Anda di halaman 1dari 5

Tugas Artikel

Nama : Ahmad Sa’id

NIM : 2018186201B0008

Tema : Peranan Kesehatan Mental dalam Menciptakan Kehidupan yang Bahagia di


Masyarakat

Tips Bahagia Bermasyarakat ala Rosulullah SAW.

Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu yang hidup bersama, bekerja sama


untuk memperoleh kepentingan bersama yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-
norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam lingkungannya. Dari anak-anak hingga dewasa
pasti kehidupannya tidak jauh dari masyarakat.

Akan tertapi, di dalam kehidupan bermasyarakat ini jauh lebih rumit dari kehidupan
keluarga, karna rentan terjadi perbedaan dan selisih dalam suatu persoalan baik pribadi
maupun umum. Sebabnya adalah setiap orang punya pendapat, pemikiran serta ego yang
berbeda-beda. Namun jika di keluarga sifat saling untuk menerima satu sama lain
cenderung labih mudah di dapatkan. Maka dari situlah menjalani kehidupan bermasyarakat
lebih rumit daripada menjalani kehidupan keluarga.

Setiap orang pasti menginginkan kehidupan yang bahagia di masyarakat, dalam hal ini
dapat kita ambil contoh dari hadist Rosulullah SAW., yang menjelaskan hak seorang
muslim kepada muslim lainnya. Sebagai berrikut:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau shallallahu
’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam
kepadanya; (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; (3) Apabila engkau
dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah
(mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan
’yarhamukallah’); (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan (6) Apabila dia meninggal
dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no.
2162]

Dalam hal ini Rosulullah sangat memperhatikan kita bagaimana cara kita hidup
bermasyarakat yang baik dan benar.

 “Hak muslim” adalah perintah yang dituntut untuk dikerjakan, benar-benar


ditekankan dan jangan sampai ditinggalkan. Hak ini mencakup wajib ‘ain, wajib
kifayah, dan perkara yang hukumnya sunnah.

 “Ada enam” tidak menafikan penyebutan lima perkara dalam hadits lain.
Sebagaimana kaidah dalam ilmu ushul “al-‘adad laa mafhuuma lahu”, jumlah di
sini tidak dijadikan patokan karena hak sesama muslim itu banyak sekali. Hak
sesama muslim itu tercakup dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ال يُْؤ ِمنُ َأ َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِحبَّ َأِل ِخي ِه َما يُ ِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬

“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya


sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari, no. 13 dan Muslim, no. 45; dari
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu). Juga tercakup hal ini dalam hadits yang semakna
dengan hadits ini.

 “Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya”, maksudnya memulai


salam dihukumi sunnah ‘ain jika sendirian. Ada bahasannya yang dimaksud di sini
adalah hukum yang kifayah.

Mengucapkan salam merupakan tanda cinta dan baiknya seorang muslim. Di


dalamnya berisi (1) doa keselamatan dari berbagai penyakit, kejelakan, maksiat,
serta selamat dari neraka; (2) doa rahmat supaya mendapat kebaikan; (3) doa
keberkahan supaya kebaikan itu langgeng dan bertambah.

Hendaknya mengucapkan salam kepada yang dikenal maupun tidak dikenal agar
ukhwah islamiyah terlihat seperti yang pernah di ajarkan Rosulullah SAW.

Entah itu ahli maksiat ataupun bukan selama ia muslim

Mengucapkan salam adalah sunnah dalam islam, para ulama sepakat dalam hal ini,
dan menjawabnya adalah wajib. Diterangkan dalam QS. An-Nisa’ ayat 86 yang
artinya; “Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka
balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan
itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

Tidak boleh memulai mengucapkan salam kepada non-muslim. Namun jika ia


mengucapkan salam, hendaklah membalas salamnya dengan ucapan semisal yang ia
ucapkan (tidak lebih dari itu), berarti jika ia mengucapkan “Assalaamu ‘alaikum”,
maka dijawab “Wa’alaikumus salaam”. Begitu pula jika ia ucapkan “Assaamu
‘alaikum (celaka kamu)”, maka dijawab “Wa ‘alaikum” atau “Wa’alaikumus saam”
(celaka juga kamu);

Ucapan salam lebih mulia dari ucapan “selamat pagi” dan semacamnya. Ucapan
selamat semacam ini bukanlah ucapan yang syar’i dan sama sekali tidak bisa
menggantikan ucapan salam; namun jika di ucapkan kepada non-muslim untuk
bentuk toleransi itu labih baik baginya daripada harus mengucapkan salam.

