HACCP Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di dalam tahap penanganan dan proses produks
HACCP merupakan salah satu bentuk manajemen
resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan pendekatan pencegahan (preventive) TUJUAN HACCP • Untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tututan konsumen dan komplain konsumen
• Mengendalikan mutu makanan sejak bahan
baku sampai produk akhir diproduksi masal dan didistribusikan
• Sebagai alat promosi perdagangan di era
pasar global yang memiliki daya saing kompetitif. SEJARAH HACCP Tahun 1959 perusahaan Pillsbury di Amerika Serikat bersama dengan US Army Nautics Research and Development Laboratories, The National Aeronautics and Space Administration serta US Air Force Space Laboratory Project Group mengembangkan makanan yang aman untuk dikonsumsi astronot
Tahun 1971, HACCP ini dipaparkan kepada masyarakat
USA dalam Konferensi Nasional Keamanan Pangan.
Tahun 1973 diterbitkan oleh Pillsbury dan disambut
baik oleh FDA
1973 diterapkan dalam n untuk makanan kaleng di USA
SEJARAH HACCP Tahun 1985, The National Academy of Scienses (NAS) merekomendasikan penerapan HACCP dalam publikasinya An Evaluation of The Role of Microbiological Criteria for Foods and Food Ingredients
International Commission on Microbiological
Spesification for Foods (ICMSF) juga menerima konsep HACCP dan memperkenalkannya ke luar Amerika Serika
1993 Inggris lewat the Food Safety Act mewajibjab
HACCP PENGGUNA HACCP • Produsen primer (mis peternak, petani) • Pengolah primer (penjagalan, pabrik susu/gula, penyulingan minyak); • Pengolahsekunder (perusahaan makanan jadi & pengemas) • Pengelola jasa ketering / tempat penjualan Makanan • Pengecer (retailer) toko kecil pembuat roti • Konsumen (diterapkan di dapur RT) INDIKATOR HACCP BERFUNGSI
Angka keluhan pelanggan
Audit
Hasil uji
KEKELIRUAN UMUM TTG HACCP
Produk yang menerapkan HACCP
pasti memiliki mutu yang baik
HACCP berkaitan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja Konsep HACCP Menurut CAC (Codex Alimentarius Commission ) •Langkah 1. Pembentukan Tim HACCP •Langkah 2. Deskripsi Produk •Langkah 3. Identifikasi Pengguna •Langkah 4. Diagram Alir Proses •Langkah 5. Verifikasi Diagram Alir Proses •Langkah 6. Analisa Bahaya (Prinsip 1) •Langkah 7. Penetapan CCP (Prinsip 2) •Langkah 8. Penetapan Critical Limit (Prinsip 3) •Langkah 9. Pemantauan CCP (Prinsip 4) •Langkah 10. Penetapan Tindakan Koreksi (Prinsip 5) •Langkah 11. Verifikasi Program HACCP (Prinsip 6) •Langkah 12. Perekaman data (Prinsip 7) Tujuh prinsip HACCP 1. Identifikasi Potensi Bahaya 2. Tentukan Titik Kendali Kritis (CCP) 3. Tentukan Batas-batas Kritis 4. Pembuatan Sistem Pemantauan 5. Pembuatan Prosedur Tindakan Koreksi 6. Pembuatan Prosedur Verifikasi 7. Pembuatan Dokumentasi dan Pencatatan Tujuh Prinsip HACCP (Codex 1997b) Tabel 1. Jenis-Jenis Bahaya
Jenis Bahaya Contoh
Biologi Sel Vegetatif : Salmonella sp, Escherichia coli
Kapang : Aspergillus, Penicillium, Fusarium Virus : Hepatitis A Parasit : Cryptosporodium sp Spora bakteri : Clostridium botulinum, Bacillus cereus Kimia Toksin mikroba, bahan tambahan yang tidak diizinkan, residu pestisida, logam berat, bahan allergen Fisik Pecahan kaca, potongan kaleng, ranting kayu, batu atau kerikil, rambut, kuku, perhiasan Terdapat tiga potensi bahaya yang perlu dikenali yaitu bahaya fisika, kimia dan mikrobiologi. Bahaya fisika berupa benda asing, kerikil, besi, jarum, peniti dll. Bahaya kimia berupa; racun, bahan tambahan pangan yang tidak dianjurkan (formalin, metanil yellow, Rhodamin B dll). Bahaya mikrobiologi berupa bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit bagi manusia). Kelompok Bahaya Karakteristik Bahaya Bahaya A Produk-produk pangan yang tidak steril dan dibuat untuk konsumsi kelompok beresiko (lansia, bayi, immunocompromised ) Bahaya B Produk mengandung ingridient sensitif terhadap bahaya biologi, kimia atau fisik Bahaya C Proses tidak memiliki tahap pengolahan yang terkendali yang secara efektif membunuh mikroba berbahaya atau menghilangkan bahaya kimia / fisik Bahaya D Produk mungkin mengalami rekontaminasi setelah pengolahan sebelum pengemasan Bahaya E Ada potensi terjadinya kesalahan penanganan selama distribusi atau oleh konsumen yang menyebabkan produk berbahaya Bahaya F Tidak ada tahap pemanasan akhir setelah pengemasan atau di tangan kosumen atau tidak ada pemanasan akhir atau tahap pemusnahan mikroba setelah pengemasan sebelum memasuki pabrik (untuk bahan baku ) atau tidak ada cara apapun bagi konsumen untuk mendeteksi, menghilangkan atau menghancurkan bahaya kimia atau fisik Tabel 3. Penetapan Kategori Resiko
