3.1 Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Garut Untuk mencapai visi yang telah digariskan tersebut diatas, selanjutnya ditetapkan misi pembangunan
Kabupaten Garut sebagai berikut :
Kebijakan dan arah perkembangan Kabupaten Garut - Visi pembangunan kabupaten Garut merupakan
gambaran dari harapan serta targetan pencapaian pembangunan Kabupaten Garut di masa mendatang. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintah yang amanah, yang menjungjung tinggi supremasi
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perumusan visi penataan ruang kawasan perkotaan Garut hukum, demokrasi dan HAM
berlandaskan pada visi pemerintah Kabupaten Garut sebagai acuannya. Perumusan visi penataan ruang Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
kawasan perkotaan Garut ke depan ini dilakukan guna mewujudkan wajah kawasan perkotaan Garut di Meningkatakan kualitas kehidupan beragama
masa mendatang, sejalan dengan peluang peluang dan tantangan pembangunan yang bakal di hadapi Menggali dan memanfaatkan sumber daya alam dan buatan dengan memperhatikan kelestarian
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
Peningkatan kualitas dan kuantitas pertanian dengan memanfaatkan teknologi yang ramah 3) Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah;
lingkungan 4) Acuan lokasi investasi dalam wilayah yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;
Pemberdayaan dan pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi 5) Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah;
Peningkatan sarana dan prasarana transportasi, Pos dan Telekomunikasi dan media masa untuk 6) Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah yang meliputi
menunjang pembangunan yang berkelanjutan penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi;
Peningkatan dan pengemabngan sarana prasarana serta sumber daya manusia 7) Acuan dalam administrasi pertanahan.
Pemeliharaan dan pengembangan seni budaya sebagai identitas daerah Dalam rencana pola ruang RTRWP Jawa Barat Tahun 2009-2029 tersebut, Jawa Barat bertekad menuju
Pengentasan kemiskinan melalui penciptaan kesempatan kerja dan penanganan daerah tertinggal capaian 45% kawasan lindung (KL) sebagai green-province. Kabupaten Garut merupakan kabupaten
dengan proporsi luas wilayah KL paling besar diantara kabupaten/kota yang lain di Jawa Barat. Pada
3.2 Tinjauan Kebijakan Rencana Tata Ruang Kota Garut berdasarkan RTRW Kabupaten Garut 2011 – 2031 awalnya proporsi KL di Kabupaten Garut ditetapkan sebesar 78,7% dari luas wilayah kabupaten (306.519
Struktur ruang wilayah Kota Garut menggambarkan rencana sistem pusat kegiatan/pelayanan ha) atau seluas 241.230 ha. Kemudian pada tahun 2010 berdasarkan hasil analisis data terbaru
permukiman baik perdesaan dan perkotaan di Kota Garut. Rencana struktur pemanfaatan ruang wilayah Geographic Information System (GIS) dari Kementerian Kehutanan menyebutkan luas wilayah Kabupaten
adalah membentuk sistem pusat kegiatan/pelayanan dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang Garut menjadi 311.007,5 ha (bertambah 4.488,5 ha) dengan luas KL sebesar 82,1 % atau seluas
berhirarki di seluruh wilayah. Rencana struktur ruang wilayah merupakan salah satu upaya untuk 255.337,16 ha.
mempercepat efek pertumbuhan dari pusat-pusat Kegiatan. Rencana pembagian wilayah Kota Garut Namun terakhir, hasil kajian final pemetaan KL pada RTRWP Jawa Barat yang telah ditetapkan menjadi
menurut rencana struktur ruang Kota Garut. Perda tersebut, proporsi KL berubah lagi menjadi 81,39% atau seluas 253.129 Ha dengan rincian sebagai
berikut: 1) KL Hutan (29,43%) terdiri dari: Hutan Konservasi (15.799,2 ha) dan Hutan Lindung (75.742,8
RTRW merupakan rencana tata ruang yang bersifat umum yang berisi tujuan, kebijakan, strategi
ha); 2) KL Non Hutan (51,96%) terdiri dari: Sesuai untuk Hutan Lindung (10.221,7 ha); Resapan Air
penataan ruang wilayah, rencana struktur ruang, rencana pola ruang, penetapan kawasan strategis,
(54.922,1 ha); Perlindungan Geologi (56,2 ha); Rawan Letusan Gunung Berapi (21.576,6 ha); Rawan
arahan pemanfaatan ruang, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah baik tingkat
Gerakan Tanah (70.842,1 ha); Rawan Tsunami (3.975,5 ha). Penetapan proporsi KL Kabupaten Garut
nasional (RTRWN), provinsi (RTRWP) maupun RTRW kab/kota. Tujuan RTRW merupakan arahan
sebesar 81,39% tersebut tentunya secara mudah dapat diketahui bahwa luas bersih kawasan budidaya
perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang pada aspek keruangan, yang pada dasarnya
(KBD) hanya 18,61% saja atau seluas 57.878,5 ha. Namun tidak serta merta KL tersebut tidak bisa
mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
dimanfaatkan kegiatan budidaya, seperti KL Non Hutan masih bisa dimanfaatkan namun tentunya
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Dan yang terpenting adalah, RTRW menjadi
dengan arahan zonasi yang sangat ketat sehingga masih tetap berfungsi sebagai KL.
dasar dalam memberikan rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang.
