Anda di halaman 1dari 43

Karya Tulis

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI


PELAKU TINDAK PIDANA
(berdasarkan putusan Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2019/PN.Ckr.)

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan

Disusun oleh:
Emilya Natasha
181907019

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PRESIDEN


BEKASI
2021
SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PRESIDEN
BEKASI

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Emilya Natasha


NIS : 181907019
Kelas : IX B
Judul : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana”
Karya tulis ini telah diperiksa dan layak untuk diuji pada tanggal 15 Februari,
2021

Nama Tanggal Tanda tangan

Pembimbing I Indra Purnama ……………. …………………......

Pembimbing 2 Sutomo ……………. …………………......

Mengetahui,
Koordinator Karya Tulis

Rismauli Saragi, S. Pd.

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PRESIDEN


BEKASI

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Emilya Natasha


NIS : 181907019
Kelas : IX B
Judul : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana”

No. Nama Jabatan Tanda tangan

1. Feri Sebastian N, S.Pd. Penguji 1 ……………….....

2. Agus Prianto, S.Pd. Penguji 2 ………………….

3. Indra Purnama, M.Pd. Pembimbing 1 ……………….....

4. Sutomo, S.Pd. Pembimbimg 2 ………………….


Karya tulis ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji pada tanggal 15
Februari 2021.

Mengesahkan,
Kepala SMP Presiden

Drs. Bambang Kusumohadi

iii
FORMULIR BIODATA SISWA

Nama : Emilya Natasha


TTL : Indramayu, 12 Oktober 2005
Kelas : IX B
NIS : 181907019
Alamat : Meadow Green, Jl. Cemara 1 No. 68, Lippo Cikarang
HP : 082111586317
E-mail : nemilya12@gmail.com

Judul Karya Tulis : “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku


Tindak Pidana”

KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta

karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan

iv
judul “Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak

Pidana” semoga dengan adanya karya tulis ini dapat menjadi sesuatu yang

bermaanfat bagi seluruh warga SMP Presiden maupun para pembaca. Dalam

karya tulis ini tidak sedikit bantuan yang penulis peroleh dari berbagai pihak,

maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

tak terhingga terutama Kepada :

1. Keluargaku yang selalu memberikan support terutama mama Yoanita

Nurhabibah dan ayah Shahrul Rizal, dan adik-adik ku Nadia, Nafisha, dan Haikal.

2. Kepala SMP Presiden, Bapak Drs.Bambang Kusumohadi.

3. Bapak Indra Purnama dan bapak Sutomo selaku guru pembimbing yang terus

memberikan saran, ide, semangat, dan pastinya waktu untuk memberikan koreksi

dan arahan selama proses pembuatan karya tulis ini.

4. Guru-guru yang sudah memberikan semangat dan saran untuk menyelesaikan

karya tulis ini.

5. Teman-teman angkatan XII, yang telah memberikan semangat dalam

mengerjakan karya tulis ini.

6. Arlene crystalia, Tanadzra Haura, teman baik saya yang telah mendukung saya

juga menemani saya saat saya mengerjakan skripsi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum

terhadap anak sebaga pelaku tindak pidana, serta mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi anak melakukan dalam melakukan tindak pidana.

v
Sebagai manusia biasa, penulis sangat menyadari dalam penulisan skripsi

ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis selalu

mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

FORMULIR BIODATA SISWA...........................................................................iv

KATA PENGANTAR............................................................................................v

DAFTAR ISI..........................................................................................................vii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................1

B. Identifikasi Masalah.........................................................................................3

C. Pembatasan Masalah........................................................................................3

D. Perumusan Masalah.........................................................................................3

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................................4

E. Sistematika Penulisan......................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................6

A. Pengertian Hukum Menurut Aristoteles dan E. M. Meyers............................6

B. Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata Dan Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak..............................7

C. Pengertian Perlindungan Anak........................................................................8

vii
D. Pengertian Tindak Pidana................................................................................8

E. Hak-hak Anak Dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012...........................10

F. Faktor- Faktor Anak Penyebab Anak melakukan Kejahatan.........................11

1. Faktor Keluarga..........................................................................................11

2. Faktor Lingkungan......................................................................................11

3. Faktor Usia..................................................................................................12

G. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana

............................................................................................................................12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................................14

A. Tempat dan Waktu........................................................................................14

B. Objek Penelitian.............................................................................................14

C. Metode Penelitian..........................................................................................14

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................14

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................16

PEMBAHASAN....................................................................................................16

A. Hasil Penelitian..............................................................................................16

B. Pembahasan ..................................................................................................26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................30

A. KESIMPULAN.............................................................................................30

B. SARAN..........................................................................................................30

viii
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BIODATA ANGKATAN
BIODATA GURU

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan bagian yang terpenting dari keluarga yang tidak

terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bagi

bangsa dan negara. Dengan peran yang sangat penting tersebut, maka perlu

pengaturan dan perlindungan yang tegas. Hal ini pun secara tegas dijelaskan

dalam konstitusi, bahwa negara menjamin setiap anak berhak atas

kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan

dari kekerasan dan diskriminasi.

Perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum dalam

ketentuan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak menentukan bahwa perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk

menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup,

tumbuh,berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat

dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan

diskriminasi.

Perlindungan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum adalah

sebagai upaya untuk melindungi anak dan hak-haknya agar bisa tumbuh dan

berkembang secara optimal tanpa kekerasan dan diskriminasi, hal ini

diperlukan sebagai bentuk perlindungan terhadap anak yang melakukan suatu

1
tindak pidana seperti yang kita ketahui bahwa perkembangan kejahatan yang

semakin meningkat tentunya sangat memprihatinkan yang mana pelakunya

tidak hanya orang dewasa akan tetapi juga dilakukan oleh anak, pada

dasarnya perbuatan pidana yang dilakukan oleh anak dengan orang dewasa

tidak ada perbedaan hanya saja perbedaan itu terlihat dari pelakunya yang

masih di bawah umur dan yang sudah dewasa. Disamping itu juga niat/tujuan

antara anak dan orang dewasa dalam melakukan suatu tindak pidana tentunya

juga berbeda.

Beberapa waktu lalu terjadi kasus pengeroyokan oleh 12 siswi SMA

kepada siswi SMP di Pontianak, Kalimantan Barat. Terjadinya kekerasan

tersebut berawal dari saling sindir di media sosial karena hubungan asmara

salah satu pelaku dengan saudara korban. kasus penganiayaan terhadap siswi

di Pontianak terjadi karena pengawasan yang kurang dari orang dewasa. Bila

ada sikap yang keliru dari anak-anak berarti juga ada yang keliru dari orang

dewasa di sekitarnya yang merupakan contoh bagi mereka.

Tidak dapat dimungkiri bahwa berbicara mengenai anak adalah sangat

penting bahwa anak merupakan potensi nasib manusia di hari yang akan

datang karena anak memiliki peran dalam menentukan sejarah suatu bangsa

sekaligus cerminan sikap hidup bangsa di masa yang akan datang.

Dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai perbuatan dan

tingkah laku anak nakal, perlu dipertimbangkan kedudukan anak dengan

segala ciri dan sifat khasnya. Walaupun anak telah dapat menentukan sendiri
langkah perbuatannya berdasarkan pikiran, perasaan dan kehendaknya, tetapi

keadaan sekitar dapat mempengaruhi perilakunya, Oleh karena itu dalam

menghadapi masalah anak nakal, orang tua dan masyarakat sekelilingnya

seharusnya lebih bertanggung jawab terhadap pembinaan, pendidikan dan

perkembangan perilaku anak tersebut. Berdasarkan uraian diatas, penulis

terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum

Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana” (berdasarkan putusan

Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2019/PN.Ckr.)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah diperoleh

sebagai berikut

1. Faktor-faktor yang menyebabkan anak melakukan tindak pidana.

2. Bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku tindak pidana

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini membatasi mengenai perlindungan hukum terhadap anak

sebagai pelaku tindak pidana berdasarkan putusan Pengadilan Negeri

Cikarang Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2019/ dan faktor-faktor anak melakukan

tindak pidana.

D. Perumusan Masalah

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan anak melakukan tindak pidana?


2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum tehadap anak pelaku tindak

pidana?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Sebagai salah satu syarat kelulusan bagi siswa-siswi kelas 9 SMP

Presiden.

b. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku

tindak pidana.

c. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap anak pelaku

tindak pidana.

2. Manfaat Penelitian

a. Dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peneliti dalam

bidang hukum

b. Dapat berguna untuk memberikan sumbangan pemikiran, di bidang ilmu

pengetahuan terutama di bidang ilmu hukum, dalam rangka untuk

menunjang efektifitas perlindungan hukum pelaku tindak pidana anak.


E. Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini disajikan dengan sistematika sebagai

berikut:

BAB I PENDADULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembataan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas uraian landasan ilmiah mengenai teori, definisi,

dan pengertian yang berhubungan dengan pembahasan penelitian dalam

miniskripsi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tempat dan waktu penelitian, objek penelitian,

metode penelitian, dan teknik pengumpulan data.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PEMBAHASAN

Bab ini, penulis akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan

serta hasil pembahasannya.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini kan membahas kesimpulan dari apa yang telah dibahas di bab

sebelumnya, serta kritik dan saran tentang kelebihan atau kekurangan karya

tulis ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Hukum Menurut Aristoteles dan E. M. Meyers

Pengertian hukum menurut Aristoteles tidak hanya berarti kumpulan

aturan yang dapat mengikat dan berlaku pada masyarakat saja, tapi juga

berlaku pada hakim itu sendiri. Dengan kata lain hukum tidak diperuntukan

dan ditaati oleh masyarakat saja, tapi juga wajib dipatuhi oleh pejabat negara,

sedangkan hukum menurut E. M. Meyers adalah aturan-aturan yang di

dalamnya mengandung pertimbangan kesusilaan yang ditujukan kepada

tingkah laku manusia dalam sebuah masyarakat dan menjadi acuan atau

pedoman bagi para penguasa negara dalam melakukan tugasnya. Pada

dasarnya hukum menurut Aristoteles dan E. M. Meyers adalah aturan-aturan

yang harus di patuhi oleh seluruh warga negara yang dijadikan sebagai

pedoman bagi semua warga negara. Jadi penulis bisa mengambil kesimpulan

bahwa hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa dan harus

dipatuhi oleh semua warga negara.

