• Sebelum tahun 1975 , belum ada pembinaan dan pengawasan produksi. Sampel
yang diuji yang dikirim oleh perusahaan (belum mewakili), sehingga banyak timbul
reject.
• Tahun 1975, Deptan dan Depkes melakukan kerjasama di dalam pengawasan mutu
hasil perikanan, sertifikasi dilakukan terhadap ‘End Product”
• Tahun 1990, dimulailah pengenalan HACCP, terhadap beberapa perusahaan saja
hingga 1998.
• Tahun 2004, dimulailah penerapan HACCP secara keseluruhan dari mulai kapal,
tambak dan unit budidaya.
HACCP dikenal sebagai “Bukan Zero Risk System” artinya, bahwa HAACP bukan
menghilangkan bahaya, tetapi didesai untuk meminimalisasi resiko bahaya keamanan
makanan.
Oleh karena itu HACCP dikenal sebagai sistem yang menerapkan
sifat “preventif” bukan reaktif.
Didalam program pengawasan mutu hasil perikanan di Indonesia hingga saat
sekarang ini telah memberlakukan :
• Konsepsi HACCP
• Prosedur pengawas sanitasi (SSOP)
• Cara berproduksi yang baik (GMP)
Prinsip HACCP
Suatu sistem kontrol dan pencegahan masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-
titik kritis (critical points) didalam tahapan budidaya dimana kegagalan dapat menyebabkan
kerugian/bahaya/hazard.
Oleh karena itu didalam HACCP ditemui 3 (tiga) kata kunci , yaitu :
1. Definisi
Bahaya/hazard adalah suatu kondisi atau faktor baik biologis, kimia maupun fisik
yang dapat menyebabkan suatu produk/makanan tidak aman dikonsumsi atau merugikan
konsumen.
Analisa bahaya
Proses identifikasi atas bahaya didalam suatu proses/budidaya produk meliputi 3
(tiga) aspek, yaitu : aspek keamanan, aspek kesehatan dan aspek ekonomi.
Selain itu didalam menganalisa bahaya harus jelas terhadap :
• Definisi produk
• Penggunaan akhir produk dan konsumennya
• Karakteristik-karakteristik negatif yang dikendalikan
Food safety yang disebabkan karena faktor biologis ini bisa berasal dari mikroorganisme
yang patogen, misalnya :
Food safety yang disebabkan karena faktor kimiawi ini bisa berasal dari :
Food safety yang disebabkan karena faktor-faktor fisik seperti adanya pecahan kaca,
logam,plastik, rambut, tanah, pasir, kayu dll.
b). Wholesomeness
Yaitu kondisi kualitas dari suatu produk akibat terkontaminasi dari faktor-faktor
biologis, kimia atau fisika sehingga mengalami perubahan gizi/mutunya.
• Salah kabel
• Kurang berat
• Jenis tidak sesuai label
• Ukuran tidak sesuai
• Bahan tambahan salah
1. Upaya Pencegahan
• Pengendalian suhu/waktu
• Pemanasan dan pemasakan
• Pendinginan dan pembekuan
• Pengendalian pH
• Penambahan garam dan bahan pengawet
• Pengeringan
• Pengemasan
• Pengendalian sumber
• Pembersihan dan sanitasi
o Terhadap aspek kimiawi :
o Pengendalian sumber
o Pengendalian produksi
o Pengendalian pelabelan
o Terhadap aspek fisika :
▪ Pengendalian sumber
▪ Pengendalian produksi
▪ Pengendalian lingkungan
Prinsip 2: Mengidentifikasi CCP dengan Decision Tree
1. Identifikasi CCP
Yaitu penentuan CCP pada tahapan proses budidaya dimana akan menentukan jaminan
mutunya. Kemungkinan-kemungkinan tersebut pada tahap penerimaan, perendaman,
penyimpanan, penimbangan, pembekuan, pengepakan, pendistribusian.
Tahapan
Hazard P1 P2 P3 P4 CCP
Bahan Kimia Ya Tidak Ya Ya Tidak
Persiapan lahan
Penebaran
Bakteri Patogen Ya Tidak Ya Tidak Ya
Pemberian
pakan Bakteri Patogen Ya Tidak Ya Ya Tidak
Bahan kimia
Monitoring
pertumbuhan Bakteri Patogen Ya Tidak Ya Ya Tidak
Monitoring
Kualitas Air
Bakteri Patogen Ya Tidak Ya Ya Tidak
Monitoring
Hama dan
Penyakit Bakteri Patogen Ya Tidak Ya Ya Tidak
Panen dan
pasca panen
1. Batas Kritis
Definisi yang dimaksud dengan batas kritis (critical limit) adalah suatu kriteria yang
harus dipenuhi oleh setiap tindakan pencegahan pada suatu CCP.