Konsekuensi dengan KL 81,39% atau KBD bersih hanya 18,61% tersebut tentunya menjadi tantangan
Adapun fungsi dari RTRW itu sendiri diantaranya:
sendiri yang serius bagi pembangunan di Kabupaten Garut, karena perlu kehati-hatian dalam
1) Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana
pemanfaatan sumberdaya alam termasuk pemanfaatan lahan untuk pembangunan infrastruktur dan
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);
kegiatan lainnya termasuk didalamnya kemungkinan terjadi alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
2) Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah;
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
arahan pemanfaatan tata ruang. Faktanya, KL tersebut sebagian besar berada di wilayah Garut Selatan
yang mana pada saat ini hasil beberapa penelitian dan eksploitasi menunjukan potensi pertambangan Gambar 3.1.
cukup besar, tentunya sangat bernilai ekonomis namun dapat mengancam kelestarian alam dan Kedudukan RTRW Kabupaten dalam Sistem Perencanaan Pembangunan dan Sistem Penataan Ruang
rusaknya kondisi lingkungan. Kondisi ini menjadi tantangan yang sangat serius bagi pengembangan
wilayah di Garut Selatan.
Sebagaimana telah diatur dalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang mengenai bentuk insentif
atau disintensif, maka Kabupaten Garut perlu mendapatkan insentif yang proporsional dari penetapan
proporsi KL karena baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada sendi-sendi kehidupan
masyarakat dan pemerintahan menyangkut pengembangan wilayah mencakup fisik, sosial, budaya,
ekonomi, ekologi/lingkungan yang merupakan hakikat pembangunan berkelanjutan. Bentuk insentif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 UU 26/2007 yang merupakan perangkat atau upaya untuk
memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang, berupa:
a) Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang, dan urun saham;
b) Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c) kemudahan prosedur perizinan; dan/atau d) pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta
dan/atau pemerintah daerah.
Oleh karena itu, penetapan KL yang begitu besar bagi Kabupaten Garut jangan dijadikan penghalang
dalam pelaksanaan pembangunan tapi menjadi tantangan yang harus disikapi dengan arif, bijaksana, 3.3 Rencana Detail Tata Ruang Kota Kabupaten Garut (Kedudukan BWK II, III, V, VI Dalam Kawasan
cermat, cerdas, dan tepat dalam bertindak. Upaya tersebut bisa ditindaklanjuti berupa penyusun Perkotaan Garut)
kebijakan-kebijakan pembangunan diantaranya berupa penyusunan RTRW Kabupaten Garut Tahun
Kawasan perkotaan Garut dalam RDTR Kota Garut yang disusun pada tahun 2009 ditetapkan terdiri dari
2011-2031 yang telah menetapkan tujuan penataan ruang yaitu bertujuan untuk mewujudkan sebagai
6 bagian wilayah kota, yaitu :
kabupaten konservasi yang didukung oleh agribisnis, pariwisata dan kelautan.
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
BWK II ini terdiri dari Kelurahan Muarasanding, Sukanegla, Margawati, Cimuncang dan Desa
Ngemplangsari.
Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan permukiman
3. BWK III, terletak di Kecamatan Garut Kota, Kecamatan karang pawitan, Tarogong kaler dan
Gambar 3.2.
Kecamatan Banyuresmi Peta BWK VI
BWK III terdiri dari Kelurahan Sukamentri, Desa Sukasenang, Desa Jati, Desa Tanjung
kemuning, dan Kelurahan Lengkongjaya.
Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan idustri.
4. BWK IV, terletak di Kecamatan Tarogong kaler
BWK IV ini terdiri dari Desa Tarogong, Pataruman, Haur panggung, Jaya raga, Kelurahan
Sukagalih, Jayawaras dan Desa Cimanganten
Fungsi utama diarahkan sebagai kawasan pemerintahan kabupaten
5. BWK V, terletak di Kecamatan Tarogong kaler
BWK V ini terdiri dari Desa Rancabango, Langensari, Pananjung, SUKAJADI, Sukawangi,
Mekarjaya, dan Desa Panjiwangi
6. BWK VI, terletak di Tarogong kaler dan Tarogong kidul
BWK ini terdiri dari Kelurahan Sukakarya, Sukabakti, Desa Cibunar, Kersamenak, Mekargalih,
Mekarwangi, Sukajadi, Sirnajaya dan Kelurahan Sukajaya.
