PEMBAHASAN
membuahkan amal saleh yang dilandasi dengan keyakinan yang benar, dan bisa di
Upaya penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh para siswa yang memiliki
supaya para koseli yang memiliki permasalahan dapat ditangani dan diselesaikan
secara tuntas.
dan pedoman kepada individu yang meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana
hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang bersumber
kepada Al-Qur’an.
1
Zulkifli A, Nurus Sa’adah, Desi Alawiyah, “Analisis Layanan dan Bimbingan Konseling Qur’ani Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Beragama Peserta Didik di Sekolah”, Vol. 8, Nomor 1, 2022.
Proses konseling Qur’ani memiliki dampak yang signifikan terhadap
perkembangan konseli. Hal ini dikarenakan dalam konseling tatap muka, Guru BK
perlu berusaha memperbaiki sikap siswa dengan cara berinteraksi dalam jangka waktu
keterampilan khusus seperti salah satunya adalah rasa empati. sehingga proses
konseling berjalan dengan baik, dengan demikian proses konseling sejak awal hingga
bagian yaitu:
masalah konseli, kepedulian, atau masalah konseli itu sendiri artinya dalam tahap
Jika hubungan konseling telah terjalin dengan baik dimana konseli telah
melibatkan diri, berarti kerjasama antara Guru BK dengan konseli akan dapat
mengangkat isu, kepedulian, atau masalah yang ada pada konseli. Walaupun para
masalahnya bersama-sama.
dengan konseli yang disepakatinya yaitu: kontrak waktu dimana waktu yang
disepakati pada setiap pertemuan yaitu selama 45 menit, selain itu juga kontrak
Pada tahap ini juga dapat dijelaskan kondisi awal keempat konsli adalah
sebagai berikut, semua konseli mulai dari konsli pertama sampai keempat
mengalamai permasalahan yang berbeda beda akan tetapi pada saat dilaksanakan
proses konsling yang pertama mereka terlihat gugup, takut dan terlihat gelisah
karna dipanggil keruangan bimbingan konsling.
Setelah dilakukan pendekatan dan penjelasan kenapa mereka dipanggil
keruangan bimbingan konsling mereka para konseli mulai tenang dan bersedia
mematuhi kontrak bimbingan konsling yaitu 45 menit setiap pertemuan yang di
dilaksanakan selama empat kali pertemuan.
Keempat konsli juga mulai ramah dan merasa nyaman setelah dilakukan
penjelasan penjelasan maksut dan tujuan dilaksanakan bimbingan konsling oleh
konselor.
b) Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Kita melihat bahwa masalah-masalah yang di alami para konseli telah di
bahas dan disepakati pada tahap awal yaitu ke empat konseli menunjukkan
karakter buruk seperti sering datang terlambat, sering bolos, kurang menghargai
teman-temannya, kemudian kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan pada
menggali penyebab terjadinya masalah tersebut, Setelah menggali informasi
terkait dengan permasalahan dan yang melatarbelakanginya, maka bantuan atau
layanan yang diberikan berdasarkan permasalahannya adalah layanan konseling
Qur’ani. Kemudian target dari tahapan ini adalah dimana sasaran perilaku konseli
agar lebih baik dalam mematuhi aturan atau tata tartib dan berkomitmen
berperilaku baik.
Dalam tahap ini Guru BK meminta konseli untuk meceritakan masalahnya
dihadapi oleh para konseli dikarenakan adanya sedikit rasa malu untuk
lama.
2
Zulkifli A, Nurus Sa’adah, Desi Alawiyah, “Analisis Layanan dan Bimbingan Konseling Qur’ani Dalam
Menumbuhkan Kesadaran Beragama Peserta Didik di Sekolah”, Vol. 8, Nomor 1, 2022.
3
Qur’an Surah Al-Baqarah [2] 2.
sangat tepat menjadi terapi atau penyembuhan, segala bentuk penyakit,terutama bagi
hati yang sedang lalai.
