Anda di halaman 1dari 4

IDUL ADHA 2022

Khutbah I
  (X 3( ْ‫×) هللاُ اَكبَر‬3( ْ‫×) هللاُ اَ ْكبَر‬3( ْ‫×هللاُ اَ ْكبَر‬
ْ َ ٌ َ َّ ُ َ َ َ َّ ُ ْ َ
ْ‫صاِئ ٌم َوافطرْ هللاُ اكبَرْ كلما ت ََرا َك َم َس َحابٌ َوا ْمطرْ َوكلما نَبَتَ نَبَات َوازهَر‬ َ ْ َ َ ‫صا َم‬ َ َ ‫هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّ َما هَ َّل ِهالَ ٌل َواَ ْبد ََر هللاُ اَ ْكبَرْ ُكلَّما‬
َ‫ضانَ َو ْعي َد ْاالَضْ َحى بَ ْع َد يَوْ ِم َع َرفَة‬
َ ‫صيا َ ِم َر َم‬ ْ ِ‫ اَ ْل َح ْم ُد هللِ الَّ ِذى َج َع َل لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ ِع ْي َد ْالف‬.. ْ‫ط َع َم قَانِ ُع ْال ُم ْعتَر‬
ِ ‫ط ِر بَ ْع َد‬ ْ َ‫ َو ُكلَّ َما ا‬.

َّ ِ‫ك ْال َع ِظ ْي ُم ْاالَ ْكبَرْ َواَ ْشهَ ٌد اَ َّن َسيِّدَنا َ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّشافِ ُع فِى ْال َمحْ شَرْ نَب‬
‫ي قَ ْد‬ ُ ِ‫ك لَهُ لَهُ ْال َمل‬ َ ‫اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
َ ْ‫َب َع ْنهُ ُم ال ِّرج‬
‫ اَ َّما‬. ْ‫س َوطَهَّر‬ َ ‫َلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَلِ ِه َواَصْ َحابِ ِه الَّ ِذ ْينَ اَ ْذه‬ َ ‫صلِّ ع‬ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫َغفَ َر هللاُ لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َو َما تََأ َّخ َر‬
َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن اِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫ فَيَا ِعبَا َدهللاِ اِتَّقُواهللاَ َح‬.‫بَ ْع ُد‬ 
 Jamaah Shalat Idul Adha RahimakumullahMarilah selalu memanjatkan syukur kepada
Allah SWT karena pada pagi hari ini kita masih diberikan karunia untuk melakukan shalat Idul
Adha di masjid yang penuh berkah. Demikian pula diberikan kesempatan bertemu keluarga,
sahabat, tetangga yang mungkin jarang kita temui di hari biasa. Karenanya, ini adalah waktu
istimewa yang disediakan untuk kita, umat Islam. Karenanya, mari aneka nikmat yang ada kita
pergunakan dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan takwallah yang diwujudkan dengan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Hadirin yang Berbahagia
Baru saja kita rebahkan diri kita, bersimpuh di depan pintu kebesaran Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Baru saja kita mengakhiri shalat dengan menyebarkan salam
sejahtera kepada semua makhluk sekitar. Sejak tadi malam sampai pagi ini, kita memenuhi
langit dengan suara takbir kita. Allahu akbar allahu akbar allahu akbar la ilahaillahu allahu
akbar. Allahu akbar walillahil hamdu.  