Fungsi utama sebagai kawasan permukiman Sumber : RDTR Kota Garut Tahun 2009
Melihat posisi serta kedudukan wilayah perencanaan (BWK 2, 3, 5 dan 6) dapat disimpulkan bahwa
wilayah perencanaan merupakan ring kedua dari pertembuhan Kota Garut, setelah pusat kota di BWK 1
dan 4. Seiring dengan perkembangannya kawasan perkotaan Garut, wilayah perencanaan berkembang
pula sebagai suatu are perkotaan dengan beragam aktivitas seperti perdagangan dan jasa, perkantoran
dan permukiman, walupun sejauh ini area pertanian masih cukup banyak ditemui.
Sejalan dengan kondisi wilayah perencanaan sebagai ring kedua dari perkembangan kawasan
perkotaan Garut, struktur ruang Kota Garut sebagaimana dalam RDTR Kota Garut yang disusun pada
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
tahun 2009 menetapkan wilayah perencanaan sebagai hirarki III seperti pada gambar berikut. BWK 2, 3, Zona perumahan kepadatan rendah : merupakan rumah tinggal dengan pekarangan luas,
5 dan 6 selanjutnya dibagi kedalam 8 sub BWK sebagai berikut : dimaksudkan agar pengembangan perumahan berkepadatan rendah sebagaimana yang ditetapkan
Sub BWK 2A Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang serta dalam rencana penataan dan pengembangan kota dapat dipertahankan. Kepadatan yang termasuk
perdagangan dan jasa skala lokal. ke dalam kategori rendah adalah ≤10 kavling/HA
Sub BWK 2B Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan Zona perumahan kepadatan sedang : merupakan perumahan unit tunggal dengan peletakan masa
pertanian. bangunan renggang ditujukan untuk pembangunan unit rumah tunggal dengan
Sub BWK 3A Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan industry mengakomodasikan kebutuhan rumah dengan perpetakan berbagai ukuran dengan mengupayakan
Sub BWK 3B Diarahkan untuk berperan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang peningkatan kualitas lingkungan hunian, karakter dan suasana lebih nyaman. Kepadatan yang
Sub BWK 5A Diarahkan untuk sebagai kawasan pariwisata dan permukiman kepadatan sedang termasuk ke dalam kategori sedang adalah 10-40 kavling/HA
Sub BWK 5B Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan rendah, pertanian dan Zona perumahan kepadatan tinggi : perumahan unit tunggal dengan tipe gandeng atau deret
konservasi dengan perpetakan kecil dengan akses jalan lingkungan, zona ini merupakan peluang transisi
Sub BWK 6A Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan pertanian antara lingkungan perumahan unit tunggal dengan lingkungan perumahan kepadatan tinggi,
Sub BWK 6B Diarahkan untuk sebagai kawasan permukiman kepadatan rendah dan pertanian kepadatan yang termasuk dalam kategori tinggi adalah ≥ 40 kavling/HA
3.4 Rencana Penataan Pengembangan Perumahan Permukiman Daerah Kabupaten Garut (KEBIJAKAN Gambar 3.3.
Peran dan Fungsi serta Arahan Rencana Pengembangan Tiap BWK
SEKTOR PERUMAHAN DI WILAYAH PERENCANAAN BWK II, III, V dan VI)
Kawasan perumahan dan permukiman adalah kawasan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan, juga merupakan
tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkungan terbatas.Oleh karena itu,
kawasan permukiman sebagai tempat bermukim dan berlindung harus sehat, aman, serasi dan
teratur.Selain itu kawasan permukiman harus bebas dari gangguan pencemaran, serta bahaya
lingkungan lainnya seperti rawan bencana. Kawasan ini di upaya akan dapat mendukung
berlangsungnya proses sosialisasi dan nilai budaya yang berlaku di masyarakat yang bersangkutan,
aman serta memberikan kumudahan pada masyarakat untuk menjakau pusat pusat pelayanan sosial
ekonomi dan sarana prasarana lingkungan yang merupakan kebutuhan dalam kehidupan masyarakat.
