Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN KOMPARATIF PEMBANGUNAN PERTANIAN

ANTARA TRANSMIGARN DAN MASYARAKAT PAPUA

Oleh:
ALOYSIUS YOBELIO BHAGASWARA

ABSTRAK

Transmigrasi merupakan suatu kebijakan pemerintah dengan memindahkan


penduduk dari wilayah yang padat ke wilayah yang masih dalam tahap
pengembangan. Transmigrasi bertujuan untuk memajukan kehidupan masyarakat
serta mempercepat proses pengembangan inovasi di wilayah yang dituju. Dalam
hal ini transmigrasi tersebut dilakukan oleh masyarakat luar Papua, yang
bertransmigrasi ke Papua. Dari kegiatan transmigrasi tersebut berkembang yang
namanya petani transmigran yang memiliki pola usahatani dan teknologi pertanian
yang berbeda dengan petani lokal Papua. Tulisan ini memberikan beberapa
pernyataan yang mengenai perbedaan petani lokal dan trasnmigran tersebut, serta
bagaimana perkembangan inovasi teknologi pertanian di Papua.

Transmigration is a government policy by moving people from densely populated


areas to areas that are still in the development stage. Transmigration aims to
improve people's lives and accelerate the process of developing innovation in the
targeted area. In this case, the transmigration was carried out by people outside
Papua, who transmigrated to Papua. From these transmigration activities,
transmigrant farmers have developed who have different farming patterns and
agricultural technology from local Papuan farmers. This paper provides several
statements regarding the differences between local farmers and transmigrants, as
well as how the development of agricultural technology innovation in Papua.

Kata kunci: Transmigrasi, inovasi pertanian, adopsi, petani Papua.

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian memegang peran penting dalam perekonomian Provinsi
Papua Barat. Sektro ini mampu menyerap banyak tenaga kerja, dan memberikan
sumbangan PDRB Papua Barat rata-rata sebesar 30 persen dengan tingkat
pertumbuhan yang relatif rendah yaitu 3,5 persen anatar tahun 2005 sampai 2006.
Hal ini memberikan indikasi bahwa kemiskinan terjadi pada penduduk yang
bermata pencaharian sebagai petani.
Ketertingalan pembangunan sektor pertanian Papua Barat disebabkan oleh
interaksi berganda antara faktor-faktor biofisik, sosial budaya, tekno-ekonomi dan
faktor politis. faktor-faktor tersebut menyebabkan proses adopsi inovasi sangat
lambat yang bermuara pada tingginya tingkat kemiskinan, rendahnya tingkat
kesejahteraan, serta rendahnya ketahanan pangan. Faktor penyebab
keterbelakangan tersebut meliputi: keterbatasan infrastruktur penunjang pertanian,
belum berkembangnya kelembagaan pertanian, terbatasnya jumlah maupun
tingkat keterampilan sumberdaya manusia pertanian, rendahnya minat investasi,
tidak kuatnya kepastian hukum berkenaan dengan penguasaan lahan, belum
berkembangnya teknologi pasca panen dan agroindustri, dan rendahnya akses
petani terhadap pasar.
Penduduk yang jarang, antara 10-14,7 jiwa/km dan tingkat teknologi yang
sangat sederhana, menyebabkan pertanian umumnya dilakukan secara tradisional
dan ekstensif. Intensifikasi pertanian hanya dapat dilakukan dengan program
transmigarsi dan mekanisasi pertanian.
Dalam melakukan pembangunan pertanian di tanah Papua, pemerintah
Indonesia mengadakan program transmigrasi. Transmigrasi sendiri merupakan
perpindahan penduduk dari suatu daerah yang padat penduduknya yang ditetapkan
di dalam wilayah Republik Indonesia, guna kepentingan negara dan alasan yang
dipandang perlu oleh pemerintah. Tujuan diadakannya transmigrasi ini adalah
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, serta pembangunan suatu daerah
yang dalam kasus ini pembangunan pertanian di Papua.
Masyarakat transmigran yang berasal dari pulau Jawa di Manokwari
berhasil mengubah tradisi pola tanam para petani lokal. Perubahan tersebut, yaitu
dari pola tanam berpindah-pindah lahan ke pola tanam di satu lahan sawah saja.
Perubahan pola tanam ini diharapkan memaksimalkan produktivitas dan
efektivitas. Perubahan tradisi pola tanam ini sudah dirasakan positif oleh para
petani lokal. Perubahan pola tanam ini menyusul adanya program cetak sawah di
Manokwari, Papua Barat. Program ini telah menyatukan tradisi pola tanam petani
setempat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaiaman implementasi teknologi pertanian di Papua Barat?
2. Bagaimana pola usahatani masyarakat Papua?
3. Bagaiaman pola ushatani masyarakat trasnmigran?
4. Bagaimana pengaruh teknologi PTT dalam usahatani?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui implementasi teknologi pertanian di Papua Barat.
2. Mengetahui pola usahatani masyarakat Papua.
3. Mengetahui pola ushatani masyarakat trasnmigran.
4. Mengetahui pengaruh teknologi PTT dalam usahatani.