Di belahan dunia lain, di Mekah al-Mukkaramah, di hari-hari ini, jutaan umat Islam dari segenap
penjuru dunia berdatangan dan berkumpul di tanah suci melakukan ibadah haji. Gemuruh dan
gema kaum muslimin dan muslimat yang sedang menunaikan ibadah haji menyambut panggilan
ilahi dengan mengucapkan talbiyah. Labbaikallahuma labbaik. Labbaika la syarika laa labbaik.
Innal hamda wan nikmata la wal mulk la syarika laka.
Maasyiral Muslimin yang Dirahmati AllahIdul Ahda yang khas dengan ibadah kurban
merupakan bentuk rasa syukur pada Allah. Demikian ini karena banyaknya Allah telah
melimpahkan anugerah pada kita. Kita telah diberi banyak hal oleh Allah Subhanahu Wa Taala.
Anggota tubuh yang kita miliki dari mulai kepala, telinga, tangan, kaki, hidung, dan lain-lain.
Semuanya adalah nikmat yang tidak mungkin terbeli. Jika dihitung berapa nominal harganya,
pastilah tidak bisa dinominalkan. Pastilah bermiliar-miliar.
Demikian juga, udara yang dihirup, biji-bijian yang dimakan, kendaraan yang ditumpangi,
semuanya disediakan oleh Allah Subhanahu Wa Taala yang Maha-Pengasih dan Maha-
Penyayang untuk manusia. Wallahu khalaqa lakum ma fil ardli jami’a. Allah Subhanahu Wa
Taala telah menciptakan yang ada di dunia untuk kalian semua. Semua kalau dihitung dengan
nominal angka manusia, pasti tiada terhingga.    
Tentang syukur ini, Allah  berfirman: 
ْ ‫ت ُجنُوبُهَا فَ ُكلُوا ِم ْنهَا َوَأ‬
‫ط ِع ُموا ْالقَانِ َع‬ ْ َ‫اف ۖ فَِإ َذا َو َجب‬ َ ‫َو ْالبُ ْدنَ َج َع ْلنَاهَا لَ ُك ْم ِم ْن َش َعاِئ ِر هَّللا ِ لَ ُك ْم فِيهَا خَ ْي ٌر ۖ فَ ْاذ ُكرُوا ا ْس َم هَّللا ِ َعلَ ْيهَا‬
َّ ‫ص َو‬
َ‫َو ْال ُم ْعتَ َّر ۚ َك ٰ َذلِكَ َس َّخرْ نَاهَا لَ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬
Artinya: Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebahagian dari syiar Allah, kamu
memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu
menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh
(mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang
ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah
menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur. (QS. Al-Hajj: 36).
 
Maasyiral Muslimin RahimakumullahHari Raya Idul Adha selalu saja menjadi rekonstruksi
sejarah masa lampau. Sejarah kehidupan figur-figur agung para kekasih Allah Subhanahu Wa
Taala, yaitu figur Nabiyullah Ibrahim 'Alaihis Salam, figur sang anak hebat Nabi Ismail, dan
figur sang ibu luar biasa, Siti Hajar. Prosesi yang mengharu biru sejarah umat manusia adalah
penyembelihan Nabiyullah Ibrahim AS pada putra tercintanya Nabi Ismail yang akhirnya
diganti kambing oleh Allah. 
Selain sebagai bentuk kepatuhan pada titah Allah SWT, ibadah kurban adalah merupakan
bentuk solidaritas atas sesama yang tercecer dari mobilitas sosial. Untuk mereka, yakni orang-
orang fakir dan miskin. Apalagi, di tengah kondisi perekonomian yang lesu di negara Indonesia
imbas Covid-19, juga nilai tukar rupiah yang anjlok di kisaran Rp15.000,- dan menyebabkan
makin sulitnya kehidupan saudara-saudara kita, adalah kewajiban untuk membantu. 
Nabi SAW sangat mengecam keras orang yang enggan berkurban, karena dalam Islam ibadah
kurban bukan hanya ritus persembahan untuk meningkatkan spritualitas seseorang atau juga
bukan tontonan kesalihan orang kaya semata. Namun, lebih dari itu, kurban adalah dalam rangka
memperkuat kepekaan sosial, menyantuni fakir miskin dan membuat gembira orang sengsara.
Kurban mencerminkan pesan Islam bahwa seseorang hanya dapat taqarrub pada Allah, bila ia
sebelumnya telah dekat dengan saudara-saudaranya yang kekurangan. 