Kawasan permukiman berdasarkan standar penataan ruang meliputi zona perumaham kepadatan
rendah, zona perumahan kepadatan sedang dan zona perumahan kepadatan tinggi, dengan spesifikasi
sebagai berikut :
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
Menjadi elemen pelengkap dan pendukung untuk kegiatan di kawasan perencanaan, baik
Kebijakan sektor perumahan di wilayah perencanaan diuraikan sebagai berikut: kegiatan perdagangan jasa, pemerintah serta aksebilitas regional.
1. Indikator masalah Target penataan kawasan perumahan dan permukimanyang pada saat ini memiliki kepadatan
Kecenderungan pertumbuhan penduduk yang meningkat membutuhkan peningkatan tinggi serta cenderung kumuh yang diperkirakan pada tahun perencanaan merupakan kawasan
penyediaan perumahan. Jumlah penduduk pada tahun perencanaan mencapai ± 565.993 jiwa dengan kepadatan sangat tinggi dengan kondisi semrawut.
pada tahun 2009, dengan tingkat kepadatan secara umum rata-rata 54 jiwa/ha, namun untuk Mewujudkan penyebaran kawasan permukiman secara merata dan proporsional sesuai
kawasan Blok tertentu memiliki kepadatan tinggi. dengan pengaturan zona-zona kepadatan yang direncanakan.
Kawasan pusat kota memiliki kecenderungan pertumbuhan cepat, baik secara fisik, maupun 4. Kebutuhan
fungsional, dan beberapa kantong-kantong permukiman lama cenderung menjadi kumuh. Kebutuhan perumahan dan permukiman dikawasan perencanaan didasarkan pada hal-hal berikut
ini ;
Pola penyediaan rumah sebagian besar dilakukan secara swadaya, penyediaan rumah oleh
developer masih terbatas untuk masyarakat golongan menengah ke atas, sementara untuk Perkembangan penduduk yang pesat dan keterbatasan lahan perkotaan untuk pengembangan
masyarakat yang berpenghasilan rendah (MBR) penyediaan rumah sehat sederhana (RSH) perumahan di pusat kota.
banyak berlokasi di luar jangkawan perkotaan Garut. Adanya peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat dari perkembangan kawasan yang cukup
Pola persebaran penduduk tidak merata di seluruh kawasan perencanaan. pesat di Wilayah Perencaan.
2. Tujuan Antisipasi perkembangan kawasan peruntukkan industry di bagian timur laut kota (Kawasan
Dikaitkan dengan kawasan permukiman yang cenderung kumuh dan penyebarannya tidak merata Copong) pada masa yang akan dating dengan stimulasi pembangunan prasarana strategis.
di kawasan perencanaan, tujuannya adalh untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman, 5. Kebijakan
serta mengarahkan penyebaran kawasan permukiman dengan menyediakan perumahan bagi Kebijakan sektor perumahan yaitu menata dan menyediakan berbagai prasarana lingkungan
masyarakat umum yang sesuai dengan ketentuan rumah sehat dan rencana peruntukan lahan bagi permukiman. Untuk mendukung tujuan pembangunan sektoral agar mampu memenuhi kebutuhan
permukiman. perumahan, maka rumusan kebijakan yang perlu diambil adalah sebagai berikut :
3. Sasaran Antisipasi dalam mengarahkan kecenderungan pertumbuhan kawasan permukiman saat ini
Pembangunan sektor perumahan dan permukiman di Wilayah Perencanaan ditujukan untuk sesuai dengan rencana tata ruang yang dituju dengan memberikan faktor insentif (dalam
mewujudkan kondisi permukiman yang sehat dan lingkungan yang tertata dengan baik. Sasaran mendukung pertumbuhan sesuai dengan rencana), maupun memberikan faktor disinsentif
sektor perumahan dan permukikman di Wilayah Perencanaan adalah terwujudnya pembangunan (dalam mengarahkan, menahan, dan mengendalikan pertumbuhan kawasan permukiman yang
perumahan dan permukiman sebagai faktor utama untuk mendukung tujuan penataan kawasan, tidak di harapkan).
yaitu ; Memberikan Advis Planingdalam setiap pembangunan perumahan oleh masyarakat dan
Menjadi alat intervensi penataan struktur tata ruang yang terintegrasi dengan pengembangan swasta dengan mengindahkan tata ruang yang disepakati secara konsisiten, terutama dalam
fasilitas dan utilitas untuk pelayanan kawasan permukiman. hal perjanjian lokasi.
