Pesan Verbal-Kel 4
Pesan Verbal-Kel 4
“Verbal Messages”
Disusun Oleh:
Kelompok 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pesan Verbal”
tepat pada waktunya, guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Komunikasi kami.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu yang
sudah memberikan bimbingannya, serta kontribusi para anggota kelompok,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami sadar bahwa makalah ini tidaklah sempurna. Namun, semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
bagi yang membaca dan tentunya bagi kami sendiri.
Kelompok 4
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Principle of Verbal Messages 5
2.1.1 Message are Packaged 5
2.1.3 Message Denotative and Connotative 7
2.1.4 Message Vary in Abstraction 7
2.1.5 Message Vary in Politeness 8
2.1.5.1 Politeness and Directness 9
2.1.5.2 Politeness In Inclusion and Exclusion 9
2.1.5.3 Politeness Online 10
2.1.6 Messange Can Be Onymous or Anonymous 10
2.1.7 Message Can Be Deceive 11
2.1.8 Message Vary in Assertiveness 14
2.1.9 Message Can Confirm and Disconfirm 16
2.1.10 Message Vary in Cultural Sensitivity (Pesan Bervariasi dalam
Sensitivitas Budaya) 21
2.2 Guidelines for Using Verbal Messages Effectively 26
2.2.1 Extensionalize: Avoid Intensional Orientation 26
2.2.2 See the Individual: Avoid Allness 26
2.2.3 Distinguish between Facts and Inferences: Avoid Fact-Inference
Confusion 27
2.2.4 Discriminate Among: Avoid Indiscrimination 29
2.2.5 Talk about the Middle: Avoid Polarization 29
2.2.6 Update Messages: Avoid Static Evaluation 30
BAB III PENUTUP 31
3.1 Kesimpulan 31
3.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
Biasanya kedua bahasa seperti verbal dan non verbal terjadi secara bersamaan,
maksudnya adalah perilaku antara keduanya saling mendukung satu sama lain.
Misalnya saja kamu tidak biasanya mengatakan kamu takut Ketika seluruh badan
kamu tenang. Dan kamu tidak biasanya mengekspresikan kemarahan dengan
postur tubuhmu namun kamu tersenyum. Kamu secara keseluruhan bekerja secara
Bersama secara verbal dan non verbal untuk mengekspresikan perasaan dan
pikiran kamu. Pencampuran antara sinyal verbal dan non verbal terlihat juga
membantu kita dalam berpikir dan mengingat (Iverson Goldin -Meadow, 1999).
Situs jejaring sosial memungkinkan kita untuk mengemas pesan kita dengan
klikan mouse yang sederhana, dan juga menggabungkan foto dan video dengan
postingan verbal kita. Bahkan di twitter yang hanya teks saja, kamu dapat
memposting URL ke foto, video dan situs ke tempat kita menguraikan tweet
sekitar 140 karakter kata.
Kita sering kali gagal untuk sadar akan “ pengemasan “ di pesan orang lain
karena ini terlihat sangat natural. Tapi Ketika pesan non verbal dari seseorang
berkebalikan dengan apa yang dikatakannya secara verbal, kita mengetahuinya
secara special. Contohnya saat seseorang mengatakan “ aku senang bertemu
denganmu “ tapi ia menghindari kontak mata dan melihat ke sekitar berarti orang
ini sedang melakukan pesan yang kontradiktif. Kita juga dapat menemukan pesan
yang kontradiktif atau pesan yang ambigu saat pasangan yang mengatakan
mencintai satu sama lain tapi terlihat menyakiti secara non verbal, seperti
terlambat saat datang ke kencan yang penting, menggoda orang lain, atau
menghindari sentuhan terhadap sesama.
5
Kesadaran dalam sifat komunikasi yang dikemas menghasilkan satu
peringatan untuk interpretasi yang terlalu mudah dari makna yang disampaikan
orang lain, terutama pada makna yang terungkap pada perilaku non verbal.
Sebelum kamu mengidentifikasi atau menebak makna dari setiap tingkah laku
atau kebiasaan lihatlah dari seluruh pengemasan pesan, bagaimana klaster tersebut
merespon dari konteks dan bagaimana peran dari perilaku non verbal yang
spesifik di dalam klaster itu. Seseorang yang menarik memberikan kedipan mata
ke arahmu mungkin menggambarkan “come on“ namun jangan mengeluarkan
kemungkinan bahwa ia sedang memperbaiki kontak lensanya.
