Anda di halaman 1dari 13

“Pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal

tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak-


hak dan kewajiban (prestrasi dan kontra-prestasi)
antara pekerja/buruh dengan pengusaha”

Bila segala upaya telah dilakukan (secara bipartit), dan PHK tidak dapat dihindari,
maksud PHK tersebut wajib dirundingkan (membahas mengenai hak-hak atas PHK)
oleh pengusaha dengan serikat pekerja/buruh yang bersangkutan (apabila tidak
menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh atau tidak ada Serikat Pekerja di
perusahaan tersebut.).

Bipartit adalah perundingan antara pekerja (atau serikat pekerja) dengan pengusaha
untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial diantara mereka, yaitu
perselisihan karena perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
diantara pengusaha dan pekerja (maksimal 30 hari kerja)
Setelah perundingan benar-benar tidak menghasilkan Persetujuan Bersama
(PB), pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja (PHK) setelah
memperoleh penetapan (izin) dari lembaga PPHI (Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial). Dengan kata lain, PHK yang tidak
terdapat alasan dan normanya dalam UUKK, dapat dilakukan dengan
besaran hak-haknya harus disepakati melalui perundingan (dituangkan
dalam PB)
PHK Oleh
Perushn, PHK Oleh
Majikan, TENAGA
Pengusaha KERJA

JENIS
PHK

PHK Oleh
PHK Pengadilan
Demi Hukum (PPHI)
PHK OLEH MAJIKAN / PENGUSAHA / PERUSAHAAN

a. PHK karena pekerja/buruh melakukan kesalahan berat (Pasal 158 ayat 4 UUKK);
b. PHK karena pekerja/buruh (setelah) ditahan pihak berwajib selama 6 (bulan)
berturut-turut disebabkan melakukan tindak pidana di luar perusahaan (Pasal 160
ayat 3 UUKK);
c. PHK setelah melalui SP (surat peringatan) I, II, dan III (Pasal 161 ayat 3 UUKK);
d. PHK oleh pengusaha yang tidak bersedia lagi menerima pekerja/buruh (melanjutkan
hubungan kerja) karena adanya perubahan status, penggabungan dan peleburan
perusahaan (Pasal 163 ayat 2 UUKK);
e. PHK karena perusahaan tutup (likuidasi) yang disebabkan bukan karena
perusahaan mengalami kerugian (Pasal 164 ayat 2 UUKK);
f. PHK karena mangkir yang dikualifikasi mengundurkan diri (Pasal 168 ayat 3 UUKK);
g. PHK atas pengaduan pekerja/buruh yang menuduh dan dilaporkan pengusaha
(kepada pihak yang berwajib) melakukan "kesalahan" dan (ternyata) tidak benar
(Pasal 169 ayat 3 UUKK);
h. PHK karena pengusaha (orang-perorangan) meninggal dunia (Pasal 61 ayat 4
UUKK);
PHK OLEH TENAGA
KERJA

a. PHK karena pekerja/buruh mengundurkan diri (Pasal 162 ayat 2 UUKK);


b. PHK karena pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja
disebabkan adanya perubahan status, penggabungan, peleburan dan perubahan
kepemilikan perusahaan ( Pasal 163 ayat 1 UUKK);
c. PHK atas permohonan pekerja/buruh kepada lembaga PPHI karena pengusaha
melakukan "kesalahan" dan (ternyata) benar (Pasal 169 ayat 2 UUKK);
d. PHK atas permohonan pekerja/buruh karena sakit berkepanjangan, mengalami
cacat (total-tetap) akibat kecelakaan kerja (Pasal 172 UUKK);
PHK DEMI HUKUM

a. PHK karena perusahaan tutup (likuidasi) yang


disebabkan mengalami kerugian (Pasal 164 ayat
1 UUKK);
b. PHK karena pekerja/buruh meninggal (Pasal 166
UUKK);
c. PHK karena memasuki usia pensiun (Pasal 167
ayat 5 UUKK);
d. PHK karena berakhirnya PKWT pertama (154
huruf b kalimat kedua UUKK);
PHK OLEH PENGADILAN (PPHI)