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
Mengarahkan pengembangan perumahan oleh developer sesuai dengan kebutuhan dan Pembangunan perumahan baru ; (i) Pengembangan perumahan baru kearah utara (Sub BWK
kemampuan pasar local, terkait dengan desain dan harga, khususnya kemampuan masyarakat 3B), barat daya (Sub BWK 6A) dan tenggara (sub BWK 2A).
setempat. Penataan perumahan eksiting: untuk perumahan yang telah berkembang pada saat ini,
Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang bervariasi di terdapat dua langkah yang perlu dilakukan dan dijadikan proritas dalam penataanya, yaitu ; (i)
kawasan yang diarahkan untuk pengembangan dimasa datang dengan merefleksikan pola-pola Pengendalian dan monitoringuntuk perumahan yang sudah terlanjur tumbuh pada sempada
pengembangan yang diinginkan masyarakat. Sungai Cimanuk, dan perkembangan dimasa yang akan datang pertumbuhannya dikendalikan
Untuk kawasan permukiman di Wilayah Perencanaan diarahkan untuk zona perumahan dan dibatasi dengan ketat.
kepadatan rendah, zona permukiman kepadatan sedang, hingga zona permukiman kepadatan Penataan perumahan yang akan menjurus kearah kumuh dan padat yang berkembang di pusat
tinggi, sesuai dengan ketentuan rencana kawasan permukiman pada tahun perencanaan. dan pinggiran kota .
6. Komponen penataan 8. Kebutuhan Pengembangan
Komponen penataan digolongkan berdasarkan pola penyediaan perumahan, yaitu : Hasil analisis proyeksi penduduk diketahui kebutuhan terhadap unit perumahan dan permukiman
Pola Swadaya : perumahan yang dibangun oleh masyarakat dan tumbuh dengan alamiah di kawasan perencanaan. Diperkiraan pada akhir tahun perencanaan kebutuhan terhadap
dengan berkembangan yang bersifat sporadic. perumahan dapat dipenuhi dengan pola kebijakan yang ada serta penyelenggaraan pembangunan
Pola formal : perumahan yang dibangun oleh developer dengan ciri perkembangan kolektif perumahan baru serta perbaikan kawasan permukiman yang ada. Dengan menganalisis kondisi
dan bepola klaster. daya dukung lahan kawasan perencanaan, penyediaan perumahan dan permukiman sudah tidak
Dilihat dari etruktur lahan eksiting yang tersedia, dapat dibagi menjadi tiga kategori memungkinkan untuk disediakan di kawasan pusat kota, namun pada sub BWK 3B, 6 A dan 2 A
pembangunan, yaitu : dapat dilakukan sebagai kawasan permukiman kepadatan sedang dan rendah.
Penataan perumahan yang telah ada dengan meningkatkan kualitas lingkungannya sehingga 9. Arahan Pemenuhan Kebutuhan
arah penataan adalah pada pemugiran, perbaikan lingkungan dan penyediaan infrastruktur Pemenuhan kebutuhan hunian didasarkan pada pola pemenuhan kebutuhan rumah saat ini
pendukung. yaitu 68% dilakukan melalui pola swadaya, dan 32% melalui pola formal berupa mekanisme
Penataan pada ruang-ruang kosong yang memungkinkan untuk pengembangan perumahan pasar (pengembang/developer).
baru. Pemenuhan pola swadaya diarahkan mengisi ruang lingkungan perumahan/kampung eksiting
Penataan perumahan yang berada pada zona yang tidak sesuai dengan peruntukan lahan dan saat ini yaitu berupa ekstented family, penambahan ruang pada kapling eksiting (in fill
struktur tata ruang yang telah ada. development).
Pemenuhan kebutuhan rumah baru melalui mekanisme pasar yang dilakukan melalui konsep
7. Strategi dan langkah Pembangunan Sektor Perumahan Lingkungan Hunian Berimbang (1 : 3 : 6) dan diarahkan mengisi ruang lingkungan perumahan
Berdasarkan uraian diatas serta dikaitkan dengan arahan rencana penataan ruang kawasan, maka pada cluster-cluster sesuai rencana guna lahan.
dapat dirumuskan langkah-langkah penataan sebagai berikut :
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
Hasil analisis terhadap proyeksi penduduk diketahui tingkat kebutuhan terhadap unit perumahan perkembangan hingga akhir tahun perencanaan, kawasan yang diindikasikan mempunyai skala
dan permukiman di kawasan pusat pertumbuhan kota. Diperkiraan pada akhir tahun perencanaan penanganan prioritas merupakan beberapa kawasan yang termasuk pada wilayah perencanaan.
