknya, hal ini yang menjadikan Wawan lebih leluasa untuk bergaul
maupun bermain Game online sampai lupa waktu untuk belajar, karena Wawan
juga sering bergadang bermain Game sehingga membuatnya sering telat bangun
pagi untuk pergi kesekolah sehingga menyebabkan dia sering telat kesekolah,
membolos sekolah juga sering Wawan lakukan karena orang tuanya tidak ada
dirumah, sehingga dia merasa tidak ada yang akan mearahinya, salah satu
faktornya adalah kurang di perhatikan oleh orang tuanya, karena orang tuanya
juga orang yang kurang berpendidikan, jadi dia tidak bisa optimal dalam
mendidik anaknya, sehingga anaknya sering bergdang main game bersama teman-
teman di atas usianya, sehingga anaknya sering telat bangun pagi, dan telat
berangkat ke madrasah.
Arfin juga sering terlambat ke sekolah karena faktor keluarganya yang sudah
berpisah (cerai) yang mengakibatkan dia bebas mau bergaul sama siapapun tidak
ada yang bisa mengontrol dirinya, sehingga membuatnya lalai dan bergaul dengan
teman-teman yang lebih dewasa darinya, dan dia mengikuti cara pergaulan teman-
temannya yang di atas usianya, seperti pulang tengah malam, inilah yang
menyebabkannya sering telat bangun pagi untuk pergi ke sekolah, walaupun dia
tinggal bersama neneknya tetap saja peran orang tualah yang bisa mengontrol
kehidupannya dalam hal bergaul dan bertindak.
Neva Italia dulu orangnya sangat rajin dan bisa dibilang pinter juga karena
selalu dapat juara di kelas, tapi semenjak orang tuanya berpisah perubahannya
sangat terlihat, karena kurangnya perhatian kepadanya, dia menjadi malas dan
lalai, karena perhatian orang tuanya yang kurang kepadanya terutama dalam hal
memfasilitasinya, kebutuhan sehari-hari, maupun fasilitas yang di gunakan ke
sekolahnya kurang memadai, sehingga menyebabkannya menjadi malas ke
sekolah.
Seri adalah anak yang rajin juga cerdas namun karena faktor orang tuanya
yang sudah berpisah (bercerai) sudah satu tahunan lamanya, sehingga selain
sekolah dia mempunyai aktivitas lain seperti menjaga adiknya, mengantar adiknya
ke paud, itu yang membuatnya sering mengeluh sehingga sering telat berangkat ke
sekolahnya, belum lagi dia berjalan kaki ke sekolahnya.
b) Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal seorang anak juga sangat berpengaruh penting bagi
perkembangannya, baik dari segi mental maupun karakternya, karena selain dari
bimbingan orang tua dan sekolah lingkungan dan pergaulan termasuk dalam
sebuah pelajaran baru bagi seorang anak, yang akan melahirkan mental dan
karakter baru karena mereka akan lebih cenderung mengikuti bagaimana cara
bergaul teman-temannya di dalam lingkungannya sehari-hari, tentu sebuah
lingkungan memeliki pengaruh besar terhadap karakter seseorang anak apabila
tidak dilakukan kontrol yang tepat dari keluarganya.

Seperti yang di jelaskan peneliti dalam hasil observasinya faktor lingkungan juga

menjadi faktor yang menjadi hambatan dalam mengatasi karakter buruk siswa.

Wawan salah satu siswa MTs Nurul Iman NW Lokok Beru yang memiliki
karakter buruk dari hasil lingkungan dan pergaulannya, karena di lingkungan
tempat dia tinggal teman-teman tongkrongannya rata-rata bermain Game,
sehingga mau tidak mau Wawan pun tertarik bermain Gmae dan menjadi
kecanduan yang mengakibatkan Wawan sering lupa waktu dan membuatnya
sering bergadang sehingga menyebabkan dia sering telat bangun pagi dan telat ke
sekolah.
Seri anak yang cerdas sebelum orang tuanya berpisah, semenjak orang tuanya
berpisah Seri memiliki pekerjaan tambahan seperti menjaga adeknya, walaupun
dia tinggal bersama bapaknya, tapi bapaknya jarang ada waktu di rumah karena
lebih sering di bekerja di sawah pergi pagi pulang sore, ahirnya mau tidak mau dia
yang menjaga adeknya, mulai dari mengantarntya sekolah ke PAUD sampai
menjaganya di rumah, karena faktor lingkuungan inilah yang membuat Seri
menjadi jarang belajar, bahkan karena mengantar adeknya sekolah ke PAUD dan
jalan yang di tempuh lumayan jauh, itu yang mengakibatkan Seri juga terlambat
ke sekolah.
Arfin yang keluarganya termasuk broken home, membuat pergaulannya
kurang terkontrol, walaupun dia tinggal bersama kakek neneknya dia kurang
mendengarkan dan mengabaikan apa yang di bilang kakek neneknya, sehingga dia
sering bergaul bersama teman-temannya yang di atas usianya, Arfin mengikuti
bagaimana cara teman-temannya bergaul, pulangnya yang tengah malam bahkan
sampai nginap di rumah temannya dan kata-kata kotor di tempat tongkrongannya
sering terdengar, sehingga membuat Arfin sering telat berangkat ke sekolah,
sering tidur dalam kelas, dan bahkan dia sering membolos sekolah.
Neva Italia anaknya rajin dan pinter sebelum orang tuanya berpisah, tapi
semenjak orang tuanya berpisah dia menjadi anak yang pemalas, lalai, dan juga
faktor lingkungan dan pergaulannya yang sudah tidak ada yang mengontornya
sehingga dia jarang mengulang pelajarannya, dia lebih suka bermain bersama
teman-temannya, bahkan sampe dia ikut-ikutan mewarnai rambutnya seperti
teman-temannya lakukan, itu yang membuat dia tidak lagi mendapatkan juara di
kelasnya.
2. Faktor dari Dalam Lembaga/Madrasah
a) Kurangnya Pasilitas Pendukung
Salahsatu paktor yang menunjang keberhasilan dalam melakukan konsling juga
tidak terlepas dari sarana dan prasarana pendukung seperti tersedianya ruangan
khusus yang memadai sehingga proses konseling yang di jalankan bisa berjalan
dengan lancar dan nyaman, karena di MTs Nurul Iman NW Lokok Beru untuk
pasilitas ruangan BK masih sangat kurang sehingga menjadi salah satu paktor
yang membuat proses konseling kurang maksimal.
b) Kurangnya Kompetensi/Kemampuan Guru Bimbingan Konsling
Keberhasilan pelaksanaan konsling juga tidak terlepas dari kompetensi dan
profesionalitas seorang Guru BK, karena Guru BK yang akan menpasilitasi
konseli dalam proses perbaikan karakter seorang anak, di MTs Nurul Iman NW
Lokok Beru selain pasilitas yang kurang mendukung kemampuan Guru BK juga
masih kurang maksimal, karena Guru BK di sana hanya berbekal sebuah
pelatihan Majlis Guru Bimbingan Konsling (MGBK) hanya satu kali sehingga
kompetensi masih terasa kurang, karena tuntutan baik dari pemerintah maupun
sekolah yang mengharuskan ada seorang Guru BK yang bisa menyelesaikan
sebuah permasalahan yang di hadapi oleh anak didiknya, karena di sana belum
ada yang sarjana Bimbingan Konseling sehingga Guru yang seharusnya bukan
sebagai Guru BK di pilih menjadi Guru BK.

Anda mungkin juga menyukai