Seperti ketika kamu ingin mengetahui makna dari kata “love” kamu akan
mencari pada kamus, disana kamu akan menemukan, menurut Webster: “the
attraction, desire, or affection felt for a person who arouses delight or
admiration.” tapi dimana kamu harus mencari jika kamu ingin mengetahui apa
yang pedro maksud ketika ia mengatakan “aku sedang jatuh cinta “ tentu kita akan
menanyakan langsung kepada pedro apa yang ia maksud dari kata katanya. Ini
adalah contoh dari makna bukan dilihat dari kata kata namun dari orang yang
mengatakannya. Akibat dari itu ketika ingin mengetahui makna suatu hal kita
tidak melihat dari kata kata tapi kita harus melihat orang tersebut. Dan juga harus
diketahui ketika kamu berubah dan berkembang kamu juga mengubah makna
yang telah kamu buat. Walaupun pesan yang kamu beri mungkin tidak berubah,
tapi makna yang kamu buat kemarin mungkin akan sedikit berbeda. Kemarin, saat
seseorang mengatakan “aku mencintaimu”, kamu menciptakan beberapa perasaan.
6
Namun hari ini ketika kamu mengetahui jika dia juga mengatakan hal yang sama
kepada 3 orang lain lainnya, kamu akan langsung merubah makna cinta itu
dengan hal yang berbeda. Karena makna dari satu orang ke setiap orang lainnya
unik dan berbeda, tidak ada pesan atau makna yang memiliki arti yang sama pada
dua orang yang berbeda. Karena inilah sering terjadinya kesalahpahaman yang
memicu timbulnya konflik interpersonal, karena dua orang atau lebih memberikan
interpretasi yang berbeda di tiap pesan atau makna, maka diperlukan adanya
analisis seperti memberi pertanyaan dan mencari elaborasi juga klarifikasi.
Pesan abstrak adalah pesan yang cakupannya lebih luas, umum serta tidak
konkrit dan spesifik. Pesan abstrak sangat subjektif tergantung cara orang
7
menginterpretasikannya. Contohnya jika disebutkan satu kata yaitu hiburan,
beberapa orang mungkin akan menginterpretasikan hiburan itu berfokus pada
film, yang lainnya pada musik dan yang lainnya mungkin komedi.
Agar pesan yang Anda sampaikan terdengar jelas, penting untuk memilih
kata-kata yang tepat. Kadang-kadang kata-kata yang umum dan abstrak mungkin
cocok untuk situasi tertentu, tapi kadang-kadang istilah yang lebih spesifik dan
konkrit akan lebih efektif. Sebagai contoh, ketika Anda menggunakan kata-kata
yang spesifik, Anda dapat membantu pendengar Anda memahami topik dengan
lebih baik.
Dalam situasi tatap muka, menggunakan istilah khusus dapat membantu
Anda menarik perhatian pendengar ke topik tertentu. Hal yang sama juga berlaku
saat menggunakan mesin pencari Internet, di mana dengan menggunakan
kata-kata khusus, Anda bisa menemukan informasi yang Anda butuhkan dengan
lebih mudah.
8
2.1.5.1 Politeness and Directness
9
2.1.5.3 Politeness Online
Beberapa pesan bersifat onymous atau “signed”; yaitu, penulis pesan bisa
diidentifikasi dengan jelas, seperti yang ada di buku pelajaran ataupun saat
berkomunikasi secara tatap muka. Dalam pesan jenis ini, kita memiliki
kesempatan untuk menanggapi langsung pembicara/penulis dan menyuarakan
pendapat kita, misalnya, persetujuan atau ketidaksetujuan kita. Lalu ada pesan lain
yang bersifat anonim, disini penulis tidak teridentifikasi. Misalnya, pada
kuesioner evaluasi fakultas, peringkat dan komentar dipublikasikan secara
anonim.
Internet sekarang telah sangat memudahkan anonimitas, sejumlah layanan
saat ini menyediakan pilihan untuk mengirim email ke atasan, mantan pasangan,
orang yang kita sukai, ataupun tetangga yang berisik secara anonim. Lalu, kita
tidak bertanggung jawab atas hasil pesan yang ditimbulkan, baik atau buruk.
