Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SHARING SESSION/KNOWLEDGE SHARING

Disusun Oleh :

Elisa br Manik

JURUSAN KEPARIWISATAAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PERENCANAAN DAN PEMASARAN
PARIWISATA

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KEREATIF/


BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
POLITEKNIK PARIWISATA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan kasih-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, petunjuk dan juga pedoman bagi setiap direktorat
maupun karyawan untuk kedepannya dapat sharing session/knowledge sharing antar
direktorat maupun karyawan.

Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari akan banyaknya kekurangan
baik dari segi teknis maupun materi, mengingat kemampuan yang dimiliki penulis masih apa
adanya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan
makalah ini.

Akhirnya penulis sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak
untuk dijadikan acuan dan pedoman dalam sharing session/knowledge sharing antar
direktorat maupun karyawan nantinya.

Jakarta, 12 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah...........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................6
1.3 Tujuan........................................................................................................................................6
1.4 Manfaat......................................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................8
PEMBAHASAN...................................................................................................................................8
2.1 Pengertian Knowledge Sharing.................................................................................................8
2.2 Dimensi Knowledge Sharing......................................................................................................9
2.3 Sarana dan Alat Bantu Knowledge Sharing...........................................................................10
2.4 Faktor Pendorong Knowledge Sharing...................................................................................11
KESIMPULAN..................................................................................................................................12
SARAN...............................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kemenparekraf/Baparekraf memiliki tantangan terbesar yang dihadapi sebagai tourism
central dalam mewujudkan sharing session/knowledge sharing adalah menghapus kesan
birokrasi, kaku dan tertutup. Birokrasi menghambat tumbuhnya kreativitas dan
pengembangan pengetahuan. Kekakuan menjadikan organisasi sulit beradaptasi dengan
perubahan dan ketertutupan menjadikan organisasi tidak kredibel. Selain itu secara tidak
disadari telah tercipta suatu paradigma berpikir dibenak para pegawai, bahwa
Kemenparekraf/Baparekraaf adalah tourism central sehingga sebagian besar pegawai telah
merasa sangat nyaman dan enggan untuk melakukan perubahan. Di sisi lain
Kemenparekraf/Baparekraf sebagai tourism central memiliki fungsi sebagai guardian of
economy untuk menciptakan stabilitas perekonomian nasional yang harus selalu mengusung
informasi dan pengetahuan sebagai platform-nya dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, penting bagi Kemenparekraf/Baparekraf untuk


mengimplementasikan sharing session/knowledge sharing karena munculnya tuntutan publik
terhadap terwujudnya Kemenparekraf/Baparekraf yang kredibel, antisipatif dan tidak hanya
bersikap reaktif terhadap perkembangan yang terjadi. Dengan akan diadakannya sharing
session/knowledge sharing, besar harapan penulis jika nantinya pegawai melakukan interaksi
maupun komunikasi terkait tugas maupun pekerjaan dari masing-masing direktorat dan
pegawai lainnya jika terjadi semacam kebuntuan di dalam pekerjaan.

Oleh sebab itu dibutuhkan adanya budaya sharing session/knowledge sharing antara
pegawai sehingga informasi mengenai perkembangan dari lingkungan luar maupun dari
dalam dapat tersebar menyeluruh ke seluruh bagian dan tingkatan di dalam
Kemenparekraf/Baparekraf, sehingga knowledge yang dimiliki dari setiap karyawan tidak
terpendam di dalam diri masing-masing pegawai. Dengan adanya budaya sharing
session/knowledge sharing seperti ini, Kemenparekraf/Baparekraf dapat dengan cepat
mengetahui perkembangan mengenai kondisi Pariwisata terkini dan dapat beradaptasi
terhadap perubahan lingkungan yang dirasa semakin cepat. Untuk mencapai keberhasilan dari
sharing session/knowledge sharing di dalam organisasi dibutuhkan dukungan dari pihak
internal yaitu para pegawai yang ada di organisasi. Sharing session/knowledge sharing yang
baik dapat meningkatkan kinerja karyawan, yaitu dengan adanya knowledge
sharing/knowledge sharing, sehingga kinerja perusahaan secara tidak langsung akan
meningkat dan memiliki keunggulan bersaing.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penting yaitu :

