Anda di halaman 1dari 38

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

Halaman : 6 —1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

'6 . SAMBUNGAN

Sambungan didefinisikan sebagai segala yang menyatukan


batang—batang, dan harus dapat memindahkan beban—beban yang
ditentukan tanpa menimbulkan bahaya. Dalam bangunan baja, sam
bungan merupakan unsur yang sangat penting. Sambungan yang ti
dak direncanakan dengan baik dapat menyebabkan sifat _ sifat
suatu struktur menjadi tidak sesuai dengan apa yang telah di­
rencanakan .
Untuk bangunan baja bertingkat tinggi yang berbentuk —
rectangular, filsafat capacity Design mengharuskan terbentuk—
nya sendi—sendi plastis sebagian besar pada ujung balok-balok
nya dan tidak boleh terjadi Column Sway Mechanism diantara —
dua tingkat.
Untuk bangunan—bangunan bertingkat rendah dan pada bebe rapa -
bagian dari bangunan bertingkat tinggi (Gravity Loaded Domina
ted Frame), sendi-sendi plastis boleh terjadi pada ujung -
ujung kolom. Untuk bangunan—bangunan bertingkat rendah pele —
lehan yang terjadi pada komponen—komponen sambungannya dapat
diterima [19].
Penyelidikan menurut Prof. Popov memperlihatkan bahwa
energi dapat dipencarkan melalui kelelehan geser (shear yield
ing) pada panel zone, tetapi bagaimanapun juga setiap perubah
an bentuk dari sambungan (joint deformation) akan memperbesar
fleksibilitas dari struktur dan a^ibat alasan inilah untuk
bangunan bertingkat tinggi yang bergoyang disarankan urtuk mem
punyai sambungan yang kaku (rigid). Untuk sambungan dengan
menggunakan baut mutu tinggi sebaiknya dipratekan penuh (Fu -
lly Tightened Prestress) [19].
Dalam pembahasan ini tidak dibicarakan tentang keleleh
an geser (shear yielding) pada panel zone atau pada konponen—
komponen sambungan yang lain, meskipun hal ini diperbolehkan—
untuk struktur—struktur yang tidak lebih tinggi dari 10 m di—
mana tidak diperlukan Member Displacement Ductility yarg le -
bih dari 4.
Supaya kelelehan tidak terjadi pada sambungannya maka
untuk perencanaan sambungan sebaiknya direncanakan bahv\a sen­
di plastis pada balok terjadi diujung balok dan tidak pada
sambungannya. Untuk mendapatkan keadaan ini maka momen plas—
tis balok harus dikalikan faktor over strength untuk merenca
nakan sambungannya [19].
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —2
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

"6.1. JEN IS—JEN IS SAMBUNGAN

Metode disain sangat dipengaruhi oleh sifat sambungan


Bila metode disain struktur telah ditentukan, maka sambungan
sambungan yang direncanakan harus sesuai.
Berkaitan dengan metode disain, dikenal jenis— jenis sambungan
a. Sambungan fleksibel (Flexible Connection)
b. Sambungan kaku (Rigid Connection)
c. Sambungan semi kaku (Semi Rigid Connection)

o<e'<e>
$■ =0
-J.
-Su pp o sin g
member jj — ouPDOrfmq
1 ; c

member

It Loo ded
merr-ber I LoooecJ
member
to) S i m p l c jom l
(b) Semi-rigid )0l,*
Cyoe 2 tonsiruction) Ic) R i g i d join!
(ly p c 3 construction)
i iy oe 1 co n sJruciio n )

GAMBAR 6 .1.a .

(o )S im p le connection ( s e o l It)) S e m i - r i g i d c o n n e c t i o n (c) L i g h t rigid connectiori (lop


o n g l e w ilh l o p Clip o n g l e (lop ond s e o l o n g lt s ) ond Se o l o n g l c s w ilh
lor lo lero l S u p p o rt) (r o m i n g o n g l e s )

GAMBAR 6 .1.b .

6.1.1. SAMBUNGAN FLEKSIBEL (FLEXIBLE CONNECTION)

Sambungan Fleksibel dipergunakan pada struktur baja —


yang dianalisa menurut *Simple Design Method1. Tahanannya ter
hadap rotasi balok adalah kecil, sehingga mempunyai sifat se
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —3
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

perti sendi.
Sambungan yang sedemikian biasanya :
— Mudah dibuat
— Lebih murah
— Mudah pemasangannya
— Dianggap sebagai sendi.
Beberapa contoh sambungan fleksibel :

GAMBAR 6.2.

6.1.2. SAMBUNGAN KAKU (RIGID CONNECTION)


Sambungan kaku dipergunakan pada struktur baja yang di
analisa menurut Rigid Design Method. Sambungan ini sangat ka
ku terhadap rotasi balok dan mempunyai sifat yang mendekati
fully fixed.
Sambungan yang demikian biasanya :
— Lebih rumit pembuatannya
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : g _ 4
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

— Paling mahal dibandingkan dengan jenis yang lain.


— Sulit pemasangannya, lebih— lebih bila toleransinya sa
ngat ketat.
Beberapa contoh sambungan kaku :

ERECTION
CLEAT
I PREPARATION
FIELD
> < -> ^ P 'JT T WF.LD 'W E B COPES
FOR A CCESS TO
jJ^ B U T T WELDS

(a) Field w eld ed m o m e n t c o n n ectio n —


w i t h e r e c t i o n c l e a t (a ls o use f i l l e t
w e l d e d w e b cle a ts in li e u o f b e a m w e b w e l d s )

SHOP
c o n n e c t io n

FIELD SPLICE
( Either* b o lte d .w « id cd
b o ile d / w e ld e d ) (c) B o l t e d m o m e n t en d
p l a te c o n n e c t i o n
(b) S tu b girder c o n n e c tio n , fu lly
sh o p w e l d e d b e a m s t u b , sp lic ed
o n site.

R ig id c o n n e c tio n s

GAMBAR 6.3.