6
B. Pengertian Anak Menurut Hukum Perdata Dan Menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Di dalam Pasal 330 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(KUH Perdata) ditegaskan bahwa: “Yang belum dewasa adalah mereka yang

belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak kawin sebelumnya. Bila

perkawinan dibubarkan sebelum genap 21 tahun maka mereka tidak kembali

berstatus belum dewasa.

Pada Pasal 330 KUH Perdata memberikan pengetian anak Adalah

orang belum dewasa yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)

tahun dan tidak lebih dahulu telah kawin. Sedangkan menurut Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan.

Sedangkan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45

KUHPidana pengertian anak adalah yang umurnya belum mencapai 16 (enam

belas) tahun.

Kesimpulan yang dapat diambil dari Pengertian Anak Menurut

Hukum Perdata Dan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia adalah

anak yang belum dewasa adalah anak yang belum mencapai umur 21 tahun

dan belum kawin sebelumnya.


C. Pengertian Perlindungan Anak

Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

D. Pengertian Tindak Pidana

Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah

strafbaar feit, sedangkan para pembentuk undang-undang tidak memberikan

suatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya dimaksud dengan kata

“strafbaar feit” maka timbullah di dalam doktrin berbagai pendapat

mengenai apa sebenarnya maksud dari kata “strafbaar feit”

1. Menurut Simons, menyatakan tindak pidana ialah suatu tindakan atau

perbuatan yang diancam dengan pidana oleh Undang-undang Hukum Pidana,

bertentangan dengan hukum pidana dan dilakukan dengan kesalahan oleh

seseorang yang mampu bertanggung jawab.

2. Menurut E. Utrecht menyatakan tindak pidana ialah dengan istilah

peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, karena peristiwa itu

merupakan suatu perbuatan atau sesuatu yang melalaikan maupun akibatnya

(keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan melalaikan itu).


3. Sementara itu, menurut Moeljatno, perbuatan tindak pidana ialah perbuatan

yang dilarang dan diancam dengan pidana, terhadap siapa saja yang

melanggar larangan tersebut. Perbuatan tersebut harus juga dirasakan oleh

masyarakat sebagai suatu hambatan tata pergaulan yang dicita-citakan oleh

masyarakat.

Dari uraian beberapa pakar hukum dapat disimpulkan oleh penulis

bahwa Tindak Pidana adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman

karena merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang yang dapat

diancam dengan sanksi pidana.

Hukum Pidana dapat dibagi sebagai berikut:

1. Hukum Pidana Objektif (lus Punale), yang dapat dibagi ke dalam:

a. Hukum Pidana Materiil

b. Hukum Pidana Formil (Hukum Acara Pidana).

2. Hukum Pidana Subjektif (ius Puniendi).

3. Hukum Pidana Umum.

4. Hukum Pidana Khusus, yang dapat dibagi lagi ke dalam:

a. Hukum Pidana Militer.

b. Hukum Pidana Pajak (Fiskal).


E. Hak-hak Anak Dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012

Perlindungan anak tidak boleh dilakukan secara berlebihan dan

memerhatikan dampaknya terhadap lingkungan maupun diri anak itu sendiri,

sehingga usaha perlindungan yang dilakukan tidak berakibat negatif.

Perlindungan anak dilaksanakan rasional, memperhatikan hak-hak

anak, bertanggung jawab, dan bermanfaat yang mencerinkan suatu usaha

yang efektif dan efisien. Usaha perlindungan anak tidak boleh mengakibatkan

matinya inisiatif, kreativitas, dan hal-hal lain yang menyebabkan

ketergantungan kepada orang lain dan berperilaku tidak terkendali, sehingga

anak tidak memiliki kemampuan dan kemauan menggunakan hak-hak nya

dan melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

Adapun hak-hak anak dalam Undang-undang No.11 Tahun 2012

sebagai berikut :

1. Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai

dengan umurnya.

2. Dipisahkan dari orang dewasa

3. Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif

4. Melakukan kegiatan rekreasional

5. Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam,

tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya

6. Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup


7. Tidak ditangkap, ditahan, atau dipenjara,kecuali sebagai upaya terakhir

dan dalam waktu yang paling singkat

8. Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tidak

memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umum

F. Faktor- Faktor Anak Penyebab Anak melakukan Kejahatan

Berikut ini faktor-faktor penyebab anak melakukan tindak pidana :

1. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan suatu lingkungan yang dianggap sangat dekat dengan

anak, untuk itu tempat pembentukan karakter pertama kali terdapat pada

keluarga sendiri untuk itulah keluarga merupakan wadah pertama dalam

pembentukan karakter seorang anak. Menurut Moelyatno, broken home

menyebabkan anak sebagian besar melakukan kenakalan, terutama karena

perceraian atau perpisahan orangtua yang sangat memengaruhi perkembangan

pertumbuhan si anak.