1. Bagaimana kegiatan sharing session/knowledge sharing dapat diterapkan


dilingkungan Kemenparekraf/Baparekraf?
2. Apakah sharing session/knowledge sharing ini bermanfaat jika diterapkan
dilingkungan Kemenparekraf/Baparekraf?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini ialah :

1. Menjawab pertanyaan akankah kegiatan sharing session/knowledge sharing dapat


diterapkan dilingkungan Kemenparekraf/Baparekraf
2. Akankah kegiatan sharing session/knowledge sharing ini nantinya dapat bermanfaat
di setiap direktorat maupun karyawan
3. Menjadi acuan dan pedoman bagi setiap direktorat dan karyawan untuk saling
memahami tugas dan tanggung jawab bukan hanya di direktorat dimana pegawai
bekerja, namun juga dari direktorat yang lainnya.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat pembuatan makalah ini ialah :

1. Bagi Perusahaan
a. Mendapatkan data secara sistematis dan detail yang dapat dipertanggungjawabkan
tentang pelaksanaan program berbagi pengetahuan (sharing session/knowledge
sharing) di lingkungan kerja karyawan perusahaan.
b. Sebagai bahan informasi dalam pelaksanaan berbagi pengetahuan (sharing
session/knowledge sharing) pada setiap direktorat
c. Sebagai bahan masukan untuk karyawan tentang manfaat pelaksanaan berbagi
pengetahuan (sharing session/knowledge sharing) di lingkungan kerja.
2. Bagi Penulis
Sebagai sarana untuk mendapatkan contoh nyata praktik berbagi pengetahuan di
perusahaan dengan harapan dapat terus menanamkan budaya berbagi pengetahuan
untuk melakukan perbaikan atau belajar terus menerus
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Knowledge Sharing


Knowledge sharing (berbagi pengetahuan) adalah metode atau kegiatan dalam
manajemen pengetahuan yang digunakan untuk memberikan dan menyebarkan pengetahuan,
ide, pengalaman, atau skill dari seseorang, departemen, organisasi, instansi, atau perusahaan
untuk menciptakan dasar kebutuhan untuk kerja sama. Knowledge sharing merupakan bagian
dari knowledge management agar bisa menciptakan ide-ide serta inovasi yang akan
berkontribusi keberlangsungan suatu organisasi.

Knowledge sharing terdiri dari pemahaman yang disebarkan yang berhubungan


dengan mengadakan akses pekerja dengan informasi yang relevan dan membangun
menggunakan jaringan knowledge melalui organisasi. Knowledge sharing dapat tumbuh dan
berkembang apabila menemukan kondisi yang sesuai yang ditentukan oleh tiga faktor kunci
yaitu orang, organisasi, dan teknologi. Knowledge sharing hanya dapat dilakukan bilamana
setiap anggota memiliki kesempatan yang luas dalam menyampaikan pendapat, ide, kritikan,
dan komentarnya kepada anggota lainnya.

Berikut definisi dan pengertian knowledge sharing dari beberapa sumber buku: 

 Menurut Chen (2001), knowledge sharing adalah komunikasi interpersonal yang


melibatkan komunikasi dan penerimaan pengetahuan dari orang lain, dan salah satu
cara utama untuk mentransfer pengetahuan adalah seperti interaksi manusia. 

 Menurut Lin (2007), knowledge sharing adalah budaya yang melibatkan interaksi
sosial di mana karyawan bertukar pengetahuan, pengalaman dan kemampuan (skill)
melalui seluruh departemen ataupun organisasi. 

 Menurut Subagyo (2007), knowledge sharing adalah salah satu metode atau salah satu
langkah dalam manajemen pengetahuan yang digunakan untuk memberikan
kesempatan kepada anggota suatu kelompok, organisasi, instansi, atau perusahaan
untuk berbagi ilmu pengetahuan, teknik, pengalaman dan ide yang mereka miliki
kepada anggota lainnya. 
 Menurut Pasaribu (2009), knowledge sharing adalah kebudayaan interaksi sosial,
termasuk pertukaran knowledge antara karyawan, pengalaman, dan skill melalui
keseluruhan departemen atau organisasi, hal ini menciptakan dasar umum bahwa
kebutuhan untuk kerja sama. 