Hadirin yang Dirahmati AllahSelain itu, ada beberapa hal yang dapat kita petik dalam sirah
dan kehidupan agung Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.   Pelajaran pertama adalah pertanyaan
Allah Subhanahu Wa Taala pada Nabi Ibrahim, faiana tadzhabun. Ketika Nabi Ibrahim yang
dikenal kara raya dengan seribu ekor domba, tiga ratus ekor lembu, dan seratus ekor unta, beliau
ditanya: Hendak ke mana ia pergi? Maka beliau menjawab: Inni dzahibun ila rabbi sayahdin.
(QS. At-Takwir: 26). Artinya: Sesungguhnya aku pergi menghadap Tuhanku dan dia memberi
petunjuk padaku. 
Bagi Ibrahim, tujuan akhir hidup manusia bukan kekayaan, bukan pangkat, bukan jabatan dan
sebagainya, tetapi tujuan hidup manusia adalah Allah Subhanahu Wa Taala. Karena seperti
dimaklumi sebagai sunnatullah, manusia selalu bergerak sesuai naluri bawaan, ingin
memperluas wawasan dan pengalaman hidupnya. Untuk memfasilitasi manusia, maka
diciptakanlah berbagai sarana kehidupan mulai dari sandal, sepatu, jalan, kendaraan hingga
peralatan yang lain agar manusia bisa hidup dengan nyaman. Manusia juga membangun
jembatan, menggunakan jalur lautan dan juga udara. Manusia juga mengapling-kapling lautan
dan udara sedemikian rupa sehingga mengurangi kemacetan di daratan.   
Jamaah Shalat Id yang MuliaDalam perjalanan dan pengembaraan manusia secara fisik untuk
mengetahui luasnya dunia, pada akhirnya terhambat secara teknis. Kemacetan tetap terjadi di
daratan, lautan maupun udara. Oleh karena itu, manusia menciptakan internet dan teknologi
fotografi serta televisi. Di masa sekarang, manusia hanya dengan duduk di komputer atau
televisi, mereka sudah dapat menjangkau dunia yang lebih luas dan warna-warni, meskipun
disajikan dalam bentuk potongan gambar, rekaman video atau foto. Mereka menyebutnya
sebagai sebuah keniscayaan di era visual age.  
Islam –seperti diperlihatkan Nabi Ibrahim—mentrandensikan jalan menuju Tuhan sebagai jalan
kebahagiaan dan jalan menuju akhirat. Islam memberikan dimensi moral spritual agar aktivitas
manusia memiliki tujuan yang lebih bermakna, bukan hanya sekedar mobilitas fisik tanpa tujuan
yang bersifat ilahi. 
Pertanyaan Allah pada Nabi Ibrahim adalah pertanyaan moral yang penuh makna: Hendak
dibawa ke mana harta kita? Hendak dibawa mobil kita? Hendak dibawa ke mana jabatan kita?
Hendak dibawa ke mana pangkat kita? Hendak dibawa ke mana ilmu kita? Hendak dibawa ke
mana tubuh kita?   
Di tengah hiruk pikuk manusia dengan berbagai aktivitasnya, maka menjadi penting untuk
menanyakan kembali pertanyaan Ibrahim AS. Karena bisa jadi, yang primer bagi manusia secara
faktual dewasa ini adalah avoiding the pain, menghindari apa pun yang menyakitkan. Lalu
juga looking for the pleasure, mengejar apa pun yang dirasakan menyenangkan. Sehingga yang
muncul hanyalah kehidupan materi duniawi belaka. Sebagaimana dikatakan oleh Prof
Komarudin Hidayat, bahwa salah satu dimensi dan misi manusia sebagai moral being adalah
menegakkan nilai-nilai moral dalam kehidupannya di manapun berada. Moral being ini harus
diwujudkan dalam ruang-ruang kantor, di kamar rumah, di masjid, di restoran, di warung kopi
dan sebagainya.
Tujuan hidup kita, lagi-lagi seperti teladan Nabi Ibrahim, adalah harus tertuju pada Allah. Tuhan
semesta alam. Inna shalati wa nusuki wamahyaya wa mamati lillahi rabbil alamin.
Sesungguhnya shalatku, matiku, hidupku adalah untuk Allah. Setiap shalat, kita sudah seringkali
mengikrarkan dalam lisan kita.   
Hadirin yang Dimuliakan AllahPelajaran berharga lainnya yang kita bisa teladani dari Nabi
Ibrahim 'Alaihis Salam adalah bahwa tujuan tertinggi manusia adalah seperti doa Nabi Ibrahim.
Rabbi hab li minasshalihin. Ya Allah berilah kami anak-anak yang salih. Nabi Ibrahim meminta
anak yang salih. Bukan anak yang pintar, bukan anak yang kaya raya. Bukan anak yang punya
jabatan luar biasa. Bukan anak yang punya pangkat setinggi langit. Karena apalah arti anak
kaya, anak berpangkat dan jabatan, anak yang pintar tapi mereka tidak salih. Karena itu, kata
kuncinya adalah anak salih.