2. Faktor Lingkungan

Baik buruknya tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan

dimana orang tersebut berada, pada pergaulan yang diikuti dengan peniruan

suatu lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah

laku seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan keluarga dan

lingkungan masyarakat itu sendiri. Pergaulan dengan teman-teman dan

tetangga merupakan salah satu penyebab terjadinya Anak melakukan Tindak


Kriminal. Hal itu menunjukkan bahwa dalam memilih teman harus

memperhatikan sifat, watak, serta kepribadian seseorang.

3. Faktor Usia

Faktor usia adalah faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kejahatan

karena pada dasarnya kejahatan akan muncul sesuai dengan usia dan tidak

menutup kemungkinan anak dapat melakukan tindakan yang melanggar hukum

yang ada karena faktor usia bukanlah hal yang membatasi suatu tindakan yang

dianggap telah melanggar hukum.

Sebab, pada faktanya narapidana juga bisa berumur usia muda yang

dianggap memang sudah melanggar hukum dan tidak bisa ditoleransi lagi.

Contoh kejahatan yang dilakukan seorang anak di bawah umur adalah

penggunaan ganja yang dianggap telah melanggar hukum yang berlaku, selain

itu adanya penggunaan sabu-sabu adanya kejahatan kesusilaan bahkan terdapat

kejahatan pembunuhan. Hal tersebut dapat diperhatikan bahwasanya usia

bukan lagi batasan dalam melakukan tindakan yang dianggap telah melanggar

hukum dan hal tersebutlah yang dapat memicu kejahatan-kejahatan atau

bahkan tindakan pidana lainya dapat terjadi pada seorang anak di bawah

umum.
G. Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak

Pidana

Peradilan pidana dalam penanganan anak yang berkonflik dengan hukum

hanya akan menyebabkan stigma sebagai kriminal yang akan menimpa seorang

anak dan merupakan awal dari sebuah kegagalan dan bencana di masa depan.

Penyelesaian kasus pidana yang pelakunya anak bisa pula dilakukan dengan

diversi.

Kata diversi berasal dari bahasa Inggris diversion yang bermakna

penghindaran atau pengalihan. Diversi adalah pemberian kewenangan kepada

aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan-tindakan kebijaksanaan

dalam menangani atau menyelesaikan masalah pelanggar anak dengan tidak

mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak meneruskan/

melepaskan dari proses peradilan pidana atau mengembalikan/menyerahkan

kepada masayarakat dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan sosial lainnya.

Diversi pada hakikatnya mempunyai tujuan agar terhindar dari dampak negatif

pemidanaan. Diversi juga mempunyai esensi tetap menjamin anak tumbuh dan

berkembang baik secara fisik maupun mental. Pelaksanaan proses diversi

dilaksanakan melalui musyawarah. Musyawarah diversi adalah musyawarah

antara para pihak yang melibatkan anak dan orang tua/walinya, korban

dan/atau orang tua walinya, pembimbing kemasyarakatan, dan pekerja sosial

profesional serta dapat melibatkan tenaga kesejahteraan sosial dan/atau

masyarakat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di rumah penulis di Jalan Cemara 1 no. 68,

Meadow Green, Lippo Cikarang, dan dilakukan pada bulan September 2020

sampai bulan Februari 2021.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam karya tulis ini adalah kasus pelaku anak tindak

pidana dan bentuk perlindungan hukumnya.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian

kepustakaan yang bersifat kualitatif, Penelitian kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti

merupakan instrumen kunci menurut Sugiyono (2005). Perbedaannya dengan

penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, Tujuan

penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan

sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya

pula, yang menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang

diteliti.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menyempurnakan data-data yang dibutuhkan dalam rangka

kegiatan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode yuridis

14
15

normative. Menurut Soerjono Soekanto (2003), metode yuridis normative

yaitu suatu penelitian yang mengacu kepada norma-norma atau asas-asas

hukum dengan cara mempelajari dan meneliti masalah dengan menggunakan

berbagai literatur berupa bahan-bahan pustaka atau yang disebut dengan data

sekunder berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku.


16

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Dalam penyusunan penulisan skripsi ini saya tidak hanya mengambil

informasi dari sumber internet tetapi juga di dukung dari putusan Pengadilan

Negeri Cikarang.

1. DASAR PERTIMBANGAN PUTUSAN PENGADILAN NEGERI

CIKARANG NOMOR NOMOR 6/PID.SUS-ANAK 2019/PN.Ckr

Pengadilan Negeri Cikarang yang mengadili perkara pidana anak

dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan

sebagai berikut dalam perkara atas nama Anak :

1. Nama Lengkap : FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR

2. Tempat Lahir : Bekasi

3. Umur / Tanggal Lahir : 15 tahun / 4 Februari 2003;

4. Jenis Kelamin : Laki- laki ;

5. Kebangsaan : Indonesia;

6. Tempat Tinggal : Kp. Leuwi Malang RT. 07 / RW. 04 Desa Wibawa

Mulya Kec. Cibarusah

7. Agama : Islam;

8. Pekerjaan : Tidak Bekerja ;

Anak ditahan dalam Rumah Tahanan Negara oleh :


17

1. Penyidik sejak tanggal 10 Januari 2019 sampai dengan tanggal 16 Januari

2019

2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 17 Januari 2019 sampai

dengan tanggal 24 Januari 2019

3. Penuntut Umum sejak tanggal 23 Januari 2019 sampai dengan tanggal 27

Januari 2019

4. Hakim Pengadilan Negeri Cikarang sejak tanggal 25 Januari 2019 sampai

dengan tanggal 3 Februari 2019

5. Ketua Pengadilan Negeri Cikarang sejak 4 Februari 2019 sampai dengan

tanggal 18 Februari 2019

Anak di dampingi oleh Penasihat Hukum dari BPH PERADI

Cikarang, Penasihat Hukum, berkantor di Gedung Wibawa Mukti, Komp.