Mampu mengekspresikan pemikiran yang tidak menyenangkan sambil tetap
anonim memiliki banyak manfaat, salah satunya adalah dapat mendorong
kejujuran yang lebih besar.
Orang-orang dapat mengekspresikan pikiran, kecemasan, harapan, dan
impian mereka yang terdalam dengan kedalaman perasaan yang mungkin mereka
ragu-ragu untuk melakukannya saat mereka tidak anonim. Ada banyak situs web
yang memungkinkan kita menjaga anonimitas kita tetap terjaga untuk penggunaan
10
ini. Dalam situasi ini, tidak hanya pengirim yang anonim, tetapi juga para
pembaca pesan kita, yang kemungkinan besar akan menginspirasi orang untuk
mengungkapkan lebih banyak informasi dan mengungkapkannya lebih dalam
daripada yang seharusnya.
Kelemahan yang jelas adalah bahwa anonimitas dapat mendorong orang
untuk bertindak ekstrim —untuk menyuarakan pendapat yang keterlaluan—
karena tidak ada konsekuensi terhadap pesan tersebut. Tentunya hal ini dapat
dengan mudah memicu konflik. Dengan pesan anonim, kita tidak dapat
mengevaluasi kredibilitas sumbernya. Nasihat tentang depresi, misalnya, mungkin
datang dari seseorang yang tidak tahu apa-apa tentang depresi dan mungkin
membuat rekomendasi yang tidak berguna.
11
sebagai hal yang positif (seperti yang kita harapkan untuk budaya yang
menekankan kesopanan), tetapi memuji perbuatan baik yang sama ini dipandang
negatif. (Lee et al., 2002).
Tipe-tipe penipuan:
● Penipuan Prososial: Untuk Mencapai Suatu Kebaikan
Kebohongan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bagi orang
yang dibohongi atau membohongi. Misalnya, memuji seseorang atas
pekerjaannya untuk meningkatkan kepercayaan dirinya atau mengatakan
bahwa ia terlihat hebat untuk membuat orang tersebut merasa senang.
Orang dewasa mungkin mengajarkan anak-anak tentang Sinterklas dan
peri gigi, misalnya, dengan alasan bahwa anak akan mendapatkan
keuntungan dari mitos-mitos ini.
12
diri Anda, Anda dapat mengutip prestasi Anda. Jika keberhasilan ini nyata,
maka strategi pengelolaan kesan ini tidak menyesatkan.
13
● Penipuan Antisosial: Untuk Menyakiti Seseorang
Kebohongan ini dimaksudkan untuk mencelakakan orang lain. Di antara
kebohongan-kebohongan ini adalah menyebarkan rumor yang tidak benar
tentang seseorang yang Anda benci atau menuduh kandidat
saingannya-sesuatu yang sering Anda lihat dalam perdebatan politik-akan
suatu kesalahan. Untuk memenangkan cinta dan kesetiaan anak, orang tua
yang berseteru dapat menuduh satu sama lain melakukan sejumlah
kesalahan. Mungkin contoh yang paling mencolok dari penipuan antisosial
adalah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang Anda lakukan sendiri.
Jika Anda tidak setuju dengan orang lain dalam suatu kelompok, apakah
Anda mengutarakan pendapat Anda? Atau Anda hanya membiarkan orang lain
memanfaatkan Anda karena Anda enggan mengatakan apa yang Anda inginkan?
Apakah Anda merasa takut atau tidak nyaman ketika Anda harus menyatakan
pendapat Anda dalam kelompok? Pertanyaan seperti ini menunjukkan tingkat
asertivitas/ketegasan seseorang.