Untuk mewujudkan anak yang salih, tentu bukan hal yang mudah. Pertama: keluarga adalah hal
utama dan pertama dalam mewujudkan anak salih. Jangan remehkan peran keluarga. Anak yang
salih dan salihah, pasti tidak luput dalam pendidikan keluarga sejak dini seperti dilakukan Nabi
Ibrahim dan Siti Hajar. Keduanya berjibaku membentuk karakter Ismail sedemikian rupa.
Mereka mengajarkan pendidikan agama pada Ismail sejak dini. Ini sama dengan sabda Nabi
Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mendidik anak-anak muslim: Didiklah anak-anakmu pada
tiga perkara: Mencintai Nabimu, mencintai ahlu baitnya dan membaca Al-Qur’an. (HR.
Tabrani).     Dan sahabat Ali pernah berkata: 
ِ ‫َعلِّ ُموْ ا اَوْ اَل َد ُك ْم فَاِنَّهُ ْم َم ْخلُوْ قُوْ نَ فِي زَ َم‬
 ْ‫ان َغي ِْر زَ َمانِ ُكم‬
Artinya: Didiklah anak-anakmu karena mereka hidup di zaman yang tidak sama dengan
zamanmu.   

Jamaah yang BerbahagiaKedua, memberi keteladanan (uswah) pada anak-anak kita.


Bagaimana pun, keteladanan merupakan dakwah yang sangat manjur dalam mengarahkan anak.
Dengan keteladanan yang ditampakkan sehari-hari, maka yang demikian ini akan
mempengaruhi anak-anak. Keluarga yang mempertontonkan kejujuran dan kedermawanan akan
berpengaruh bagi anaknya. Sebaliknya, keluarga yang mempertontonkan kedustaan dan
kebakhilan juga akan anaknya meniru.
Karena itu, Abdullah Nasih Ulwan dalam kitab Tarbiyatul Aulad, mengutip syair Abul Aswad
Adduwali yang melontarkan kecaman bagi pengajar atau orang tua yang tindak tanduknya
bertentangan dengan ucapannya: 
َ‫صحُّ بِ ِه َوَأنتَ َسقي ُم َوتَراك‬
ِ َ‫ َك ْي َما ي‬# ‫َّقام َوذي الضَّنا‬ ِ ‫صفُ ال َّدوا َء لِذي الس‬ ِ َ‫َفسكَ كانَ ذا التَعلي ُمت‬ ِ ‫ هَاَّل لِن‬# ُ‫َيره‬ َ ‫يا َأيُّها‬
َ ‫الر ُج ُل ال ُم َعلِّ ُم غ‬
َ ‫ت عَنهُ فَأ ْنتَ َحكي ُمفَهُنا‬
‫ك يُقبَ ُل َما تَقو ُل‬ ْ َ‫ فَِإ َذا اِنتَه‬# ‫ َأبَداً َوَأنتَ ِمن الرَّشا ِد َع ِد ْي ُمفَا ْب َدْأ بِنَ ْف ِسكَ فَا ْنهَهَا عَن َغيِّهَا‬# ‫تُصْ لِ ُح بالرَّشا ِد عُقولَنا‬
‫ بِالقَو ِل ِم ْنك َويَ ْنفَ ُع التَّ ْعلِ ْي ُم‬# ‫َويَهتَ ِدي‬

Artinya:
Wahai orang yang mengajar orang lain
Kenapa engkau tidak juga menyadari dirimu sendiri.
Engkau terangkan bermacam obat bagi segala penyakit agar semua yang sakit sembuh.
Sedang engkau sendiri ditimpa sakit.
Obatilah dirimu dahulu. Lalu cegahlah agar tidak menular pada orang lain.
Dengan demikian, engkau adalah seorang yang bijak.
Apa yang engkau nasihatkan akan mereka terima dan ikuti,
ilmu yang engkau ajarkan akan bermanfaat bagi mereka.     