II. PEMBAHASAN
2.1. Literatur Review
Implementasi merupakan mekanisme suatu sistem yang bermuara pada aksi,
aktivitas, tindakan serta mekanismenya. Implementasi juga merupakan kegiatan
yang terencana dengan baik untuk mecapai tujuan tertentu. (Nurdin Usman 2002,
dalam Sostenes 2016).
Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kebijakan menjadi
tindakan dan politik kedalam administrasi. Pengembangan kebijakan tersebut
dilakukan dalam rangka penyempurnaan suatu program. (Harsono H 2002, dalam
Sostenes 2016).
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditegaskan bahwa implementasi
merupakan suatu tindakan nyata dari sebuah rencana yang sudah diatur, untuk
menjalankan suatu program, dengan memperhitungkan sebab dan akibatnya.
Implementasi teknologi pertanian memerlukan tenaga seorang ahli yang
biasa disebut penyuluh, sementara kegiatannya tersebut disebut penyuluhan.
Seperti yang telah digambarkan Entis Sutisna (2014) dalam penelitiannya
menyangkut Analisis kebijakan Penyuluhan di Provinsi Papua Barat, bahwa
penyuluhan di Papua Barat masih lemah.
Kelembagaan penyuluhan sebagian besar belum terbentuk sesuai amanah
UU No. 16 tahun 2006. yang sudah terbentuk dan telah bekerja dengan sistematik
hanya pada tingkat Provinsi dan Kabupaten Manokwari. Program penyuluhan
yang berfungsi untuk memberikan arah, pedoman, dan alat pengendali pencapaian
tujuan penyelenggaraan penyuluhan belum dibuat oleh sebagian besar
kelembagaan penyuluh di lingkup wilayah provinsi Papua Barat. Kondisi seperti
ini tentu belum cukup untuk mempercepat proses adopsi teknologi. Sementara
tuntutan percepatan adopsi teknologi semakin banyak.

Petani asli Papua memiliki lahan yang cenderung berpindah-pindah,


kemudian dalam pengolahan lahan mereka lakukan secara manual. Sistem
usahatani petani Papua masih tradisionil dan subsisten, ini berarti petani Papua
hanya menggunakan hasil pertaniannya untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Inovasi yang dikembangkan oleh petani Papua yaitu belum beragamnya varietas
tanaman, kemudian tidak pemupukan, dan tidak ada pengendalian hama. Tenaga
kerja dalam usahatani ini dalaha kelurga sendiri. Pengolahan hasil panennya
masih sederhana, dan belum dilakukan pencatatan.
Petani transmigran memiliki lahan yang mentap, pengolahan lahan
dilakukan dengan cara manual dan mekanisasi menggunakan mesin seperti
traktor. Sistem usahatani petani transmigran adalah maju dan berarah kepada
agribisnis. Inovasinya berupa tanaman unggulan dan sudah dilakukan
pemupukan, dan pengendalian terhadap hama tanaman. Tenaga kerjanya diambil
dari keluarga dan ada juga yang melakukan sewa tenaga kerja. Untuk pengelohan
petani transmigran sudah melakukan pengolahan secara modern, dan sudah
melakukan pencatatan.
Penempatan transmigrasi secara berdampingan antara petani pendatang
dengan petani Asli Papua diharapkan dapat membantu percepatan pertukaran
informasi dengan saling melihat, saling berbagi pengalaman dalam menjalankan
usahataninya. Proses pembelajaran dan adopsi yang paling baik adalah dengan
melihat dan menerapkan secara langsung terhadap inovasi teknologi pertanian
yang diterima.

Salah satu upaya peningkatan produktivitas padi pada lahan sawah irigasi
dapat dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan
menggabungkan semua komponen teknologi usahatani terpilih yang serasi dan
saling komplementer (Suharyanto, 2015 dalam Entis 2017). Pelaksanaan program
PTT juga merupakan upaya percepatan adopsi teknologi dengan cara penerapan
sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT).