6.1.3. SAMBUNGAN SEMI KAKU (SEMI RIGID CONNECTION)

Sambungan ini dipergunakan pada struktur baja yang di—


analisa menurut 'Semi Rigid Design Method1.
Sambungan ini mampu memberikan tahanan yang cukup berarti ter
hadap rotasi balok. Karena distribusi momen yang terjadi me—
lalui sambungan ini dari ujung balok ke kolom, dimensi balok
yang diperoleh lebih kecil dari pada jika ujung—ujung balok
berupa sambungan fleksibel. Pada umumnya analisa portal de _
SKRIPSI / TUGAS AKH1R
Halaman : 6 —5
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

ngan metode ini sangat rumit [ 9]


Contoh sambungan semi kaku

Web side Dlatp c onnection as a semi-rigid

GAMBAR 6.4.

6 •1 .4-. HUBUNGAN MOMEN-ROTASI SAMBUNGAN

Di bawah ini diberikan perbandingan atau hubungan M—0


TjM 0 diagram) beberapa sambungan.

M-0 DIAGRAM
GAMBAR 6.5.

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 6
FAKULTAS TEKNIK SIP1L

trmnm !IMIIIHli
Tni\11ninrmTiTT^

umnm m Imu j
Miminj-im'iiun
*

a. Fully Welded Connection b. Bolted End Plate Connec


tion

GAMBAR 6 .5.a . GAMBAR 6 .5.b .

c. Bolted Tee Stub Connection d. Angle Seat Connection

GAMBAR 6.5.c . GAMBAR 6 .5.d .


-------------------------------------------------------------------------------- ------------- -------- ;----------------------------------------------------- ------ >.

SKRIPSI / TUGAS AKHIR


H a la m a n : 6 — 7
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

e. Angle Cleat Connection


GAMBAR 6.5.e .

6.2. PENERAPAN

Pembahasan ini dapat diterapkan untuk sambungan balok


kolom pada portal baja bertingkat banyak dimana akibat gempa
yang besar akan terbentuk cukup banyak sendi—sendi plastis —
dimana tiap—tiap batang secara individual dapat menahan dela
pan kali putaran deformasi plastis atau sama dengan Member —
Displacement Ductility sebesar 8 [19] Aksi komposit antara
balok baja dan plat beton pada struktur ini diabaikan.
Struktur portal dibagi menjadi 3 kategori :
1. Kategori I : Portal Daktail (Fully Ductile Response).
Balok yang direncanakan mengandung sendi—sendi plas—
tis yang dapat menerima deformasi plastis, yang le _

bih besar dari 4 termasuk dalam kategori I ini.


Menerut NZS, struktur dengan faktor K = 0,8—2 atau —
yang mempunyai daktilitas yn- > 2 dapat dimasukkan da
lam kategori I ini.
Untuk design portal daktail yang menggunakan balok-±
I dipakai faktor over strength = 1,5 [21].
\
SKR1PSI / TUGAS AKHIR
H ala m an : 6 —8
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

2. Kategori II : Portal yang mempunyai daktilitas terba- -


tas (Limited Ductile Response).
Balok—balok yang direncanakan mengandung sendi— sendi
plastis yang dapat menerima putaran deformdsi plastis
yang besar atau menerima cukup banyak putaran deforma—
si plastis yang sama dengan balok yang mempunyai Dis —
placement Ductility, / X , lebih kecil dari 4 dapat di—
masukkan dalam kategori II ini.
menurut NZS, struktur dengan faktor K = 2 — 6 dapat di
masukkan dalam kategori II ini.
Untuk mendesign portal yang mempunyai daktilitas terba
tas yang menggunakan balok I dipakai faktor over .—
strength = 1,35 [21].

3. Kategori III : Portal dengan Respons Elastis (elastic


Response)
Struktur dengan faktor K = 6 atau yang mempunyai d ak—
tilitas jtx. = 1 dapat dikategorikan dalam kategori III
ini .

6.2.1. PENGARUH SAMBUNGAN PADA PEMILIHAN FAKTOR K


Dalam memilih faktor K, harus di^erhatikan bahwa :
- Damping akan terjadi pada beberapa struktur, terutama
yang menggunakan sambungan baut.
- Beberapa keuntungan diperoleh dengan diijinkannya pe -
mencaran energi dalam sambungan.
Kedua hal tersebut dapat mengurangi faktor K dan peren
cana harus mempertimbangkannya pada permulaan disain [19].
Elastic damping untuk sambungan baut adalah 5 — 7 % dan u n—
tuk sambungan las 1/2 — i % [21].
6.2.2. CAPACITY DESIGN DAN OVER STRENGTH DARI SAMBUNGAN-
Tegangan leleh dari baja dapat bervariasi banyak de —
ngan nilai kepercayaan 95 % [19]. Baja mempunyai tegangan le
leh berkisar antara 236—361 M pa. Jadi perencana harus berha—
ti—hati dalam mempertimbangkan tegangan leleh dari batang.
Prosedur capacity design untuk portal daktail :
- Untuk batang yang memencarkan energi, ukuran batang —
harus berdasarkan tegangan leleh minimum (95 % nilai
kepercayaan).
_ Sambungan dan perletakan batang harus didisain over
SKRIPS1 / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —9
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

strength, dengan menganggap nilai dari lower yield —


strength (95 % of confidence limit), ditambah 15 % un
tuk strain hardening [19].
30 % faktor over: strength dapat menjamin bahwa samburx[
an dapat lebih kuat dari pada batang dengan memperhitungkan—
bahwa material over strength boleh 10 — 25 % lebih tinggi da
ri pada over strength sambungan [20].