Pembacaan Al-Qur’an ini adalah untuk para konseli bertujuan untuk
menghidupkan hati, membukakan pikiran yang sedang bermasalah, dengan cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt. Karena dengan membaca Al-Qur’an, maka kita
mengingat Tuhan, dan dengan mengingat Tuhan hati menjadi tenang sebagaimana
firman Allah Swt. yang terdapat dalam Al-Quran surah arra’ad ayat 28 yaitu:
ramadhan
Dari hasil pengumpulan data baik yang dilakuakn dengan cara observasi dan
karakter yang baik terhadap anak, karena orang tualah Guru pertama bagi seorang
anak, yang membimbing dan mengajarinya dari anak yang belum bisa apa-apa
bahkan berjalanpun perlu di bimbing dan di tuntun sampai menjadi seorang anak
yang mengerti mana yang boleh dan mana yang tidak boleh di lakukan, walaupun
di madrasah telah dilaksanakan konsling dan pembinaan akan tetapi tanpa bantuan
keluarga hususnya orang tua wali dari anak maka hasil nya akan tetap kurang
maksimal.
bahwa ke-4 konseli ini terkena dampak dari faktor keluarganya, dari keluarganya
5
Rio Ramadhan“Konseling qur’ani dengan ayat Motivasi untuk menumbuhkan rasa Percaya diri kepada remaja
di Kecamatan waru sidoarjo” (Sekeripsi, FDIK UIN Sunan Ampel Surabaya, Surabaya, 2020), hlm. 90
mendidik anaknya, faktor keluaraga menjadi salah satu faktor yang menjadi
Wawan salah satu siswa MTs Nurul Iman NW Lokok Beru yang terkena
dampak dari keluarganya, orang tuanya yang terlalu memanjakan anaknya dan
kurang mengontrol pergaulan anaknya, karena kesibukan orrang tuanya yang
menjadi pembisnis sehingga waktu untuk mengontrol pergaulan anaknya sangat
minim, dan apapun yang diminta anaknya selalu di turuti tampa melihat dampak
bagi anaknya, hal ini yang menjadikan Wawan lebih leluasa untuk bergaul
maupun bermain Game online sampai lupa waktu untuk belajar, karena Wawan
juga sering bergadang bermain Game sehingga membuatnya sering telat bangun
pagi untuk pergi kesekolah sehingga menyebabkan dia sering telat kesekolah,
membolos sekolah juga sering Wawan lakukan karena orang tuanya tidak ada
dirumah, sehingga dia merasa tidak ada yang akan mearahinya, salah satu
faktornya adalah kurang di perhatikan oleh orang tuanya, karena orang tuanya
juga orang yang kurang berpendidikan, jadi dia tidak bisa optimal dalam
mendidik anaknya, sehingga anaknya sering bergdang main game bersama teman-
teman di atas usianya, sehingga anaknya sering telat bangun pagi, dan telat
berangkat ke madrasah.
Arfin juga sering terlambat ke sekolah karena faktor keluarganya yang sudah
berpisah (cerai) yang mengakibatkan dia bebas mau bergaul sama siapapun tidak
ada yang bisa mengontrol dirinya, sehingga membuatnya lalai dan bergaul dengan
teman-teman yang lebih dewasa darinya, dan dia mengikuti cara pergaulan teman-
temannya yang di atas usianya, seperti pulang tengah malam, inilah yang
menyebabkannya sering telat bangun pagi untuk pergi ke sekolah, walaupun dia
tinggal bersama neneknya tetap saja peran orang tualah yang bisa mengontrol
kehidupannya dalam hal bergaul dan bertindak.
Neva Italia dulu orangnya sangat rajin dan bisa dibilang pinter juga karena
selalu dapat juara di kelas, tapi semenjak orang tuanya berpisah perubahannya
sangat terlihat, karena kurangnya perhatian kepadanya, dia menjadi malas dan
lalai, karena perhatian orang tuanya yang kurang kepadanya terutama dalam hal
memfasilitasinya, kebutuhan sehari-hari, maupun fasilitas yang di gunakan ke
sekolahnya kurang memadai, sehingga menyebabkannya menjadi malas ke
sekolah.
Seri adalah anak yang rajin juga cerdas namun karena faktor orang tuanya
yang sudah berpisah (bercerai) sudah satu tahunan lamanya, sehingga selain
sekolah dia mempunyai aktivitas lain seperti menjaga adiknya, mengantar adiknya
ke paud, itu yang membuatnya sering mengeluh sehingga sering telat berangkat ke
sekolahnya, belum lagi dia berjalan kaki ke sekolahnya.
b) Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal seorang anak juga sangat berpengaruh penting bagi
perkembangannya, baik dari segi mental maupun karakternya, karena selain dari
bimbingan orang tua dan sekolah lingkungan dan pergaulan termasuk dalam
sebuah pelajaran baru bagi seorang anak, yang akan melahirkan mental dan
karakter baru karena mereka akan lebih cenderung mengikuti bagaimana cara
bergaul teman-temannya di dalam lingkungannya sehari-hari, tentu sebuah
lingkungan memeliki pengaruh besar terhadap karakter seseorang anak apabila
tidak dilakukan kontrol yang tepat dari keluarganya.