kebutuhan terhadap perumahan dapat dipenuhi dengan pola kebijakan yang ada serta BWK 2 selanjtnya terbagi menjadi 2 sub BWK, yaitu BWK 2A, sub BWK 2B dan sub BWK tersebut dibagi
penyelenggaraan pembangunan perumahan baru serta perbaikan kawasn permukiman yang ada. menjadi 3 block perencanaan yaitu Blok 2.1, 2.2, 2.3. BWK 3 selanjutnya terbagi menjadi 2 sub BWK,
3.5 Rencana struktur dan pola ruang BWK VI ( KEDUDUKAN BWK II, III, V, VI DALAM KAWASAN PERKOTAAN yaitu sub BWK 3A, dan BWK 3B, BWK tersebut menjadi 4 blok perencanaan yaitu Blok 3.1, 3.2, 3.3dan
GARUT) 3.4, BWK 5 sekanjtnya terbagi menjadi 2 sub BWK, yaitu sub BWK 5A dan 5B, menjadi 3 blok
perencanaan yaitu Blok 5.1, 5.2, 5.3. Dan BWK 6 terbagi menjadi 2 BWK, yaitu BWK 6A dan 6B, dan sub
Struktur ruang pusat BWK 2, 3, 5 dan 6 merupakan suatu kerangka struktural yang menampilkan
BWK tersebut dibagi menjadi 4 blok yaitu Blok 6.1, 6.2, 6.3, 6.4
bentuk kotanya dan dilihat dari unsur unsur kegiatan fungsional perkotaan yang dihubungkan oleh
sistem transportasi serta didukung oleh ketersediaan sarana prasarana perkotaan, adapaun tujuan 3.6 Rencana Penggunaan Lahan dan Program Pengembangan Permukiman (BWK VI)
pembentukan struktur ruang BWK 2, 3, 5 dan 6 diantaranya adalah:
Dalam perencanaannya BWK 6 diarahkan untuk pengembangan kegiatan permukiman di Kota Garut.
Menjabarkan struktur ruang yang dikembangkan di wilayah Kabupaten Garut Alokasi kegiatan permukiman di BWK 6 memiliki proporsi ± 53 % dari luas BWK 6. Untuk penggunaan
Memacu pertumbuhan dan mewujudkan pemerataan pemabngunan ke seluruh kawasan lahan perumahan dari hasil analisis proyeksi penduduk yang berimplikasi terhadap demand
Mendayagunakan fasilitas pelayanan kota yang penyebarannya dilakukan secara berjenjang sesuai permukiman, menunjukan bahwa untuk masa beberapa tahun perencanaan ke depan, alokasi
dengan kebutuhan dan tingkat pelayanan pemanfaatn ruang yang ada untuk kegiatan permukiman masih dapat menampung kebutuhan untuk
Menciptakan daya tarik bagi seluruh bagian kawasan dengan penyebaran pusat-pusat pelayanan puluhan tahun ke mendatang dengan tingkat kepadatan sedang. Hal ini menunjukan pula bahwa
ke seluruh kawasan perkotaan puluhan tahun berikutnya masih memungkinkan untuk bisa lebih berkembang.
Ruang merupakan perwujudan dari berbagai kegiatan yang berada diatasnya. Secara konsptual
Namun demikian, secara proporsi luas lahan yang ada, maka penggunaan lahan tidak terbangun
pengembangan keruangan adalah upaya untuk mengalokasikan ruang berdasarkan kegiatan-kegiatan
khusunya kawasan ruang terbuka hijau, perkebunan dan pertanian masih tetap dipertahankan dalam
yang akan ditetapkan. Atas dasar konsepsi tersebut, pengembangan ruang BWK 2, 3, 4 dan 6
pengembangan kawasan.
didasarkan pada konsep yang akan diakomodasi didalam BWK 2, 3, 5 dan 6.
Pengembangan struktur ruang pusat BWK 2, 3, 5 dan 6 penyebarannya dialokasikan di tempat-tempat TABEL 3.1 PENGGUNAAN LAHAN
strategis atau yang mempunyai aksesibilitas baik, sehingga mudah dijangkau dari seluruh bagian Komponen Penggunaan lahan
kawasan. Pengembangan tidak terlepas dengan fungsi dan peran BWK 2, 3, 4 dan 6 yang telah Fasilitas Fasilitas pendidikan, SD, SMP, SMU, perguruan tinggi, balai
ditetapkan sesuai dengan block perencanaan. pengobatan dan poliklinik, prkatek dokter, apotik, Puskesmas,
Block perencanaan merupakan pola bentukan struktur ruang BWK 2, 3, 4 dan 6 yang lebih detail, Puskesmas pemabntu, Langgar, Mesjid lingkungan, Fasilitas
pendetail tersebut dilakukan pada kawasan-kawasan yang dianggap memiliki kompleksitas peribadatan lainnya, warung, pertokoan, mini market, pasar lokal,
permasalahan perkotaan yang cukup tinggi, dari hasil analisa serta prediksi kecenderungan Bank, Perbelanjaan skala kecil, lapangan olah raga skala
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
lingkungan.