Orang yang asertif memegang prinsip "Saya menang, Anda menang";
mereka menganggap bahwa kedua belah pihak dapat memperoleh sesuatu dari
interaksi interpersonal, bahkan dari sebuah konfrontasi. Orang yang asertif lebih
positif dan mendapat skor lebih rendah pada ukuran keputusasaan daripada orang
yang tidak asertif (Velting, 1999). Orang yang asertif/tegas bersedia untuk
14
menegaskan hak-hak mereka sendiri. Tidak seperti lawan yang agresif, mereka
tidak menyakiti orang lain dalam prosesnya. Orang yang asertif mengungkapkan
pikiran mereka dan mempersilahkan orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Sama seperti aspek komunikasi lainnya, ada perbedaan budaya yang luas
dalam hal asertivitas/ketegasan. Misalnya, nilai-nilai ketegasan lebih cenderung
diagungkan dalam budaya individualis daripada budaya kolektivis. Asertif lebih
dihargai oleh budaya-budaya yang menekankan persaingan, kesuksesan individu,
dan kemandirian. Hal ini kurang dihargai oleh budaya-budaya yang menekankan
kerjasama, kesuksesan kelompok, dan saling ketergantungan semua anggota satu
sama lain. Di beberapa budaya, asertif merupakan prinsip yang efektif tetapi di
beberapa budaya lainnya dapat menimbulkan masalah.
Banyak orang yang tidak asertif pada situasi tertentu, berikut cara
meningkatkan keterampilan asertif :
● Menganalisis komunikasi asertif.
Langkah pertama dalam meningkatkan keterampilan asertif adalah
memahami sifat komunikasi asertif. Amati dan analisis pesan orang lain.
Belajar membedakan perbedaan antara pesan asertif, agresif, dan non
asertif. Berfokuslah pada apa yang membuat satu perilaku asertif dan
perilaku lainnya tidak asertif atau agresif. Setelah memperoleh beberapa
keterampilan dalam mengamati perilaku orang lain, alihkan analisis ke diri
sendiri.
15
pendapat nantinya. Akan lebih baik jika ini dilakukan di depan teman atau
sekelompok teman yang dipercaya dan suportif karena akan memberikan
umpan balik yang berguna. Lakukan ini sampai akhirnya tidak memiliki
kesulitan atau ketidaknyamanan lagi.
16
esensi diskonfirmasi (Veenendall & Feinstein, 1995; Watzlawick, Beavin, &
Jackson, 1967).
Disconfirmation adalah pola komunikasi dimana kita mengabaikan
kehadiran seseorang dan juga komunikasi yang dilakukan orang itu. Kita
menganggap orang tersebut serta apa yang dikatakannya tidak penting. Ini
berbeda dengan rejection/penolakan yang berarti kita tidak setuju dengan pesan
yang disampaikan dan enggan untuk menerima apa yang dikatakan dan dilakukan
orang tersebut. Contoh: A berjanjian dengan B untuk bertemu, namun A datang
terlambat. Hal itu membuat B marah. Disconfirmation terjadi ketika A
mengatakan kepada B “Kamu cerewet. Saya tidak mau dengar lagi, baik saya
terlambat, lalu mengapa? Sekarang biarkan saya nonton dengan tenang.”
Kebalikan dari disconfirmation, Confirmation terjadi ketika kita
mengakui kehadiran orang lain serta menunjukkan penerimaan kita terhadap
orang tersebut, definisi diri orang dan hubungan kita sebagaimana didefinisikan
atau dilihat oleh orang lain tersebut. Mengonfirmasi tanggapan sering mengarah
pada peningkatan harga diri dan penerapannya di sekolah telah terbukti
mengurangi ketakutan siswa di kelas dan secara tidak langsung meningkatkan
motivasi dan pembelajaran (Ellis, 2004).
Dalam contoh di atas, bila yang terjadi konfirmasi A akan mengatakan “Maaf,
saya terlambat. Pasti kamu lelah menunggu saya. Tapi jalan tadi sangat macet,
saya tidak bisa berbuat apa-apa.”
Perbedaan antara Diskonfirmasi dengan konfirmasi.
17
Dalam diskonfirmasi, kita dapat mengidentifikasi beberapa pernyataan
yang mengandung unsur rasisme, heteroseksisme, ageisme, atau seksisme. Ketika
persoalan rasisme, heteroseksisme, ageisme, atau seksisme tersebut
mengambil-alih cara seseorang menyampaikan pesan verbal, maka yang terjadi
adalah komunikasi yang terjadi secara tidak setara atau bersifat dehumanizing.