6 .2 .2 .1 . SAMBUNGAN PADA PORTAL DAKTAIL


Struktur didisain untuk berkelakuan daktail penuh —
(fully ductile), dan batang—batang dipilih dan didetail un­
tuk menahan keruntuhan selama gempa. Batang yang tidak me ng
hamburkan energi tergantung pada capacity design, dan dike —
hendaki menjadi over strength pada saat penghamburan energi
Sebagai akibatnya, semua joint dan alat penyambung diperhi —
tungkan terhadap faktor over strength sesuai dengan energi
yang dip.'encarkan tanpa terjadi keruntuhan [19].
6 .2'.2 .2 . SAMBUNGAN PADA PORTAL YANG MEMPUNYAI DAKTILITAS -
TERBATAS
Struktur didisain untuk memikul beban gempa yang le
bih tinggi, tetapi kelakuan dari portal tidak diketahui.
Oleh karena itu, mekanisme keruntuhan harus dipilih dan -
prosedur 'Capacity Design' diterapkan.
Bagaimanapun prosedur Capacity Design dapat diabaikan yaitu
dengan mendetail sambungan sanggup menjamin daktilitas se—
dang dan sambungan didisain untuk memikul 10 % lebih besar
dari pada design. Untuk itu diperlukan syarat—syarat khusus
untuk menjamin supaya sambungan dapat mempunyai kelaku an—
yang baik terhadap gempa, antara lain, sambungan harus di—
las penuh (fully welded), tidak ada kenaikan tegangan, teh
nik pemasingan yang tinggi.

6 .2.2.3. SAMBUNGAN PADA PORTAL DENGAN RESPONS ELASTIS


Struktur didisain untuk memikul beban gempa yang le
bih besar lagi dan berkelakuan elastis. Prosedur disain —
yang umum yaitu dengan memakai alat penyambung (fastener )
yang dapat menahan beban pada batang.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 10
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

.2.3. FLOWCHART SAMBUNGAN YANG DIPENGARUHI PEMILIHAN FAKTOR


K DAN PROSEDUR DISAIN

Diberikan
Faktor Type Struktur
K
Fully Welded * Pemencaran ener
Mutu las dan Tipe Joint si khusus.
prosedur las khusus * Mekanisme pada—
Reduksi 20 % joint.
* Reduksi berda —
sarkan percoba—
an atau Engineer
ing Judgement.
* Fully welded * Sambungan baut * Sambungan baut
* Tidak ada prosedur * Kelakuan daktail * Detail untuk dak
khusus * Reduksi 20 % tilitas tidak di
* Tidak ada reduksi perhatikan.
* Tidak ada reduk—
si.

Faktor K yang direduksi

A .1 . Struktur B.l. Struktur dengan C.l. Struktur dengan


Daktail daktilitas ter— respon elastis
batas.

A.2. Joint didi— Goto A2 atau C.2. Tegangan maximum


sain over — yang terjadi.
strength. B. 2 Lengkapi dan
disain joint
Kontrol aksi yang daktail C. 3 Sambungan didi—
tidak boleh lebih
besar dari Kontrol aksi sain memikul be
C. 2. boleh lebih tidak ban 10 % lebih
tinggi dari reak
besar dari C.2 si batang yang
Tidak diperlu berkelakuan elas
kan capacity tis.
Design.

C.4. Tidak dtperlukan


Capacity Design.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 -1 1
FAKULTAS TEKN1K SIP1L

6.3. SYARAT—SYARAT ALAT PENYAMBUNG


6.3.1. LAS
Sambungan las akan baik selama 'cyclic loading' bila—
dikerjakan dengan teliti dan baik. Jika spesifikasi pembuatan
tidak ditulis dengan baik atau pengerjaannya tidak betul, —
akan terjadi keruntuhan awal (premature faiture) pada put ar—
.an beban yang sangat rendah (low number of cycles). Jadi pe —
ngerjaan las harus menjamin elemen didetail dengan tepat.
- Full penetration Butt Welds (las tumpul)
* Dapat memindahkan/menyalurkan gaya—gaya dengan baik
* Kekuatan bahan harus sesuai dengan ujung alat las
(parent metal).
— Fillet welds (las sudut)
Syarat—syaratnya ditentukan sebagai berikut :
* Las tidak boleh putus—putus (kurangi jumlah las —
yang putus—putus).
* Tebal las > 1/2 tebal plat yang dilas.
* Panjang efektif las = panjang sebenarnya - 2 x te -
bal las
* Tegangan yang terjadi pada las harus < 0,95x tegang
an tarik yang diijinkan.
* Tegangan geser yang terjadi pada las harus < 0,55 x
tegangan tarik yang diijinkan.
* Tegangan■pada ujung las (parent metal) harus dikon —
trol .

6.3.2. BAUT

Menurut Wood, Popov dan Pinkey, kenaikan energi yang di


pencarkan dapat dicapai bila detailnya baik dan didisain de -
ngan baut mutu tinggi (friction type) [19].
Faktor-faktor yang mempengaruhi disain dan bentuk sairbungan -
baut :
a. Ukuran lubang dan cara pembuatan.
b. Kondisi bidang sambungan (faying surface).
c. Apakah uliran (ulir baut) termasuk dalam bidang geser.
d. Prosedur pengerasan dan anggapan metode disain.
a . Lubang
Diameter lubang harus dib.uat 0,5 mm lebih besar dari pa
da diameter baut.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : <5 — 1 2
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Pukulan pada lubang akan mempengaruhi kelakuan sambuncj


an, terutama berhubungan dengan deformasi plastis. Re-
tak yang besar pada sisi luar lubang dapat menyebab —
kan brittle behavior, yang merupakan penyebab darike—
naikan tegangan [19].

b. Bidang sambungan (faying surface)


Kondisi bidang sambungan memegang peranan penting da—
lam disain bangunan tahan gempa. Wright dan Wood m ene
mukan adanya perbedaan response dari fully tightened—
connection (sambungan dipratekan penuh) yang diperla
kukan dengan sistim pengecatan (paint systems) yang
berbeda [19].

c. Keadaan ulir baut (thread)


Ulir di dalam atau diluar bidang geser mempengaruhi di^
sain baut pada cara pengerasan dan metode disain. Ulir
diluar bidang geser hanya diper-timbangkan untuk pdcer—
jakan besar dimana dipakai banyak baut [19].
d. Prosedur pengerasan dan metode disain
* 'Snug Tight Design'
— Lebih murah
— Tidak baik untuk beban gempa
— Tidak bisa dipakai untuk mencapai fully ductile be
havior
— Dapat dipakai untuk Limited Ductile Structure (Por
tal dengan daktilitas terbatas), dengan lubang -
yang ketat dan semua section dari sambungan harus
didetail dengan teliti.
* 'Fully Tightened Design1
— Baik untuk beban gempa
— Sambungan harus didesign tidak memikul slip
— Untuk sambungan fully ductile, lubang harus ketat
— Untuk sambungan 'limited ductile', lubang tidak -
perlu dibor pada toleransi.yang sama.
Perlu dicatat, bahwa pada kondisi selanjutnya ,
slip akan terjadi, yang mana akan meningkatkan defor­
masi struktur. Perencana harus memperhatikan hal ini.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman 6 -1 3
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

