Anda di halaman 1dari 2

Tugas rutin 1

Nama : Adila Anatasya Hasibuan

Kelas : A pend Antropologi Stambuk 21

Nim : 3212322001

Dosen pengampuh : Dr. Hapni Laila Siregar, S.Ag., M.A.

Mata kuliah : pendidikan agama islam

Soal

Tidak ada sedikit yang mengutip pepatah “banyak jalan menuju roma”. Begitulah banyak
pula jalan menuju kebahagiaan . pertanyaan yang muncul adalah bisahkah manusia mencapai
kebahagiaan dengan menempuh jalan diluar agama?

Jawab:

Ya, manusia bisa mencapai kebahagiaan dengan menempuh jalan diluar agama. Contohnya
saja kebahagiaan bisa memiliki banyak harta, kedudukan yang terpandang, dan popularitas
yang pantang surut. Semua itu didapat dari hasil usaha dan kerja keras diri sendiri. Tak heran
bila manusia berlomba-lomba mendapatkan itu semua, termasuk dengan menggunakan segala
cara. Tetapi semua kebahagiaan yang didapat itu adalah kebahagiaan sementara atau biasa
dikatakan dengan kebahagiaan semu. Karena apa yang kita dapatkan atau apa yang kita miliki
di dunia ini hanya bersifat sementara, dan suatu saat akan hilang.

Kebahagiaan hidup yang hakiki dan ketenangan hanya didapatkan dalam agama Islam.
Sehingga yang dapat hidup bahagia dalam arti hidup yang sebenarnya hanyalah orang-orang
yang berpegang teguh dengan Agama Islam. Ada beberapa cara yang diajarkan agama ini
untuk dapat mencapai hidup bahagia, diantaranya disebutkan oleh Asy-Syaikh Abdurrahman
bin Nashir As-Sa’di rahimahullah dalam kitabnya Al-Wasailul Mufidah lil Hayatis Sa’idah,
yaitu beriman dan beramal shalih, banyak mengingat Allah SWT (berzikir), bersandar kepada
Allah SWT dan bertawakal pada-Nya, berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan
maupun perbuatan dengan ikhlas kepada Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya,
menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat, mencurahkan perhatian dengan
apa yang sedang dihadapi disertai permintaan tolong kepada Allah SWT tanpa banyak
berangan-angan, senantiasa mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah
SWT (baik nikmat lahir maupun batin), selalu melihat orang yang dibawah dari sisi
kehidupan dunia, dan yang terakhir ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan
mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan dari mereka namun berharaplah hanya
kepada Allah SWT.

Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman :

َ‫ق بِ ُك ْم عَن َسبِيلِ ِه ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َوصَّا ُكم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫َوَأ َّن ٰهَ َذا‬
َ ‫ص َرا ِطي ُم ْستَقِي ًما فَاتَّبِعُوهُ ۖ َواَل تَتَّبِعُوا ال ُّسبُ َل فَتَفَ َّر‬

Artinya: “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai
beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”.
(Qs. Al-An’am: 153)

Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang digariskan oleh Allah. Yang
dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah menaati perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya dengan ikhlas dan benar. Ayat 153 surah al-An’am diatas sebelumnya
didiahului dengan penjelasan tentang beberapa perintah dan larangan Allah kepada orang
beriman.

Sehingga sudah dapat dipastikan bahwa orang yang meninggalkan jalan yang digariskan oleh
Allah akan, tidak tenang dan tidak bahagia. Karena ia akan mencari jalan dan sumber
kebahagiaan pada jalan yang dibuat dan digariskan oleh selain Allah dan Rasul-Nya. Dalam
ayat lain dijelaskan:

‫ضن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َم ٰى‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬


َ ً‫ض عَن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬

Artinya: “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya


penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam
keadaan buta”. (surat Thaha [20]: 123.

Anda mungkin juga menyukai