Perkantoran Pemda Kabupaten Bekasi, berdasarkan Penetapan Nomor

6/Pid.SusAnak/2019/PN.Ckr tanggal 28 Januari 2019 tentang penunjukan

Penasihat Hukum secara cuma-cuma, anak didampingi oleh Pembimbing

Kemasyarakatan dari Balai Pemasayarakatan Bogor dan orang tuanya.

Pengadilan Negeri tersebut , setelah membaca :

1. Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Cikarang Nomor

6/Pid.SusAnak/2019/PN.Ckr tanggal 25 Januari 2019 tentang penunjukan

Hakim

2. Penetapan Hakim Nomor 6/Pid.Sus-Anak/2019/PN.Ckr tanggal 25 Januari

2019 tentang penetapan hari sidang, hasil penelitian kemasyarakatan :


18

3. Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan.

Setelah mendengar pembacaan hasil penelitian kemasyarakatan oleh

Pembimbing Kemasyarakatan, keterangan saksi-saksi dan anak, serta

memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan.

Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana tertanggal 7 Februari

2019, yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai

berikut

1. Menyatakan Anak FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencurian

dalam keadaan memberatkan, sebagaimana dalam dakwaan tunggal kami

melanggar Pasal 363 Ayat (1) ke 3, 4 dan 5 KUHP. 2. Menjatuhkan pidana

terhadap Anak FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR dengan

pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan penjara dikurangi seluruhnya

dengan masa tahanan yang telah dijalani, dengan perintah tetap dalam

tahanan.

Pengadilan Negeri Cikarang menetapkan bukti berupa :

a. 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna Hitam No. Pol b

4136 FOP berikut STNK;

b. (tiga) buah kunci kontak sepeda motor;

c. (satu) lembar surat keterangan leasing PT Adira Finance;

d. 1 (satu) buah kunci letter “T”;


19

2. Menetapkan supaya anak membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-

(dua ribu rupiah) setelah mendengar permohonan anak yang pada

pokoknya menyatakan memohon keringanan hukuman, terhadap

permohonan anak-anak tersebut penuntut umum menyatakan tetap pada

tuntutannya dan atas tanggapan penuntut umum, anak menyatakan tetap

pada permohonannya.

Menimbang, bahwa barang-barang bukti tersebut dibenarkan oleh

saksi-saksi dan anak dan terhadap barang bukti tersebut telah disita secara sah

menurut hukum sehingga dapat dipergunakan untuk memperkuat pembuktian

dalam perkara ini :

Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang

diajukan, diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:

1. Bahwa pada Rabu tangal 09 Januari 2019 sekira jam 03.00 WIB bertempat

di Kp. Muncang Rt. 06 / Rw. 03 Ds. Wibawa Mulya Kec. Cibarusah Kab.

Bekasi, Saksi Wanda Bin Hadi telah kehilangan sepeda motor merk Honda

Beat CW warna Hitam No. Po : B-4136 FOP milik Saksi Wanda;

2. Bahwa keadaan sepeda motor saat itu Saksi Wanda Bin Hadi parkir diteras

rumah dalam keadaan terkunci.

3. Bahwa pada hari Minggu tanggal 06 Januari 2019 sekiranya pukul 20.00

WIB bertempat di Pangkalan Pasir Kp. Cobogo Desa Sindang Mulya Kec.

Cibarusah Kab. Bekasi Saksi ACEP Bin JUNAEDI mengajak Anak

FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR untuk mengambil Sepeda


20

motor merk Honda Beat CW warna hitam No. Pol : 4136 FOP milik

temannya yakni Saksi WANDA Bin HADI.

4. Bahwa selanjutnya Saksi ACEP Bin JUNAEDI bersama dengan Anak

FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR keesokan harinya langsung

pergi menuju rumah Saksi WANDA Bin HADI dengan maksud melihat

kondisi keadaan sekitar keberadaan sepeda motor milik Saksi WANDA

Bin HADI yang sedang parkir didepan rumah.

5. Bahwa setelah sampai dirumah Saksi WANDA Bin HADI, Anak FACHRI

DZULHAM Bin ADE SUHENDAR bersama – sama Saksi ACEP Bin

JUNAEDI bertemu Saksi EMUS dengan menyuruh untuk dibelikan rokok

dengan menggunakan sepeda motor milik Saksi WANDA Bin HADI yang

saat itu dipinjam oleh Saksi EMUS.