Seperti yang di jelaskan peneliti dalam hasil observasinya faktor lingkungan juga
menjadi faktor yang menjadi hambatan dalam mengatasi karakter buruk siswa.
Wawan salah satu siswa MTs Nurul Iman NW Lokok Beru yang memiliki
karakter buruk dari hasil lingkungan dan pergaulannya, karena di lingkungan
tempat dia tinggal teman-teman tongkrongannya rata-rata bermain Game,
sehingga mau tidak mau Wawan pun tertarik bermain Gmae dan menjadi
kecanduan yang mengakibatkan Wawan sering lupa waktu dan membuatnya
sering bergadang sehingga menyebabkan dia sering telat bangun pagi dan telat ke
sekolah.
Seri anak yang cerdas sebelum orang tuanya berpisah, semenjak orang tuanya
berpisah Seri memiliki pekerjaan tambahan seperti menjaga adeknya, walaupun
dia tinggal bersama bapaknya, tapi bapaknya jarang ada waktu di rumah karena
lebih sering di bekerja di sawah pergi pagi pulang sore, ahirnya mau tidak mau dia
yang menjaga adeknya, mulai dari mengantarntya sekolah ke PAUD sampai
menjaganya di rumah, karena faktor lingkuungan inilah yang membuat Seri
menjadi jarang belajar, bahkan karena mengantar adeknya sekolah ke PAUD dan
jalan yang di tempuh lumayan jauh, itu yang mengakibatkan Seri juga terlambat
ke sekolah.
Arfin yang keluarganya termasuk broken home, membuat pergaulannya
kurang terkontrol, walaupun dia tinggal bersama kakek neneknya dia kurang
mendengarkan dan mengabaikan apa yang di bilang kakek neneknya, sehingga dia
sering bergaul bersama teman-temannya yang di atas usianya, Arfin mengikuti
bagaimana cara teman-temannya bergaul, pulangnya yang tengah malam bahkan
sampai nginap di rumah temannya dan kata-kata kotor di tempat tongkrongannya
sering terdengar, sehingga membuat Arfin sering telat berangkat ke sekolah,
sering tidur dalam kelas, dan bahkan dia sering membolos sekolah.
Neva Italia anaknya rajin dan pinter sebelum orang tuanya berpisah, tapi
semenjak orang tuanya berpisah dia menjadi anak yang pemalas, lalai, dan juga
faktor lingkungan dan pergaulannya yang sudah tidak ada yang mengontornya
sehingga dia jarang mengulang pelajarannya, dia lebih suka bermain bersama
teman-temannya, bahkan sampe dia ikut-ikutan mewarnai rambutnya seperti
teman-temannya lakukan, itu yang membuat dia tidak lagi mendapatkan juara di
kelasnya.
2. Faktor dari Dalam Lembaga/Madrasah
a) Kurangnya Pasilitas Pendukung
Salahsatu paktor yang menunjang keberhasilan dalam melakukan konsling juga
tidak terlepas dari sarana dan prasarana pendukung seperti tersedianya ruangan
khusus yang memadai sehingga proses konseling yang di jalankan bisa berjalan
dengan lancar dan nyaman, karena di MTs Nurul Iman NW Lokok Beru untuk
pasilitas ruangan BK masih sangat kurang sehingga menjadi salah satu paktor
yang membuat proses konseling kurang maksimal.
b) Kurangnya Kompetensi/Kemampuan Guru Bimbingan Konsling
Keberhasilan pelaksanaan konsling juga tidak terlepas dari kompetensi dan
profesionalitas seorang Guru BK, karena Guru BK yang akan menpasilitasi
konseli dalam proses perbaikan karakter seorang anak, di MTs Nurul Iman NW
Lokok Beru selain pasilitas yang kurang mendukung kemampuan Guru BK juga
masih kurang maksimal, karena Guru BK di sana hanya berbekal sebuah
pelatihan Majlis Guru Bimbingan Konsling (MGBK) hanya satu kali sehingga
kompetensi masih terasa kurang, karena tuntutan baik dari pemerintah maupun
sekolah yang mengharuskan ada seorang Guru BK yang bisa menyelesaikan
sebuah permasalahan yang di hadapi oleh anak didiknya, karena di sana belum
ada yang sarjana Bimbingan Konseling sehingga Guru yang seharusnya bukan
sebagai Guru BK di pilih menjadi Guru BK.