•6.3.3. PAKU KELING (RIVET)

Percobaan akhir—akhir ini menunjukkan bahwa paku ke —


ling baik untuk beban gempa dari segi mekanisme keruntuhannya
Paku keling tidak hanya menghasilkan 'damping force' seperti
baut mutu tinggi yang dipratekan penuh, tetapi juga mengisi—
seluruh lubang. Ini berarti sambungan dengan paku . keling da
lam geser memikul beban lebih besar dan kemungkinan slip le—
bih sedikit dibanding sambungan baut mutu tinggi t ipe geser
(high strength friction grip bolt) [19].
6.3.4. PRYING FORCES

'Prying forces'dapat timbul akibat fleksibilitas dari


T stub ataupun End Plate. Dalam pembahasan ini 'Prying Force'
tidak dimasukkan disebabkan beberapa hal :
a. Tidak ada hhrga yang pasti yang dapat diberikan.
b. Rumus-rumus yang diberikan biasanya konservatif.
q . Faktor kemanan terhadap beban ultimate kurang lebih se
besar 1,37 sehingga inasih cukup aman untuk menahan ke—
lebihan beban akibat Prying Force.
d. Perencanaan menjadi lebih sederhana.
e. Persyaratan tebal plat 25 mm mengakibatkan sambungan —
sangat kaku sehingga mengurangi aksi Prying Force.

6.4. PROSEDUR DESIGN SAMBUNGAN BAUT


Dalam bab ini dibahas maaam—macam sambungan baut untuk
struktur bertingkat tinggi dan rendah dimana tuntutan daktili
tas bisa rendah atau tinggi.
Pada bangunan yang direncanakan terhadap gempa sambuncj
annya harus diperhitungkan terhadap gaya sebesar 140 % dari
kapasitas momen plastis balok. Kambahan gaya sebesar 40 % ini
disebabkaR'Marena adanya strain hardening dan ketidak tepatan
mutu baja [17].
Dalam bab ini dijelaskan dengan memakai perhitungan se
cara plastis.
Bentuk sambungan yang dibahas yaitu :
— Bolted End Plate Connection.
— Bolted Tee Stub Connection.
— Bolted Flange Plate Connection.
Dari ketiga bentuk sambungan tersebut, Bolted End Plate
Connection mempunyai ketakuan yang paling baik dan lebih eko
nomis dari jenis yang lain [8, 9].

6.4.1. BOLTED END PLATE CONNECTION

GAMBAR 6 .6 .a .
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
H a la m a n : 6—15
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6 .6 .b .

Pemasangan baut at as dan bawah dibuat simetris karena dengan


demikian sambungan ini dapat menahan momen bolak balik (re­
versal loading) sehingga cukup tepat digunakan di Indonesia
yang merupakan daerah kemungkinan gempa yang cukup besar.
Untuk sambungan yang tidak direncanakan terhadap gempa da —
pat dipergunakan sambungan sebagai berikut [9,50].

GAMBAR 6 .6 .c .
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —1 6
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Bila sambungan menggunakan Bolted End Plates, tebal dari End


Plate harus lebih besar dari rumus di bawah ini :

t = Mu
(a)
(Tip hf ( —2B +

atau

t = Mu
(TiP h, B

Rumus (a) digunakan untuk Kategori II


Sedangkan rumus (b) digunakan untuk Kategori I.
Selain kedua rumus di atas beberapa syarat di bawah ini ha —
rus pula dipenuhi :
a. Semua sambungan mempunyai 8 baut
b. Diameter baut minimum = 20 mm dan max = 24 mm
c. t 25 mm, a ^50 mm, b ^ 50 mm, B ^ 60 mm.
LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN UNTUK SAMBUNGAN BOLTED END PLATE
1. Hitung Gaya—gaya yang terjadi
a. Sambungan tidak memakai haunch
MP = s - ^ i b
M u = 1 ,4 x M

51 Mu
D + D
gravitasi
c
Mu
+
Pt =
2

M
P~c = + N
h, 2

Sambungan memakai haunch


Bila sambungan dipakai haunch, maka sendi plastis—
akan terjadi pada perpotongan balok dan haunch {ti
tik A ).
Sehingga momen plastis yang bekerja pada sambungan
balok dan kolom (titik B) akan menjadi lebih besar

V
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : ^ ^ ^
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6 .7.a .

Sambungan End Plate Dengan Haunch


GAMBAR 6 .7.b .

Momen plastis yang bekerja pada sambungan balok dan kolom


(titik B) :
Mp (B ) = Mp(A) + D(A) . 1
Gaya geser yang bekerja pada sambungan balok dan kolom :
D (B ) = D (A )
Tegangan yang terjadi pada haunch harus dikontrol.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —1 8
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Kekuatan Baut
Ukuran baut Proof Load Thread Included Thread Excluded
M 143kN 15 ton 92 kN 9,5 ton 127 kN 13 ton
20
M 176kN 18 ton 114kN 12 ton 154 kN 16 ton
22
M A 205kN 21 ton 132kN 13,5 ton 184 kN 19 ton

1. Sambungan End Plate dan T stub dengan 4 baut yang letak


nya simetris terhadap sayapnya.
P,t
tb 4 < P 'tb
D
u

D
= Proof Load• 1 - (
tb Dub

/ Mu
(a
25 + ^ ,
hf <
C A

/ Mu
<
(b)
B

_t B- t
2
Rumus (a) digunakan untuk Kategori I I

Rumus (b) digunakan untuk Kategori I


Kekuatan Las
Pada proses pengelasan harus digunakan Full Penetration
Butt Welds atau Fillet Welds.
L. Las Sudut Pada Sayap
Tebal leher dari las sudut harus lebih besar dari sete-
ngah tebal sayap balok dan menyambung sampai 50 mm pada
bagian badan.
0,5 tsb
't
VT t
t
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 19
FAKULTAS TEKNIK S1PIL