6. Bahwa selanjutnya setelah selesai membeli rokok dan mengembalikan

kunci kontak sepeda motor milik Saksi WANDI Bin HADI kepada Saksi

EMUS, Saksi ACEP Bin JUNAEDI sempat merusak kunci kontak dengan

menggunakan kunci letter “T” dan menukar kunci kontak dengan yang

palsu agar seolah – olah motor tersebut sudah diserahkan dan tidak terjadi

apa –apa kepada Saksi EMUS.

7. Bahwa kemudian keesokan harinya pada hari Rabu tanggal 09 Januari

2019 sekira pukul 02.30 WIB Saksi ACEP Bin JUNAEDI bersama Anak

FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR yang sudah mempunyai

rencana niat untuk mengambil sepeda motor milik Saksi WANDA Bin

HADI langsung menuju kerumah korban dimana Anak FACHRI


21

DZULHAM Bin ADE SUHENDAR berperan menunggu diluar rumah

korban sambil mengawasi area sekitar rumah sementara Saksi ACEP Bin

JUNAEDI masuk kedalam rumah yang saat itu motor sedang parkir

didepan teras dalam keadaan terkunci tersebut diambil oleh Saksi ACEP

Bin JUNAEDI dengan menggunakan kunci aslinya dan membawa kabur

motor tersebut bersama sama dengan Anak FACHRI DZULHAM Bin

ADE SUHENDAR kedaerah Tanjung Sari Bogor menemui teman Saksi

ACEP Bin JUNAEDI yakni sdr. PUJA

Menimbang, bahwa selanjutnya Hakim akan mempertimbangkan

apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, anak dapat dinyatakan

telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya; Menimbang,

bahwa anak telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal

yakni sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 363 Ayat (1) ke-3,

4, dan 5 KUHP, dengan unsur-unsurnya adalah sebagai berikut ;

1. Unsur barang siapa ;

2. Unsur mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan

hukum;

3. Unsur yang dilakukan diwaktu malam dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang

ada disitu tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh orang yang berhak;

4. Unsur yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;
22

5. Unsur yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk

sampai pada barang yang diambil dilakukan dengan merusak, memotong

atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau

pakaian jabatan palsu;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas

Hakim berpendapat bahwa Penuntut Umum dapat membuktikan dakwaannya

karena semua unsur-unsur tindak pidana dari dakwaan tunggal Penuntut

Umum telah terpenuhi, maka anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara

sah dan meyakinkan telah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan

dalam dakwaan tunggal Penuntut Umum ;

Menimbang, bahwa dari fakta-fakta yang diperoleh selama

persidangan dalam perkara ini, Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat

melepaskan anak dari pertanggungan jawaban pidana, baik sebagai alasan

pembenar dan atau alasan pemaaf, oleh karenanya Hakim berkesimpulan

bahwa perbuatan yang dilakukan anak harus dipertanggung jawabkan

kepadanya dan Anak harus dijatuhi pidana sebagaimana diatur pada Pasal 193

ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, sesuai dengan rasa

kemanusiaan, rasa keadilan dan kepastian hukum; Menimbang, bahwa oleh

karena anak mampu bertanggung jawab, maka anak harus dinyatakan

bersalah dan dijatuhi pidana;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap anak telah

dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan


23

dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

dijatuhkan;

Menimbang, bahwa oleh karena anak dalam perkara ini ditahan dan

penahanan terhadap anak dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan

agar anak tetap berada dalam tahanan;

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 60 ayat (4)

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana

anak, sebelum menjatuhkan Putusan terlebih dahulu Hakim wajib

mempertimbangkan Laporan Penelitian Kemasyarakatan dari Pembimbing

Kemasyarakatan yaitu Laporan Penelitian Kemasyarakatan Nomor Registrasi

: 275/LitPN/XII/2018 atas nama Klien Anak Muhammad Fachri Zulham Bin

Ade Suhendra dari Pembimbing Kemasyarakatan (PK) pada Balai

Pemasyarakatan (BAPAS) Bogor terhadap diri anak, yang pada pokoknya

adalah ; Klien dapat dijatuhi dengan putusan pidana berupa “Pidana pelatihan

kerja di Panti Sosial Rehabilitasi Anak Berhadapan Dengan Hukum dengan

alamat Cileungsi Kab. Bogor sebab pembinaan akan membantu klien undatuk

dapat mendapat pelatihan kerja dan pendidikan serta keterampilan untuk lebih

baik lagi sehingga dapat membantu klien untuk dapat membantu

perekonomian klien secara mandiri;

Menimbang, bahwa penjatuhan pidana dalam perkara anak yang

melakukan tindak pidana merupakan Ultimum Remedium, sifatnya setelah

segala daya upaya tidak dapat dilakukan dan tidak dapat dihindari. Tindak
24

pidana dalam hal ini yang telah dilakukan oleh anak telah merugikan Saksi

korban. ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap anak telah dikenakan

penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan

penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang

dijatuhkan sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (4) Kitab Undang Undang

Hukum Acara Pidana;