● Rasisme
Menurut Andrea Rich (1974), "bahasa apa pun yang sadar atau tidak sadar
oleh pengguna, menempatkan kelompok ras atau etnis tertentu dalam
posisi yang lebih rendah adalah rasis." Bahasa rasis mengekspresikan
sikap rasis. Akan tetapi, hal ini juga memberikan kontribusi terhadap
perkembangan sikap rasis pada mereka yang menggunakan atau atau
mendengar bahasa tersebut. Bahkan ketika rasisme itu tidak kentara, tidak
disengaja, atau bahkan tidak disadari, efeknya secara sistematis merusak
(Dovidio, Gaertner, Kawakami, & Hodson, 2002).
Rasisme pada institusi atau lembaga terlihat dalam pola-pola. Seperti pada
kenyataannya, segregasi sekolah, keengganan perusahaan untuk
mempekerjakan anggota kelompok minoritas, dan keengganan bank untuk
memberikan hipotek dan pinjaman bisnis kepada anggota dari beberapa
ras atau kecenderungan untuk mengenakan suku bunga yang lebih tinggi.
18
- Menyertakan referensi ke ras jika tidak relevan, seperti dalam
"dokter bedah [nama ras]" atau "atlet [nama ras]."
- Mengaitkan masalah ekonomi atau sosial seseorang dengan ras
orang tersebut daripada, katakanlah, rasisme yang dilembagakan
atau masalah ekonomi umum mempengaruhi semua orang.
● Heterosexism juga ada pada tingkat individu dan kelembagaan.
Heteroseksisme individu terdiri dari sikap, perilaku, dan bahasa yang
meremehkan laki-laki gay dan lesbian dan termasuk keyakinan bahwa
semua perilaku seksual yang bukan heteroseksual adalah tidak wajar dan
patut dikritik dan dikutuk. Keyakinan ini adalah inti dari kekerasan anti
gay dan "bashing gay". Heteroseksisme individu juga mencakup
keyakinan seperti anggapan bahwa laki-laki gay atau lesbian lebih
cenderung melakukan kejahatan daripada heteroseksual (sebenarnya tidak
ada perbedaan) dan untuk menganiaya anak-anak daripada heteroseksual
(sebenarnya, penganiaya anak adalah laki-laki menikah yang sangat
heteroseksual) (Abel & Harlow, 2001; Koppelman, 2005). Heteroseksisme
institusional mudah diidentifikasi. Misalnya, larangan pernikahan gay di
sebagian besar negara bagian dan fakta bahwa saat ini hanya segelintir
negara bagian yang mengizinkan pernikahan gay adalah contoh yang baik
dari heteroseksisme institusional.
19
disconfirmation, seringkali keberadaan seseorang diabaikan karena
usianya.
Salah satu cara yang berguna untuk menghindari ageism adalah mengenali
dan menghindari stereotip tidak logis yang menjadi dasar bahasa ageist
dan memeriksa bahasa kita sendiri untuk melihat apakah kita melakukan
hal-hal berikut:
- Merendahkan seseorang karena dia lebih tua. Orang yang lebih tua
tidak secara mental lambat; kebanyakan orang tetap waspada
secara mental hingga usia lanjut.
- Segarkan kembali ingatan orang yang lebih tua setiap kali kita
bertemu dengannya. Orang yang lebih tua dapat mengingat banyak
hal.
- Menyiratkan bahwa hubungan romantis tidak lagi penting. Orang
yang lebih tua terus tertarik pada hubungan.
- Berbicara dengan volume yang sangat tinggi. Menjadi lebih tua
bukan berarti menjadi sulit mendengar atau tidak dapat melihat;
kebanyakan orang lanjut usia dapat mendengar dan melihat dengan
cukup baik, beberapa kali dengan alat bantu dengar atau kacamata.
- Hindari mengajak orang yang lebih tua untuk terlibat dalam
percakapan karena kita ingin terlibat. Orang lanjut usia tertarik
dengan dunia di sekitar mereka.
● Sexism. Sexism terjadi ketika seseorang bertindak atau memiliki
keyakinan tertentu didasarkan pada peran gender yang kaku. Misalkan,
menurut Felix Siau, perempuan yang bekerja dan lebih banyak di kantor
lebih layak disebut pekerja daripada ibu. Sexism bisa terjadi pada level
individu, misalkan perempuan berpikir bahwa seorang laki-laki tidak akan
bisa bersikap sensitif, atau pada level institusi, misalkan perusahaan tidak
mau mempekerjakan perempuan karena dianggap akan banyak bolos
untuk keperluan keluarga.