2.2 Dimensi Knowledge Sharing


Menurut Hoof dan Ridder (2004), terdapat dua dimensi yang dibutuhkan dalam
melakukan knowledge sharing, yaitu sebagai berikut:

a. Knowledge Donating 

Knowledge donating merupakan pentransferan pengetahuan, yang berarti bertukar dan


berkomunikasi dengan orang lain dengan modal intelektual dari pribadi seseorang. Instrumen
yang digunakan untuk mengukur knowledge donating adalah sebagai berikut: 

 Berbagi pengetahuan di antara karyawan sudah menjadi norma yang biasa. 


 Saya membagi pengetahuan dengan rekan kerja dalam satu departemen. 
 Saya membagi pengetahuan dengan rekan kerja dari departemen lain. 
 Saya membagi keterampilan dengan rekan kerja di dalam satu departemen. 
 Saya membagi keterampilan dengan rekan kerja dari departemen lain. 
 Ketika saya mempelajari sesuatu yang baru, saya menceritakan hal tersebut pada
rekan kerja dalam satu departemen. 
 Ketika saya mempelajari sesuatu yang baru, saya menceritakan hal tersebut pada
rekan kerja dari departemen lain. 
 Rekan kerja mau berbagi pengetahuan dengan saya. 
 Saya mau membagi pengetahuan dengan rekan kerja.

b. Knowledge Collection

Knowledge collection adalah mengumpulkan pengetahuan yang mengacu pada konsultasi


dengan kolega untuk mendorong mereka berbagi modal pengetahuan yang dimiliki.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur knowledge collecting adalah sebagai berikut:
 Rekan kerja dalam satu departemen menceritakan apa yang mereka ketahui, ketika
saya bertanya pada mereka.
 Rekan kerja dari departemen lain menceritakan apa yang mereka ketahui, ketika saya
bertanya pada mereka.
 Rekan kerja dalam satu departemen membagi keterampilan yang mereka miliki,
ketika saya bertanya pada mereka.
 Rekan kerja dari departemen lain membagi keterampilan yang mereka miliki, ketika
saya bertanya kepada mereka.
 Ketika rekan kerja telah mempelajari sesuatu yang baru, mereka bercerita kepada
saya.

2.3 Sarana dan Alat Bantu Knowledge Sharing 


Menurut Subagyo (2007), terdapat beberapa sarana dan alat bantu yang dapat digunakan
dalam pelaksanaan knowledge sharing, antara lain adalah sebagai berikut: 

1. Pertemuan tatap muka adalah pertemuan-pertemuan rutin, seminar, workshop, forum,


pemagangan. 

2. Dokumentasi, seluruh kegiatan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan


komunikasi dalam rangka publikasi baik elektronik di website maupun non elektronik
newsletter, majalah dan koran. 

3. Website yang dibangun secara lokal memuat informasi terkini tentang berita, kegiatan
komunitas, cerita pengalaman, dan informasi lainnya. 

4. Diskusi elektronik, yaitu dapat dilakukan teleconference, email, blog, forum diskusi,
wiki, dan internet-chatting. 

5. Publikasi dan newsletter, pembuatan newsletter kepada anggota komunikasi,


penerbitan majalah dan koran untuk menyebarkan pemikiran dan pengetahuan yang
dimiliki komunitas, sekaligus dapat menjadi sarana promosi komunitas kepada
masyarakat yang lebih luas. 

6. Penelitian, yaitu penelitian yang merupakan kegiatan rumit, survei kecil juga masuk
dalam kategori ini. Tukar menukar pemikiran dan ide baru, akan lebih intensif terjadi.
2.4 Faktor Pendorong Knowledge Sharing 
Menurut Helmi dan Elita (2013), dalam penelitian yang dilakukan terdapat beberapa
faktor yang menjadi pendorong dan mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan knowledge
sharing dalam sebuah organisasi, yaitu sebagai berikut: 

1. Kesempatan. Kesempatan formal seperti pelatihan, tim kerja yang terstruktur


maupun sistem yang berbasiskan teknologi akan memfasilitasi terjadinya knowledge
sharing. Selain itu, kesempatan informal juga akan memfasilitasi knowledge sharing.
Kesempatan informal yang dimaksud adalah hubungan dan jaringan yang bersifat
sosial antar anggota organisasi. 

2. Modalitas komunikasi. Komunikasi merupakan aktivitas utama dalam knowledge


sharing. Maka dari itu, penting untuk melakukan upaya mengatasi hambatan
komunikasi. Komunikasi tatap muka maupun komunikasi yang berbasis teknologi
juga akan memfasilitasi perilaku knowledge sharing. 