a. PHK karena perusahaan pailit (berdasarkan


putusan Pengadilan Niaga) (Pasal 165
UUKK);
b. PHK terhadap anak yang tidak memenuhi
syarat untuk bekerja yang digugat melalui
lembaga PPHI (Pasal 68 UUKK);
c. PHK karena berakhirnya Perjanjian Kerja
(154 huruf b kalimat kedua UUKK);
Pada prinsipnya PHK hanya dapat dilakukan setelah memperoleh penetapan
(izin) dari lembaga PPHI (cq P4D/P4P) karena PHK tanpa izin adalah batal
demi hukum (null and void). Namun terdapat beberapa macam PHK yang
tidak memerlukan izin dimaksud, antara lain:
1. PHK bagi pekerja yang masih dalam masa percobaan bilamana (terlebih dahulu)
telah dipersyaratkan adanya masa percobaan tersebut secara tertulis;
2. PHK bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri (tertulis) atas kemauan sendiri
tanpa ada indikasi adanya tekanan/intimidasi;
3. Pekerja/buruh mangkir yang dikualifikasikan sebagai mengundurkan diri (Pasal
168 ayat (1) jo Pasal 162 ayat (4) UUKK)
4. Berakhirnya hubungan kerja sesuai dengan PKWT (dalam hal perjanjian-kerjanya
untuk waktu tertentu);
5. Pekerja/buruh mencapai usia pensiun sesuai dengan ketentuan (batas usia
pensiun) dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan /Perjanjian Kerja
Bersama (PK/PP/PKB) atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
PHK YG TDK MEMERLUKAN IZIN :
6. Pekerja/buruh meninggal dunia (Pasal 154 UUKK);
7. PHK bagi pekerja/buruh yang mengajukan kepada lembaga PPHI dalam hal
pengusaha melakukan kesalahan, namun tidak terbukti adanya kesalahan
tersebut (Pasal 169 ayat 3 UUKK);
8. Pekerja/buruh melakukan kesalahan berat (Pasal 171 jo 158 ayat 1 UUKK);
9. Pekerja/buruh melakukan tindak pidana di luar perusahaan setelah ditahan
6 bulan/lebih (Pasal 171 jo Pasal 160 ayat (3) UUK)
LARANGAN
PHK

a. Pekerja/Buruh (P/B) sakit (sesuai surat keterangan dokter) selama (dalam waktu) 12
bulan secara terus terus menerus; (Pasal 93 ayat (2) huruf a UUKK)
b. P/B menjalankan tugas negara (lihat penjelasan Pasal 6 PP No. 8 Tahun 1981 jo Pasal
93 ayat (2) huruf d UUKK)
c. P/B menjalankan ibadah (tanpa pembatasan pelaksanaan ibadah yang keberapa,
(biasanya ibadah yang pertama upah dibayar penuh), lihat Pasal 93 ayat (2) huruf e
UUKK
d. P/B menikah (Pasal 93 ayat 2 UUKK)
e. P/B (perempuan) hamil, melahirkan, gugur kandung, atau menyusui bayinya (lihat
Pasal 93 ayat (2) huruf c jo Pasal 82 dan Pasal 83)
f. P/B mempunyai hubungan (pertalian) darah, kecuali (terlebih dahulu) telah diatur dan
ditentukan lain dalam PERJANJIAN KERJA,PP/PB
g. P/B mengadukan pengusaha (kepada yang berwajib) yang melaporkan mengenai
suatu perbuatan tindak pidana kejahatan
h. Adanya perbedaan faham , agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan (sp)
i. P/B cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja/hubungan kerja yang menurut
keterangan dokter jangka waktu penyembuhannya tidak dapat ditentukan
Pada prinsipnya, apabila terjadi PHK maka pengusaha diwajibkan membayar upah
pesangon (UP) dan/atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH) yang seharusnya diterima yg dihitung berdasarkan MASA
KERJA

UP UPMK
MASA KERJA MASA KERJA
HAK PEKERJA HAK PEKERJA
NO (X) DALAM NO (X) DALAM
(UPAH / BLN) (UPAH / BULAN)
TAHUN TAHUN
1. X<1 1x u/b 1. X<3 0
2. 1≤X <2 2x u/b 2. 3≤X<6 2x u/b
3. 2≤X <3 3x u/b 3. 6 ≤X<9 3x u/b
4. 3≤X <4 4x u/b 4. 9 ≤ X < 12 4x u/b
5. 4≤X <5 5x u/b 5. 12 ≤ X < 15 5x u/b
6. 5≤X <6 6x u/b 6. 15 ≤ X < 18 6x u/b
7. 6≤X <7 7x u/b 7. 18 ≤ X < 21 7x u/b
8. 7≤X <8 8x u/b 8. 21 ≤ X < 24 8x u/b
9. X > 8 atau 9x u/b 9. X > 24 atau 10x u/b
lebih lebih

Anda mungkin juga menyukai