Karakteristik Kategori Jenis bahaya
Bahaya Resiko 0 0 Tidak mengandung bahaya A - F (+) I Mengandung satu bahaya B sampai F (++) II Mengandung dua bahaya B sampai F (+ + +) III Mengandung tiga bahaya B sampai F (+ + + +) IV Mengandung empat bahaya B - F (+ + + + +) V Mengandung lima bahaya B sampai F A+ (kategori VI Kategori resiko paling tinggi (semua khusus) dengan produk yang mempunyai bahaya A) atau tanpa bahaya B-F Titik Kendali kritis atau Critical Control Point (CCP) merupakan tahapan dalan rangkaian proses penyelenggaraan makanan yang harus dikontrol agar tidak terjadi kontaminasi pada pangan yang hendak diproduksi (keamanan pangan). Batas kritis (critical limit) adalah batas maksimum atau minimum dari setiap CCP atau merupakan toleransi yang harus dipenuhi agar menjamin CCP efektif dalam mengendalikan bahaya fisika, kimia dan biologi. Contoh Critical Limit (Batas Kritis) Pada CCP
Critical Control Point Komponen Kritis
Proses Sterilisasi Suhu awal
Makanan Kaleng Berat kaleng setelah diisi Isi kaleng Pemanasan hamburger Tebal hamburger Suhu pemanasan Waktu pemanasan
Penambahan asam ke PH produk akhir
minuman asam Deteksi logam pada Kalibrasi detektor pengolahan biji-bijian Sensitivitas detektor Sistem yang memungkinan seorang penyelenggara makanan minuman untuk memastikan bahwa pelaksanaan sistem HACCP tetap berjalan atau berhenti. Sistem pemantauan ini memuat tata cara dan langkah-langkah penting dalam menjaga konsistensi hasil sistem HACCP. Selanjutnya sistem Pemantauan ini disebut dengan SOP (Standart Operational Prosedure). Terjadinya deviasi (tidak sesuai dengan rancangan produksi) merupakan hal mungkin terjadi di lapangan, maka perlu ada prosedur tindakan koreksi. Prosedur Tindakan Koreksi berisi langkah-langkah atau tindakan- tindakan yang harus dilakukan pada saat hasil pemantauan menunjukan adanya penyimpangan yang tak terkendali dari hasil yang diharapkan. Tingkat risiko Tindakan koreksi / perbaikan Produk berisiko tinggi Produk tdk boleh diproses / diproduksi sblm semua penyimpangan dikoreksi/ diperbaiki Produk ditahan /tdk dpasarkan, & diuji keamannya Jika keamanan produk tdk memenuhi syarat, perlu dilakukan tindakan koreksi yg tepat
Produk berisiko Produk dpt diproses, ttp penyimpangan harus
sedang dikoreksi dlm wkt singkat (dlm bbrp hari atau minggu) Pemantauan khusus diperlukan sampai semua penyimpangan dikoreksi
Produk berisiko Produk dpt diproses
rendah penyimpangan harus dikoreksi /diperbaiki jika wkt memungkinkan Pengawasan rutin harus dilakukan untuk menjamin status risiko berubah mjd risiko sedang atau tinggi kan Perlunya dibuat pedoman atau ckeck list untuk memastikan sistem HACCP berjalan dengan benar. Setiap penyelenggaraan makanan dan minuman harus mendomukentasikan dan membuat catatan terhadap segala kejadian yang berkaitan dengan sistem HACCP. Meskipun nampak sederhana bagian ketujuh merupakan bagian yang cukup sulit diantara prinsip yang lain. Prinsip 1 : identifikasi bahaya Salmonella sp Prinsip 2 : CCP merebus telur Prinsip 3 : 100˚C 8 menit Prinsip 4 : melihat air mendidih dan waktu Prinsip 5 : jika belum mendidih waktu diperpanjang Prinsip 6 : pemeriksaan Salmonella sp Prinsip 7 : mencatat jumlah matang dan rusak, kejadian yang berlangsung Prinsip 1 : identifikasi bahaya Salmonella sp Prinsip 2 : CCP merebus susu Prinsip 3 : terbentuk busa Prinsip 4 : pengamatan busa Prinsip 5 : jika belum terbentuk busa waktu diperpanjang Prinsip 6 : pengamatan sisa busa Prinsip 7 : mencatat kejadian yang