3. Harapan kemanfaatan. Ketika kegiatan komunikasi memberikan sebuah manfaat


pengetahuan, hal tersebut akan mendorong terjadinya knowledge sharing. Selain itu,
hal ini akan semakin mendorong anggota organisasi untuk melakukannya. 

4. Kesesuaian konteks. Knowledge sharing akan lebih sering dilakukan dalam konteks
latar belakang profesional yang sama antar individu.
KESIMPULAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari sharing session/knowledge sharing ialah :

1. Bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat bukan hanya untuk perusahaan ataupun deputi,
namun juga bagi tiap karyawan yang nantinya mampu meningkatkan pengetahuan dan
juga communication skills
2. Sharing session/knowlwdge sharing bisa diterapkan di Kemenparekraf/Baparekraf apabila
setiap deputi maupun individu setuju untuk mengadakan kegiatan ini.
3. Kegiatan sharing session/knowledge sharing akan bermanfaat untuk masing-masing
deputi untuk saling melengkapi, membantu, dan memahami kerjaan antara satu dan lain
deputi apabila ada hal yang perlu untuk didiskusikan bisa melalui forum diskusi ini

SARAN

Adapun saran dalam penulisan makalah ini ialah :

1. Sharing session/knowledge sharing seharusnya dikenalkan kepada seluruh karyawan.


Harapannya agar kegiatan ini nantinya dapat dipertimbangkan untuk dapat dilaksanakan
dilingkungan Kemenparekraf/Baparekraf.
2. Sharing session/knowlwdge sharing sebaiknya diterapkan dilingkungan
Kemenparekraf/Baparekraf. Harapannya kegiatan ini nantinya bukan hanya menyatukan
seluruh deputi dalam satu ruangan namun juga mampu berbagi pengatahuan dan antara
satu dengan yang lain
3. Penerapan sharing session/knowledge sharing dalam perusahaan sangat penting untuk
dijalankan. Harapannya, dengan penerapan sharing session/knowledge sharing ini maka
pekerjaan bisa selesai dengan lebih efektif dan efisien.
4. Budaya sharing session/knowledge sharing sebaiknya mulai diterapkan dilingkungan
Kememnparekraf/Baparekraf, khususnya diseluruh deputi. Setiap deputi dan karyawan sebaiknya
saling berkolaborasi untuk meningkatkan knowledge dan pemahaman antara satu dengan yang
lain. Pasalnya, dengan diadakannya kegiatan sharing session/knowledge sharing ini, nantinya
akan mendapatkan pemikiran yang luas dan terbuka bagi masing-masing deputi and karyawan.
DAFTAR PUSTAKA

Chen, H. 2001. Knowledge Management Systems: A Text Mining Perspective. Tucson: The
University of Arizona.

Lin, H.F. 2007. Knowledge Sharing and Firm Innovation Capability: An Empirical Study.
International Journal of Manpower.

Ahmad, Subagyo. 2007. Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Elex Media
Komputindo.

Pasaribu, Manerep. 2009. Knowledge Sharing: Meningkatkan Kinerja Layanan Perusahaan.


Jakarta: Elex Media Komputindo.

Hoof, Van Den dan De Ridder, J.A. 2004. Knowledge Sharing in Context: The Influence of
Organizational Commitment, Communication Climate Use on Knowledge Sharing. Journal
of Knowledge Management.

Yuliazmi. 2005. Penerapan Knowledge Management dalam Perusahaan Reasuransi: Studi


Kasus PT Reasuransi Nasional Indonesia. Jakarta: Universitas Budi Luhur.

Sholeh, Alvin. 2011. Smart Knowledge Worker, Bagaimana Individu Menjaga,


Mengembangkan dan Mengalirkan Pengetahuan Keseluruh Sendi Organisasi. Jakarta:
Gramedia.

Matzler, K., dkk. 2008. Personality Traits and Knowledge Sharing. Journal of Economic
Psychology.

Helmi, A.F., dan Elita. 2013. Efikasi Diri, Sistem Imbalan, dan Berbagi Pengetahuan: Meta-
analisis. Bulletin Psikologi, Vol.21, No.1.

Anda mungkin juga menyukai