Pemerintahan Pusat pemerintahan kecamatan, pusat pemerintahan
kelurahan/desa
Pusat kegiatan Sub BWK 6
Pusat hunian Perumahan swadaya, perumahan developer, Kampung kota
Non Urban Ruang terbuka hijau, perkebunan dan pertanian
Negatife list Industry besar polutan
Rencana detail tata ruang Kota Garut memiliki fungsi sebagai acuan bagi pemerintah daerah Kabupaten
Garut dalam menyusun program tahunan. Indikasi program-program pembangunan tersebut
merupakan penjabaran kebijakan dan rencana pengembangan ruang yang telah ditetapkan ke dalam
program-program pembangunan. Berikut diantara indikasi program pengembangan di wilayah
perencanaan :
Program pengembangan struktur ruang dan pengendalian ruang melalui jaringan dan utilitas
kawasan, mengembalikan jaringan pergerakan sebagai pengarauh struktur ruang dan peningkatan
aksesibilitas kawasan (rencana peningkatan jaringan jalan perkotaan dan lingkungan/pembngunan
jaringan jalan, penataan fungsi jalan dan pedestrian, pengaturan sistem pengangkutan)
Mengembangkan jaringan utilitas guna meningkatkan akses pelayanan masyarakat dan
pemerataan pembangunan wilayah (pengembangan jaringan telekominukasi, pengembangan
prasarana energi listrik, prasarana air bersih, sasnitasi, sistem drainase, prasarana persampahan,
perumahan permukiman)
Program pengembangan dan pengendalian pola ruang dan penyediaan sarana/fasilitas umum dan
sosial (meningkatkan pelayanan fasilitas umum dan sosial di setiap BWK)
Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dan memenuhi aspek ruang terbuka hijau (RTH)
Meningkatkan kualitas lingkungan dan bangunan di kawasan budidaya
Program pengembangan kelembagaan masyarakat yang kooperatif dan produktif ditingkat
komunitas lokal yang berbasis kemitraan
RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA SUKAJADI KECAMATAN TAROGONG KALER KABUPATEN GARUT TAHUN 2016
N Sumber
Visi Misi Tujuan dan Sasaran Strategi Arah Kebijakan Rencana Program Kegiatan
o Dokumen
1 RPJMD Visi : Mewujudkan Kabupaten Tujuan : 1. Meningkatkan kehidupan 1. program 1. pembangunan jalan
Garut yang maju, sejahtera, masyarakat yang cerdas, sehat, bermartabat, Strategi dan kebijakan untuk pengembangangan lingkungan
adil dan berwawasan memiliki etika serta menjunjung nilai-nilai pencapaian adalah sebagai berikut: lingkungan sehat 2. pembangunan drainase
lingkungan. agama. 2. Meningkatkan kemandirian ekonomi 1. Peningkatan kualitas dan daya 2. Program pembangunan 3. pembangunan MCK
Misi : masyarakat melalui pengembangan aktifitas dukung jalan dan jembatan untuk infrastruktur pedesaan 4. pembangunan jembatan
1. Mewujudkan kualitas ekonomi berbasis agribisnis, agroindustri, menunjang pertumbuhan ekonomi 3. program pembangunan 5. prmbuatan Paving Blok
kehidupan masyarakat yang kelautan dan pariwisata. 3.Meningkatkan dan pemerataan pembangunan, saluran drainase dan gorong - 6. Pengaspalan Jalan
maju, sehat, berbudaya, serta infrastruktur dasar yang mampu mendorong dengan arah kebijakan Pembangunan, gorong, 7. Pembangunan RTLH
berwawasan ilmu dan percepatan ekonomi, sosial dan budaya. 4. Rehabilitasi, Pemeliharaan Jalan dan 4. program pembangunan 8. Pembangunan TPT
teknologi; Meningkatkan pelayanan publik yang Jembatan. jalan dan jembatan 9 Pengadaan Roda Sampah
2. Meningkatkan profesional dan amanah serta kehidupan sosial 5. program pembangunan 10 Pembangunan SPAl
perekonomian berbasis politik yang demokratis dan berbudaya luhur. 2. Pembangunan, peningkatan dan turap dan bronjong 11. Pipanisasi
potensi daerah yang berfokus Sasaran : pemeliharaan jalan berdasarkan 6. program pengembangan
pada agribisnis, agroindustri, 1) Meningkatnya kehidupan masyarakat yang koridor pusat pertumbuhan dan perumahan
pariwisata, jasa perdagangan bermartabat, memiliki etika serta menjunjung wilayah strategis, dengan arah 7. program lingkungan sehat