Pendekatan PTT ini dilakukan di Distrik Prafi Kabupaten Sorong. Dengan


pendekatan PTT, petani mendapat tambahan keuntungan sebesar Rp. 4.428.000/
ha/musim atau meningkat sebesar 37,2% terhadap petani non-PTT. Secara
statistik terjadi peningkatan pendapatan petani sebesar 76,12% melalui penerapan
komponen PTT jika dibandingkan dengan non PTT. Hasil analisis menunjukkan
bahwa perubahan teknologi menghasilkan tambahan penerimaan bagi petani
sebesar 2.611.800/ ha/musim.

2.2. Sintesa
Implementasi teknologi atau penyuluhan di Papua masih terbilang kurang
baik. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar badan penyuluh belum terbentuk.
Petani asli Papua dan petani transmigran memiliki perbedaan di pola
usahataninya. Perbedaan tersebut dapat dimanfaatkan pemerintah untuk
melancarkan kegiatan adopsi teknologi. Kegiatan adopsi dapat dilakukan dengan
memberikan ruang untuk para petani lokal dan transmigan untuk saling bertukar
informasi dan pengalaman. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk
meningkatkan pertanian di Papua adalah melakukan pendekatan PTT
(pengelolaan tanaman terpadu), yang dilaksanakan di Distrik Prafi Kabupaten
Sorong. Dari pendekatan tersebut terdapat perubahan yang terjadi dalam petani
yakni meningkatnya pendapatan.

III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan
1. Implementasi teknologi pertanian memerlukan tenaga seorang ahli yang
biasa disebut penyuluh, sementara kegiatannya tersebut disebut
penyuluhan. Penyuluhan di Papua Barat masih lemah. Kelembagaan
penyuluhan sebagian besar belum terbentuk sesuai amanah UU No. 16
tahun 2006. Kondisi seperti ini tentu belum cukup untuk mempercepat
proses adopsi teknologi. Proses pembelajaran dan adopsi yang paling
baik adalah dengan melihat dan menerapkan secara langsung terhadap
inovasi teknologi pertanian yang diterima

2. Sistem usahatani petani Papua masih tradisionil dan subsisten, ini


berarti petani Papua hanya menggunakan hasil pertaniannya untuk
kebutuhan hidup sehari-hari. Inovasi yang dikembangkan oleh petani
Papua yaitu belum beragamnya varietas tanaman, kemudian tidak ada
pemupukan, dan tidak ada pengendalian hama. Masih melakukan
pengolahan secara sederhana, dan tidak melakukan pencatatan.

3. Petani transmigran memiliki lahan yang mentap, pengolahan lahan


dilakukan dengan cara manual dan mekanisasi menggunakan mesin
seperti traktor. Sistem usahatani petani transmigran adalah maju dan
berarah kepada agribisnis. Inovasinya berupa tanaman unggulan dan
sudah dilakukan pemupukan, dan pengendalian terhadap hama
tanaman. Untuk pengelohan petani transmigran sudah melakukan
pengolahan secara modern, dan sudah melakukan pencatatan.

4. Salah satu upaya peningkatan produktivitas padi pada lahan sawah


irigasi dapat dilakukan melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT). Dengan pendekatan PTT tersebut dapat terbukti
meningkatkan pendapatan para petani dan dapat mendukung
swasembada pangan di Papua Barat.

3.2. Saran
Sebaiknya pemerintah berusaha lebih baik lagi dalam melaksanakan
penyuluhan yang dapat membina masyarakat Papua dalam melakukan inovasi
teknologi. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mendirikan badan-badan
penyuluh sesuai dengan undang undang.
DAFTAR PUSTAKA

Entis Sutisna, A. S. (2017). KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH


DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI PTT DI KABUPATEN
SORONG PAPUA BARAT. Buletin Agro-Infotek 3, 10 -12.
Hidayat, G. W. (2019). PERAN PETANI TRANSMIGRAN DALAM
PERCEPATAN DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
DI PAPUA. Jurnal Triton, Vol. 10, No. 1, 82-83.
Sostenes Konyep, E. S. (2016). STRATEGI DAN IMPLEMENTASI
DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN DI PAPUA
BARAT. Buletin Agro-Infotek 2, 99 - 101.
Supriadi, H. (2008). STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
DI PAPUA BARAT. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 4, 355.
https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/19565/t/
Petani+Transmigran+Ubah+Tradisi+Pola+Tanam+Petani+Manokwari
diakse pada 9 Desember 2021 pukul 08.10 WIT
https://jubi.co.id/transmigrasi-di-papua/ diakses pada 9 Desember 2021 pukul
10.30 WIT
https://disnakertrans.lomboktimurkab.go.id/baca-berita-178-mengulas--singkat-
pengertian-transmigrasi.html diakses pada 10 Desember 2021 pukul 19.00
WIT

Anda mungkin juga menyukai