20
2.1.10 Message Vary in Cultural Sensitivity (Pesan Bervariasi dalam
Sensitivitas Budaya)
Istilah Negro dan kulit berwarna, meskipun digunakan atas nama beberapa
organisasi (misalnya, United Negro College Fund dan National
Association for the Advancement of Colored People), tidak lagi digunakan
di luar konteks ini. Orang kulit berwarna merupakan sebuah istilah sastra
yang terdengar cocok untuk berbicara di depan umum tetapi canggung di
sebagian besar percakapan lebih disukai daripada bukan kulit putih, yang
menyiratkan bahwa keputihan adalah norma dan keputihan adalah
penyimpangan dari norma itu.
21
Putih umumnya digunakan untuk merujuk pada mereka yang berakar pada
budaya Eropa dan biasanya tidak termasuk Hispanik. Serupa dengan
Afrika-Amerika, yang didasarkan pada tradisi panjang istilah-istilah
seperti Irlandia-Amerika dan Italia-Amerika adalah ungkapan
Eropa-Amerika. Namun, hanya sedikit orang Eropa-Amerika yang
menyebut diri mereka seperti itu. sebagian besar lebih suka menekankan
asal-usul kebangsaan mereka, seperti misalnya, di Jerman-Amerika atau
Yunani-Amerika.
Inuk (jamak Inuit), juga dieja dengan dua n (Innuk dan Innuit), lebih
disukai daripada Eskimo atau istilah yang digunakan Biro Sensus AS,
yang diterapkan pada masyarakat adat Alaska dan Kanada oleh orang
Eropa dan secara harfiah berarti “pemakan daging mentah.”
22
Kata India secara teknis hanya mengacu pada seseorang dari India, bukan
anggota negara Asia lainnya atau penduduk asli Amerika Utara. Indian
Amerika atau Amerika Asli lebih disukai,meskipun banyak penduduk asli
Amerika menyebut diri mereka sebagai orang india.
Muslim adalah bentuk yang lebih disukai untuk menyebut seseorang yang
menganut ajaran agama Islam. Quran adalah ejaan yang lebih disukai
untuk kitab suci Islam. orang Yahudi (jewish) sering lebih disukai
daripada orang Yahudi (jews) dan orang Yahudi (jewes) atau seorang
wanita Yahudi dianggap merendahkan. Akhirnya, istilah non Kristen harus
dihindari, karena ini mengartikan bahwa orang yang memiliki kepercayaan
lain menyimpang dari norma.
Ketika sejarah ditulis dari perspektif Eropa, Eropa diambil sebagai titik
fokus dan bagian dunia lainnya ditentukan berdasarkan lokasinya yang
relatif terhadap benua itu. jadi orang dari Asia adalah orang Asia, sama
23
seperti orang dari Afrika adalah orang Afrika dan orang dari Eropa adalah
orang Eropa.
● Afeksi Orientasi
Gay adalah istilah yang lebih disukai untuk merujuk pada seorang pria
yang memiliki orientasi afeksi terhadap laki-laki lain, dan lesbian adalah
istilah yang lebih disukai untuk seseorang wanita yang memiliki orientasi
afeksi terhadap wanita lain. homoseksual mengacu pada pria gay dan
lesbian dan menggambarkan orientasi seksual sesama jenis tetapi
umumnya dianggap menghina; karena wanita lesbian dan pria gay lebih
disukai. definisi gay dan lesbian melampaui orientasi seksual dan
merujuk pada identitas diri sebagai pria gay atau wanita lesbian.
Gay paling baik digunakan hanya sebagai kata sifat. karena sebagai
sebagian besar pemikiran ilmiah berpendapat bahwa seksualitas bukanlah
soal pilihan istilah orientasi seksual dan orientasi afeksi ini lebih disukai
daripada preferensi seksual atau status seksual yang juga tidak jelas.
Dalam kasus pernikahan sesama jenis ada dua suami dan dua istri dalam
perkawinan laki-laki setiap orang disebut sebagai suami dan dalam
perkawinan perempuan setiap orang itu disebut sebagai istri, jadi beberapa
pasangan sesama jenis terutama yang belum menikah itu lebih menyukai
istilah "pasangan" atau "kekasih".