4.2 Las Sudut Pada Badan


Lv = b,b — 2 tw T
Lv- -u hrf - 2t,
04.
b
P*. D
----------« 0,95 ^ 0,55 T
t, 2L uw tt .2Lv
t v
Joint Panel Shear

1. Kekuatan Bagian Badan dari Kolom


P 2 Pn
( ------ ) + ( ------E-------) « 1,0
Ak e ik 0,55 ^lk Abk

Z M
D = ----------D
P hf k

Pengaku diagonal atau plat badan ganda harus direncana


kan bila persamaan di atas tidak dipenuhi.
2. Pengaku Diagonal

' P,
ds = (Dp - 0,55
' (T\,
lk . AU1J
bk _-----
_
Cos 0-
P
A st = ds
--

9- = sudut antara pengaku dan garis herisontal.

3. Pelat Badan Ganda (Web Double Plates)

Dd = <DP - °'55 ^ i k •
t = ______^________
0,55 T ld . hk

Web Crippling dan Web Buckling pada kolom


1. Web Crippling
Pc « ^ l k • fcp (tsb + 2t + 5Kc)
2. Web Buckling
P s< Vk- B---------£
• t
0,6
Pengaku-pengaku diperlukan bila kedua rumus di atas ti
dak dipenuhi.

V______________ _______— ----------- — ------ ------ ------------ - J


SKRIPS1 / TUGAS AKHIR
Uglaman • V ^ ^
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

3. Pengaku

A st V,Is = Pc - (T-lk
,, . tp (tsb
, + 2t + 5 Kc )
136t
Syarat lebar pengaku (stiffener oustand) 4

t = tebal pengaku (mm)


Is = tegangan leleh pengaku (Mpa)

Kekuatan Sayap Kolom

tsk 5- 0,4 \/ tb'bb


Harus diberi pengaku atau plat ganda seperti pada 6.3 . bi
la persyaratan di atas tidak dipenuhi.
3.2. BOLTED TEE STUB CONNECTION

GAMBART6 .8 .a .
A
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman 6-21
FAKULTAS TEKIMIK SIPIL

■& &
,--- rfi------ ^ ,
— i|i r

SI
JZ -

%r-
L - J 4 J ------ LjJ----1 o
o

bt

GAMBAR 6 .8 .b .

Langkah— langkah pferencanaan untuk sambungan bolt:ed Tee Stub.


1. Hitung gaya—gaya yang terjadi
Mp = s 5Tlb
Mu = 1,4 Mp

Du = Lc - + D gravity
.

p = . + N

h,b ~ 2
p _ _Mu + N
° h,b ~ 2 -
2. Kekuatan Baut
Sama dengan pada sambungan End Plate (Bab 6.4.1 langkah 2)
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —2 2
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

'2.1. Sambungan dengan 4 baut yang letaknya simetris terhadap


sayapnya.
Pt
ptb = 7 < ptb
D
D = —
N
P^k = Pcoof Load • \ / 1 — ( —-— )2
Dub
n = i'05 pt 1 >05 pc
------- atau h =
Dub
u Dub,

3. Tebal sayap Tee Stub

Mu
V r lp • hb • B

Pt
— <0,55 . B :

4. Tebal Stem See Stub


t = .^ 05.Pt atau = 1°

Kontrol :
1,05 P
------------ < 0,85 7"
tt (bt - 2d) U

4.1. Bearing Stress


P
Pt_____ < 2,25 (T i atau — ------ < 2,25 ^
n.t.d. n.t.d.
dimana : V ^ = tegangan leleh dari plate atau balok
t = tebal terkecil dari plate atau sayap ba­
lok .
5. Kekuatan Las
Dipakai Full Penetration Butt Welds atau Fillet Welds
5.1. Sayap Tee Stub/Stem Filled Weld
tt , * 0,5 tt

tw ~

________ _____________________________________ _______________________________ - J


SKRIPSI / TUGAS AKHIR
H ala m a n : 6 23
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

lv = b,t — 2 . tw

^ 0,95 (T
tt , .2 lv UW

Joint Panel Shear


Kekuatan badan kolom

( — ----- ) + ( — E---------------- )‘ 4 1
Ak' ^ lk °'5 5 - t~lk- Abk

= 2 m u ------------------------- D

P Kb. k
Pengaku diagonal atau plat badan ganda harus dipakai bila
persamaan di atas fiidak dipenuhio
Persamaan untuk pengaku diagonal dan plat badan ganda sa—
ma dengan untuk End Plate.
. Web Crippling dan Web Buckling pada badan kolom
1. Web Crippling

Pc 4
lk . tp (t.t + 2t + 5 k c )
2. Web Buckling
Q~k . B . t
P B = panjang stiff bearing
0,6
Pengaku—pengaku diperlukan bila kedua rumus di atas ti—
dak dipenuhi.
3. Pengaku

A st . ST Is
•,_ = Pc — V'-,, tp (tt + 2t + 5 kc )
lk
Syarat lebar pengaku < 136 t

is
t = tebal pengaku [mm]
V' iq = tegangan leleh pengaku [Mpa]
Kekuatan Sayap Kolom

tsk °-4 V tt • bt
Bila persyaratan di atas tidak dipenuhi, harus diberi penga
ku atau plat ganda.

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 2 4
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

6.4.3. BOLTED FLANGE PLATE CONNECTIONS

B f

ip -il n j i ' iji 1 |

aF :
ii‘ ‘I1 'l1

GAMBAR 6.9.