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa: 1 (satu) unit sepeda

motor merk Honda Beat warna Hitam No. Pol B 4136 FOP berikut STNK; 3

(tiga) buah konci kontak sepeda motor; 1 (satu) lembar surat keterangan

leasing PT Adira Finance; 1 (satu) buah kunci letter “T” dan 1 (satu) lembar

surat keterangan leasing PT Adira Finance; maka terhadap barang bukti

tersebut karena masih akan dipergunakan dalam penuntutan perkara lain A.n

ACEP Bin JUNAEDI sehingga barang bukti tersebut selanjutnya diserahkan

kembali kepada pihak Penuntut Umum untuk digunakan dalam penuntutan

perkara yang dimaksud diatas. Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana

terhadap Anak, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang

memberatkan dan yang meringankan Anak;

1. Keadaan yang memberatkan: Perbuatan Anak meresahkan masyarakat

2. Keadaan yang meringankan:

a. Anak belum pernah dihukum;


25

b. Anak mengakui terus terang perbuatannya dan menyesali

perbuatannya serta berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan

tersebut;

c. Anak masih muda sehingga dimungkinkan untuk memperbaiki diri di

kemudian hari; Menimbang, bahwa oleh karena anak dijatuhi pidana

maka haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara sesuai

dengan ketentuan Pasal 222 ayat (1) Kitab Undang Undang Hukum

Acara Pidana;

Pasal 363 ayat (1) ke-3, ke-4 dan ke-5 KUHPidana, Undang Undang

Hukum Acara Pidana, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana serta Peraturan Perundang-Undangan lain yang bersangkutan;

Mengadili :

1. Menyatakan anak FACHRI DZULHAM Bin ADE SUHENDAR tersebut

diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

pidana “Pecurian” sebagaimana dalam dakwaan tunggal Penuntut Umum;

2. Menjatuhkan pidana terhadap anak oleh karena itu dengan pidana penjara

selama 6 (enam) Bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani anak

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan anak tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa :


26

a. 1 (satu) unit sepeda motor merk Honda Beat warna Hitam No. Pol b

4136 FOP berikut STNK;

b. 3 (tiga) buah konci kontak sepeda motor;

c. 1 (satu) lembar surat keterangan leasing PT Adira Finance;

d. 1 (satu) buah kunci letter “T”;

Dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dipergunakan dalam

perkara lain A.n Acep

6. Membebankan kepada anak membayar biaya perkara sejumlah Rp.

2.000,00 (dua ribu rupiah)

Menurut penulis, hukuman 6 bulan penjara merupakan hukuman yang

setara untuk anak dibawah umur sebagai pelaku tindak pidana, hukuman 6

bulan penjara ini berfungsi untuk memberikan efek jera bagi pelaku.

Anak sebagai pelaku tindak pidana membutuhkan perhatian dan

penanganan khusus, juga dalam hal perlindungan bagi anak. Meskipun anak

melakukan tindak pidana, mekanisme peradilan anak diatur secara khusus dan

berbeda.

B. Pembahasan
Dalam hal ini menurut penulis, Hakim sangat mempertimbangkan

perlindungan hukum yang akan di terima oleh Fachri Dzulham, sehingga bentuk

perlindungan yang di terima oleh Fachri Dzulham sebagai berikut :


27

1. Proses penyidikan yang dilakukan hanya berlangsung selama 6 hari

2. Penuntutan yang diajukan oleh penuntut umum adalah 10 bulan, tetapi hakim

hanya menjatuhi hukuman 6 bulan penjara terhadap Fachri Dzulham

3. Pembinaan dilakukan di BAPAS Bogor, sesuai dengan Undang-Undang Sistem

Peradilan Anak Pasal 85, bahwa anak Fachri diberikan pembinaan berupa

“pidana pelatihan kerja di panti sosial rehabilitasi anak”

A. Faktor Tersangka Melakukan Tindak Pidana


Faktor tersangka melakukan tindak pidana disebabkan oleh

lingkungan pergaulan. Tersangka mengaku melakukan tindak pidana karena

diajak oleh temannya yang bernama Acep.

B. Perlindungan Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia

1. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pada Tahap Penangkapan

Mengenai tindakan penangkapan tidak diatur secara rinci dalam Undang-

Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, sehingga berlaku ketentuan-ketentuan

KUHAP. Pasal 30 UU SPPA menentukan bahwa :

a. Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling

lama 24 jam.

b. .Anak yang ditangkap wajib di tempatkan dalam ruang pelayanan khusus

2. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pada Tahap Penyidikan


28

Penyidikan, adalah serangkaian tindakan penyidik selama pemeriksaan

pendahuluan, untuk mencari bukti-bukti tentang tindak pidana. Penyidik wajib :

a. Memeriksa tersangka dalam suasana kekeluargaan

b. Proses penyidikan anak, wajib di rahasiakan

c. Masa penahanan anak pada tahap penyidikan adalah singkat, yaitu paling lama

7 hari dan dapat di perpanjang selama 8 hari lagi

3. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pada Tahap Penuntutan

Hak-hak anak dalam proses penuntutan, meliputi hak-hak sebagai berikut :