● Usia kata orang yang lebih tua lebih disukai daripada kata tetua atau
sesepuh, lansia, lanjut usia atau warga lanjut usia yang secara teknis
mengacu pada seseorang yang berusia lebih dari 65 tahun. namun biasanya
istilah yang menunjukkan usia tidak diperlukan. kadang-kadang, tentu saja
kita perlu merujuk pada kelompok usia seseorang tapi seringkali usia itu
tidak relevan sama seperti istilah orientasi rasio atau afeksi biasanya tidak
relevan.
● Jenis Kelamin dan Gender Umumnya istilah gadis harus digunakan
hanya untuk merujuk pada perempuan yang sangat mudah dan setara
dengan laki-laki. wanita dievaluasi secara negatif oleh banyak orang
24
karena berkonotasi dengan stereotip wanita yang sopan. sebutan wanita
muda lebih disukai, istilah nyonya yang awalnya merupakan sebutan
kehormatan yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat sebaiknya
dihindari karena saat ini sering digunakan sebagai teks verbal untuk
berkomentar secara tidak langsung tentang usia atau status perkawinan
dari wanita tersebut.
● Transgender, orang-orang yang mengidentifikasi dirinya sebagai lawan
jenis dari jenis kelamin yang mereka miliki saat lahir dan yang mungkin
gay atau heteroseksual( laki-laki atau perempuan) disapa sesuai dengan
jenis kelamin yang mereka identifikasi sendiri. jadi jika orang tersebut
mengidentifikasi dirinya sebagai seorang wanita, makan sama feminim
dan kata ganti harus digunakan terlepas dari jenis kelamin yang mereka
identifikasi sendiri. jadi jika orang tersebut mengidentifikasi dirinya
sebagai seorang wanita, nama feminim dan kata ganti harus digunakan
terlepas dari jenis kelamin biologis orang tersebut. jika orang tersebut
mengidentifikasi dirinya sebagai laki-laki, maka nama maskulin dan kata
ganti harus digunakan.
● Waria orang yang kadang-kadang lebih suka menghilangkan pakaian dari
jenis kelamin selain dari yang ditugaskan pada mereka saat lahir dan
mungkin gay atau lurus mau laki-laki ataupun perempuan, mereka disapa
berdasarkan pakaian mereka. jika orang tersebut berpakaian seperti wanita
terlepas dari jenis kelamin ditentukan sejak mereka lahir ia di rujuk dan
disapa dengan kata ganti feminim dan nama feminim. jika orang tersebut
berpakaian seperti laki-laki terlepas dari jenis kelamin yang ditentukan
sejak lahir maka ia dirujuk dan disapa kata ganti maskulin dan nama
maskulin.
25
2.2 Guidelines for Using Verbal Messages Effectively
Dunia ini sangatlah kompleks, oleh karena itu kita tidak akan pernah bisa
mengatakan semua yang bisa dikatakan tentang apapun—setidaknya tidak secara
logis. Terutama ketika berhadapan dengan orang lain. Kita mungkin mengira
26
kalau kita tahu semua hal yang perlu diketahui tentang individu tertentu atau
tentang mengapa mereka melakukan sesuatu, namun jelas kita tidak tahu
semuanya. Ketika kita menganggap bahwa kita dapat mengatakan semua atau
telah mengatakan semua yang dapat dikatakan, kita masuk ke dalam pola
pemikiran tidak logis yang disebut allness (kesemuaan).
Misalnya, kita pergi kencan pertama dengan seseorang yang selama satu
jam pertama ternyata kurang menarik dari yang kita inginkan. Karena kesan
pertama ini, kita mungkin menyimpulkan bahwa dia adalah seseorang yang
membosankan. Namun bisa saja dia hanya sedang merasa tidak nyaman atau
pemalu selama kencan pertama itu. Masalahnya di sini adalah kita berisiko
menilai seseorang berdasarkan kenalan yang sangat singkat. Lalu, jika kita
mendefinisikan orang ini sebagai orang yang membosankan, kemungkinan besar
kita akan memperlakukan orang tersebut sebagai orang yang membosankan dan
memenuhi ramalan kita sendiri.