Langkah— lanqkah perencanaan untuk sambungan Bolted Flange


1. Hitung gaya—gaya yang terjadi
Mp = s • r -lb

Mu - 1,4 x Mp
£M u !
Du = gravitasi
Lc
Mu | N
P+l = h, ~ 2
t-
b
Pr-* =Mu N
h, ~ 2
b
2. Kekuatan baut
Idem sambungan End Plate (bab 6.4.1. Langkah 2)

2.1. Flange Plate/Beam Flange Bolts


1,05 t P. 1,05
c P
n = atau n = --------
Dub Dub
n = jumlah baut
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —2 5
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Tebal Flange Plate


1,05'Pt 1,05•Pc
tt = e lp.bt n P .bt
1,05 P
Kontrol : --------- 1^ 0,85
(bt-2d)tt U

1. Bearing Stress

Pt P
------ < 2,25 , atau — --- --- < 2,25
n.t.d. n.t.d. 1
Dimana : V" ^ = tegangan leleh dari plate atau balok
t = tebal terkecil dari plate atau sayap ba­
lok .

Kekuatan las
Dipakai Full Penetration Butt Welds atau Fillet Welds.
1. Las sayap pelat

tt , > 0,5 tt

w V~2 •t. ,

lv — b, — 2 t
t w

Pt « 0,95 T
4- T 1 UW
t^_. 2 lv

Joint Panel Shear


F Dr,
(--------- )2 + (---E-----------)! 1.0
Ak' ^ lk 0,55 ^~lk' Abk

D = SMiJ---- _ Dk
P
Pengaku diagonal atau plat badan ganda harus direncanakan—
bila persamaan di atas tidak dipenuhi.

Web Crippling dan Web Buckling pada kolom


1. Web Crippling

Pc < S~lk • tp (tt + 5 kc>


2. Web Buckling
'A\ SKRIPS! / TUGAS AKHIR
■S] H ala m an : 6— 26
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

. B . t
P < ---------^ B = panjang stiff bearing
0,6
Pengaku—pengaku diperlukan bila kedua runras di atas ti—
dak dipenuhi.

6.3. Pengaku

A st • ^ l s = Pc “ r ik % (tt + 5 V
136 t
Syarat lebar pengaku ^ s
s

t = tebal pengaku [mm]


= tegangan leleh pengaku [Mpa]

7. Kekuatan sayap kolom


tsk » 0,4 V tt • bt

Bila persyaratan di atas tidak dipenuhi, harus diberi penga


ku atau plat ganda.

6.4.4. WEB SIDE PLATE

Digunakan pada Tee Stub dan Bolted Flange Plate Connec


tions.
Langkah— langkah perencanaan :
D = ■+ D
u gravity
D C
D = — < Eub
n Du
t
0,55. . L
IP
D„ _ D
— -------- < 2,25 atau — -- y- 4 2,25 V~,
n . t . d n ■t, .d ’ lp
lv = 1 — 2 tw

— ------ < 0,55 V*


t 21 v
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —2 7
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

^ Tebal plat t dengan jumlah baut


n dan diameter baut d.

GAMBAR 6.10.

6.5. SAMBUNGAN BRACING (BRACING CONNECTION)

• Untuk struktur yang didisain berkelakuan elastis sela—


ma terjadinya gempa, faktor struktur K diambil = 6,0. Dalam -
hal ini, prosedur Capacity Design’1 tidak dipakai. Prosedur Capaci
ty Design dipakai untuk struktur yang mempunyai faktor struk­
tur K yang rendah.

6.5.1. MENENTUKAN GAYA ULTIMATE [20]

- Crossbraced'Frame. K = 2.0 - 2,5. Tension Yielding


(leleh karena tarik).
* Tentukan gaya maximum dalam batang akibat kombina—
si pembebanan yang paling berbahaya.
* Pilih ukuran batang untuk memikul beban tersebut —
ultimate strength design.
* Berikan ukuran batang yang telah dipilih untuk me—
nentukan ultimate collapse load (beban keruntuhan-
ultimate) yang mana sambungan dikehendaki dapat me
nahan kondisi statis sebesar 8 kali beban bolak ba
lik. Dan tentukan nilai over strength yang dipakai
- Crossbraced Frame K = 1,6. Compression Yielding.
Karena hal ini sangat sulit dicapai dalam praktek, —
maka hanya mungkin didapat dengan rencana special —
energy dissipation (pe.mencaran energy yang khusus)
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : ®
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

— Eccentric K atau Z braced Frame K = 0,8 — 1.0


* Ukuran batang horizontal dipilih untuk menjamin
penghamburan energy oleh sendi plastis.
* Diperlukan bracing tarik/tekan yang dapat mena­
han ter^adinya sendi pada batang horizontal (ma
sukkan juga faktor over strength).
* Beban yang menyebabkan sambungan menjadi sendi—
atau beban yang menyebabkan bracing buckling (ma
na yang lebih kecil) harus didapat.
Dan berapa % faktor over strength yang akan dipa
kai untuk disain.

6.5.2. KESIMPULAN

1. Dalam mendisain sambungan, pemilihan faktor over —


strength sangat pentiing. 30 % faktor over strength —
bisa menjamin bahwa sambungan dapat lebih kuat dari
batang dengan memperhitungkan bahwa faktor over —
strength dari bahan boleh 10 — 25 % lebih tinggi dari
pada faktor over strength sambungan [20].
2. Sambungan baut harus didisain dengan working stress—
design dengan mengambil 0,8 kali beban pada sambung—
an dan mengambil pendekatan untuk faktor over strength
sebesar 1,3, serta mengijinkan kenaikan 20 % pada te—
gangan ijin untuk gempa [20].
3. Menurut NZS 3404, perhitungan kekuatan dari las, baut
dan paku harus dikalikan 1,67 (1/0,60) kali nilai —
yang didapat pada working stress design.