a. Menetapkan masa tahanan anak cuma pada sudur urgensi pemeriksaan

b. Membuat dakwaan mengerti anak

c. Secepatnya melimpahkan perkara ke pengadilan

d. Melaksanakan ketetapan hakim dengan jiwa dan semangat pembinaan atau

mengadakan rehabilitasi

Hak-hak anak pada saat pemeriksaan di kejaksaan sebagai berikut :

a. Hak untuk mendapat keringanan masa/waktu penahanan

b. Hak anak untuk mengganti status penahanan dari penahanan rutan (Rumah

Tahanan Negara) menjadi berada dalam tahanan rumah atau tahanan kota

c. Hak untuk mendapat perlindungan dari ancaman, penganiyaan, pemerasan dari

pihak yang beracara


29

4. Perlindungan Hukum Terhadap Anak Pada Tahap Persidangan

Perlakuan khusus dalam Persidangan Anak antara lain:

a. Sidang dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum

b. Pemeriksaan dalam sidang pengadilan dilakukan dalam suasana kekeluargaan,

oleh karena itu Hakim, Jaksa, dan petugas lainnya tidak memakai toga/pakaian,

atribut/tanda kepangkatan masing-masing

c. Adanya keharusan pemisahan persidangan dengan orang dewasa baik berstatus

sipil maupun militer

d. Turut sertanya Bapas membuat Laporan Penelitian Kemasyarakatan terhadap

anak

e. Hukuman lebih ringan

5. Pembinaan Narapidana

Pembinaan atau bimbingan merupakan sarana yang mendukung

keberhasilan negara menjadikan narapidana menjadi anggota masyarakat.

Lembaga Permasyarakatan Anak berperan dalam pembinaan narapidana.

Pembinaan dilakukan untuk membangkitkan rasa harga diri dan mengembangkan

rasa tanggung jawab untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang tentram

dan sejahtera. Jenis-jenis pembinaan narapidana dapat di golongkan atas 3 yaitu :

a. Pembinaan mental

b. Pembinaann sosial
30

c. Pembinaan keterampilan
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh penulis, penulis

menyimpulkan bahwa proses dan perlindungan hukum terhadap anak pelaku

tindak pidana berbeda dengan proses hukum dan perlindungan hukum terhadap

orang dewasa. Bentuk perlindungan hukum yang diterima oleh Fachri Dzulham

berupa diversi , yaitu dengan tidak dijatuhi pidana seumur hidup. selain itu faktor

keluarga, lingkungan pergaulan, dan usia pun sangat mempengaruhi

perkembangan pertumbuhan si anak. Faktor tersangka melakukan tindak pidana

disebabkan oleh lingkungan pergaulan. Tersangka mengaku melakukan tindak

pidana karena diajak oleh temannya yang bernama Acep.

B. SARAN

Setelah melakukan penelitian saran yang diberikan adalah sebaiknya

dengan adanya skripsi ini keluarga harus menjaga keutuhan keluarga dan

menjaga anak agar tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dan

melanggar ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

30
DAFTAR PUSTAKA

Moeljatno, 2005, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, Bina Aksara.

Maidin Gultom, SH., M. Hum, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Anak


Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, Bandung, PT Refika
Aditama.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2003, Penelitian Ilmu Normatif-


SuatuTinjauan Singkat, Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Wagiati Soetodjo, 2006, Hukum Pidana Anak, Bandung, Refika Aditama.

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5cadab3491e9a/anak-jadi-pelaku
pengeroyokan--begini-ketentuan-uu-sppa/
(diambil pada tanggal 9 Oktober 2020 pukul 10:00 WIB)

file:///F:/skripsi/kppa%202015%20hal%2058.pdf
(diambil pada tanggal 10 Oktober 2020 pukul 13:00 WI

https://www.muisumut.com/blog/2019/09/24/pengertian-anak-dalam-hukum-
indonesia/ (diambil pada tanggal 29 oktober 2020 pukul 10:37 WIB)

https://www.mypurohith.com/pengertian-hukum/ menurut aritoteles


(diambil pada tanggal 17 november 2020, pukul 07:58 WIB)

https://customslawyer.wordpress.com/2014/09/10/pembagian-hukum-pidana/
(diambil pada tanggal 17 November 2020, pada pukul 08:10)

31
32

file:///F:/System%20Volume%20Information/skripsi/putusan%20peradilan
%20pencurian.pdf
(diambil pada tanggal 21 desember 2020, pada pukul 12:33 WIB)

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-11-2012-sistem-peradilan-pidana-
anak#:~:text=Penahanan%20terhadap%20Anak%20hanya%20dapat,(tujuh)
%20tahun%20atau%20lebih.
(diambil pada tanggal 1 Maret 2021, pada pukul 16.07)
BIODATA PENULIS

Emilya Natasha, adalah pelajar SMP Presiden,

angkatan ke- 12, penulis merupakan anak dari Bapak

Shahrul Rizal dan Ibu Yoanita, penulis lahir di

Indramayu, pada 12 Oktober 2005. Saat ini penulis

tinggal di Lippo Cikarang, penulis mempunyai hobi

menyanyi dan menonton drama Korea, selain itu

penulis juga bercita-cita ingin menjadi diplomat.

Anda mungkin juga menyukai