Ketiga, kumpulkan anak-anak kita dengan teman-teman yang baik atau teman yang salih atau
salihah. Teori habitus yang disampaikan oleh Pierre Bordieu menunjukkan bahwa habitus,
tempat di mana kita berada, sangat berpengaruh pada manusia, pada anak-anak dan juga kepada
adik-adik kita. Bordie menyebut habitus sebagai “struktur yang terstruktur”.
Habitus adalah “lingkungan dari kekuatan yang ada”. Almarhum KH Abdul Muchith Muzadi,
selalu memberi nasihat pada orang-orang: Lebih baik sekolah yang berakhalkul karimah
meskipun 'tidak bermutu' daripada 'bermutu' tapi tidak berakalakul karimah. Untuk memilih
pendidikan yang karena itu, carilah habitus yang baik-baik. Jangan terjerumus pada habitus yang
kurang baik sehingga menyebabkan kita masuk dalam habitus tersebut. 
Maasyiral Muslimin RahimakumullahDemikianlah khutbah yang saya sampaikan. Semoga
bermanfaat bagi kita semua.
   ‫ َونَفَ َعنِي َواِيِّا ُك ْم بما فيه‬.‫اركَ هللاُ لِي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ آ ِن ْال َع ِظي ِْم‬ َ َ‫صلَّي ب‬ َ َ‫بسم هللا الرحمن الرحيم قَ ْد اَ ْفلَ َح َم ْن تَزَ َّكي َو َذ َك َر ا ْس َم َربًِ ِه ف‬
ْ َ ِ‫ َوتَقَب َِّل هللا ِمنِّي َو ِم ْن ُك ْم ت‬.‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
‫الوتَهُ اِنَّه ه َُوال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم‬ ِ ‫ِمنَ اآليَا‬
 