6.6 . SAMBUNGAN ECCENTRICALLY BRACED FRAMES

Disain dan Detail dari sambungan Active Link


Dalam bab ini dibahas 3 macam sambungan :
1. Sambungan Link Kolom.
2. Sambungan Link Brace.
3. Pengaku Badan (Web Stiffeners)
6.6.1. SAMBUNGAN LINK KOLOM
Utk EBFs dimana Active Link berdekatan dengan kolom,
perencana harus mengerti sifat dari respon inelastis dari —
portal untuk menjamin detail dari sambungan.
V _ --------------------------------------------- --- -------------- J
SKRIPS1 / TUGAS AKHIR
H ala m an : 6 — 29
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Jika Activa Links cukup panjang untuk diklasifikasi kan seba


gai moment links, kapasitas rotasi yang.dibutuhkan oleh sam­
bungan Link Kolom adalah kecil. Hal ini dapat dibuktikan de—
seperti pada persamaan (5.2).
Jika dipakai shear links, kebufcnhan/tuntutan daktilitas pada
Active Links dapat menjadi besar. Bila lihks ini leleh kare—
na geser, sambungan links kolom harus dapat membentuk kapasi_
tas leleh yang penuh (full yield capacity) dari active links
Untuk memperkaku links, strain hardening dapat menaik
kan kapasitas geser sebesar 75 % di atas batas leleh [29].
Hal ini harus diperhitungkan dalam mendisain sambungan badan
Gambar 6.11, baik untuk links dengan tuntutan daktilitas be—
sar.
Gambar 6.12 dipakai jika diinginkan pengiriman gaya lintang—
(shear) yang langsung, dimana dikehendaki fiull penetration —
web weld. Detail ini lebih mahal.
Untuk shear links dengan tentutan daktilitas rendah, 'bolted
web detail' seperti gambar 6.13 tiaras diperlengkapi kapasi —
tas yang cukup.
Sambungan geser harus didisain untuk dapat menahan kapasitas
geser dari penampang. Sayap—sayap balok harus dihubungkan de
ngan sayap kolom dengan 'full penetration welds' sehingga ka
pasitas momen yang penuh dari penampang dapat dicapai [29].
Untuk shear links dengan tuntutan daktilitas yang be—
sar, semua detail sambungan las, seperti pada gambar 6.14 ha
rus dipakai.
Untuk shear links dengan tuntutan daktilitas yang kecil, bo_l
ted web connections harus dipakai [29].
6.6.2. SAMBUNGAN LINK BRACE

Sambungan Link Brace harus didisain untuk mengembang—


kan kapasitas geser dari active link. Jika dipakai shear —
links, strain hardening dapat menyebabkan gaya bracing lebih
besar. Roeder dan Popov [1977] menganjurkan, sambungan Link—
Brace harus didisain 1 1/2 kali tegangan leleh geser (yield—
shear stress).

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —3 0
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Eksentris bracing menyebabkan active links mudah meng—


alami 'lateral torsional buckling'. Oleh sebab itu, ujung —
ujung link pada eksentris brace harus diberi lateral support'
Sambungan Link Beam: pada gambar 6.11 — 6.14 didisain untuk
mengurangi kecenderungan '.lateral torsional buckling'.

6.6.3. pengaku; badan(WEB s t i f f e n e r s )


Dengan memperlengkapi struktur dengan pengaku badan —
yang cukup, pengaruh yang merugikan dari web dan atau flange-
buckling pada active link dapat dihindarkan. Perlengkapan. ini
tergantung pada tuntutan daktilitas dari link. Dalam hal ini
ada 3 jenis links :
1. Links dengan tuntutan daktilitas yang kecil.
2. Shear Links.
3. Moment Links.

6 .6 .3.1. LINKS DENGAN TUNTUTAN DAKTILITAS YANG KECIL


Analisa dari pala keruntuhan plastis sering menunjuk —
kan bahwa link— link tertentu tidak akan mengalami deformasi —
inelastis yang besar. Link—link ini disebut 'Inactive Link',_
seperti links kiri. pada gambar 5.8.
Detail dari link ini dapat dilihat pada gambar 6.15.
Jika komponen vertikal dari gaya aksial bracing disalurkan me
lalui links ini, tegangan geser yang besar dapat ■
terjadi pada links ini. Oleh karena itu, untuk menghindari pe
makaian pengaku (stiffener), sesuai dengan analisa plastis, —
panjang link harus lebih kecil dari 25 t^, dimana t^ = tebal
badan balok [26,29]. Jika links yang pendek ini mempunyai ke—
tahanan yang baik techadap puntir, biasanya tidak diperlukan—
lateral bracing. Pada gambar 6.15 pengaku penuh harus dipa —
sang pada kedua sisi badan.
6 .6 .3.2. SHEAR LINKS
Pengaku pada shear link dipasang untuk mencegah dan —
mengontrol web buckling yang dapat terjadi selama deformasi—
inelastis yang besar. Disain pengaku dibagi menjadi 3 tahap:
jarak (spacing), dimensi (sizing), dan detail.

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
H ala m an 6 -3 1
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

6 .6 .3.2.1. JARAK PENGAKU


Menurut [27]. persamaan untuk menentukan jarak penga—
ku didasarkan pada jumlah enersi yang dipencarkan oleh shear
1ink.
2 persamaan empiris sebagai berikut :
*
= 90 - 9 In E x:
a_
(6 . 1 )
t, E-

= 94 - 14 In E_
(6 .2 )
E-
dimana t^ = tebal badan balok
a = dimensi minimum panfel, biasanya jarak antara —
pengaku.
*
Es = total enersi yang dipencarkan sebelum buckling
E- = total enersi yang disediakan link pada saat le
leh.
E = enersi yang diserap selama terjadinya prebuc —
kling cycle yang terbesar pada percobaan beban
bolak balik.

Persamaan [6.2] adalah konservative, Jika tidak didasarkan mo


notonic test.
Kebutuhan enersi yang dipencarkan dari active link harus di —
perkirakan dengan kebutuhan daktilitasnya.
Daktilitas diambil sebagai bermkut : T™ax (6.3)
vy
Dimana Vmax = 'max relative end displacement1 dari link
Vy = 'relative end displacement' pada keadaan le —
leh.
Untuk shear links, kebutuhan nilai cukup besar.
Untuk beban bolak balik, hubungan antara enersi yang dipen —
carkan dan kebutuhan daktilitas menurut [29] sebagai berikut
ESI - 2" &-( 1) (6.4)
E- ■ l
e
Dimana :f*- ^ = kebutuhan daktilitas pada putaran ke i.
Untuk monotonic loading, hubungannya dapat ditulis seba gai-
berikut
_ *
= 2 - 1 (6.5)
E. ev A
J
ti\ SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —3 2
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Nilai a/t^ harus diambil dari harga terkecil dari persamaan


(6 .1 ) dan (6 .2 ).
Jika bangunan terletak pada daerah dimana kemungkin—
an terjadinya gempa besar tinggi, nilai a/t^ berkisar anta
ra 25 - 30 [20 ].
Bila a/t^ < 20, ukuran balok harus diperiksa lagi.
Untuk EBFs, dimana shear links dekat dengan kolom, —
pengaku harus diletakan pada panel zone berdampingan dengan
sambungan link kolom.
Gambar detail lihat gambar 6.11 — 6.14.