Kriteria yang sering digunakan untuk batas kritis adalah : waktu, suhu, bahan
pengawet, kandungan air, pH, kadar Chlor, kadar garam, berat tuntas, isi dalam kemasan.
1. Aspek Batas Kritis
• Persyaratan umum
• Batas Penolakan
• Batas Toleransi
Sumber Informasi
Sebagai materi untuk menentukan suatu batas kritis dapat diperolah dari :
• Publikasi ilmiah
• Peraturan Pemerintah
• Tenaga Ahli
• Hasil Percobaan, penelitian dsb
- Lernea - zero
- Parasit - Argulus - zero
- KHV - zero
- Virus - TSSV - zero
- WSSV - zero
1. Prosedur Pemantauan
Definisi : Pemantauan adalah tindakan yang terncana dan berurut dari suatu observasi atau
pengukuran untuk mengetahui apakah CCP dalam kontrol dan menghasilkan catatan yang
akurat untuk verifikasi.
Kegiatan ini memerlukan tindakan manajemen yang sempurna, oleh karena itu didalam
prosedur pemantauan harus ditatapkan :
Untuk memudahkan didalam pemantauan CCP maka perusahaan harus harus menentukan
standar penolakan (defect), penyimpangan (deviations) dan kekurangan (deviciencies) serta
toleransi dengan menggunakan ketentuan nasional yang berlaku atau standar pembeli
(konsumen).
Tabel 4. Contoh Penetapan Prosedur Pemantauan
Pemantauan
CCP Hazard
Apa Bagaimana Frekuensi Siapa
Pengecekan Pengujian
ciri fisik, sampel Karantina
PenebaranVirus,bakteri
Pengecekan sebelum ikan
secara lab. penebaran
1. Tindakan koreksi
Ketika suatu penyimpangan (deviasi) terjadi melampaui batas kritis maka tindakan
koreksi harus dilakukan.
Definisi :
Tindakan koreksi adalah prosedur yang harus diikuti ketika suatu penyimpangan atau
kesalahan terjadi untuk memenuhi batas kritis.
Jadi, apabila pada suatu CCP batas kritisnya telah terlampaui maka akan menimbulkan
suatu masalah. Kondisi inilah perlunya diambil tindakan koreksi yang berdasar pada
catatan-catatan tertulis pada setiap CCP.
• Hasil pemantauan
• Kesulitan jangka pendek
• Penentuan penyebab
• Melakukan perbaikan
• Diproses kembali
• Dialihkan untuk penggunaan yang aman
Tahap IV
Jika produk yang mengandung hazard tidak dapat ditangani sebagaimana tahap III, maka
produk harus dihanguskan.
1. Ruang lingkup
Untuk dapat memudahkan suatu langkah penentuan tindakan koreksi dapat digunakan
pertanyaan-pertanyaan berikut :
• Apa sifat masalahnya
• Siapa yang bertanggung jawab melakukannya
• Apa bentuk tindakan koreksi yang dilakukannya
Batas Pemantauan
CCP Hazard
kritis Apa Frekuensi Siapa Tindakan
Pengecekan Pengujian
ciri fisik, sampel Karantina Pencegahan
Penebaran Virus,bakteri Zero
Pengecekan sebelum ikan penebaran
secara lab. penebaran
1. Pencatatan/Dokumentasi
_________________________________________
Tanggal :………………. Waktu pemeriksaan :……………..
Nama Lot :……………… Pemasok : ……………………………
Jenis udang:……………… Berat : …………………………….
Contoh 1 2 3 4 5
nomor
Kondisi
Bakteri
Virus
patogen
Sertifikat bahan tambahan ( ya / tidak ) : ……………………
Operator : ……………………..
Pemeriksa : …………………….. Tanggal : ………………….
Prinsip 7: Melakukan verifikasi
1. Verifikasi
Adalah suatu sistem pemeriksaan oleh pihak yang berkompeten untuk menentukan
efektif tidaknya suatu rencana penerapan HACCP.
Oleh karena itu, disebutkan dalam “ Definisi “ bahwa verifikasi adalah penerapan dari
suatu metode, prosedur pengujian dan audit sebagai tambahan kegiatan pemantauan untuk
memvalidasi dan menentukan kesesuaian dengan “Rancangan HACCP” perlu dimodifikasi.
1. Bentuk verifikasi
Hasil validasi
Pelaksanaan validasi akan menentukan :
Prosedur validasi
• Audit
• Pengujian produk akhir
Lembaga Pemerintah
Untuk pemenuhan didalam pembinaan dan pengawasan mutu hasil perikanan
pemerintah melalui Direktur Mutu dan Budidaya Hasil, telah
mengangkat dan mengambil sumpah Petugas Pengawas Mutu Hasil Perikanan. Yang mana
tugas yang diembannya berfokus pada masalah pengawasan, menggali informasi,
memeriksa, mencegah, mengambil contoh pengujian dll.