Benjamin Disraeli, Perdana Menteri Inggris, pernah berkata "Sadar bahwa
Anda bodoh adalah langkah besar menuju pengetahuan." Pengamatan ini adalah
contoh yang sangat baik dari sikap non allness. Jika kita menyadari jika masih ada
lebih banyak hal lagi untuk dipelajari, untuk dilihat, dan untuk didengar, kita akan
membiarkan diri kita terbuka terhadap informasi tambahan, dan kita juga akan
lebih siap untuk mengasimilasikan.
Beberapa orang terlalu sering menggunakan kata semacam "dan lain-lain."
diakhir kalimatnya untuk mengingatkan diri sendiri secara mental bahwa masih
ada lebih banyak hal yang perlu diketahui dan untuk dikatakan.
27
ketika kesimpulan diperlakukan sebagai fakta bahaya yang disebut dengan
fact–inference confusion (kebingungan fakta-inferensi).
Misalnya, kita bisa membuat pernyataan tentang objek/peristiwa yang
diamati, dan kita juga dapat membuat pernyataan tentang objek/peristiwa yang
tidak diamati. Dalam bentuk atau struktur, pernyataan ini serupa atau tidak dapat
dibedakan satu sama lain dengan analisis gramatikal apa pun. Misalnya, kita
mengatakan, "Dia mengenakan jaket biru" dan juga "Dia menyimpan kebencian
yang tidak masuk akal". Jika kalimat-kalimat ini dibuat menjadi diagram, mereka
akan menghasilkan struktur yang identik, namun itu adalah jenis pernyataan yang
berbeda. Di kalimat pertama, kita bisa mengamati jaket dan warna birunya;
kalimat tersebut merupakan pernyataan faktual. Tapi bagaimana kita mengamati
"kebencian yang tidak masuk akal"? Pastinya ini bukan pernyataan deskriptif
tetapi pernyataan inferensial, pernyataan yang kita buat bukan semata-mata atas
dasar apa yang kita amati saja tetapi atas dasar apa yang kita amati dan ditambah
kesimpulan sendiri.
Tidak masalah jika kita membuat pernyataan inferensial sebab kita juga
harus membuatnya jika ingin membicarakan banyak hal yang bermakna. Namun,
masalah muncul ketika kita bertindak seolah-olah pernyataan inferensial itu
adalah pernyataan faktual.
Perbedaan pernyataan inferensial dan pernyataan faktual dapat dilihat pada
tabel berikut:
28
sama pentingnya. Ditekankan kembali bahwa masalah akan muncul ketika
pernyataan inferensial diperlakukan seolah-olah itu adalah fakta. Pernyataan
inferensial dapat diungkapkan sebagai tentatif. Harus diketahui bahwa pernyataan
seperti itu mungkin saja salah, maka biarkan terbuka kemungkinan alternatif lain.
29
(dibandingkan dengan yang berlawanan) mungkin lebih sulit untuk dipikirkan dan
membutuhkan lebih banyak waktu. Tanggapannya juga harus berupa kata-kata
panjang atau frasa dari beberapa kata. Dan orang yang berbeda mungkin akan
kurang setuju pada tanggapan tengah ini daripada sebaliknya.
Anda dapat melihat contoh polarisasi pendapat tentang Timur Tengah,
dengan beberapa orang sepenuhnya dan sepenuhnya mendukung satu sisi dan
yang lain sepenuhnya dan sepenuhnya mendukung sisi lain. Tapi jelas ekstrim ini
tidak mencakup semua kemungkinan, dan pemikiran terpolarisasi benar-benar
mencegah kita untuk menerima jalan tengah yang luas yang ada pada semua
masalah tersebut.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain karena ada makna yang
dimengerti bersama. Makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki
pengalaman yang sama. Komunikasi akan berhasil apabila pesan yang
disampaikan tepat, dapat dimengerti dan dapat diterima oleh komunikan. Dalam
pesan verbal, ada beberapa prinsip yang ada seperti pesan denotatif dan konotatif,
pesan bisa menipu, dan pesan yang bervariasi dalam sensitivitas budaya. Selain
itu juga ada beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam pesan atau
komunikasi verbal seperti hindari orientasi intensional, hindari polarisasi, dan
hindari tindakan komunikasi pandang bulu.
3.2 Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
32