dan kelautan yang berdaya nilai-nilai agama; kebijakan : perumahan
saing dengan memperhatikan 2) Meningkatnya kuantitas dan kualitas 8.program peningkatan
kearifan lokal disertai pelayanan pendidikan; a. Peningkatan akses jalan kesiagaan dan pencegahan
pengelolaan sumber daya 3) Meningkatnya kuantitas dan kualitas penghubung antar kecamatan; bahaya kebakaran
alam secara berkelanjutan; pelayanan kesehatan; b. Peningkatan infrastruktur jalan 9. program penataan
3. Mewujudkan pemerataan 4) Terkendalinya pertumbuhan penduduk desa; perkotaan dan pedesaan
pembangunan yang melalui pengaturan reproduksi keluarga yang 10. program pengelolaan
berkeadilan sesuai daya sehat serta pelaksanaan fungsi keluarga; 3. Peningkatan Penataan sistem air bersih
dukung dan fungsi ruang; 5) Meningkatnya keadilan, kesetaraan gender Perkotaan/perdesaan, bangunan 11. program penataan
4. Mewujudkan tata kelola dan peran perempuan dalam proses gedung dan kualitas lingkungan gedung dan lingkungan
pemerintahan daerah yang pembangunan; permukiman dan perumahan, dengan 12. program pembangunan
baik, bersih dan 6) Meningkatnya pemberdayaan dan akses arah kebijakan : infrastruktur pedesaan
berkelanjutan. pelayanan sosial dalam penanganan masalah a. Peningkatan kuantitas dan kualitas 13.program pengembangan
kesejahteraan sosial; infrastruktur dasar pemukiman dan kinerja pengelolaan
7) Meningkatnya kualitas dan produktivitas perumahan; persampahan
serta daya saing tenaga kerja. b. Penanganan Rehabilitasi Rumah
2 RPJMDes Visi : Terwujudnya perubahan 1. terciptanya peningkatan taraf hidup 1. melanjutkan berbagai program 1. meningkatkan kwalitas 1. pembangunan jalan
ke arah yang lebih baik pada masyarakat yang belum dicapai oleh kepala desa sarana dan prasarana lingkungan
usaha kecil menengah , 2. terjadinya pengurangan jumlah kemiskinan sebelumnya lingkungan serta pemukiman 2. pembangunan drainase
pertanian dan desa wisata, 3. terciptanya lingkungan yang kondusif 2. pengembangan sarana dan warga miskin 3. pembangunan MCK
yaitu terciptanya kawasan 4. terciptanya kemampuan masyarakat untuk prasarana pendidikan, pemerataan 2. meningkatkan kwalitas 4. pembangunan jembatan
sentra usaha, yang di dorong berkembang secara mandiri dan optimalisasi di bidang pendidikan sumber daya manusia warga 5. prmbuatan Paving Blok
oleh pertanian yang tangguh, 5. terciptanya suatu program perencanaan dasar dan menengah, baik fomal miskin dalam bidang 6. Pengaspalan Jalan
keasrian alamnya dengan wilayah desa yang baik maupun non formal pertanian, perikana, 7. Pembangunan RTLH
permukiman yang bersih dan 6. terciptanya desa wisata dengan 3. penataan, pembangunan, peternakan 8. Pembangunan TPT
sehat. pembangunan lingkungan pemukiman yang rehabilitasi dan pemeliharaan sarana 3. meningkatkan kemampuan 9 Pengadaan Roda Sampah
Misi : berbasis komunitas, pertanian dan seni budaya infrastruktur ekonomi, terutama jalan warga miskin dalam 10 Pembangunan SPAl
1. mewujudkan lokal desa dan jaringan irigasi desa pengelolaan keuangan 11. Pipanisasi
penyelenggaraan 4. penataan dan pengawasan serta 4. mengoptimalkan
pemerintahan yang amanah, pengendalian lingkungan hidup pemanfaatan sumber daya
yang menjungjung tinggi 5. pemeliharaan, revitalisasi, serta 5. meningkatkan kualitas
supremasi hukum dan pelestarian budaya desa pelayanan kesehatan untuk
demokrasi 6. meningkatnya serta mewujudkan warga miskin
2. meningkatkan kualitas SDM keamanan dan ketentraman di 6. menerapkan pola hidup
3. meningkatkan kwalitas lingkungan Desa SUKAJADI bersih dan sehat di kalangan
kehidupan beragama warga masyarakat
4. meningkatkan dan 7. meningkatkan kualitas
memanfaatkan SDA dan pelayanan kesehatan ibu dan
buatan dengan balita warga miskin
memperhatikan kelestarian 8. meningkatkan sarana dan
lingkungan prasarana pendidikan bagi