 “Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya”, maksudnya jika diundang


untuk menghadiri walimah atau selainnya, maka penuhilah undangannya. Kalimat
ini sebenarnya kalimat umum mencakup panggilan apa pun termasuk panggilan
untuk meminta tolong untuk membawakan sesuatu.
Menghadiri undangan di kalangan masyarakat adalah hal yang harus di penuhi
karna jika tidak ada kemungkinan baginya jadi buat bibir di masyarakat dan hal ini
akan berdampak tidak nyaman di kalangan masyarakat.

Namun jika ada halangan syar’I sebaiknya menyampaikan dengan baik kepada yang
mengundang.

 “Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya”, maksudnya adalah


meminta nasihat, yaitu meminta agar diberikan kebaikan kepada yang diberi nasihat
baik perkataan maupun perbuatan.

Ini adalah bentuk solidaritas kita dalam bermasyarakat yang baik, karna dengan
saling mengingatkan dalam kebaikan saja itu adalah hal baik apa lagi diminta
nasihatnya.

 “Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’),


doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’”. Maksudnya
‘’yarhamukallah’ (semoga Allah merahmatimu) adalah semoga Allah
memberikanmu rahmat dengan mengembalikan anggota badan yang bersin kembali
seperti semula dan tidak berubah.

Wajib mengucapkan tasymit (yarhamukallah) ketika ada yang bersin lantas


mengucapkan alhamdulillah. Berarti jika yang bersin tidak mengucapkan
alhamdulillah, maka tidak ada ucapan tasymit (yarhamukallah). Intinya, jika luput
dari mengucapkan alhamdulillah, akan ada dua kerugian: (1) nikmat memuji Allah
hilang; (2) nikmat didoakan oleh saudaranya ketika mendengarnya mengucapkan
alhamdulillah juga hilang. Tasymit adalah mengucapkan yarhamukallah jika ada
yang mengucapkan alhamdulillah sampai tiga kali. Jika sudah yang keempat
kalinya, maka ucapkanlah doa agar ia diberikan kesembuhan karena yang bersin itu
berarti sedang sakit, lantas mengucapkan “yahdikumullah wa yushlih baalakum”
(semoga Allah memberimu hidayah dan memperbaiki keadaanmu). Lalu jika non-
muslim mengucapkan alhamdulillah saat bersin, tidak dibalas dengan
yarhamukallah, namun langsung mengucapkan yahdikumullah wa yushlih
baalakum” sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempraktikkan
hal ini.

 “Apabila dia sakit, jenguklah dia”, maksudnya adalah mengunjunginya ketika


sakit. Disebutkan dengan kata ‘iyadah karena bisa jadi mengunjunginya berulang
kali. Orang yang sakit di sini bermakna umum, bisa jadi yang dikenal ataukah tidak,
baik yang termasuk orang dekat ataukah orang jauh.

Dalam bermasyarakat hal ini sangan dibutuhkan karna dalam bermasyarakat kita
tidak hidup sendiri dan jika kita peduli dan mau menjenguk sesama akan timbul hal
positif dari kedua belah pihak. Ikatan persaudaraan semakin dekat, tolong menolong
saling erat dan adanya tai persaudaraan antar sesame sehingga timbullah
keharmonisan dalam bermasyarakat

 “Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman)”,


maksudnya adalah jalanlah di belakang jenazahnya dari rumah atau dari tempat ia
dishalatkan hingga ke pemakaman.

Ke-6 hal adalah bentuk akhlak kita sesame muslim yang di ajarkan oleh Rosulullah.
Kanapa kita harus mengikuti Rosulullah? Karna Rosulullah sendiri berwasiat kepada
umatnya “Taraktu fikum amraini lan tuzhilluu maa tamassaktum bihimaa. kitaballah wa
sunnata rasullihi.” Yang artinya; “saya tinggalkan untuk kalian dua perkara yang tidak
akan menyesatkanmu selama kamu berpegang teguh padanya yaitu; Kitabullah (al-
Qur’an) dan sunnah-sunnahnya (hadist-hadist Rosulullah SAW).”

Anda mungkin juga menyukai