6 .6 .3.2.2. DIMENSI PENGAKU


Setelah jarak pengaku ditentukan, ukuran pengaku ha—
rus ditentukan untuk memenuhi 2 kebutuhan dasar disain :
— Pengaku harus mempunyai kekuatan aksial yang cukup —
untuk mengijinkan badan mengalami tarikan.
^ Pengaku harus cukup kaku untuk mencegah buckling.
Gaya aksial pengaku badan, P^ = V~"u . t^ .

[ 1 - -t/h ,] (6.6)
V l + (a / h ) 2
dimana : T u = kekuatan ultimate dari material
t,b = tebal badan balok.
a = jarak pengaku
h = jarak bersih antara sayap.
Test shear link menunjukkan bahwa pelelehan dari pe—
ngaku tidak menghalangi kelakuan shear link, dan 'local —
stiffener buckling' tidak akan terjadi [29],
Luas yang diperlukan (A fc) untuk pengaku 2 sisi (two sided
stiffener).
A st = Ps bs * fcb
-- ----- §---- - (6.7)
v» 1 2
Untuk pengaku 1 sisi (one sided stiffener) :
= , , / s . bs ■ S ' (6 .8 )
st ’ 2
dimana : Pg = gaya pengaku, ditentukan dalam persamaan —
(6 .6 )
= tegangan leleh dari material pengaku

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6—33
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

bg = lebar sayap dari balok


t,b = tebal badan dari balok
Angka 2,4 merupakan faktor reduksi akibat eksentrisitas.
Pengaku satu sisi lebih ekonomis dari dua sisi karena
pengurangan biaya pengelasan [29].
Tebal pengaku (t ^ ) untuk pengaku dua sisi ditentukan sebagai
berikut :
ist = >xtB (6.9)
bs - %
Untuk pengaku satu sisi :
t' = 2_A'st ? t, (6 .10)
st ------ ' b
b s—t,b
Parameter terpenting dalam menentukan kekakuan lentur
dari pengaku yang dikehendaki ialah a/t^- Bila a/t^ untuk —
shear links kecil, kebutuhan kekakuan lentur (flexural rigi­
dity) pada pengaku tidak menjadi masalah [29].
6.6 .3.2.3. DETAIL PENGAKU
Langkah terakhir dalam disain shear link pengaku ba — .
dan ialah menentukan detail. Hasil test menunjukkan, pengaku
satu sisi menunjukkan kelakuan yang sangat baik. Pengaku sa­
tu sisi lebih ekonomis, karena mengurangi biaya pengelasan.
Macam—macam detail ditunjukkan pada gambar 6.11—6.14,
dimana ujung pengaku yang tidak fit diberi jarak k terhadap—
sisi luar dari sayap balok.
k = jarak permukaan luar sayap ke bawah badan. Dalam segala—
hal, las harus menerus pada 2 sisi dari pengaku.

6.6 .3.3. MOMENT LINKS


Dibagi 3 jenis tergantung panjangnya :
a. Link yang panjangnya antara e max dan 2 e max.
— Terjadi peralihan dalam kelakuan inelastis
— Pemasangan pengaku terluar tidak boleh melebihi 1 —
1 1/2 kali lebar sayap balok dari ujung—ujung link
— Jika pengaku terluar untuk kontrol sayap menjadi —
buckling, pengaku harus dipasang pada kedua sisi ba
dan balok dan dilas pada kedua sayap balok seperti—
pada badan.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —3 4
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

b. Link yang panjangnya antara 2 e max — 3 e max


— Kelakuan sendi momen (moment hinge) akan dominan,
dan 'web buckling' tidak menjadi masalah.
— Pengaku hanya ditempatkan 1 — 1 1/2 kali lebar sa
yap dari ujung—ujung link, seperti pada gambar —
6.16.
— Pengaku harus di las diantara sayap pada kedua si
si dari badan balok jika moment hinge terjadi pa—
da daerah ini selama kelakuan inelastis.

c. Link yang panjangnya lebih besar dari 3 e max


— Tidak diperlukan pengaku badan, karena rotasi sen
di momen (moment hinge) kecil.

GAMBAR 6.11.

SAMBUNGAN 'FULLY WELDED' DARI SHEAR LINK PADA


SAYAP KOLOM DENGAN 'FILLET WELDS’, BESERTA JA
RAK PENGAKU.
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman 6 -3 5
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6.12.

SAMBUNGAN 'FULLY WELDED' DARI SHEAR LINK PADA


SAYAP KOLOM DENGAN FULLY PENETRATION WEB WELD'
BESERTA JARAK PENGAKU

Vi
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman :
6-36
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6.13.
SAMBUNGAN 'BOLTED WEB, WELDED FLANGE' DARI
SHEAR LINK PADA SAYAP KOLOM, BESERTA JARAK
■ PENGAKU

J
/,s ^ P % SKRIPSI / TUGAS AKHIR
Halaman : 6 —3 7
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6,14.

SAMBUNGAN 'FULLY WELDED1 DARI SHEAR LINK


PADA BADAN KOLOM

DETAIL SAMBUNGAN SHEAR LINK YANG PENDEK PADA


SAYAP KOLOM

J
SKRIPSI / TUGAS AKHIR
H ala m an : g _ 3 g
FAKULTAS TEKNIK SIPIL

GAMBAR 6.16.

DETAIL INTERIOR LINK DENGAN PANJANG SEDANG


DIPERLENGKAPI PENGAKU LATERAL PADA GARIS B - B

Anda mungkin juga menyukai