Khutbah II
    ‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬.
‫َأ‬
‫ ْسبَ َغ نِ َع َمهُ َعلَ ْينَا‬.ُ‫أن اَل إلهَ إال هللا َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْيكَ لَه‬ ْ ‫ أشهَ ُد‬,‫إن تَ ُع ُّدوْ ا نِ ْع َمةَ هللاِ اَل تُحْ صُوهَا‬ ْ ‫ َو‬.‫اض نِ َع َمهُ َعلَ ْينَا َوَأ ْعظَ َم‬ َ َ‫الحم ُد هلل أف‬
ْ َ
‫ َمل ِكهَا َوإن ِسهَا َو ِجنِّهَا‬.‫ت‬ ْ َ َ
ِ ‫ َرسُوْ ٌل اِصْ طفَاهُ َعلى َج ِمي ِْع البَ ِريَّا‬.ُ‫ورسُوْ له‬ ُ َ ُ‫أن ُم َح َّمدًا عب ُده‬ ْ
َّ ‫اطنَهَا َوأشهَ ُد‬ َ
ِ َ‫ظا ِه َرهَا َوب‬
‫ص َّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫ض بُ ُد ً ِوهَا وقَ َراهَا ‪.‬اللهم َ‬ ‫ع األرْ ِ‬ ‫ال فِى بِقا َ ِ‬ ‫أهل ْال َك َم ِ‬‫على أل ِه وأصحاب ِه ِ‬ ‫صلِّ و َسلًِ ْم عل َى َسيًِ ِدنا محم ٍد َو َ‬ ‫اللهم َ‬
‫أل محم ٍد‪ ,‬كما با َر ْكتَ عَل َى إب َْرا ِهي َم‬ ‫ى‬ ‫عل‬ ‫و‬
‫َ ُ َ ًٍ َ َ ِ‬ ‫د‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ح‬ ‫م‬ ‫َلى‬ ‫ع‬ ‫ْ‬
‫ك‬ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫و‬ ‫‪,‬‬ ‫يم‬ ‫ه‬ ‫ا‬ ‫ر‬ ‫ب‬‫ْ‬ ‫إ‬ ‫أل‬ ‫َلى‬
‫ع‬ ‫و‬ ‫إبراهيم‬ ‫ى‬ ‫َ‬ ‫ل‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫ْتَ‬ ‫ي‬‫ًّ‬ ‫ل‬ ‫ص‬ ‫كما‬ ‫‪.‬‬ ‫د‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ح‬
‫َ ِ ُ َ ًٍ‬‫م‬ ‫نا‬ ‫د‬ ‫َّ‬ ‫ي‬ ‫س‬ ‫أل‬ ‫َو َعلَى‬
‫َ ِ‬ ‫َ َ ِ َ ِ‬ ‫َ‬
‫َ‬
‫إبراهيم فى العالَ ِم ْينَ إنًكَ حمي ٌد مجي ٌد‬ ‫أل َ‬ ‫و َعلَى ِ‬
‫ض َى‪ ‬‬ ‫َ‬
‫ت ويَا قا ِ‬ ‫َ‬
‫ت‪ .‬إنك سمي ٌع قريبٌ مجيبُ ال ًدع ََوا ِ‬ ‫ْ‬
‫ت األحيا ِء ِمنهُ ْم واأل ْم َوا ِ‬ ‫ت والمؤمنِ ْينَ والمؤ ِمنا ِ‬ ‫اللهم اغفِرْ لِلمسل ِميْن وال ُم ْسلِ َما ِ‬‫ْ‬
‫ُأ‬ ‫َ‬ ‫اَل‬ ‫حْ‬ ‫أصْ‬
‫ال ِه َى تبُوْ ر‪ .‬اللهم لِ ُو ة ُموْ ِرنَا‪.‬‬ ‫َ‬ ‫َّ‬
‫وجنبْنا ِمنَ الن َوا ِهى َوأع َم ٍ‬ ‫َّ‬ ‫ُور‪َ .‬‬ ‫ُّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ت‪ .‬اللهم َوفَّ ْقنَا لِ َع َم ٍل َ‬
‫َلى َم َمرِّ الده ِ‬ ‫ح يَبقى نف ُعهُ ع َ‬ ‫صالِ ٍ‬ ‫ال َحا َجا ِ‬
‫ك رحمةً‬ ‫ف بَ ْينَ قُلُوبِنَا وَأصْ لِحْ َذاتَ بَ ْينِنا‪  .‬ربنا ال تُ ِز ْغ قُلُوبَنَا بَ ْع َد ْإذ هَ َد ْيتَنَا َوهَبْ لَنَا ِم ْن لَ ُد ْن َ‬ ‫وبار ْك لنا فِى ُعلُوْ ِمنا وأ ْع َمالِنا‪ .‬اللهم َألِّ ْ‬ ‫ِ‬
‫الوهابُ ‪ .‬ربنا أتنا فى الدنيا حسنة وفى األخرة حسنة وقنا عذاب النار‬ ‫ك أ ْنتَ َ‬ ‫إن َ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ً‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬
‫بى ويَنهَى ع َِن الفحْ َشا ِء وال ُمن َك ِر‪ .‬يَ ِعظك ْم ل َعلك ْم تَذكرُون‪ .‬فاذكرُوا هللا‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬
‫إن هللاَ يَأ ُمرُك ْم بال َع ْد ِل واإلح َسا ِن وإيتا ِء ِذى القرْ َ‬ ‫َ‬ ‫عبا َد هللا!‪ً  ‬‬
‫يَ ْذ ُكرْ ُكم واش ُكرُوا عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم ‪.‬ولَ ِذ ْك ُر هللاِ أكبَر‬

Anda mungkin juga menyukai